Anda di halaman 1dari 7

Indera Pendengaran

Setiap hari mungkin kita taka sing dengan bunyi-bunyi yang dapat kita dengarkan, dari itu entah suara orang berbicara, suara kendaraan bermotor, suara ayam berkokok hingga kicauan burung maupun deritan pintu. Semua bunyi itu dapat kita dengar , tentu saja karena kita dianugrahi indera pendengaran, yakni telinga. Muncul beberapa pertanyaan dari diri kita, mengapa telinga kita dapat mendengar semua bunyi itu? Bagaimanapula bunyi tersebut dapat terdengar hingga bagian tersebut? Baiklah untuk sementara kita analogikan telinga merupakan sebuah stasiun penerima gelombang dan otaklah yang mengartikan gelombang suara tersebut. Kemampuan untuk mendengar ini sebenarnya merupakan kemampuan untuk menditeksi vibrasi mekanis bunyi. Perlu kita ketahui bahwa, telinga dibagi menjadi tiga bagian, yakni telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam.

Struktur dan Fungsi Indera Pendengaran(Telinga)


Struktur Telinga Bagian Luar : a. Pinna (Daun Telinga) b. Saluran auditori(liang saluran suara) Telinga Bagian Tengah : a. Membran Timpani (selaput gendang telinga) b. Tulang Martil(asikel maleus) Tulang Landasan(asikel Inkes) Tulang Sanggurdi(asikel stapes) c. Saluran Fustachius Fungsi

a.dan b. Keduanya memiliki fungsi untuk membantu mengkonsentrasikan gelombang suara. a. Meneruskan vibrasi ke osikula. b. Meneruskan vibrasi jendela oval. /getaram ke

c. Mengembangkan tekanan udara antara telinga tengah dan lingkungan.

Telinga Dalam : a. Jendela Oval b. Jendela melingkar c. Koklea(rumah siput) d. Saluran semisirkuler dan utrikulus e. Membrane basiler f. Organ Korti g. Membran Tektorial

a. Penghubung antara telinga tengah dan telinga dalam. b. Sebagai reseptor suara. c. Sebagai reseptor untuk gerakan kepala. d. Sebagai reseptor gravitasi e. Meneruskan vibrasi. f. Tempat terdapatnya sel reseptor suara berbentuk rambut g. Meneruskan vibrasi ke Organ Korti.

Mekanisme Terjadinya Suara


Gelombng suara yang masuk kedalam liang telinga akan memukul gendang telinga akan menggetarkan gendang telinga(membrane timpani) sehingga bergetar. Getaran membrane timpani ditransmisikan melintasi telinga tengah melalui tiga tulang kecil, yang terdiri dari tulang martil(maleus), landasan(inkus), dan Sanggurdi(stapes). Telinga tengah dihubungkan ke nasofaring oleh tabung Eustachius. Getaran dari osikula yang paling dalam(dari tulang sanggurdi) ditransmisikan ke telinga dalam melalui membrane jendela oval ke koklea. Koklea merupakan suatu tabung yang kurang lebih panjangnya 3cm dan bergabung seperti rumah siput. Koklea berisi cairan limfa. Getaran dari jendela oval ditransmisikan kedalam cairan limfa dalam ruangan koklea. Selanjutnya, getaran diteruskan dengan gerak berlawanan arah ke jendela bundar. Di bagian dalam ruangan koklea terdapat organ korti. Organ korti berisi sel-sel rambut yang sangat peka. Inilah reseptor reseptor getaran yang sebenarnya. Sel-sel rambut tersebut terletak diantara membran basiler dan membran tektorial. Getaran dalam cairan koklea menimbulkan getaran dalam membran basiler. Hal ini menggerakan sel-sel rambut rambut terhadap membran tektorial, yang berarti menstimulasinya. Impuls listrik yang timbul dalam sel ini kemudian diteruskan oleh saraf auditori ke otak untuk kemudian kita dapat mendengarkan suara tersebut.

Mekanisme Keseimbangan
Proses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran, saluran tersebut mendeteksi keseimbangan rotasi(gerakan memuta kepala) dan keseimbangan gravitasi(gerakan kepala tegak atau datar).

Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran. Pada bagian dasar ketiga saluran dasar tersebut terdapat struktur yang disebut dengan ampula. Didalam ampula tersebut terdapat sel rambut yang tertanam didalam gelatin, disebut dengan kapula. Pada cairan didalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah aliran sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Impuls-impuls sraf tersebut kemudian mengalir melalui saraf vestibular menuju otak. Keseimbangan gravitasi bergantung pada utrikulus dan sakulus yang didalamnya mengandung batu otolit. Utrikulus sangat peka terhadap gerakan naik turun. Pergerakan batu otolit akan menekan ujung saraf keseimbangan sehingga impuls akan terkirim ke pusat keseimbangan di otak.

Tipe-tipe Gangguan Pendengaran


Gambar Wilayah yang menjelaskan tipe-tipe Gangguan Pendengaran

Tipe-tipe Gangguan Pendengaran Gangguan Pendengaran Konduktif Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel. Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah

pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Gangguan Pendengaran Sensorineural Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga tuli saraf, dapat ringan, menengah, berat atau parah. Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah. Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini. Gangguan Pendengaran Campuran Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah . Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen. Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak. Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan. Sumber: http://www.medel.com/in/show/index/id/63/title/Tipe-tipe-GangguanPendengaran

Kelainan-Kelainan Pada Indera Telinga


Gangguan Pendengaran Akibat Bising Modified at 07 Desember 2007 by Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT /GPAB |

Gangguan pendengaran akibat bising adalah Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Sifat gangguannya adalah tuli sensorineural tipe koklea dan umumnya terjadi pada ke dua telinga. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. PRESBIKUSIS | Posted at 07 Desember 2007 by Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT Presbikusis adalah tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris ( terjadi pada kedua sisi telinga).

TULI KONGENITAL | Modified at 07 Desember 2007 by Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT Tuli kongenital merupakan salah satu masalah pada anak yang akan berdampak pada perkembangan bicara, sosial, kognitif dan akademik. Masalah makin bertambah bila tidak dilakukan deteksi dan intervensi secara dini. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Modified at 07 Desember 2007 by Dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT (OMSK) |

Otitis media supuratif kronik adalah peradangan mukosa telinga tengah disertai keluarnya cairan dari telinga melalui perforasi membran timpani (gendang telinga berlubang). Masyarakat mengenal OMSK sebagai penyakit congek, kopok, toher atau curek. Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus atau hilang timbul. Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa, jenis

kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek).
Sumber: http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&category_id=2

Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?q=gambar+struktur+telinga+bersama+keterangannya&um=1&hl=id&sa=N&biw=1280&bi h=709&tbm=isch&tbnid=DzD6fKzjFgBOrM:&imgrefurl=http://ekinshankyslife.blogspot.com/2010_10_01_archive.html&imgurl =http://3.bp.blogspot.com/_JeUMAjFViJA/TLWHyRWammI/AAAAAAAAAM8/i3SJLEuSrqc/s1600/2191_ear_anatomy_450.jpg& w=450&h=409&ei=kJDGTe7nN8HPrQff8uHmBA&zoom=1

Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?q=gambar+struktur+telinga+bersama+keterangannya&um=1&hl=id&sa=N&biw=1280&bi h=709&tbm=isch&tbnid=bkb0B0bqH9_CdM:&imgrefurl=http://ramlannarie.blogspot.com/2010_07_01_archive.html&imgurl= http://medicastore.com/images/anatomi_telinga.jpg&w=424&h=241&ei=kJDGTe7nN8HPrQff8uHmBA&zoom=1

Anda mungkin juga menyukai