Anda di halaman 1dari 12

BABI PENDAHULUAN A.

Latar Belakang
Industri mineral merupakan salah satu kepentingan ekonomi di seluruh dunia, dimana di dalamnya termasuk usaha pertambangan yang diharapkan berwawasan lingkungan sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Secara global, ekonomi industri telah digunakan sebagai suatu sistem sumber daya terbuka melalui pemanfaatan bahan baku mineral dan energi; dengan pembuangan limbah berdampak pencemaran terhadap lingkungan. Tantangan yang dihadapi oleh komunitas global saat ini adalah membuat ekonomi industri lebih mengarah kepada sistem tertutup dengan sasaran: penghematan energi, mengurangi limbah, mencegah pencemaran, dan

mengurangi biaya (UNO, 1995). Dua unsur penting yang perlu diperhatikan adalah: 1. Industri harus mencakup eko-efisiensi dalam mewujudkan

pendekatan produksi lebih bersih; termasuk perolehan maksimum produk dari minimal bahan baku, rancangan produksi, teknologi pengolahan dengan meminimalisasi dampak lingkungan dan penanganan limbah untuk mencegah pencemaran lingkungan. 2. Limbah industri harus dianggap sebagai bahan baku berharga yang dapat diolah lebih lanjut atau dengan kata lain didaur ulang.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat. 2. Untuk mengetahui resiko yang ditimbulkan oleh logam berat. 3. Untuk mengetahui bagan alir pemajanan logam berat. 4. Untuk mengetahui pengendalian terhadap kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat.

Eko TOksikologi

C. Manfaat 1. Dapat mengetahui kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat.Dapat mengetahui resiko yang ditimbulkan oleh logam berat. 2. Dapat mengetahui bagan alir pemajanan logam berat. 3. Dapat mengetahui pengendalian terhadap kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat.

Eko TOksikologi

BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Logam Berat 1. Nama Kegiatan Masyarakat Industri Kimia dan pertanian (pestisida) 2. Industri Berat yang Dihasilkan Arsen (As) Arsenik muncul dalam tiga bentuk allotropic, yaitu kuning, hitam dan abu-abu, bentuk stabil adalah perak abu-abu, rapuh kristal padat. Hal tarnishes cepat di udara, dan pada suhu tinggi dapat membakar dan membentuk awan putih arsenik trioksida. Arsenik merupakan anggota kelompok Va dalam tabel periodic unsure. Bentuk metalik rapuh, tharnishes dan ketika dipanaskan dengan cepat akan mengoksidasi untuk arsen trioksida, yang memiliki bau bawang putih. Bentuk non logam kurang reaktif tapi dapat larut ketika dipanaskan dengan asam oksidator kuat dan basa. 3. Karakteristik logam Berat a. Merupakan logam semi konduktor. b. Mempunyai titik didih 615 C dan titik cair 814 C (36 atm). c. Bentuk seperti rapuh Kristal padat, dan warna perak abu abu. d. Mempunyai bau seperti bawang putih. e. Disebut sebagai King of Toxic .

Eko TOksikologi

B. Resiko yang ditimbulkan oleh Logam Berat 1. Bagi Manusia Metabolism dan Ekskresi Arsen

Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Di dalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan Arsenik

Secara umum, keracunan arsenic dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsenic berlebih dan kronis akibat terpapar terus-menerus, meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsenic melebihi batas ambang aman tertinggi). Masuknya arsenic dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak dapat menyebabkan serangan akut berupa rasa sakit perut yang sangat, akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsenic, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap atau hiperpigmentasi kulit), penyakit

Eko TOksikologi

pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease, kanker kulit, dermatitis, penyakit ginjal. Pemaparan arsenic pada manusia sering disebut sebagai arsenicikosis. Penduduk yang terpapar memiliki berbagai gejala seperi yang ada di atas. Secara khusus, gejalagejala arsenicikosis terbagi menjadi gejala stadium primer, sekunder dan tersier. a) Stadium Primer Melanosis yang Keratoris : Penggelapan warna kulit atau munculnya spot spot hitam yang lama kelamaan semakin merata ke seluruh tubuh. Pengerasam dan penebalan kulit pada tangan yang menyebebkan tangan menjadi kasar. Konjungtivitis : Mata merah Bronkitis : infeksi saluran pernapasan Gastroenteritis : pusing, mual, muntah dan lemah b) Stadium Sekunder Leuko-melanosis : Munculnya spot hitam dan spot pemutih Pada seluruh tubuh Hiperkeratosis: Munculnya area kasar dan tidak rata pada telapak tangan dan telapak kaki Edema: Pembengkakan pada kaki Periferal neuropati: berkurangnya sensitivitas saraf penerima rangsangan Ginjal dan hati: muncul berbagai kompilkasi, termasuk kanker hati dan hepatitis khususnya hepatitis B. c) Stadium Tersier Gangren : Neuronekrosis (pengapuran saraf) dan pembususkan pada anggota badan. Kanker : kanker pada hati, kandung kemih, dan paru paru serta gagal hati dan ginjal.

Eko TOksikologi

Fakta bahwa sebagian besar air tanah di bumi mengandung arsenic memang mengejutkan. Walaupun sebagian besar tidak melewati ambang batas aman yang ditentukan WHO, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat harus mulai dibangun. Kontaminasi arsenic dalam tubuh terjadi secara kronis, dengan kata lain, arsenic bersifat akumulatif di dalam tubuh. Dosis mematikan (lethal dose) arsenic trioksida di dalam tubuh adalah 200-300 mg, sedangkan lethal dose arsenic murni adalah 2 mg. Kontaminasi arsenic di dalam tubuh dapat terjadi selain melalui air tanah dan udara, dapat juga melalui bahan pangan, baik karena kandungan alami maupun karena proses pengolahan yang melibatkan air terkontaminasi arsenic. Arsenic yang masuk ke dalam tubuh tidak seluruhnya terakumulasi di dalam tubuh. Kandungan arsenic di dalam tubuh akan meningkat tajam sesaat setelah mengonsumsi bahan pangan yang mengandung arsenic dalam jumlah besar. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa tubuh memiliki mekanisme tertentu untuk mengeluarkan kelebihan arsenic. Pada hari pertama, tubuh akan mengeluarkan sekitar 28 persen arsenic terserap melalui urin dan sekitar 2,5 persen melalui feses. Hal tersebut akan berlangsung secara simultan kira-kira selama sepuluh hari. Pada akhir hari kesepuluh, kandungan arsenic di dalam tubuh akan mendekati 0 persen. Kandungan arsenic rata- rata pada urin orang normal adalah 0,0 - 0,06 mg/liter. Arsenic yang terakumulasi di dalam tubuh, umumnya terdeposit pada rambut, kuku, kulit, dan hati. Kandungan normal arsenic pada orang normal adalah maksimum 1 mikrogram per gram berat jaringan basah. Dampak dari terpaparnya manusia oleh arsenic akibat meminum air yang mengandung arsenic di atas ambang batas atau menghirup arsenic dari udara yang tercemar adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Mekanisme kanker terjadi secara kronis dan dapat terbentuk akibat paparan arsenic selama beberapa waktu. Pada kasus di Saxony, kematian

Eko TOksikologi

massal terjadi setelah korbannya terpapar arsenic selama dua bulan. Gejala awal yang terjadi adalah iritasi pada batang tenggorokan, disusul oleh laringitas atau peradangan pada rongga tenggorokan (laring), serta peradangan trakea. Gejala selanjutnya adalah bronkopneumonia yang merupakan peradangan selaput pembungkus paru-paru. Peradangan akan mempercepat pembentukan kanker pada paru-paru. Arsenic diduga dapat berikatan dengan protein dan atau lemak sehingga menimbulkan kesalahan metabolisme atau lisis dan lesi. Kelebihan arsenic di dalam tubuh umumnya akan menumpuk pada hati dan kantong empedu. Kanker hati terjadi jika penumpukan arsenic menyebabkan degradasi lemak dan protein penyusun jaringan organ tersebut. WHO menetapkan ambang batas maksimum arsenic di dalam air tanah adalah 10 ppb (part per billion). Hal ini dilakukan menyusul terjadinya keracunan besar-besaran akibat arsenic pada air yang terjadi di Bangladesh pada tahun 2000. Kasus ini menyerang sekitar 97 persen penduduk Bangladesh. Menurut penelitian Jones (2000), lebih dari 90 persen air tanah di Bangladesh mengandung hampir 50 ppb arsenic. Hal ini berarti kandungan arsenic dalam air tanah di Bangladesh lima kali lipat di atas ambang batas amannya. Hingga akhir tahun 2000, telah terdeteksi sekitar 25 juta orang terpapar arsenic di 59 distrik. Kasus terbaru yang memiliki gejala keracunan serupa arsenic adalah kasus Teluk Buyat di Minahasa pada tahun 2004. Sejauh ini belum ditemukan adanya indikasi kemungkinan pencemaran arsenic pada sumber air lain, seperti air hujan dan air permukaan sungai, atau danau.
2. Bagi Hewan dan Tumbuhan a. Pada hewan-hewan yang hidup di permukaan tanah dan bangsa

mamalia yang dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh As maka As yang terakumulasi tersebut akan ditransfer melalui kulit dan jika hewan-hewan tersebut terpapar As secara berat akan mengakibatkan

Eko TOksikologi

kematian dalam jangka waktu tertentu dan dengan konsentrasi logam dan persenyawaan tertentu.
b. Logam atau persenyawaan As yang terdapat di udara dalam bentuk

partikulat akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuhtumbuhan tersebut akan mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerap zat besi yang sangat dibutuhkan oleh khlorofil (zat hijau daun) tumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tumbuhan tersebut karena terkontaminasi arsen bila hal ini terjadi terus menerus bukan tidak mungkin tumbuhan tersebut layu dan kemudian mati. C. Bagan Alir Pemajanan Logam Berat Industri kimia

Limbah Mengandung As

Perairan dan Endapannya

Biota Perairan

Manusia

Terakumulasi

Gangguan Kesehatan

Eko TOksikologi

D. Pengendalian 1. Terhadap Produsen Kegiatan a. Limbah yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan untuk mengurangi pencemaran. b. Melakukan pengembangan produk dengan limbah sekecil mungkin.

2. Terhadap Logam Berat Menggunakan bakteri pereduksi sulfat (SRB) yaitu bakteri yang pada kondisi tertentu mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi sulfida sehingga memiliki potensi untuk pengendalian sulfat dan logam berat. 3. Terhadap Manusia a. Akademisi yang memiliki teknik pengolahan limbah bekerjasama dengan pihak industri melakukan riset-riset terbaru yang ramah lingkungan, serta adanya dukungan dari pemerintah dan undangundang lingkungan hidup yang jelas pelaksanaannya. b. Diadakannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang logam berat terutama Arsen. c. Para pekerja yang rentan terkena paparan oleh uap logam Arsen diharuskan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan dalam bekerja.

Eko TOksikologi

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan 1. Salah satu kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat Arsen (As) adalah industri bahan kimia dan pertanian (pestisida). 2. Resiko yang ditimbulkan oleh logam berat Aa adalah sebagai berikut : Bagi manusia, As dapat menimbulkan keracunan baik yang akut maupun kronis. Masuknya arsenic dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sakit perut yang sangat akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Pada hewan-hewan yang hidup di permukaan tanah dan bangsa mamalia yang dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh As maka As yang terakumulasi tersebut akan ditransfer melalui kulit dan jika hewanhewan tersebut terpapar As secara berat akan mengakibatkan kematian dalam jangka waktu tertentu dan dengan konsentrasi logam dan persenyawaan tertentu. Bagi tumbuhan dapat menghambat penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh khlorofil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tumbuhan tersebut karena terkontaminasi arsen bila hal ini terjadi terus menerus bukan tidak mungkin tumbuhan tersebut layu dan kemudian mati.

B.

Saran 1. Terhadap produsen a. Limbah yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan untuk mengurangi pencemaran. b. Melakukan pengembangan produk dengan limbah sekecil mungkin. 2. Terhadap manusia

Eko TOksikologi

10

a. Akademisi yang memiliki teknik pengolahan limbah bekerjasama dengan pihak industri melakukan riset-riset terbaru yang ramah lingkungan, serta adanya dukungan dari pemerintah dan undang-undang lingkungan hidup yang jelas pelaksanaannya. b. Diadakannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang logam berat terutama Arsen. c. Para pekerja yang rentan terkena paparan oleh uap logam Arsen diharuskan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan dalam bekerja.

Eko TOksikologi

11

DAFTAR PUSTAKA 1.Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2.http://www.kalbe.co.id

3.http://plating.vibet.org 4.http://library.biotrap.org 5.http://lasonearth.wordpress.com

Eko TOksikologi

12

Anda mungkin juga menyukai