Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

MEMBANGKITKAN RASA NASIONALISME DAN KEBANGGAAN TERHADAP BAHASA INDONESIA


A. Wacana Pembuka Bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Keberadaan bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa Indonesia. Sejak Sumpah Pemuda, eksistensi bahasa Indonesia telah diakui seluruh elemen bangsa. Selaras dengan pendapat Anas Urbaningrum yang menyatakan bahwa sumpah pemuda adalah janji bahwa kita akan bertanah air yang satu, menjadi bangsa yang satu, dan memanifestasikan kesatuan itu dalam berfikir dan berinteraksi.

B. Kurang Ada Kebanggaan dan Rasa Memiliki Bahasa Indonesia Kasus pertama, seorang mahasiswa ditanyai oleh dosennya mengenai hilangnya penggunaan bahasa Indonesia dari pemakaiannya, dan dia menjawab biasa saja karena menurut dia semua kegiatan sekarang itu banyak menggunakan bahasa Inggris. Kasus Kedua, dosen bertanya lagi di depan kelas, lebih bangga mana bisa terampil bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, mayoritas menjawab bahasa Inggris. Dengan kedua kasus itu, dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit yang bangga terhadap bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa Indonesia lebih bagus di Australia daripada di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan beberapa fakta yang ada. Di ujian nasional banyak siswa yang tidak lulus karena bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena kurang bangganya kita terhadap bahasa kita sendiri. Di samping itu, para sarjana, guru, dan dosen kita juga kurang dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kondisi ini sangat memprihatinkan sebab mencintai bahasa tidak akan menurunkan martabat bangsa. Kita seharusnya malu, karena yang sangat ingin belajar bahasa Indonesia adalah warga asing. Mereka datang ke kampus dan pesantren terkenal di Indonesia hanya untuk belajar bahasa Indonesia.

C. Pembina(sa)an Bahasa Indonesia, Mungkinkah? Pembina(sa)an bahasa Indonesia di sekolah mulai ada. Hal ini didasarkan pada kondisi sekarang banyaknya sekolah-sekolah bertaraf internasional dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Yang menjadi masalah bukan sekolahnya, melainkan bahasa pengantar yang digunakan. Munculnya sekolah tersebut memprioritaskan kualitas dan kompetensi peserta didiknya di era globlalisasi. Dengan hal itu, eksistensi bahasa Indonesia harus dijaga dan dilestarikan sesuai dengan janji kita

kepada sumpah pemuda. Semua pengajar dan peserta didiknya juga harus menjadi pionir teladan berbahasa Indonesia. Dengan demikian, pembina(sa)an bahasa Indonesia tidak akan terjadi jika kita memliki visi yang kuat untuk melestarikan bahasa Indonesia. Menjaga eksistensi bahasa Indonesia adalah tugas bersama seluruh elemen bangsa Indonesia. Kesadaran ini harus ditanamkan kepada generasi Indonesia sejak usia dini. Dalam falsafah Jawa ajining diri gumantung ing ati,ajining raga gumanting ing busana yang artinya harga diri dan kepribadian seseorang bergantung pada tindak tutut atau bahasa dan cara berpakaian. Dalam ilimu antroplogi juga dijelaskan bahwa bahasa menjadi cermin masyarakat dan jati diri bangsa. Apabila semua elemen bangsa menyatukan visi dan misinya untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, tidak akan terjadi pembinasaan bahasa Indonesia di sekolah dan kantor pemerintahan serta swasta. D. Benarkah Bahasa Indonesia Berpotensi Hilang? Bahasa Indonesia berpotensi hilang jika tidak ada upaya pengembangan, pembinaan, perlindungan, dan pelestarian sastra Indonesia. Sekarang ini, tidak sedikit orang yang lebih bangga menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia. Akan tetapi, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara kita untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia d semua aspek kehidupan dan aktifitas,khususnya para pengajar di semua tingkat pendidikan dan di balai-balai bahasa di seluruh Indonesia. E. Sikap Optimis Eksistensi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Internasional Sikap optimis akan berkembangnya bahasa Indonesia harus ditanamkan dan ditumbuhkan kepada generasi muda di Indonesia. Akan tetapi, generasi muda kita enggan menggunakan bahasa Indonesia. Berdasarkan tulisan Soenjono (2004) bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki kesempatan luas untuk menjadi bahasa internasional karena (a) cukup banyak pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri yang menagajarkan bahasa Indonesia; (b) cukup banyak negara asing yang mengajarkan bahasa Indonesia; (c) cukup banyak pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri. Warouw (1999) menyatakan 3 faktor ini mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Kepala Pusat Bahasa, Dendy Sugono, juga optimis bahwa bahasa Indonesia akan dapat menjadi bahasa internasional karena bahasa nasional kita telah diajarkan di 40 negara yang memiliki universitas dan sekolah yang menagajarkan bahasa Indonesia. Akhirnya, bahasa Indonesia telah masuk ke dalam pasar bebas dalam era globalisasi sehingga memiliki peluang dan ancaman dalam perkembangannnya. Kita memiliki tiga landasan yang fundamental dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pertama, ikrar butir ketiga Sumpah Pemuda, bahwa Kami putera dan puteri

Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Yang mengandung makna bahawa bahasa daerah termasuk bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Kedua, penjelasan pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik, bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Ketiga, UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan. Peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa internasional sangat besar. Hal ini dibuktikan dari fakta-fakta berikut. pertama, bahasa Indonesia menjadi bahasa media massa untuk konsumsi internasional. Kedua, bahasa Indonesia menjadi persyaratan bagi orang asing yang akan bekerja di Indonesia. Ketiga, bahasa Indonesia telah menjadi mata pelajaran di negara lain. Keempat, berdirinya Balai Bahasa Indonesia di Perth, Australia pada tanggal 22 April 2000. Kelima, banayaknya lembaga pengajaran bahasa Indonesia di negara lain. Keenam, bahasa Indonesia menjadi salah sati lapangan pekerjaan bagi orang asing. Ketujuh, bahasa Indonesia menjadi ilmu

pengetahuan.Kedelapan, bahasa Indonesia di gunakan dalam dunia ekonomi di Indonesia dan dunia. Kesembilan, bahasa Indonesia dikembangkan dalam bidang ekonomi.

F. Wacana Penutup Siapa yang bertanggung jawab melestarikan eksistensi bahasa Indonesia? Bukan guru atau dosen bahasa Indonesia, melainkan kita semua harus saling gotong-royong untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia menuju bahasa internasional dalam komunikasi global. Semua punya peran masing-masing dalam ikut serta melestarikan bahasa Indonesia sebagai penggerak agar eksistensi bahasa Indonesia diera global tetap terjaga. Upaya pengembangan bahasa Indonesia secara berkesinambungan akan mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk bangga pada bahasa Indonesia. Sehingga peluang bahasa Indonesia untuk bersaing menjadi bahasa Internasional sangat besar. Akan tetapi, perlu konsisten untuk menjalankan hal itu. Selain itu, perlu diwaspadai juga eksistensi bahasa Indonesia di dunia global bukan hanya kebanggaan semata, melainkan juga sebagai ancaman bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat Indonesia harus menyatukan visi dan misi untuk menjaga keutuhan bangsa dengan mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa lainnya. Kita jangan hanya mempelajari bahasa kita saja, tapi harus juga belajar bahasa lainnya di dunia sehingga akan mampu mempelajari dunia tersebut. Dengan demikian, impian untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahakan bahasa internasional akan dapat terwujud jika kita selalu mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan konteks pemakaiannya.

Anda mungkin juga menyukai