Anda di halaman 1dari 3

Aku Semakin Tergerus diantara Bahasa Ibu dan Bahasa Dunia Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia secara dominan dalam percakapan sehari-hari? Tentu saja bahasa Indonesia, bahasa persatuan tanah air kita. Bahasa yang diproklamirkan sebagai bahasa pemersatu rakyat Indonesia. Bahasa yang dapat masuk diantara bahasa-bahasa intim dalam budaya masing-masing daerah. Indonesia terlahir dengan banyak budaya, dunia pun telah mengakuinya. Dunia pun telah mengakui jika Indonesia memiliki banyak masalah. Masalah korupsi hingga direbutnya banyak hal yang dimiliki oleh Indonesia. Akan tetapi banyaknya masalah yang timbul di Indonesia, tampaknya membuat kita lupa akan masalah-masalah kecil yang ada. Masalah akan budaya salah satunya. Budaya, budaya tak hanya melingkupi rumah adat, tarian tradisional, suku bangsa, ataupun lagu daerah. Budaya juga mencakup bahasa daerah yang membangun nama besar daerah tersebut. Bahasa melayu merupakan salah satu bahasa daerah yang ada. Ia menjadi menjadi dasar yang sangat kokoh sebagai pembangun bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang. Faktor ekstralingusitik dan intralinguistik yang kuat dalam bahasa melayu membuatnya dipilih sebagai dasar bahasa kita. Sedikitnya tingkatan bahasa melayu dan daya jangkau bahasa melayu yang cukup luas membuatnya dapat dengan mudah menjadi alat komunikasi pada zamannya. Tidak hanya bahasa Melayu, bahasa-bahasa daerah lain pun memiliki andil dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Tapi kemana bahasa-bahasa daerah itu sekarang? Sudah jarang anak-anak muda yang dapat dengan fasih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa Indonesia mendominasi bahasa komunikasi yang digunakan oleh kalangan muda saat ini. Tidak mengenal lapisan, membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sangat simple bila digunakan untuk berkomunikasi. Maksudnya, sebuah kata dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa memperhatikan ada dilapisan mana orang tersebut berada. Contohnya, kata makan. Kita dapat menggunakan kata makan untuk atasan kita dikantor, teman sebaya kita bahkan untuk orang tua. Tapi tidak begitu hal nya dengan bahasa daerah. Bahasa Bali misalnya. Di Bali, masyarakatnya masih sangat menjunjung kasta. Terdapat empat kasta yang ada di Bali yakni kasta Brahmana, kstria, wesya, dan sudra. Kasta Brahmana berada pada tingkatan yang tertinggi, sehingga kebanyakan orang yang asli Bali sangat menghormati kasta tersebut. Kita tidak boleh mengucapkan sembarang kata dari bahasa Bali apabila berbicara dengan masyarakat yang berada di kasta Sudra. Kata medem yang berarti tidur misalnya. Kata itu hanya dapat diucapkan untuk binatang, dan tidak sepantasnya kita mengucapkan kepada manusia. Untuk kalangan brahmana masyarakat Bali terbiasa menggunakan kata makolem, sedangkan untuk yang sederajat biasanya digunakan kata masare. Kata makolem, masare, dan medem memiliki arti yang sama, tapi penempatannyalah yang harus diperhatikan. Alasan lain yang menyebabkan bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa massal yakni karena bahasa Indonesia memiliki struktur yang sederhana, tanpa konjugasi dan tanpa deklanasi. Arti sebuah kata dalam bahasa Indonesia tidak akan berubah apabila diberikan imbuhan misalnya saja tertidur, ketiduran, menidurkan ketiga kata yang berimbuhan itu tetap berarti tidur.

Bahasa Indonesia tidak dapat disalahkan dalam hilangnya penggunaan bahasa daerah saat ini. Kita tidak dapat secara serta merta melepaskan identitas bangsa Indonesia dan kembali menggunakan bahasa masing-masing daerah. Hal itu sama saja dengan memutus alat perhubungan antar budaya dan antar daerah. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menerjemahkan bahasa daerah wilayah lain. Setidaknya akan sangat lucu apabila dalam sistem perdagangan orang yang berbahasa jawa berkomunikasi dengan orang yang berbahasa Bali. Tentu saja tidak ada komunikasi yang akan berjalan dengan mulus, apabila bahasa Indonesia dihilangkan. Lalu tindakan apa yang harus kita tempuh? Bahasa Indonesia yang diresmikan sebagai bahasa Negara pada tanggal 18 Agustus 1945 ini, tetap akan menjadi bahasa resmi di Indonesia. Hanya saja sulit menumbuhkan kembali pengetahuan akan bahasa daerah. Anak-anak bahkan sejak bayi terbiasa diajarkan menggunakan bahasa Indonesia ketika berada dilingkungan rumah untuk berkomunikasi. Taman kanak-kanak pun jarang bahkan tidak ada yang menanamkan pelajaran bahasa daerah dalam salah satu mata pelajaran wajibnya. Bahkan bahasa Inggris, bahasa Mandarinlah yang diajarkan sejak dini pada anak-anak. Anak-anak memiliki kemampuan untuk mengingat yang sangat hebat. Apa yang mereka dengarkan secara kontinu akan langsung terekam dalam memori mereka. Sehingga tidak akan sulit bagi mereka untuk berbicara dalam bahasa daerah apabila dilatih dan diperdengarkan secara terus menerus. Partisipasi dari orang tua memiliki peranan yang cukup kuat. Apabila orang tua telah terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari di rumah, maka secara otomatis anak akan memahami dan dapat menggunakan bahasa daerah. Selain itu cara lainnya adalah dengan memberikan pelajaran bahasa daerah dilingkungan sekolah. Bukan hanya tugas tertulis, karena tugas tertulis tidak akan melatih kemampuan para anak untuk fasih berbicara dalam bahasa daerah. Sistem belajar mengajar di dalam kelas dengan menggunakan bahasa daerah sangat diperlukan demi menunjang keberhasilkan program tersebut. Pelajaran bahasa daerah mungkin dibeberapa sekolah masih diwajibkan sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), tapi ketika seseorang menginjak bangku kuliah semuanya akan percuma. Selain penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari, penggunaan bahasa asing yang mulai marak memiliki andil yang sangat besar dalam lunturnya bahasa daerah. Bahasa Indonesia yang notabene sudah diajarkan kepada kita sejak kecil pun perlahan mulai berubah. Bukan berubah kedalam penggunaannya yang lebih baik, tapi sebaliknya. Ejaan yang disempurnakan (EYD) seakan hanya bualan masa lalu. Dalam percakapan sehari-hari banyak dijumpai penggunaan bahasa yang sedikit meleset dari ejaan yang sebenarnya. Misalkan saja kamu dah makan pa belom?. Kata-kata lainnya yang sejenis masih banyak lagi. Muda ataupun tua sama saja. Mereka menggunakan bahasa yang sudah jelas salah, tapi tetap saja dipertahankan. Dalam kaedah yang sebenarnya kata itu sepatutnya menjadi kamu sudah makan atau belum?. Tapi kalangan muda menganggap dengan pengucapan kata-kata yang baku seperti itu, mereka dianggap kurang gaul. Kurang update terhadap perubahan zaman pun menjadi salah satu alasan mengapa kata-kata itu berubah. Tak hanya pengejaan yang bermasalah. Budaya barat yang sudah lama menginjak Indonesia, mulai banyak mengubah cara berbicara masyarakat. Tentu saja hal itu gampang terjadi. Tontonan anak zaman sekarang bisa menjadi alasan, kenapa Bahasa Inggris sangat mudah masuk. Hal lain

yang menjadi penyebab utama adalah bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang mau tidak mau harus dipelajari oleh anak-anak. TK hingga SMA mereka mulai mempelajari bahasa Inggris. Bahkan disalah satu mata ujian nasional, bahasa Inggris menjadi salah satu pemegang kunci dalam kelulusan siswa. Tentu saja bagus, apabila kita mulai mempelajari bahasa dunia tersebut. Namun, jika penempatannya salah apa yang akan terjadi? Misalkan saja ntar, masih nunggu calling an temen. Tentu saja bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi akan amburadul. Setidaknya tergerusnya bahasa daerah dan bahasa Indonesia menunjukkan ketidak mampuan kita mempertahankan apa yang sudah kita miliki. Untuk mempertahankan bahasa yang menjadi identitas kita saja, kita tidak mampu. Apalagi mempertahankan bahasa yang menjadi identitas daerah kita. Itulah yang tampak dari kalangan pemuda saat ini. kita terlalu sibuk berkoar-koar dijalanan untuk meminta perubahan besar kepada pemerintah. Tapi kita malah tidak memperhatikan hal-hal kecil yang ada disekitar kita. Ada cara-cara tertentu yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan ke dua bahasa tersebut. Mulai dari mengubah pelajaran bahasa adaerah menjadi salah satu pelajaran wajib disekolah. Membiasakan diri berbicara dalam bahasa daerah maupun Indonesia ketika berada dirumah maupun diluar rumah. Lomba-lomba yang mengasah kemampuan berbicara dalam bahasa daerah, misalkan lomba pidato berbahasa Bali ataupun bahasa lainnya. Seseorang harus memiliki kesadaran bahwa bahasa daerah akan hilang secara perlahan bila tidak kita jaga. Memang pada era globalisasi dan persaingan pasar bebas seperti saat ini penggunaan bahasa asing tidak dapat disalahkan. Pangsa pasar lebih dominan menginginkan seseorang untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia, maka dari itu kalangan muda lebih tertarik untuk mempelajari bahasa asing daripada bahasa daerah. mereka rela menempuh kursus untuk mempelajari secara lebih mendalam bahasa asing yang diperlukan. Muncul semakin banyak banyak asing memang dapat membantu kita untuk dapat masuk ke dalam era globalisasi. Tapi hal itu semestinya tidak secara serta merta mengubah cara pandang kita terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Tetap bangga menggunakan bahasa asli kita merupakan salah satu caranya. Menggunakan bahasa daerah dilingkup yang kecil dan menggunakan bahasa Indonesia dalam lingkup pergaulan yang lebih luas. Dan menempatkan penggunaan bahasa asing di lingkup yang sewajarnya merupakan salah satu caranya. Tidak malu ketika diejek medok dan tetap percaya diri setidaknya akan mempertahankan eksistensi bahasa daerah kita. Serta menghargai setiap perbedaan yang dimiliki oleh setiap bahasa dari daerah yang berbeda akan semakin mengeratkan solidaritas diantara sesama warga daerah maupun berbeda daerah. Hal itulah yang akan menguatkan keberagaman yang ada di Indonesia sehingga banyaknya perbedaan yang ada di Indonesia tidak akan menjadi suatu masalah besar diantara masalah-masalah besar lainnya.

Anda mungkin juga menyukai