Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA SEKEPING RUPIAH JALANAN

ASAL-USUL PENGEMIS
Kata mengemis tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita, gambaran yang pertama kali muncul barangkali ketika mendengar kata itu adalah orang yamg mengenakan pakaian compang-camping dan uang. Miskin, alasan klasik mengapa orang-orang bersedia meminta dan mengemis kepada orang lain. Entah karena faktor malas atau karena tidak teratasinya masalah kemiskinan oleh pemerintah. Yang jelas, pengemis dan gelandangan hingga saat ini tetap menjadi fenomena yang tidak ada habisnya.

Asal-Usul Pengemis
mungkin karena dorongan kebutuhan mereka yang sedemikian besar, juga karena kurang pedulinya sesama dan pemerintah terhadap mereka, mereka jadi rela menggadaikan harga diri dan berbuat demikian. Jadi, tugas kita adalah harus lebih peka lagi terhadap sesama, khususnya mereka yang terpinggirkan seperti pengemis

ADA APA DENGAN PENGEMIS?


Secara etimologi, pengemis berasal dari kata dasar kamis. ada apa di hari kamis? Dulu, penguasa Kerajaan Surakarta Hadiningrat di pimpin oleh seorang Raja bernama Paku Buwono X, dia memang sangat dermawan serta gemar membagibagikan sedekah untuk kaum papa yang tak berpunya terutama menjelang hari Jumat khususnya pada hari Kamis sore.

Lanjut Yuk, buka cakrawalamu


ternyata kebiasaan tersebut berlangsung setiap hari Kamis (dalam bahasa jawanya Kemis), maka lahirlah istilah NGEMIS (kata ganti untuk sebutan pengguna/pengharap berkah dihari Kemis) dan pelaku-pelakunyapun biasa disebut Pengemis (Pengharap berkah pada hari Kemis).

Tau gak bedanya pengemis kita ma luar negeri?


Ada perbedaan yang menonjol antara pengemis kita dengan pengemis luar negeri, bedanya di mana ya? Kalau pengemis luar negeri mengemis dengan menciptakan karya seni, misalnya teater, atau bermusik, lah kalau kita Cuma modal tangan doang.

(ndak modal gitu ya)

Catat dan Ingat


Ada 5 tipe pengemis menurut Dr. Engkus Kuswarno (Penelitian Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung): Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok ini, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil.

Lanjutan Tipe Pengemis


Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Ada alternatif pilihan, keterampilannya dapat dikembangkan untuk menjamin hidupnya. Namun, keterampilan itu tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya

Ini tipe yang ke-4


Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan keberadaannya, misalnya lebaran. Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.

Sabar ya kawan, ini tipe terakhir, mungkin di minati anda


Pengemis rerencana: berjuang dengan harapan. Pengemis ini, adalah pengemis yang sementara (kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup.

Kaitan Pengemis Dengan Pancasila


Menurut tim kami, hal ini dikategorikan dalam silake-2 dan ke-5, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Mengemis itu sendiri sebenarnya bukanlah pilihan mereka, tapi karena keadaanlah yang memaksa mereka melakukan hal ini, lantaran faktor ekonomi dan kurangnya keterampilan mereka untuk bekerja

Jadi
Hal ini merupakan PR bagi kita semua, khususnya pemerintah. Harus ada upaya yang lebih real lagi untuk meminimalisir aksi para si pencari Kepingan Rupiah Jalanan ini Yaitu, dengan mewujudakan sila ke-2 dan ke5, dengan kata lain, hal ini harus diaktualisasikan dalam bentuk yang nyata, bukan sekedar janji belaka

So,,, its one of way for overcoming It


Menciptakan lapangan pekerjaan seluasluasnya Membuka balai pelatihan keterampilan Memberi kesempatan kerja seluas-luasnya Peduli terhadap sesama

Sejuta Arif
Kata-katamu tak sempat lamakan lampu merah Cepat kau menepi menghitung kepingan rupiah Arif tak peduli walau panas hujan menerpa Untuk sebuah kehidupan Anak kecil berlarian di belantara kota Bernyanyi dengan alat musik sederhana Arif tak peduli masa kecilnya terampas Bahkan cit-citanya hampa

Sejuta arif
Sepuluh, seratus, bahkan seribu, seratus ribu, bahkan sejuta arif menunggumu Uluran tangganmu, demi generasi jauh di sana Pernahkah kau pikirkan andai kau arif sebenarnya? Berjuang menepis keangkuhan manusia kota Arif tak peduli hatinya terbentur prahara Bahkan cita-citanya hampa Kamilah sejuta arif yang menunggumu

survei

Survei

Survei

Survei

Syukron ya buat attentionnya

Anda mungkin juga menyukai