Hulu Dan Hilir Harus dipisah (Tidak Boleh Memilikki Badan usaha Yang sama) dan Liberalisasi Sistem Hilir
Dengan UU Migas No 22 tahun 2001 kini di bidang Hulu dan Hilir terjadi segregasi ranah Bisnis. Jadi satu perusahaan/Badan Usaha, sebut saja X, bila memilikki Bisnis Hulu maka perusahaan X ini tidak boleh memilikki Bisnis Hilir. Perusahaan X baru boleh melaksanakan bisnis Hilir apabila membentuk/melahirkan perusahaan baru sesuai kaidah hukum yang berlaku di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya monopoli. Yang termasuk dalam usaha Hilir Ialah pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan Niaga (usaha penjualan) Minyak Bumi. Sebelum Lahirnya UU Migas ini, monopoli terjadi di Bisnis Hilir dimana 100% SPBU adalah milik Pertamina. Namun terlepas dari sponsor di belakang lahirnya UU Migas no 22 ini, penghilangan monopoli dipercaya mampu mendobrak performa Pertamina (Termotivasi). Selain itu, penghilangan monopoli ini juga bertujuan memfasilitasi bahkan menstimulus konsumen dan rakyat Indonesia untuk menggunakan BBM Non Subsidi dengan banyaknya pilihan dan ketersediaan bahan bakar non subsidi. Karena memang UU ini disusun dengan perencanaan mencabut Subsidi tak proporsional di masa yang akan datang. Tetapi ketika diterapkan, pada akhirnya bagian ini justru dianggap dapat membahayakan posisi PERTAMINA di masa yang akan datang, padahal asset kita yang satu ini harus dilindungi sepenuh Hati. Dari data penjualan BBM non subsidi, hampir 90%nya menggunakan BBM non subsidi dari perusahaan Non-PERTAMINA. Nah lhoh..