sehingga keadaan ini membuat tugas-tugas sederhana yang kita berikan pada anak seperti mengambil benda yang ringan sekalipun menjadi sangat sulit. Cerebral palsy juga bukanlah penyakit khusus tapi menyebabkan serangkaian gangguan pada gerakan. Kondisi ini cukup bervariasi, mulai dari hampir tak kentara sampai harus duduk di kursi roda, tak dapat bicara atau bergerak, karena otak mengalami cedera di bagian pengontrol gerakan, sehingga sinyal otak tidak berfungsi. Dulu, cerebral palsy umumnya dihubungkan dengan masalah yang terjadi pada saat kelahiran seperti kerusakan otak akibat bayi kekurangan suplai oksigen. Ketika itu para dokter sering disalahkan tapi kini diketahui hampir semua kasus terjadi pada saat bayi masih berada di dalam rahim. Kelahiran prematur juga disinyalir meningkatkan resiko cerebral palsy. Meskipun katanya cerebral palsy itu terjadi bila otak bayi mengalami kerusakan di bagian pengontrol gerakan
penyebab pastinya belum diketahui. Diperkirakan keadaan ini bisa juga disebabkan oleh infeksi dalam kandungan atau bayi terpapar infeksi yang disebabkan oleh virus seperti herpes sebelum dan sesudah kelahiran. Ada tiga sub tipe cerebral palsy, masing-masing disebabkan cedera pada bagian otak yang berbeda. Orang yang menderita cerebral palsy bisa mengalami keterbatasan bicara, mendengar, penglihatan dan kecerdasan terutama apabila gangguan yang mereka alami parah. 1. Cerebral palsy spastic - adalah tipe yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 80% penderita. Otot-otot penderita kaku dan gerakan terbatas terjadi karena pesan dari otak menjadi kacau saat pesan itu melewati bagian otak yang rusak. 2. Cerebral palsy dyskinesia - menyerang 10-20% penderita. Para penderitanya melakukan gerakangerakan yang sebenarnya tak ingin mereka lakukan, sehingga membuat cangkir pun terasa sulit.
3. Cerebral palsy ataxia - adalah semacam getaran yang dapat mempengaruhi bagian-bagian berbeda pada tubuh. 4. Autisme adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan perkembangan gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Autisme menimpa satu dari sekitar 100 anak dan mempengaruhi kehidupan baik anak itu sendiri maupun keluarga mereka. Penyakit autis cenderung lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki lima kali lipat dibandingkan pada jenis kelamin perempuan. 5. Pengertian Autis kadang dikaitkan dengan pengklasifikasian sebagai gangguan perkembangan pervasif, kategori gangguan yang sering digambarkan secara bergantian dengan spektrum yang luas dari gangguan perkembangan yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa yang disebut gangguan spektrum autistik (ASD). Kisaran gangguan gejala autis ini bervariasi dari individu sangat terganggu dengan autisme kepada individu-individu lain yang memiliki kelainan
interaksi sosial tetapi kecerdasan normal (sindrom Asperger). Selain itu, autisme dapat ditemukan berhubungan dengan gangguan lain seperti keterbelakangan mental dan kondisi medis tertentu. Tingkat gejala autisme dapat berkisar dari ringan sampai parah. Penderita autis yang ringan mungkin saja tampak normal, namun pada gejala autisme yang parah mungkin memiliki cacat intelektual yang ekstrim.
Autisme, Pengertian dan Definisinya. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handojo, 2003). Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di liling, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap. Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisme adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku.
Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun. Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisme tidak pandang bulu, penyandangnya tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan penyandang Autisme ialah 4 : 1.
Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.