Anda di halaman 1dari 3

Efek alkohol terhadap munculnya ambang pendengaran bisa kembali setelah diuji ulang pada beberapa individu selama

lebih dari seminggu setelah trial, melalui audiogram cenderung kembalu ke level sebelum konsumsi alcohol. Beberapa individu juga mengalami tinnitus transien yang bisa dihubungkan dengan konsumsi alcohol.

Gb. 1 Rata-rata ambang pendengaran melebihi 6 frekuensi (250 Hz, 500 hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000 Hz, 8000Hz) pre dan post konsumsi alcohol, memberikan konsentrasi alcohol pernafasan 30 u/l atau lebih (subyek a-z). Kecenderungan perubahan ambang pendengaran maksimum (rata-rata 157 db) dicerminkan melaluui lebih pewarnaan yang lebih muda ( misalnya area post konsumsi alcohol) pada grafik. PEMBAHASAN Minuman umumnya diminum pada malam hari biasanya memicu noise induced hearing loss orang-orang yang biasanya bekerja pada jam-jam kerja di industry modern. Gangguan pendengaran yang terlihat selama proses penuaan sering dikaitkan pada presbakusis dan pajanan bunyi tetapi alcohol mungkin juga berperan secara signifikan pada gangguan pendengaran (alcohol-induced hearing loss). klinik pendengaran popular dengan diagnosis rujukan cocktail party deafness tidak bisa serta meerta dihubungkan dengan proses penuaan sendiri atau noise-induced hearing loss. Konsumsi alcohol ditunjukkan sebagai penyebab pergeseran ambang pendengaran sementara pada mekanisme mendengar yang sudah tua, dan mungkin dari waktu ke waktu akan terjadi secara permanen. Ambang reflex akustik diukur pada orang berumur 18 tahun (9 laki-laki dan 9 perempuan) pada 4 level sampel darah alkoholik :0 % meningkat 0.1%, 0.15% (level puncak), dan menurun 0.10 %. Refleks yang menstimulasi rangsangan

terdiri dari 3 suara narrow-band (300-600, 600-1200, dan 1200-2400 Hz) dan 3 suara broad band ( white noise, rekaman music rock, dan rekaman studio music). Ambang reflex pada pre-alkoholik didapatkan signifikan lebih sensitive daripada seluruh ambang post alkoholik pada seluruh stimulasi, dan stimulasi broad band menunjukkan pergeseran ambang pendengaran yang lebih besar daripada stimulasi narrow-band. Perbedaan secara signifikan tidak terobservasi untuk beberapa kadar darah alkkoholik. Popella dkk., mencoba melakukan penelitian menggunakan kadar alcohol lebih rendah selama hanya 2 frekuensi pada 5 subyek dengan pendengaran normal dan mendapatkan sebuah kemampuan mendengar yang berkurang. Secara spesifik, ambang refkleks akustik dimunculkan, reflex yang besar diturunkan, dan pergeseran ambang sementara ditingkatkan dibawah kondisi alkoholik. Sebuah penelitian cross-sectional terbaru, meskipun tidak spesifik melihat konsumsi alcohol dan pendengaran menunjukkan sebuah efek frekuensi spesifik yang berfrekuensi rendah lebih parah dampaknya daripada frekuensi tinggi. Hal yang menjadi pertentangan pada penelitian ini adalah efek alcohol pada variasi pendengaran dengan derajat pajanan dan jenis kelamin. Tetapi penyelidikan ini mendapatkan sebuah peningkatan kemungkinan gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang didapatkan pada riwayat minum berat. Hasil penelitian kita menunjukkan efek frekuensi spesifik pada frekuensi rendah dimana lebih berat efeknya daripada yang berfrekuensi tinggi. Efek frekusnsi spesifik dikonfirmasi melalui penelitian lainnya, meskipun penelitian lainnya mendapatkan sebuah peningkatan ambang pada frekuesni penting untuk pembedaan di atas 1000 Hz yang hampir 3 kali lebih besar dari pada frekuensi rendah. Perbedaan ini mungkin terdorong fakta-fakta yang menunjukkan banyaknya individual muda dengan patologi pendengaran yang ringan. Hasil ini dikuatkan oleh penelitian implantasi koklear baru-baru ini pada efek alkoholik pada kadar ketidaknyamanan suara nyaring (sebagai pengukuran fungsi auditorik) melalui alcohol muncul ambang persepsi dan ketidaknyamanan pada pasien-pasien dengan sisa implantasi koklear. Pada penelitian kami menunjukkan bahwa alcohol lebih baik menumpulkan ambang frekuensi-freuensi yang lebih rendah meliputi 1000 Hz, yang merupakan frekuesnsi paling penting untuk mengerti pembicaraan manusia. Konsumsi alcohol ringan-sedang berfefek menumpulkannada murni pada frekuensi pembicaraan. Peneliti merasakan bahwa jika pendengaran sudah didiagnosis dengan specch Audiometri, ketidakmampuan/kecacatan karena alcohol diketahui sebagai peran dalam penyebab signifikan pada deteriorasi pada pembedaan speech. Alkohol mungkin berperan perifer melali toxik langsung dan efek osmnotik atau proses

perusakan informasi auditorik (sentral). Konsumsi nalkohol sedang ditunjukkan dengan adanya perubahan proses auditorik sentral dibawah kondisi kesulitan mendengar. Penyelidikan sudah menunjukkan hipotesis bahwa alhohol berperan sentral pada kadarnya dalam mekanisme terlibat pada temporal dan sumasi binaural signal auditorik dibandingkan pengaruh terhadap perifer. Efek alcohol pada pendengaran juga didapatkan kembali lagi pada jangka pendek, namun perubahan ambang jangka panjang tidak permanen tidak bisa dikesampingkan

KESIMPULAN Keterbatasan pada penelitian ini adalah mengekskkusikan secara ketat sub kelompok analisis. Sebuah penelitian yang lebih formal denga partisipan yang lebih banyak dan pengukuran kedua kadar darah dan kadar darah alkoholik pernafasan akan tidak diaragukan mengarahkan ke akurasi dan validasi hasil. Audiometri nada murni dan speech audiometric, mungkin dilengkapi dengan perubahan reflex stapedial atau membangkitkan respon audiomteri, dapat membantu memperjelas jalur pendengaran yang sebenarnya, pusat dan atau perifer dipengaruhi oleh alcohol, Sehingga dapat member kesempatan untuk penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai