Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FISIKA

Research Based Learning (RBL)


Sistem Pengereman Berbasis Magnetik

Oleh :

Alris Alfharisi R Sunni Nugraha P Aulia Taufik Akbar Farisy Yogatama S Firdaus Fadhlullah D Tika Novira Tobing Lakeswaran B.

16411040 16411084 16411092 16411161 16411197 16411233 12211701

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ( K-13 ) Institut Teknologi Bandung Bandung 2012

I.

Tujuan 1. Menentukan ketergantungan gaya pengereman magnetik pada kecepatan relatif terhadap konduktor nonmagnetik. 2. Menentukan besar gaya pengereman magnetik pada kecepatan yang berbeda.

II.

Teori Dasar

Ketika magnet berada di dekat konduktor non magnetik,magnet akan mengalami gaya dispasi yang disebut gaya pengereman magnetik (magnetic breaking force). Dalam eksperimen ini kita akan menyelidiki sifat alami dari gaya ini yang bergantung pada kekuatan magnet (momen magnet ), konduktivitas konduktor (c ), ukuran dan geometri magnet maupun konduktor, jarak antara magnet dan permukaan konduktor (d), dan kecepatan magnet relatif terhadap konduktor (v).

Pada eksperimen ini gaya pengereman magnet dianggap berganttung pada kecepatan (v) dan jarak magnet dengan alumunium (d). Secara empiris dituliskan sebagai

F=-kdpvn
K = suatu konstanta bergantung , c, dan konduktor yang tidak berubah dalam eksperimen ini. Dimana d : jarak tengah magnet ke permukaan konduktor. V : kecepatan magnet relatif terhadap konduktor P dan n : faktor pangkat yang akan dicari dari eksperimen.

Prinsip dari pengereman magnetik digunakan pada kereta yang terdiri dari satu atau dua lapis magnet neodymium. Ketika sisi logam(dalam hal ini yang digunakan adalah alumunium) lewat di antara deretan magnet, arus Eddy dihasilkan dalam sirip yang membuat medan magnet berlawanan dengan gerak sirip. Resultan gaya pengereman berbanding lurus dengan kecepatan di mana sirip bergerak melalui bagian rem. Meskipun terbukti cukup baik,

masalah sebenarnya adalah pengereman magnetik tidak benar-benar bisa menjadikan benda dalam keadaan benar-benar diam dalam kondisi ideal. Pada kereta misalnya, ketika rem diinjak, arus akan mengalir pada komponen elektromagnetik sehingga menjadi magnet yang kuat dan akhirnya menimbulkan medan magnetik yang cukup besar. Karena kereta bergerak, terjadi perubahan dari elektromagnetik pada rel. Perubahan medan magnetik ini akan menimbulkan arus Eddy pada rel yang selanjutnya menimbulkan gaya yang memperlambat gerak kereta. Karena arus Eddy berkurang secara teratur, maka gaya perlambatannya pun berkurang secara teratur. Karena magnet yang digunakan cukup kuat,magnet bumi memberi torka yang cukup kuat padanya. Torka ini memutar magnet ketika magnet menggelinding turun sehingga akan menimbulkan gaya gesek yang kuat dengan lintasan. Tetapi,dalam percobaan ini lintasan akan dibuat miring untuk meminimalkan gaya gesek. Sesuai Hukum III Newton,ketika ada gaya aksi,maka akan kita dapatkan gaya reaksi yang sama besar namun berlawanan arah. Dalam hal ini,gaya reaksi ini dikenal sebagai gaya penereman magnetik. Jika jarak magnet dengan konduktor konstan, maka gaya pengereman magnetik hanya bergantung pada kecepatan gerak magnetik..Sehingga persamaannya menjadi

F=-kdpvn=-k1vn

Desain bidang miring dan konduktor dan magnetik

foto bidang miring dengan track lintasan yang digunakan

III.

Metode Percobaan

III. 1 Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal Waktu Tempat

: : :

Minggu, 29 April 2012 13.00 15.00 Selasar Gedung Comlabs ITB

III. 2 Alat dan Bahan 1. Magnet Neodymium 2. Batang Aluminium 3. Bidang Miring dengan Track 4. Stopwatch 5. Penggaris dan Busur 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah

III. 3 Prosedur Percobaan Ketergantungan Gaya Pada Kecepatan

Bidang lintasan yang sudah dipasang jalur lintasan diatur posisinya sehingga bidang

lintasan berada pada sudut tertentu dengan lima variasi sudut. Jarak magnet dengan

dilakukan percobaan dengan cara menggelindingkan magnet dari ujung atas hingga akhir, konduktor diatur pada jarak d=2cm dan tidak berubah. Untuk mendapatkan nilai kecepatan

saat

magnet

menggelinding

pada lintasan catat jarak dan waktu tempuhnya.

III.4 Percobaan dan Perhitungan L= 0,4 m, D= 0,006 m, m= 0,02 kg

percobaan () t0 (s) t (s) Ln sin ( ) v= L/t (m/s) Ln v

1 7 1,12 2,70 -2,10 0,15 -1,90

2 12 0,84 1,95 -1,57 0,21 -1,56

3 23 0,65 1,25 -0,94 0,32 -1,14

4 28 0,57 0,75 -0,76 0,53 -0,64

5 40 0,46 0,67 0,44 0,60 -0,51

grafik waktu terhadap sudut kemiringan (tanpa alumunium)


1.2 1

t0 (s)

0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 10 20 30 40 50

()

grafik waktu terhadap sudut kemiringan (dengan alumunium)


3 2.5

t' (s) 1.5

1 0.5 0 0 10 20 30 40 50

()

grafik ln sin terhadap ln v'


0 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.5 -1 0

Ln sin
-1.5 y = 0.866x - 0.1437 -2 -2.5

Ln v

Dari grafik ln sin terhadap ln v Persamaan garis: y = 0,866x - 0,143 ln sin = n ln v+ ln (k/mg)

sehingga n=0,87 ln (k/mg)=-0,143 k/mg = 0,87 k = 0,17 kg m s-2 karena nilai d yang selalu konstan, maka p=0. Sehingga Dengan rumus

F=-kdpvn
Didapat F1 0,03 F2 0,04 F3 0,06 F4 0,10 F5 0,11

IV.

Pembahasan Pada percobaan yang dilakukan, bisa dilihat bahwa perbedaan antara waktu antara

silinder magnet yang digelindingkan pada bidang miring yang diberi alumunium dan tanpa alumunium akan berbeda. Bidang miring yang diberi alumunium akan lebih lambat bergerak dibanding tanpa alumunium. Hal ini dikarenakan adanya eddy current yang timbul oleh adanya garis gaya magnet yang mengenai lintasan alumunium yang menimbulkan induksi magnet di sepanjang lintasan alumunium (hukum faraday) dimana gaya magnet melawan perubahan yang timbul (hukum lenz). Sehingga medan magnet yang ditimbulkan eddy current melawan medan magnet yang ditimbulkan oleh pergerakan magnet di lintasan. Akhirnya, terjadi suatu pengereman yang memperlambat kecepatan silinder magnet (walaupun tidak akan berhenti sepenuhnya). Saat sudut kemiringan diubah-ubah, maka waktu yang ditempuh akan semakin pendek untuk kedua percobaan (dengan alumunium dan tanpa alumunium) dengan lebar lintasan yang selalu tetap, hasil yang didapatkan,makin besar sudut kemiringan maka waktu tempuh makin kecil sehingga kecepatan semakin besar.

V.

Rincian Pengeluaran 1. Magnet neodynium 2. Aluminium 3. Papan 4. Busur Total Biaya Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 8.000 Rp 1.000 Rp 29.000

VI.

Kesimpulan dan Saran

VI. 1

Kesimpulan

Gaya pengereman akan berbanding pangkat n dengan kecepatan gerak dalam lintasan (saat d konstan). Hal ini disebabkan oleh adanya beda kemiringan. Saat sudut kemiringannya besar maka kecepatannya akan semakin besar. Gaya pengereman: F ( (o) = 7)

= 0,03 N

F ( (o) = 12) = 0,04 N F ( (o) = 23) = 0,06 N F ( (o) = 28) = 0,10 N F ( (o) = 40) = 0,11 N

VI. 2 Saran Percobaan yang kami lakukan belum ideal, hal ini dikarenakan sistem penahan bidang miring yang dipakai sangatlah sederhana sehingga memungkinkan terjadinya perubahan posisi sudut kemiringan disaat perhitungan. Hal yang lain adalah ketidaktepatan posisi lintasan yang tidak searah dengan pergerakan medan magnet yang memungkinkan terjadi gesekan dengan lintasan alumunium atau tanpa alumunium. Tambahan pula, adanya kesalahan pengukuran stopwatch karena waktu perhitungan yang terlalu singkat yang berorde dibawah 10 detik.

VII.

Daftar Pustaka TIPLER, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta. HALLIDAY-RESNICK, 1985, Principles of Physics 9th Edition, Penerbit Erlangga, Jakarta. Serway, R. Physics for Science & Engineers With Modern Physics , James Madison university Harrison Burg, Virginia, 1989.

Anda mungkin juga menyukai