Anda di halaman 1dari 20

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI REMAJA

OLEH : NAMA : RATNA MEGA SULVIA NIM : 110206

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA 2011/2012

LEMBAR PERSETUJUAN

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI REMAJA

Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Ratna Mega Sulvia NIM : 110206 Telah disetujui untuk diseminarkan di depan penguji Pada tanggal .

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Fitriani Mediastuti, S.Si., M.Kes

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI REMAJA

Disusun oleh : Nama: Ratna Mega Sulvia NIM : 110206 Telah diseminarkan di depan penguji Pada tanggal

Penguji 1 : Penguji 2 :

Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta

Drs. Henri Soekirdi, M.Kes.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunianya sehinngga penyusunan makalah tentang Pentingnya Pendidikan Seksualitas bagi Remaja ini telah diselesaikan. Makalah ini disusun untuk menambah wawasan akan pentingnya pendidikan seksualitas bagi remaja, melalui makalah ini diharapkan dapat membantu remaja khususnya mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta dalam memahami pentingnya pendidikan seksualitas. Selain itu makalah ini juga disusun dalam memenuhi tugas praktikum kesehatan reproduksi di Akademi Kebidanan Yogyakarta. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu

penyusun mengharapkan banyak masukan, saran, dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini, semoga dengan adanya makalah tentang Pentingnya Pendidikan Seksualitas bagi Remaja ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan.

Yogyakarta, 28 Desember 2011 Penulis

Ratna Mega Sulvia

iv

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan Umum .............................................................................................. 2 C. Tujuan Khusus ............................................................................................. 2 BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ............................................ 3 A. Tujuan Instruksional Umum ........................................................................ 3 B. Tujuan Instruksional Khusus ....................................................................... 3 C. Materi ........................................................................................................... 4 1. 2. Pengertian pendidikan seksual bagi remaja ................................................. 4 Tujuan pemberian materi tentang pendidikan seksualitas .......................... 4

3. Metode-metode yang biasa digunakan pada pendidikan seksualitas bagi remaja .................................................................................................................. 4 4. Dampak positif dari pendidikan seksual bagi remaja. ................................. 4 D. Metode.......................................................................................................... 4 E. Media............................................................................................................ 4 F. Kriteria Hasil ................................................................................................ 4 G. Kegiatan Penyuluhan ................................................................................... 5 BAB III PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI REMAJA ....... 6 A. Definisi Pendidikan Seksualitas ................................................................... 7 B. Tujuan Pemberian Pendidikan Seksualitas bagi Remaja ............................. 8 C. Metode-Metode Pendidikan Seksualitas bagi Remaja ................................ 9 D. Dampak Positif Pendidikan Seksualitas bagi Remaja ................................ 11 BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Saat ini semua orang dapat dengan mudah mengakses segala informasi. Apakah itu informasi yang sederhana atau yang kompleks sekalipun. Kemajuan teknologi telah membuat banyak remaja terlena dan mengakses informasi tanpa dipertimbangkan pentingnya informasi tersebut. Masa remaja memang rentan dengan segala perubahan, rasa ingin tahu yang besar membuat remaja menjadi seorang pengakses informasi tanpa pilih-pilih. Hal ini dapat berakibat buruk ketika remaja mengakses informasi yang dapat menjerumuskannya kepada hal-hal yang buruk. Tak bisa dipungkiri saat ini dengan kemudahan mendapat informasi remaja mencari-cari hal yang ingin dia ketahui. Termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Ketika remaja tersebut dapat memilah informasi yang dia dapatkan hal itu tidak akan menjadi masalah. Tetapi, ketika remaja tersebut tidak dapat memilah informasi dengan baik yang terjadi justru sangat berbahaya. Saat ini banyak sekali remaja yang tidak dapat memilah informasi dengan baik. Berdasarkan sebuah jurnal yang berjudul Kesehatan Reproduksi: Membangun Perubahan yang Bermakna kita tahu bahwa banyak sekali remaja terutama remaja dari negara berkembang melakuakan hubungan seksual secara aktif. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun hamil, 4 juta melakukan aborsi, dan hamper 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Dan secara global, 40 % dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada 7.000 remaja terinfeksi HIV. Hal terjadi karena banyak faktor salah satunya adalah tidak tersampaikannya informasi mengenai seksualitas dengan baik. Banyak sekali orang tua yang masih merasa tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dengan anaknya, Sebagian lebih memilih

untuk tetap diam dan berasumsi bahwa anak-anak mereka akan memperoleh informasi yang mereka butuhkan lewat sekolah ataupun media. Sebagian lagi ada yang mempercayai bahwa membicarakan masalah seks dengan anak-anaknya akan sama saja dengan mendorong mereka untuk mencoba melakukan hubungan seks. Padahal seharusnya para remaja tersebut harus diberikan pemahaman mengenai tanggung jawab terhadap tubuh mereka serta masalah kesehatan yang mungkin terjadi.Hal inilah yang kemudian membuat remaja mendapat informasi yang hanya setengah-setengah dan mencari informasi dari berbagai media yang akhirnya justru dapat menjerumuskan remaja tersebut. Oleh karena itu pendidikan seksualitas yang baik sudah saatnya diberikan, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Hal inilah yang mendorong penulis untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan seksualitas bagi remaja pada saat ini. B. Tujuan Umum Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta Semester 1E definisi pendidikan seksualitas, yang tujuan memahami mengenai pendidikan penyampaian

diadakannya dalam

seksualitas,

metode-metode

digunakan

pendidikan seksualitas, dan dampak positif dari pendidikan seksualitas itu sendiri. C. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mengerti pengertian pendidikan seksual bagi remaja. 2. Mahasiswa mengerti tujuan dari pemberian pendidikan seksualitas. 3. Mahasiswa mengerti materi-materi yang biasa diberikan pada pendidikan seksual bagi remaja. 4. Mahasiswa mengerti metode-metode yang biasa digunakan pada pendidikan seksualitas bagi remaja. 5. Mahasiswa mengerti dampak positif dari pendidikan seksual bagi remaja.

BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Bidang studi : Kesehatan Reproduksi Topik : Kesehatan Reproduksi pada Pra Remaja (pubertas) dan Remaja. Subtopik Sasaran Tempat : Pentingnya Pendidikan Seksualitas bagi Remaja. : Mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta Kelas 1 E. : Ruang Pergiwati.

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Januari 2012 Waktu :08.00-10.00 WIB

A. Tujuan Instruksional Umum Pada akhir penyuluhan Mahasiswa Akademi Kebidanan

Yogyakarta kelas 1E mengerti definisi pendidikan seksualitas, tujuan pemberian materi pendidikan seksualitas bagi remaja, metode-metode yang digunakan dalam penyampaian pendidikan seksualitas, dan dampak positif dari pendidikan seksualitas itu sendiri. B. Tujuan Instruksional Khusus 1. Menjelaskan pengertian pendidikan seksual bagi remaja. 2. Menjelaskan tujuan pemberian materi pendidikan seksualitas remaja. 3. Menjelaskan materi-materi yang biasa diberikan pada pendidikan seksual bagi remaja. 4. Menjelaskan metode-metode yang biasa digunakan pada pendidikan seksualitas bagi remaja. 5. Menjelaskan dampak positif dari pendidikan seksual bagi remaja. bagi

C. Materi 1. Pengertian pendidikan seksual bagi remaja 2. Tujuan pemberian materi tentang pendidikan seksualitas 3. Metode-metode yang biasa digunakan pada pendidikan seksualitas bagi remaja 4. Dampak positif dari pendidikan seksual bagi remaja. D. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab E. Media 1. Flip Chart 2. Leaflet F. Kriteria Hasil 1. Evaluasi Struktur a. Peserta hadir di tempat penyuluhan b. Penyelenggaraan penyuluhan di Ruang Pergiwati. c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya. 2. Evaluasi Proses a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar. d. Pertanyaan peserta: Menurut anda apakah pendidikan seksualitas sudah perlu diberikan kepada remaja di sekolah di Indonesia? Jawab: Menurut saya, pendidikan seksualitas di Indonesia sudah saatnya diberikan. Karena berdasarkan data yang telah saya

sampaikan, kesehatan reproduksi remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Untuk mencegah semakin tingginya kegiatan seks yang tidak aman. 3. Evaluasi Hasil a. Mahasiswa dapat menjelaskan dampak positif dari pendidikan seksualitas. b. Jumlah hadir dalam penyuluhan adalah 21 orang.

G. Kegiatan Penyuluhan NO Waktu 1. 2 menit Kegiatan Penyuluhan a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan penyuluhan d. Menyebutkan materi yang akan diberikan Pelaksanaan a. Menggali pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan seksualitas. b. Menjelakan definisi pendidikan seksualitas. c. Menjelaskan metodemetode penyampaian pendidikan seksualitas bagi remaja. d. Menjelaskan dampak positif dari pendidikan seksualitas bagi remaja. Tanya Jawab Mempersilahkan peserta menanyakan materi yang dianggap belum jelas. Kegiatan Peserta Menjawab salam Mendengarkan Memperhatikan Memperhatikan

2.

5 menit

Memperhatiakan dan menjawab pertanyaan. Memperhatiakan

Memperhatikan

Memperhatikan

3.

2 menit

Mengajukan Pertanyaan

4.

1 menit

Evaluasi dan Terminasi a. Menanyakan kembali pada peserta materi yang telah diberikan. b. Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta. c. Mengucapkan salam.

Menjawab Pertanyaan Mendengarkan

Menjawab salam

BAB III PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS BAGI REMAJA

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek untuk memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence) menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sedangkan menurut PBB, remaja adalah mereka yang berusia 15- 24 tahun. Ini kemudian diterminologikan bahwa kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Masa peralihan ini adalah masa paling rentan karena dimasa ini remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar, remaja merasa tak ingin dikekang dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Terkadang mereka mencoba sesuatu yang dapat menjerumuskan mereka seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan akhirnya dapat mengganggu kesehatan reproduksi mereka. (Outlook: Edisi Vol 16, 2000) Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2010) menunjukkan pada kelompok perempuan usia 15 -19 tahun, sebanyak 9% pernah melahirkan bayi dengan 100 orang per 1.000 perempuan. Bandingkan dengan angka di Amerika yang hanya 62orang per 1.000 perempuan. Selain itu Menurut Okanegara (2007) remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30 persen dari total penduduk Indonesia, sekitar 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah, 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, hingga Juni 2006 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun, setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja, data kehamilan remaja Indonesia menunjukkan hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak 12,9 %, dan tidak terduga sebanyak 45 %, seks bebas sendiri mencapai 22,6 %. (Hymapid, Perilaku

Berisiko Mahasiswa, 2009 dalam http://himapid.blogspot.com/2009/03/perilakuberisiko-mahasiswa.html)

Kebanyakan dari remaja tidak mengetahui akibat dari tindakan mereka. Para remaja kebanyakan hanya ingin mencoba dan akhirnya terjerumus kedalam hal-hal yang merusak mereka. Data diatas menunjukkan bahwa sudah saatnya bagi kita untuk berusaha menghentikan hal-hal tersebut, salah satu cara untuk mengurangi dan mungkin dapat menghentikan tindakan adalah dengan memberikan pendidikan mengenai seksualitas kepada remaja. Pendidikan seksualitas telah diterapkan di Negara-negara maju dan telah terbukti efektive mengurangi angka perilaku seks secara bebas di Negara tersebut. A. Definisi Pendidikan Seksualitas Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspekaspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi

pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain,

berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991).
7

Idelanya pendidikan ini diberikan oleh orang tua sedini mungkin. Tetapi saat ini kebanyakan orang tua menganggap hal ini adalah tabu untuk dibicarakan dengan anaknya yang justru dapat berakibat fatal pada saat anak tersebut menginjak remaja. Pendidikan seksual yang diberikan di berbagai Negara sebenarnya berbeda-beda tetapi yang biasanya diajarkan meliputi; 1. Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan 2. Menstruasi 3. Fisik dan emosional perubahan remaja 4. Kehamilan 5. Kontrasepsi 6. Proses Pertumbuhan 7. Bahaya kekerasan seksual 8. Homoseksualitas 9. Infeksi menular seksual (IMS) 10. Onani 11. Safe sex / penggunaan kondom 12. Pelecehan seksual 13. Seks posisi 14. Kehamilan remaja 15. HIV/AIDS B. Tujuan Pemberian Pendidikan Seksualitas bagi Remaja Pendidikan seksual pada dasarnya bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang aspek-aspek biologis dan anatomis, tetapi dalam

penerangannya juga harus memberikan pemahaman dari aspek psikologis dan moral. Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli

mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Selain itu tujuan sebenarnya dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987).

C. Metode-Metode Pendidikan Seksualitas bagi Remaja Dalam memberikan pendidikan seksualitas bagi remaja terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Berikut ini adalah beberapa metode yang sering digunakan untuk memberikan pendidikan seksualitas bagi remaja: Penyuluhan Metode penyuluhan adalah metode yang mulai digunakan di Indonesia. Metode ini biasanya diberikan di sekolah, karang taruna dan di institusi-institusi pendidikan lainnnya. Memberikan pelayanan klinik Pendekatan-pendekatan dengan remaja dengan berbagai cara menjadi sangat penting, pendekatan yang biasanya umm dilakukan adalah a) Pelayanan klinik berbasis remaja( youth-oriented clinic service) Metode ini digunakan untuk memberikan pelayanan klinik kepada remaja, untuk mengobati dan memberikan penjelasan mengenai kesehatan reproduksi mereka. Sasaran utama dari pelayanan ini adalah remaja yang putus sekolah dan remaja yang sudah bekerja. b) Pelayanan klinik berbasis sekolah ( School based clinic)

Sasaran utama dari pelayanan klinik ini adalah remaja-remaja yang bersekolah di tingkat SMP dan SMA. Diharapkan dengan pelayanan klinik ini remaja menjadi lebih sehat terutama dalam kesehatan reproduksi mereka. c) Program penjangkauan berbasis masyarakat (community-based out search program) Program ini sangat penting terutama bagi remaja jalanan, remaja putus sekolah, dan remaja putrid yang memiliki akses terbatas untuk keluar dari lingkungan tempat tinggalnya. Proyek berbasis masyarakat seperti ini menggunakan berbagai cara untuk menjangkau dimana remaja tersebut banyak bekerja atau bermain. d) Program kesehatan di tempat kerja Program ini dapat menjadi salah satu sumber penting bagi kaum muda pria maupun wanita. Sebagai contoh, di Thailand diadakan sebuah program untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi bagi pekerja wanita yang tinggal di asrama tempat kerja. Teman sebaya yang telah dilatih memberikan penyuluhan dengan menggunakan berbagai metode yang popular seperti novel dan komik. Media cetak maupun elektronik. Media cetak maupun elektronik dapat menjadi suatu alat untuk menyampaikan pendidikan seksualitas secara terbuka melalui tanya jawab di berbagai media cetak ataupun elektronik. Di Uganda The Straight Talk Foundation misalnya telah menerbitkan sebuah majalah khusus untuk remaja untuk menjawab segala keprihatinan, pertanyaan-pertanyaan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Majalah itu adalah majalah Young Talk yang diterbitkan sejak 1980. Di internet terdapat forum diskusi yang memungkinkan remaja mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi namun perlu diwaspadai bahwa tidak semua forum diskusi memberikan informasi yang sesuai. Memasukkan dalam kurikulum di sekolah.

10

Di Indonesia, pemberian materi mengenai seksualitas ataupun kesehatan reproduksi masih sangat minim. Belum ada sebuah kurikulum yang secara spesifik memasukkan materi pendidikan seksualitas sebagai salah satu materi pendidikannya. Di berbagai negara di dunia seperti Amerika, Jerman dan berbagai Negara maju lainnya.

D. Dampak Positif Pendidikan Seksualitas bagi Remaja Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberbagai negara maju terdapat berbagai dampak positif dari pendidikan seksualitas yang diberikan yaitu: Penundaan kegiatan seks dini. Dengan adanya pendidikan seksualitas telah terbukti mampu mengurangi jumlah remaja yang melakukan kegiatan seks dini. Remaja menjadi lebih berhati-hati dan tidak melakukan kegiatan seks secara dini. Penurunan kegiatan seks secara keseluruhan Dengan adanya pendidikan seksualitas selain mengurangi angka remaja yang melakukan kegiatan seks dini baik remaja yang akan melakukan kegiatan seks secara dini maupun bagi remaja yang telah secara aktif melakukan kegiatan seks secara dini. Bagi kalangan remaja yang sudah melakukan hubungan seks secara aktif, menurunkan angka penularan PMS (Penyakit Menular Seksual). Selain semua dampak positif diatas, pendidikan seksualitas telah terbukti menurunkan angka penularan PMS bagi remaja karena remaja lebih mengetahui tentang kegiatan seksualitas yang aman.

11

BAB IV PENUTUP

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendidikan seksualitas adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. 2. Pendidikan seksualitas bertujuan untuk menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan 3. Metode-metode yang biasa digunakan untuk memberikan pendidikan seksualitas bagi remaja adalah penyuluhan, memberikan pelayanan klinik, media cetak atau elektronik, dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. 4. Dampak positif pendidikan seksualitas diantaranya penurunan kegiatan seks dini, penurunan kegiatan seks secara keseluruhan, dan Bagi kalangan remaja yang sudah melakukan hubungan seks secara aktif, menurunkan angka penularan PMS (Penyakit Menular Seksual).

12

DAFTAR PUSTAKA

Gunarasa,D. Singgih. 1991. Psikologi Praktis Anak, Remaja,dan Keluarga. Dalam http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksualpadremaja/#ixzz1hog82DjA. Diakses pada 28 Desember 2011 Himapid.2011. Perilaku Berisiko Mahasiswa. http://himapid.blogspot.com/2009/03/perilaku-berisiko-mahasiswa.html. Diakses pada 6 Januari 2012. Husodo, Tirto. 1987. Seksualitet dalam mengenal dunia remaja.Dalam. http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksual-padremaja/#ixzz1hog82DjA Diakses pada 28 Desember 2011 Kartono, Mohamad.1991. Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja.Dalam http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksualpadremaja/#ixzz1hog82DjA. Diakses pada 28 Desember 2011 Look, Out2000.Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna. www.path.org/files/Indonesian_16-3.pdf. Diakses pada 28 Desember 2011. Mutadin, Zainun. 2010.Pendidikan seksual. http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksual-padaremaja/#ixzz1hog82DjA. Diakses pada 28 Desember 2011. Sarlito.1994.Psikologi Remaja . dalam http://belajarpsikologi.com/pendidikanseksual-pada-remaja/#ixzz1hog82DjA. Diakses pada 28 Desember 2011

13

14

Anda mungkin juga menyukai