Anda di halaman 1dari 20

EFEK FOTOLISTRIK

KELOMPOK 9:

Gabriela Amanda G.A. Firda Siti N. Yuni Nur Hidayati Nur Fitriyani Tri Sujarwanto Ahmad Mustangin

(1109100008) (1109100009) (1109100029) (1109100054) (1109100055) (1109100706)

Asisten: Retno Asih (1108100013)

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Efek Fotolistrik yang bertujuan

mempelajari fenomena efek fotolistrik, mempelajari hubungan antara kuat arus dengan tegangan input dan kuat arus dengan intensitas cahaya. Prinsip percobaan ini adalah ketika sebuah logam disinari oleh cahaya dengan frekuensi foton lebih besar dari pada frekuensi ambang logam, maka elektron akan tereksitasi dari permukaan logam. Pada percobaan pertama, dilakukan variasi terhadap tegangan antara 0 100 Volt dengan pengambilan data untuk setiap kenaikan 5 Volt dan lebar diafragma 10 mm dan 25 mm. Kemudian dari data percobaan, dapat dibuat grafik hubungan antara tegangan input dengan kuat arus fotolistrik yang merupakan grafik linear. Pada percobaan kedua, dilakukan variasi terhadap lebar diafragma antara 3-25 mm dengan pengambilan data untuk setiap 2 mm. Data pada percobaan ini diambil dua kali, dengan melakukan variasi lebar difragma dari nilai yang kecil ke besar, dan sebaliknya. Selanjutnya, dapat dibuat grafik hubungan antara lebar diafragma dengan kuat arus fotolistrik yang berupa grafik linear. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar tegangan input yang digunakan, kuat arus fotolistrik yang muncul juga semakin besar dan semakin besar intensitas cahaya yang digunakan, semakin besar juga kuat arus fotolistrik yang ditimbulkan. Kata kunci: Efek fotolistrik, foton, fungsi kerja, intensitas cahaya, tegangan input.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ahli fisika Inggris, Maxwell, menunjukkan bahwa kelajuan gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa sama dengan kelajuan gelombang cahaya. Akhirnya Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata. Pada pemahaman fisika klasik (sebelum abad ke-19), konsep gelombang elektromagnetik dari cahaya belum mendapat dukungan eksperimental. Kemudian ahli fisika Jerman Heinrich Hertz tahun 1888 membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik benar adanya dan berperilaku tepat seperti ramalan Maxwell. Dalam eksperimennya, Hertz mendapati bahwa percikan sinar pada transmiter terjadi bila cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu logam. Selanjutnya, ditemukan bahwa penyebab percikan ini adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala percikan elektron tersebut kemudian dikenal dengan efek fotolistrik yang nantinya akan dipelajari dalam percobaan ini.

1.2 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam melakukan percobaan ini diantaranya bagaimana mempelajari fenomena efek fotolistrik, dan bagaimana mengetahui hubungan antara kuat arus dengan tegangan input dan intensitas cahaya.

1.3 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya pecobaan ini yaitu untuk mempelajari fenomena efek fotolistrik, mempelajari hubungan antara kuat arus dengan tegangan input dan intensitas cahaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Foton Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X. Foton berbeda dengan partikel elementer lain seperti elektron dan ia tidak bermassa, di dalam ruang vakum foton selalu bergerak dengan kecepatan cahaya, c. Foton memiliki sifat gelombang maupun partikel ("dualisme gelombang-partikel"). Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain. Sebagai partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan memindahkan energi sejumlah: ...........................................(2.1) di mana h adalah konstanta Planck, c adalah laju cahaya, dan adalah panjang gelombangnya. Foton tidak bermassa, tidak memiliki muatan listrik, dan tidak meluruh secara spontan di ruang hampa. Dalam ruang hampa foton bergerak dengan laju c (laju cahaya). Energinya E dan momentum p dihubungkan dalam persamaan E=pc....(2.2) di mana p merupakan nilai momentum. Sebagai perbandingan, persamaan terkait untuk partikel dengan massa m adalah E2=c2p2+m2c4....(2.3) sesuai dengan teori relativitas khusus. (http://id.wikipedia.org/wiki/Foton)

2.2 Efek Fotolistrik Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi tertentu tergantung bahan yang disinari. (pendidikansains.blogspot.com) Efek fotolistrik pertama kali diamati oleh Heinrich Hertz, pada tahun 1887. Hertz mengamati, bahwa pancaran muatan listrik di antara dua elektroda akan bertambah besar bila elektroda tersebut disinari dengan cahaya ultraungu. Hal seperti ini menunjukkan bahwa elektron terpancar dari permukaan logam yang disinari. Hal yang serupa dengan yang ditemukan Hertz, ditemukan juga oleh Wilhelm Hallwachs. Pada tahun 1903, Albert Einstein mengemukakan teorinya, bahwa elektron bebas pada permukaan logam, hanya dapat menyerap energi radiasi

elektromagnetik yang datang, dalam catu energi tertentu, yakni sebesar hf, dengan f adalah frekuensi cahaya, dan h adalah tetapan Planck (h = 6,626.10-34 J.s). Jika energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas dari permukaan logam adalah maka catu energi sebesar tersebut harus memenuhi persamaan hf = + Ek... (2.4) dengan Ek adalah energi kinetik elektron terpancar. Nilai paling rendah dari suatu logam, disebut fungsi kerja logam (work function), merupakan energi pengikat elektron yang paling lemah. Untuk elektron yang terikat paling lemah ini, maka energi kinetik yang dimilikinya akan bernilai terbesar (staff.undip.ac.id).

Gambar 2.1 Set Percobaan Untuk Mengamati Efek Fotolistrik (http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_fotolistrik)

Gambar 2.1 adalah ilustrasi alat yang dipakai dalam eksperimen efek fotolistrik. Tabung yang divakumkan berisi dua elektroda yang dihubungkan dengan rangkaian eksternal, dengan keping logam yang permukaannya mengalami iradiasi dipakai sebagai anoda. Sebagian dari elektron yang muncul dari permukaan yang mengalami iradiasi mempunyai energi yang cukup untuk mencapai katoda. Ketika potensial perintang V ditambah, lebih sedikit elektron yang mencapai katoda dan arusnya menurun. Ketika V sama atau melebihi suatu harga Vo yang besarnya dalam orde beberapa volt, tidak ada elektron yang mencapai katoda dan arus terhenti. Terdapatnya efek fotolistrik menunjukkan bahwa gelombang cahaya membawa energi, dan sebagian energi yang diserap

oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu dan muncul sebagai energi kinetik. Banyaknya elektron yang dapat dipancarkan dari permukaan logam intensitas penyinaran cahaya dan energinya tergantung

sangat tergantung pada

pada frekuensi () (http://id.inherent.ub.ac.id).

2.3 Fungsi Kerja Fungsi kerja elektron pada efek fotolistrik adalah energi minimum yang harus diberikan pada elektroda foton-foton yang ada di cahaya adalah yang menyediakan energi minimum ini. Jika energi yang diberikan foton kurang dari fungsi kerja, maka tidak terjadi efek fotolistrik karena tidak ada elektron yang terlepas dari permukaan elektroda. Namun, setelah energi dari foton lebih besar dari fungsi kerja, maka barulah akan terjadi efek fotolistrik dimana energi dari foton tersebut diurai menjadi energi untuk melepaskan elektron dari permukaan elektroda yang besarnya sama dengan fungsi kerja, dan kelebihan energi sisanya diubah menjadi energi kinetik yang menggerakkan elektron dari anoda ke katoda. Fungsi kerja dirumuskan dengan: (2.5) (Beiser.1995) Semakin besar fungsi kerja logam, maka semakin besar energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari permukan logam dan semakin tinggi frekuensi kritis emis fotolistrik. Beberapa nilai fungsi kerja logam tertera pada

tabel 2.1. Untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam umumnya diperlukan setengah dari jumlah energi untuk melepaskan atom dari logam.

Tabel 2.1 Fungsi kerja fotolistrik Jenis logam Cesium Kalium Natrium Lithium Kalsium Tembaga Perak Platinum Fungsi kerja (eV) 1,9 2,2 2,3 2,5 3,2 4,7 4,7 6,4

Menurut teori Einstein, efek fotolistrik pada logam mengikutin persamaan: ........................(2.6) Dimana Ek maks adalah energi maksimum dari elektron pada efek fotolistrik. Dengan substitusi persamaan (2.5), maka persamaan (2.6) menjadi:

....(2.7) (Beiser. 1995)

2.4 Faktor yang mempengaruhi efek fotolistrik Beberapa faktor yang mempengaruhi arus fotolistrik yaitu adanya tegangan input terhadap arus fotolistrik, pengaruh intensitas cahaya , pengaruh frekuensi cahaya

2.4.1 Pengaruh tegangan input terhadap arus fotolistrik

C b

Gambar 2.3 Arus fotolistrik sebagai fungsi tegangan anoda katoda (Sumber: Sugimin. 1985) Pada gambar 2.3 terlihat bahwa pada tegangan anoda katoda nl ada arus sebesar ob, hal ini disebabkan oleh electron-elektron yang mempunyai energy yang cukup besar karena selisih antara energy kuantum cahaya hf dan fungsi kerja fotolistrik cukup besar, sehingga mampu mencapai anoda walaupun anoda katoda nol, baru pada tegangan anoda katoda negatif sebesar oa yang disebut sebagai potensial pemberhenti, arus fotolistrik menjadi nol. Jadinya arus seperti yang terlihat pada kurva ab disebabkan oleh kemampuan electron karena kecepatan awalnya yang tinggi, dapat mencapai anoda walaupun dihalangi oleh tegangan anoda katoda yang negative. Bagian kurva bc naik apabila tegangan anoda katoda naik, karena electron-elektron yang dikeluarkan katoda ditarik oleh anoda (karena gaya medan listrik). Sehingga semakin tinggi tegangan anoda katoda (semakin besar gaya medan listrik pada electron) semakin besar arus fotolistrik tersebu. Bagian kurva cd arus fotolistrik tidak bertambah walaupun tegangan anoda katoda dinaikkan, Karena pada tegangan mulai harga oe gaya medan sudah sedemikian besarnya sehingga semua electron yang dikeluarkan oleh katoda tiap detik celah ditarik oleh anoda, sehingga penambahan gaya tarik oleh medan listrik tidak menambah arus fotolistrik. (Sugimin. 1985)

2.4.2 Pengaruh intensitas cahaya terhadap arus fotolistrik Jika cahaya dilanjutkan pada logam dengan intensitas lemah dan tidak mampu menghasilkan arus listrik, artinya tidak ada electron yang dikeluarkan oleh katoda dan ditarik olej\h anoda, maka arus listrik tidak akan dihasilkan walaupun intensitas cahaya diperbesar. Sebaliknya jika cahaya dengan intensitas cahaya yang sangat lemah mampu menghasilkan arus listrik, artinya ada electron yang dikeluarkan dari logam katoda dan berhasil ditarik oleh anoda. Maka jika intensitas cahaya diperbesar, arus juga akan bertambah besar tetapi jika intensitas diperlemah arusnya semakin kecil, namun tetap ada. Intensitas besar, bersangkutan dengan jumlah paket yang besar, sedang besarnya eergi tiap paket sangat menentukan keluar tidaknya electron dari dalam logam.

Frekuensi diambil konstan Arus (I)

Intensitas cahaya

Gambar 2.4 Hubungan antara intensitas cahaya dengan arus listrik (Muljono.2003)

2.4.3 Pengaruh frekuensi cahaya terhadap arus fotolistrik Bila dipandang dari teori gelombang ialah fakta bahwa energy fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya yang dipakai dibawah frekuensi kritis yang merupakan karakteristik dari masing-masing logam, tidak terdapat electron apapun yang dipancarkan. Diatas frekuensi ambang ini fotoelektron mempunyai selang energy dari o sampai satu harga maksimum tertentu, dan harga maksimum ini bertambah secara linier terhadap frekuensi. Frekuensi yang lebih tinggi menghasilkan energy fotoelektron yang maksimum yang lebih tinggi pula. Jika cahaya biru yang lemah meimbulkan electron dengan nenergi lebih tinggi

daripada yang ditimbulkan oleh cahaya merah yang kuat walaupun cahaya merah menghasilkan jumlah yang lebih besar.

Arus (I)

fa Frekuensi

fb

Gambar 2.5 Hubungan antara frekuensi cahaya dengan arus listrik (Beiser. 1972)

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Peralatan dan bahan Peralatan yang dipakai pada percobaan ini adalah sumber cahya, diafragma, lensa positif, tabung hampa, power supply, filter warna dan tahanan.

3.2 Cara Kerja Lampu diafragma lensa tabung foto hampa

Gambar 3.1 Set up alat percobaan efek fotolistrik

3.2.1 Menentukan pengaruh dari variasi tegangan input Langkah pertama pada percobaan ini adalah rangkaian disusun seperti pada gambar 3.1, setelah itu power supply 110 V dinyalakan hingga lampu menyala. Dipastikan cahaya terfokus pada celah tabung foto hampa, dengan menggeser lensa atau tabung foto hampa. Dilakukan variasi tegangan input pada rangkaian. Hasil kuat arus listrik pada ampermeter dicatat. Setelah itu, digambar hubungan antara arus fotolistrik dengan tegangan.

3.2.2 Menentukan hubungan antara intensitas cahaya dan kuat arus Langkah pertama pada percobaan ini adalah rangkaian disusun seperti pada gambar 3.1, setelah itu power supply 110 V dinyalakan hingga lampu menyala. Dipastikan cahaya terfokus pada celah tabung foto hampa, dengan menggeser lensa atau tabung foto hampa. Dilakukan variasi lebar diafragma dengan tegangan input pada rangkaian. Hasil kuat arus listrik pada ampermeter dicatat. Percobaan dilakukan dengan variasi lebar diafragma dari besar ke kecil

dan sebaliknya. Setelah itu, digambar hubungan antara arus fotolistrik dengan intensitas.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Percobaan Dari percobaan Efek Fotolistrik yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data percobaan untuk variasi tegangan input NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Tegangan (V) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Arus Fotolistrik (A) lebar 10mm lebar 25mm 1 1 2 6 2.5 7 3 8 3 8.5 3.5 9 3.5 10 4 11.5 4.2 13 4.5 15 5 16.5 5.5 18 5.5 20 6 22 6.5 23 7 25 7.5 26 7.5 28 8 29 8.5 31 8.5 35

Tabel 4.2 Data percobaan untuk variasi lebar diafragma No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Lebar diafragma 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 i naik ( A) 1 1 1 2 2.5 4 5 6 7 9 14 16 i turun ( A) 0.5 1 1.5 2 3 4 6 7 10 11 14 16 i rata2 ( A) 0.75 1 1.25 2 2.75 4 5.5 6.5 8.5 10 14 16

r tabung fotohampa = 0,0035 m Tegangan = 50 Volt

4.2 Grafik Dari data percobaan yang telah diperoleh, dapat dibuat beberapa grafik yaitu grafik hubungan antara tegangan input dengan kuat arus fotolistrik, hubungan lebar diafragma dengan kuat arus fotolistrik, dan hubungan kuadrat lebar diafragma dengan kuat arus fotolistrik sebagai berikut.

4.2.1 Menentukan Pengaruh dari Variasi Tegangan Input

Grafik Pengaruh Variasi Tegangan Input dengan Kuat Arus Fotolistrik


40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 50 100 Tegangan Input (Volt) y = 0.0715x + 1.5082 y = 0.303x + 2.1126 lebar diafragma (10mm) lebar diafragma (25mm) Linear (lebar diafragma (10mm)) 150 Arus Fotolistrik (A) 18 16 Arus Fotolistrik (A) 14 12 10 8 6 4 2 0 0 200 400 diameter2(mm) 600 800 turun rata-rata y = 0.024x - 0.149 y = 0.0256x + 0.0963 y = 0.0248x - 0.0264 naik

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara tegangan input dengan kuat arus fotolistrik 4.2.2 Menentukan Hubungan antara Intensitas Cahaya dengan Kuat Arus

Hubungan antara kuadrat diameter diafragma dengan arus fotolistrik

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara lebar diafragma dengan kuat arus fotolistrik

4.3 Pembahasan Percobaan Efek Fotolistrik dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari fenomena efek fotolistrik, mempelajari hubungan antara kuat arus dengan tegangan input dan kuat arus dengan tegangan input. Pada percobaan ini digunakan lampu yang berfungsi sebagai sumber cahaya, diafragma yang berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya, lensa untuk memfokuskan cahaya, tabung fotohampa yang berisi katoda dan anoda, power supply sebagai sumber tegangan input, amperemeter sebagai alat ukur arus fotolistrik, dan voltmeter sebagai alat ukur tegangan. Plat anoda dan katoda diletakkan di dalam tabung fotohampa, untuk menghindari adanya tumbukan antara elektron dengan molekulmolekul udara. Jika elektron bertumbukan dengan molekul-molekul udara, tidak akan muncul arus fotolistrik, karena energi kinetik elektron terbuang untuk bertumbukan dengan molekul-molekul udara. Percobaan ini dilakukan pada ruangan yang gelap agar intensitas cahaya yang masuk pada tabung fotohampa hanya berasal dari sumber cahaya yang digunakan. Pada percobaan pertama, dilakukan pengamatan terhadap kuat arus yang muncul pada tegangan input yang berbeda-beda. dilakukan variasi terhadap tegangan antara 0 100 Volt dengan pengambilan data untuk setiap kenaikan 5 Volt. Data pada percobaan ini diambil pada saat lebar diafragma 10 mm dan 25 mm. Dari data percobaan, didapatkan bahwa semakin besar tegangan sumber yang diberikan, arus fotolistrik yang muncul semakin besar. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya Coulomb pada katoda yang lebih positif daripada anoda, sehingga elektron yang terionisasi dari anoda tertarik menuju katoda dengan kecepatan yang lebih tinggi. Semakin besar tegangan input yang digunakan, semakin besar gaya Coulomb yang terjadi pada katoda, sehingga elektron melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan tegangan input dan kuat arus fotolistrik berbanding lurus. Pada saat lebar diafragma 10 mm, didapatkan arus fotolistrik antara 18,5(A), sedangkan pada lebar diafragma 25 mm diperoleh arus fotolistrik yang lebih besar yaitu antara 1-35 (A). Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan diafragma yang lebih lebar, arus fotolistrik yang muncul pun

semakin besar. Pengaruh lebar difragma terhadap kuat arus fotolistrik kemudian diamati lebih jauh dengan melakukan percobaan kedua. Dari data percobaan, dapat dibuat grafik hubungan antara tegangan input dengan kuat arus fotolistrik yang merupakan grafik linear, sehingga hubungan antara tegangan input dengan kuat arus fotolistrik ini nampak secara jelas. Pada percobaan kedua, dilakukan variasi terhadap lebar diafragma antara 3-25 mm dengan pengambilan data untuk setiap kenaikan 2 mm. Data pada percobaan ini diambil dua kali, dengan melakukan variasi lebar difragma dari nilai yang kecil ke besar, dan sebaliknya. Pada saat lebar diafragma diperbesar, intensitas yang masuk pada tabung fotohampa semakin besar, sehingga jumlah foton yang menumbuk anoda semakin banyak. Jika masing-masing foton memiliki energi yang lebih besar daripada energi ikat pada permukaan logam anoda, elektron-elektron akan terionisasi dan terlontar menuju katoda. Jumlah elektron yang terionisasi sebanding dengan jumlah foton yang menumbuk anoda. Arus listrik adalah muatan yang bergerak melalui suatu penghantar pada suatu waktu, sehingga semakin besar intensitas cahaya yang digunakan, semakin besar pula arus fotolistrik yang timbul. Namun pada panjang gelombang tertentu, intensitas tidak mempengaruhi kuat arus fotolistrik yang muncul. Hal ini terjadi pada saat frekuensi cahaya yang digunakan lebih rendah daripada frekuensi ambang anoda. Foton yang energinya lebih rendah daripada energi ikat logam anoda, tidak dapat mengionisasi elektron, sehingga tidak ada elektron yang menuju katoda dan tidak dapat timbul arus listrik. Selanjutnya, dapat dibuat grafik hubungan antara lebar diafragma kuadrat dengan kuat arus fotolistrik yang berupa grafik linear. Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan input dan luas diafragma maka semakin besar pula arus fotolistrik yang dihasilkan. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data yang kurang ideal, hal ini dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah adanya sumber cahaya luar yang mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke dalam tabung

fotohampa. Selain itu, sensitivitas amperemeter yang digunakan kecil, sehingga nilai yang terbaca pada amperemeter kurang teliti. Kesimpulan dari percobaan pertama adalah semakin besar tegangan input yang digunakan, kuat arus fotolistrik yang muncul juga semakin besar. Sedangkan pada percobaan kedua, dapat disimpulkan bahwa semakin besar intensitas cahaya yang digunakan, semakin besar juga kuat arus fotolistrik yang ditimbulkan. Efek fotolistrik ini hanya dapat terjadi ketika frekuensi cahaya melebihi frekuensi ambang logam.

BAB V KESIMPULAN
Dari percobaan Efek Fotolistrik yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Semakin besar tegangan input yang digunakan, semakin besar arus fotolistrik yang timbul. 2. Semakin besar lebar diafragma yang digunakan, semakin besar arus fotolistrik yang timbul. 3. Efek fotolistrik terjadi jika energi foton lebih besar daripada fungsi kerja material pada anoda.

DAFTAR PUSTAKA Beiser, Arthur. 1995. Concepts of Modern Physics. McGraw-Hill Companies Inc. : New York. Beiser, Arthur. 1972. Konsep Fisika Modern. Erlangga: Jakarta. Muljono. 2003. Fisika Modern. Yogyakarta: Andi. Sugimin. 1985. Fisika Modern 1. ITS: Surabaya. Anonim, 2008. Efek Fotolistrik. http://pendidikansains.blogspot.com/2008/02/efek-fotolistrik.html. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010. Anonim, 2010. Foton. http://id.wikipedia.org/wiki/Foton. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010 Anonim, 2010. Efek Fotolistrik. http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_fotolistrik. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010 Hidayanto, Eko. 2009. Panduan Eksperimen Fisika 1. http: // staff.undip.ac.id/fisika/ ekohidayanto/files/2009/11/panduaneksperimen-fisika-1.pdf. Diakses pada tanggal 7 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai