Anda di halaman 1dari 26

KHAIDIR MUHAJ BLOG'SITE Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan

PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS


Label: Perkuliahan A. MASA NIFAS 1) Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu. ( Rustam Muchtar, 1998 : 115 ) 2) Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil. ( Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat, 1987 : 95 ) 3) Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian pada puerperium yaitu involusio dan proses laktasi. ( Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 190 ) 4) Masa Puerperium atau Masa Nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir kira kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. ( Ilmu Kandungan, 1999 : 237 ) 5) Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah partus selesai dan setelah kira kira 6 minggu. ( Kapita Selekta Kedokteran, 1999 ) 6) Masa Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira kira 6 minggu. ( Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 : 23 ) 7) Masa Nifas adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu setelah persalinan. ( Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi Petugas Puskesmas, 1993 : 4 )

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS 1. Perubahan Pada Uterus a. Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan vena di dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan pembuluh pembuluh darah baru juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil. Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan pembuluh pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun tahun.

b. Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan kanal kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi cirri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat kelahiran bayi. Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hamper seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan os eksternum serviks dibawahnya. c. Involusi Korpus Uteri Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang berkontraksi terletak kira kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian besar terdiri atas miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemesis dan berwarna ungu kemerah merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga dalam 2 minggu orga ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak ; namun, sel selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama cepatnya. Karena pelepasan plasenta dan membran membran terutama terjadi di stratum spongiosum, desidua basalis tetap berada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai bentuk bergerigi tak beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat melekatnya plasenta. d. Lokhia Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi sangat memucat lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau putih kekuning kuningan. lokhia alba. e. Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. f. Sub Involusi Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. g. Involusi Tempat Melekatnya Plasenta Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus. 2. Perubahan Pada Traktus Urinarius Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup bermakna, dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat infuse cairan intravena yang berlebihan selama persalinan dan kelahiran. Rangsang untuk retensi cairan akibat hiperestrogenisme terinduksi kehamilan dan peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah kelahiran, dan hipervolemi residual akan menghilang. Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun diuresis postpartum dapat sangat meningkat. Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan urine residual yang berlebihan sering dijumpai. Pengaruh anestesi terutama anestesi regional yang melumpuhkan, dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung kemih, tidak diragukan perannya. Urine residual dan bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami cedera, ditambah dilatasi pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi akan kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah kelahiran.

3. Relaksasi Muara Vagina dan Prolapsus Uteri Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi carunculae mirtiformis. Laserasi luas perineum saat kelahiran akan diikut relaksasi introitus. Bahkan bila tak tampak laserasi eksterna, peregangan berlebih akan menyebabkan relaksasi nyata. Lebih lanjut, perubahan pada jaringan penyangga panggul selama persalinan merupakan predisposisi prolaps uteri dan inkontenensia uri stress. Pada umumnya, operasi korektif ditunda hingga seluruh proses persalinan selesai, kecuali tentu saja terdapat kecacatan serius, terutama inkontinensia uri akibat stress, yang menimbulkan gejala gejala yang membutuhkan intervensi. 4. Peritonium dan Dinding Abdomen Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur disbanding kondisi saat tidak hamil, dan ligament ligament ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan. Sebagai akibat putusnya serat serat elastis kulit dan distensi yang berkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu dengan olahraga. Selain timbulnya striae yang berwarna keperak perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun, jika otot ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur. 5. Kelenjar Mamae a. Payudara Puting susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi meningkat (Breast Engorgement). b. Laktasi Masing masing buah dada terdiri dari 15 24 lobi yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini yang menghasilkan air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu. Saluran saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat menuju ke putting susu di mana masing masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning yang disekresi oleh payudara pada awal masa nifas. Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar kelenjar susu, sedangkan progesterone merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormone ini mengerem LTH (prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Pada kira kira hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting

susu. C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah : 1. Phase Honeymoon Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu ayah anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai Psikis Honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment ) Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut. 3. Phase Pada Masa Nifas a. Phase Taking in Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung 1 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi. b. Phase Taking hold Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal. 4. Bounding Attachment Pengertian : Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang ) Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya. 5. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya. a. Touch ( sentuhan ).

Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya. b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata ) Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi c. Odor ( Bau Badan ). Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun berhenti bereaksi. Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu. d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh ) Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat. e. Voice ( Suara ) Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat pada telinga. Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain. Contoh ; suara detak jantung ibu. f. Entrainment ( gaya bahasa ) BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (

komunikasi yang positip ) g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan ) Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar. DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1989. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi dan Patologi. Penerbit Buku Kedokteran : EGC Geoffrey Chamberlain, Sir John Dewhurst. 1994. Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2.Penerbit Widya Medika F. Gery Cunningham, Norma.F Gant. 2006. Obstetri William. Edisi 2. Vol. I. Penerbit Buku Kedokteran : EGC by Khaidir muhaj di 09:40 Posting Lebih Baru Posting Lama
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/perubahan-psikologis-ibu-pada-masa.html Home > Askeb III (Nifas) > Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1)

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1)


Feb 10, 2010 No Comments by lusa

Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami perubahanperubahan seperti:
1. 2. 3. 4. 5. 6. Involusi uterus. Involusi tempat plasenta. Perubahan ligamen. Perubahan serviks. Lochia. Perubahan vulva, vagina dan perineum.

Involusi Uterus Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1. Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. 2. Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta. 3. Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. 4. Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut: Involusi Uteri Plasenta lahir 7 hari (minggu 1) 14 hari (minggu 2) 6 minggu Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Pertengahan pusat dan simpisis Tidak teraba Normal Berat Uterus 1000 gram 500 gram 350 gram 60 gram Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm 5 cm 2,5 cm

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.

Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas Involusi Tempat Plasenta Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan

karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. Referensi Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80) Bambang, W. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM. Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mambaul Ulum Surakarta. scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM. scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf diunduh 9 Feb 2010, 07:58 PM. Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57). Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 77-79). Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-reproduksi-part-1/ Home > Askeb III (Nifas) > Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 2)

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 2)


Feb 11, 2010 No Comments by lusa

Perubahan Ligamen Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. Perubahan pada Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 23 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Lokia Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut: Lokia
Rubra

Waktu
1-3 hari

Warna
Merah kehitaman

Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah Sisa darah bercampur lendir

Sanguilenta

3-7 hari

Putih bercampur merah Kekuningan/ kecoklatan

Serosa

7-14 hari

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Alba

>14 hari

Putih

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. Referensi Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80) Bambang, W. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM. Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mambaul Ulum Surakarta. scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM. scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf diunduh 9 Feb 2010, 07:58 PM. Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57). Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 77-79). Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-reproduksi-part-2/ Home > Askeb III (Nifas) > Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Oct 23, 2010 2 Comments by lusa

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. 2. 3. 4. Fungsi menjadi orang tua Respon dan dukungan dari keluarga Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase taking in 2. Fase taking hold 3. Fase letting go

Fase Taking In Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
1. 2. 3. 4. Kekecewaan pada bayinya Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

Fase Taking Hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:
1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih 2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan 3. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian 4. Psikososial. http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/

1. ADAPTASI PSIKOLOGI IBU


Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu ). Berarti enam minggu pertama setelah ibu melahirkan yang mungkin kelihatannya agak mengejutkan hati dalam sebuah buku ingormal seperti ini. Meskipun demikian, sesungguhnya sampai dengan dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu ibu baru melahirkan didorong untuk menghindari kerja keras dan berbaring di tempat tidurselamaa seminggu agar rahinmnya tidak turun. Wanita sekarang beruntung apabila mereka diizinkan untuk berbaring di tempat tidur hanya sehari.

Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah sebagai berikut a. b. menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi melaksanakan sekrining yang komrenshensif, mendeteksi masalah mengobatai, atau merujuk bila terjadi komlikasi pada ibu maupun bayinya c. memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehtan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imuniasasi pada saat bayi sehat

d.

memberikan pelayana KB gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS), depresi postpartum dan postpartum psikologi.

2. POSTPARTUM BLUES
Pengertian Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.

Gejala-gejala sebagai berikut: Cemas tanpa sebab Menangis tanpa sebab Tidak sabar Tidak percaya diri Sensitif mudah tersinggung Merasa kurang menyayangi bayinya

Penyebab Kekecewaan emosional (hamil, salin) Rasa sakit pada masa nifas awal Kelelahan, kurang tidur Cemas terhadap kemampuan merawat bayi Takut tidak menarik lagi bagi suami

Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bias serius dan bias bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum syndrome. Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues ada dua cara yaitu: 1. 2. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik Dengan cara peningkatan suport

Komunikasi Terapeutik Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara 1) 2) 3) mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi dapat memahami dirinya dapat mendukug tindakat konstruktif

Meningkatkan Support Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase berikut ini: a. fase taking ini yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus pertahatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungan. b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi disaranka untuk melakukan hal-hal berikut ini: minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya. Buang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat bayi Karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendri. Sementara yang lain lagi mungkin merasa cemas dan kaget menyaksikan orok yang beruur lemak, bisulan dan menangis yang kelihatannya begitu berbeda dari gambar-gambar bayi yang tengah menetek, tertidur pulas dan

montok di poster-poster yang terpampang di antenatal clinic. Mereka mungkin bertanya-tanya dalam hati mengapa mereka begitu diharapkan untuk mencintai, atau bahkan sampai mencintai, makhluk kecil yang begitu mengerikan.

Depresi pasca melahirkan 1) Dialami lebih kurang 20% dari ibu yang melahirkan 2) Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi psikotiksedih/berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. 3) Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia setahun. 4) Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi : sedih, berduka yang berlebihan dan berkepanjangan

Walaupun etiologi belum diketahui secara pasti tetapi menurut penelitian : 1) Faktor biologis karena perubahan hormon selama masa pasca melahirkan 2) Faktor psikologis termasuk sikap negatif sebelumnya tentang mengasuh anak dan keadaan kehidupan yang menegangkan 3) Faktor sosial seperti tidak mendapatkan dukungan dari suami, hubungan perkawinan yang tidak harmonis. 4) Depresi selama masa pasca melahirkan dapat timbul lagi dan gejala bisa berlanjut sampai satu tahun kemudian.

Psikosa Pasca Melahirkan 1) Jarang terjadi 2) Gejala biasanya terlihat dalam 3 4 minggu setelah melahirkan berupa halusinasi dan perilaku yang tidak wajar 3) Penyebab mungkin berhubungan dengan perubahan tingkat hormonal, stres psikologis dan fisik serta sistem pendukung yang tidak memadai (Bobak & Jensen, 1987) 4) Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam kandungan maupun kemudian bayi dilahirkan.

3. KESEDIHAN DAN DUKA CITA


Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duku cita, adapun kesedihan dan duka cita ibu sebagai berikut:

Hari pertama, setelah persalinan umumnya merupakan satu hari istirahat, pemulihan, kesenangan dan kepuasan yang luar biasa. Kenangan akan persalinan mungkin menggemparkan begitu banyak pikiran, perasan dan sensasi bertumpuk dalam waktu yang relative begitu singkat kesakitan, kerja keras, ketakpastian, kejengkelan, kegembiraan, perasaan was-was, keharusan, reaksi orang lain, bayi lahir, dilihat dan digengong, rasa sakit mereda , getaran jiwa, keletihan dan kerinduan untuk tidurselamaa pertama itu semua penderitaan yang munculselamaa melahirkan sirna dan berganti oleh kebanggan akan prestasi dan kesenangan baru yang luar biasa akan bayinya sendri, entah elok atau tidak, yang berbaring di sampingnya, dengan wajah yang keriput dan jari-jari tangan dan kaki mungil, bernapas sendiri dan bergerak dan tidur dan hadir dengan tegas untuk disaksikan oleh semua orang.

Tidur adalah sesuatu yang berharga pada hari pertam itu, dan sangat dibutuhkan setelah pengerahan tenaga pada hari itu dan hari-hari sebelumnya, dan ada kesadaran yang menyenangkan akan realitas kelahiran dan bayi itu. Bahkan tidakselamanya mudah bagi ibu untuk menerima apa yang telah terjadi. Rasa asing mengandung seorang bayi dalam diri seseorang, tetapi setelah berlangsungselamaa sembilan bulan rasa asing itu pudar dan menjadi biasa dan diterima. Kemudian, dalam tempo hampir tidak lebih daripada sehari atau bahkan kurang, bayi tiu dilahirkan, dua dalam satu telah menjadi dua orang, begitu terpisah sehingga meskipun ada keterikatan cinta dan ketergantungan dan kekeluargaan, jikalau salah satu misalnya meninggal yang lain dapat terus hidup. Oleh Karena itu, memasukkan makhluk baru ke dunia dapat menyedihkan maupun memuaskan. Beberapa ibu merasa begitu dekat dengan bayinya sehingga seolah-olah perpisaha itu tidak pernah terjadi, namun sudah terjadi. Berkalikali ibu-ibu lain merasakan kebutuhan untuk mencubit diri mereka sendiri untuk memperoleh kepastian bahwa mereka dalam keadaan terjaga!

Hari kedua, setelah persalinan kenikmatan berbaring dalam rangka pemuasan diri, sambil menatap bayi dengan persasan kagum dan gembira, segera agak memudar begitu tekanan hidup selanjutnya dirasakan. Bayi tidak lahir hanya untuk dilihat dan dikagumi, tetapi harus diberi makan, dimandikan, diemong dan dijaga kebersihannya. Suami dan keluarga, di samping temanteman yang jumlahnya banyak, sangat tertarik dan terlibat dan gelombang ucapan selamat datang silih berganti. Di rumah sakit kehadiran begit banyak orang, staf dan ibu-ibu lain, membuat kehadirannya sendiri dirasakan. Lingkungan tidak selamanya menyenangkan, kebiasaan seharihari mungkin dibenci.

Hari ketiga, persalinan disertai oleh perubahan-perubahan tingkat hormon pada ibu, hampir sedramatis keluarga bayi dari dalam rahim . tingkat khususnya hormon-hormon yang dikeluarkan oleh plasenta, turun sangat drastic segera setelah persalinan selesai. Sering ada orang yang berpendapat bahwa kesedihan hari ketiga (seperti setiap gangguan emosional lainnya setelah melahirkan) dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan hormon ini, atau oleh suatu perubahan dalam kesinambungan antara satu hormon dan hormon lainnya menyusul pergolakan yang terjadi selama persalinan. Meskipun demikian, kesedihan hari ketiga mustahil hanya dapat dikaitkan dengan hormon. Ada yang dapat dikaitkan dengan sikap dokter yang acuh tak acuh terhadap ibu begitu dia melahirkan dengan selamat, dengan dalih bahwa ibu-ibu yang beristirahat di rumah sakit setelah persalinan tidak memerlukan banyak perhatian medis. Berangkali benar-benar ada satu anti-klimaks, seperti kemungkinan besar mengikuti dampak dari setiap perubahan besar atau kritis dalam kehidupan kita. Getaran hati karena prestasi atau nasib baik karena lulus ujian. Memperoleh pekerjaan, memenangkan pertandingan dengan cepat sekali diikuti oleh kesadaran bahwa kehidupan berjalan terus, perubahan menuntut penyesuaian, dan bahwa untuk memperoleh satu teal sering berarti melepaskan yang lain. Ya, masa sembilan bulan kehamilan dan rintangan pada waktu persalinan sudah lewat. Ya saya telah melahirkan anak saya dan dia mengagumkan, elok, sekurang-kurangnya tidak mengalami cacat, toh baik, saya mengetahui yang paling buruk. Tetapi selama kehamilan bayi itu masih lebih merupakan makhluk yang potensial daripada yang sesungguhnya. Hubungan antara ibu dan anak pun masih merupakan angan- angan. Maka bayi yang telah lahir meskipun tampil dalam sosok yang kecil adalah sangat nyata. Dan jikalau tidak

mendapat perhatian yang memadai ia akan mati. Kelahiran seorang bayi mengubah sebuah ide menjadi sebuah kenyataan dan segera ada komitmen penting.

http://virginiamary.blogspot.com/2012/08/proses-adaptasi-psikologis-ibu-nifas.html Home > Askeb III (Nifas) > Kesedihan dan Duka Cita

Kesedihan dan Duka Cita


Nov 27, 2010 No Comments by lusa

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat. Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan tugas bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka, biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis. Tahap-tahap berduka:
1. Syok 2. Berduka 3. Resolusi

Syok

Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang konsentrasi. Manifestasi klinis:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gel distress somatik yang berlangsung selama 20-60 menit Menghela nafas panjang Penurunan berat badan Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah Penampilan kurus dan tampak lesu Rasa penuh di tenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada, gemetaran internal Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai

Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya orang yang berduka menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan membuat perencanaan karena adanya deformitas. Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangna secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan

Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang bermakna. Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi:
1. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal 2. Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit menular atau terakhir yang diderita orang yang meninggal 3. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu 4. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial

Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan dapat dipanggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.
Kemurungan Masa Nifas

Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama kehamilan, persalinan dan nifas. Kemurungan dalam masa nifas merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian akan hilang dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala kemurungan masa nifas antara lain: emosional, cemas, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, sering menangis. Etiologi: perubahan yang terjadi dalam kehamilan, perubahan cara hidup, perubahan hormonal. Kemurungan dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, maupun kecemasan. Penatalaksanaan: bicarakan apa yang dialami ibu, temani ibu, beri kesempatan ibu untuk bertanya, berikan dorongan ibu untuk merawat bayinya, biarkan ibu bersama dengan bayinya, gunakan obat bila perlu.
Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi

Menciptakan ikatan ibu dan bayi dilakukan segera setelah kelahiran dengan cara memotivasi pasangan orang tua untuk memegang dan menyentuh bayinya, memberi komentar positif, meletakkan bayi di samping ibunya.
http://www.lusa.web.id/kesedihan-dan-duka-cita/

Kamis, 16 September 2010


Kesedihan Dan Duka Cita 1. Kemurungan Masa Nifas Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan serta perubahan dalam irama/cara kehidupannya sedah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca salin, karena ia masih muda mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas merupakan hal yang umum, dan bahwa perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan. 2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu dalam jam pertama setelah kelahiran yaitu dengan cara mendorong pasangan orang tua untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi kapada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya. Redupkan cahaya lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orang tua bayi dapat berinteraksi dengan bayinya selama bayi masih dalam keadaan bangun.

Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung jari. Mengusap tubuh bayi dengan telapak tangan lalu menggendongnya dilengan dan memposisikannya sedemikian rupa sehingga matanya betatapan langsung dengan mata bayi. Berbagai perilaku yang merupakan tanda yang harus diwaspadai dalam kaitannya dengan ikatan antara ibu dan bayi dan kemungkinan penatalaksaannya oleh bidan. Perilaku: sikap bermusuhan baik verbal atau lisan maupun non verbal. Tidak adanya interaksi yang memberikan dukunan antara pasangan,orang tua, komentar negative tentang bayi atau kekecewaan yang nyata tentang jenis kelamin bayi. Penatalaksanaan: Tindakan apa saja yang bias membantu terciptanya ikatan antara ibu dan bayi dan pengamatan yang kontiyu memberikan dorongan pada pasanagan orang tua. Dirujuk apabila sikap bermusuhan atau perilaku negative tetap berlanjut. 3. Tanda-tanda dan gejala serta etiologi kemurungan masa nifas dan klasifikasi atau istilah-istilah local yang dipakai untuk menggambarkannya. Tanda-tanda dan gejalanya: sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali. Etiologi: berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih. Kemurungan dapat menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stess, atau kecemasan yang tak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas. Penatalaksanaan secara tradisional dan secara kebidanan (yang mungkin saja sama) bagi adanya kemurungan masa nifas. Cobalah bicarakan dengan seseorang mengenai apa yang ibu alami. Bila lebih parah pastikan ada yang menemani ibu dan bayinya selama beberapa hari atau minggu. Gunakan obatobatan atau jamu atau upacara tradisional atau sesuai kepercayaan setempat yang ada. Berikan pada seorang ibu yang baru kesempatan luas untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Doronglah seorang wanita lain di dalam keluarga untuk merawat ibu dan bayi dengan baik. Biarkan bayi bersama ibunya. Berikan dukungan atau dorongan pada ibu untuk merawat bayinya dan anda jangan melakukan sendiri perawatan tersebut. Ibu yang beresiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah daripada kemurungan masa nifas. Ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau tekanan jiwa. Ibu yang rasa percaya dirinya (harkatnya) rendah. Ibu yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah. Tanda-tanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi psikologis yang lebih parah daripada kemurungan masa nifas dan bagaimana penatalaksanaan kebidananya. Tanda-tanda dan gejala : tidak bias tidur atau tidak bernafsu makan, merasa bahwa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya, berfikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya, seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir secara jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, adanya halusinasi atau khayalan, menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan adalah anaknya. Penatalaksanaan : banyak perempuan dia bawah depresi yang bias menanggapi atau dipengaruhi oleh

dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan atau ia tetap menunjukan perilaku yang aneh (mendengar suara-suara, berada diluar kenyataan, berhalusinasi atau berkhayal, menolak bayinya) atau bila ia berfikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya ia harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keadaannya. http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/09/kesedihan-dan-duka-cita.html

7/05/2012
Kesedihan dan Duka Cita Pada Ibu Nifas Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.

Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Tak jarang beberapa timbul duka pada Ibu nifas.

1.

Kemurungan Masa Nifas Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan serta perubahan dalam irama/cara kehidupannya sudah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca salin, karena ia masih muda mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas merupakan hal yang umum, dan bahwa perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.

2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu dalam jam pertama setelah kelahiran yaitu dengan cara mendorong pasangan orang tua untuk memegang dan memeriksa bayinya, member komentar positif tentang bayinya, meletakkan bayinya disampingt ibunya. Berikan privasi kepada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya. Redupkan cahaya lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawat yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orang tua bayi dapat berinteraksi dengan bayinya selama bayi masih dalam keadaan bangun. Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung jari. Mengusap tubuh bayi dengan telapak tangan lalu menggendongnya dilengan dan memposisikannya sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Berbagai perilaku yang merupakan tanda yang harus diwaspadai dalam kaitannya dengan ikatan antara ibu dan bayi dan kemungkinan penatalaksaannya oleh bidan. Perilaku : sikap bermusuhan baik verbal atau lisan maupun non verbal. Tidak adanya interaksi yang memberikan dukungan antara pasangan, orang tua, komentar negative tentang bayi atau kekecewaan yang nyata tentang jenis kelamin bayi. Penatalaksaannya : tindakan apa saja yang bias membantu terciptanya ikatan antara ibu dan bayi dan pengamatan yang kontinyu memberikan dorongan pada pasangan orang tua. Dirujuk apabila sikap bermusuhan atau perilaku negative tetap berlanjut.

3.

Tanda-tanda dan gejala serta etiologi kemurungan masa nifas dan klasifikasi atau istilah-istilah local yang dipakai untuk menggambarkannya. Tanda-tanda dan gejalanya : sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali. Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih. Kemurungan dapat terjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, setres, atau kecemasan yang tak diharapkan karena adanya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas. Penatalaksanaan secara tradisional dan secara kebidanan (yang mungkin saja sama) bagi adanya kemurungan masa nifas. Coba bicarakan dengan seseorang mengenai apa yang ibu alami. Bila lebih parah pastikan ada yang menemani ibu dan bayinya selama beberapa hari atau minggu. Gunakan obat kepercayaan setempat yang ada. Berikan pada seorang ibu yang baru kesempatan luas untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Doronglah seorang wanita lain didalam keluarga untuk merawat ibu dan bayi dengan baik. Biarkan bayi bersama ibunya. Berikan dukungan atau dorongan pada ibu untuk merawat bayinya dan anda jangan melakukan sendiri perawatan tersebut. Ibu yang beresiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah dari pada kemurungan masa nifas. Ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau tekanan jiwa. Ibu yang rasa percaya dirinya (harkatnya) rendah. Ibu yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah. Tanda-tanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi psikologis yang lebih parah daripada kemurungan masa nifas dan bagaimana penatalaksaan kebidanannya. Tandatanda dan gejala : tidak bias tidur atau tidak bernafsu makan, merasa bahwa ia tidakj dapat merawat bayinya dan dirinya sendiri, seolah-olah tidak dapat berfikir secara jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, adanya halusinasi atau khayalan, menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan adalah anaknya.

Penataklaksanaan :

banyak perempuan bahwa depresi yang bisa menanggapi atau dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan atau ia tetap menunjukkan perilaku yang aneh (mendengar suara-suara, berada di luar kenyataan, berhalusinasi atau berkhayal, menolak bayinya) atau ia berfikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya ia harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keadaannya.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/kesedihan-dan-duka-cita-pada-ibunifas.html#ixzz27P7CiZvv http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/kesedihan-dan-duka-cita-pada-ibu-nifas.html

Anda mungkin juga menyukai