Anda di halaman 1dari 18

Judul Penatalaksanaan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Balita Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh

kembang anak adalah masa balita. Pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak di usia-usia selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat. Walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi setiap anak akan melalui suatu milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiaptiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Perkembangan anak merupakan masa kritis, sehingga diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna untuk perkembangan anak. Salah satu faktor yang mendasari tumbuh kembang anak adalah kesehatan jasmani. Pada anak usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, dimana pada usia ini anak mulai tumbuh gigi susu yang nantinya akan digantikan oleh gigi permanen. Fungsi dari gigi geligi ini adalah untuk membantu proses pencernaan secara mekanik. Banyak orang menyatakankan bahwa masalah gigi dan mulut pada anak akan mempengaruhi perkembangan anak, sehingga perlu adanya perhatian orangtua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak terutama anak-anak di usia balita. Pada usia ini pertumbuhan gigi pada anak umumnya sudah lengkap. Gigi-geligi (gigi susu) akan tanggal satu persatu, dan akan digantikan dengan gigi tetap. Jumlah gigi berjumlah sekitar 20 buah, yaitu sepuluh gigi atas dan sepuluh gigi bawah. Gigi susu yang lengkap terdiri dari delapan gigi seri atas dan bawah, empat gigi taring atas dan bawah, empat geraham kecil kanan atas dan bawah, serta empat geraham kecil kiri atas dan bawah. Gigi susu mempunyai fungsi istimewa yang tidak dimiliki gigi tetap, yaitu sebagai pedoman penuntun atau penunjuk arah tumbuhnya gigi tetap agar kelak tumbuh pada tempat yang sesuai. Selain itu, gigi susu juga menjaga pertumbuhan lengkung rahang sehingga susunan gigi menjadi teratur. Pergantian gigi susu ke gigi tetap pertama kali dimulai kurang lebih pada usia enam tahun dan berakhir pada usia kurang lebih 12 tahun. Salah satu tanda gigi tetap akan tumbuh umumnya didahului goyangnya gigi susu. Kondisi gigi anak yang tidak sehat akan mempengaruhi proses pencernaan makanan, sehingga nutrisi tidak dapat terpenuhi dengan baik. Akibatnya dapat mengganggu proses pertumbuhan anak dan anak akan mudah terserang penyakit. Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Penilaian status kesehatan gigi dapat dilihat dari ada dan tidaknya penyakit pada gigi, misalnya karies gigi. Karies gigi adalah penyakit bakterial

yang menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang paling banyak ditemukan pada semua usia dan lapisan masyarakat. Jika penyakit ini tidak diketahui sejak dini dan dibiarkan berlanjut maka akan menjadi lebih parah. Selain itu akan timbul pula komplikasi yang serius diantaranya penyakit ginjal, jantung, syaraf, dan sebagainya. Anak balita merupakan kelompok masyarakat dengan jumlah yang cukup besar dan memiliki prevalensi karies gigi yang cukup tinggi. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan pada Pelita III dan IV menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dan 90% di antaranya adalah anak-anak. Penelitian Taverud menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak berusia satu tahun sebesar 5%, anak usia dua tahun sebesar 10%, anak usia tiga tahun sebesar 40%, anak usia empat tahun 55%, dan anak usia lima tahun sebesar 75%. Penelitian Rinaldi (1985) terhadap 3450 anak TK di Yogyakarta menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi sebesar 85%, 45% pada balita perempuan dan 40% pada balita laki-laki. Untuk mengurangi kejadian terkait dengan masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak perlu suatu upaya untuk mencegah masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah proses pengenalan perawatan gigi yang komunikatif, termasuk menuntun anak pada kunjungan pertama ke dokter gigi agar tidak menjadi hal yang menakutkan. Dalam melakukan upaya pencegahan perlu adanya kerjasama dari orang tua. Peran orang tua adalah membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Proses pelaksanaan instruksi kebersihan gigi dan mulut membutuhkan serangkaian proses yang dapat dimulai dengan mengajarkan orangtua atau pengasuh dengan penyuluhan yang diberikan oleh petugas yang bertanggung jawab di wilayahnya agar proses/metode pembelajaran perawatan gigi terarah dan lebih efektif. Teknik penerapan ini sesuai dengan perkembangan kemampuan motorik dan kecerdasan anak. Berbagai sikap dan perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini sehingga anak akan mudah menyesuaikan apabila telah terjalin komunikasi yang interaktif antara anak dengan orang tua atau pengasuh.

Tinjauan Pustaka
1. Pertumbuhan dan perkembangan

1.1.Pertumbuhan dan perkembangan anak Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan didefinisikan sebagai berikut :
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan , sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhhi fungsinya . termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ /individu. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung potensi biologisnya. Tingkat tercapainya potensi biologis seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psikososial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pasa setiap anak. Setiap anak akan melalui suatu milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK Pediatri Sosial di Jakarta, Oktober 1986, tahap-tahp tumbuh kembang anak terbagi dalam 4 tahap, yaitu masa pranatal, masa bayi, masa prasekolah, masa sekolah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak di usiausia selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,

kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan selanjutnya. Perkembangan moral serat dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Perkembangan anak merupakan masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Soetjiningsih,1995).
1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Anak

Pembentukan gigi geligi susu dimulai setelah 4-5 bulan kehidupan intra uterine. Gigi-gigi pertama biasanya erupsi setelah 6-7 bulan sesudah kelahiran dan semua gigigigi susu biasanya erupsi pada usia 2,5 atau 3 tahun ( Andlaw, R. J. Dan W. P. Rock, 1992). Di dalam tulang rahang terdapat gigi-gigi susu yang telah siap dibentuk, yang dibatasi oleh tulang rahang dan gusi yang tipis, dengan bagaian rongga mulut yang lain. Gigi-gigi tersebut terdapat dalam saku-saku gigi. Pada saat gigi mulai tumbuh, akan timbul tekanan yang dapat mengoyak saku gusi, tulang rahang dan akhirnya gusi, tekanan ke arah rongga mulut dan gigi ini akan hilang bila gigi sudah muncul dalam mulut. Gigi susu tidak tumbuh sekaligus, tetapi tumbuh secara bertahap (Taringan,1989). Masihhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh kurangggggggggggggggggggg 2. Macam-macam penyakit gigi dan mulut balita 2.1.Kelainan pada gigi geligi A. Gigi berlubang Gigi berlubang atau karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang terfementasi. Tanda dimulainya karies adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Karies gigi merupakan penyakit universal yang dapat terjadi pada semua orang, semua usia, semua ras, dan semua tempat di dunia (Kusumaningsih, 1999).

Proses terjadinya lubang pada gigi dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama yang terjadi dalam waktu bersamaan, faktor tersebut adalah : 1. Kuman, terdapat pada gigi. Secara normal kuman ada dan diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi penyebab terjadinya lubang gigi. 2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau makanan sejenis lemak lainnya yang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang gigi. 3.
4.

Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam beberapa

dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses lubang gigi. waktu yang bersamaan (Riyanti, 2005). B. Susunan gigi yang tidak teratur Susunan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh ukurang gigi yang lebih besar daripada ukurang rahang. Dapat terjadi pada geligi sulung maupun gigi tetap. Upaya pencegahan yang sangat mudah dilakukan adalah biasakan anak mengunyah makanan (tidak dikulum/emut), berikan rangsangan makanan yang membutuhkan proses pengunyahan (makanan jangan yang lunak), dan perhatikan saat usia pergantian gigi sehingga tidak terjadi penumpukan gigi. Apabila susunan gigi sangat tidak teratur dapat dilakukan perawatan dengan menggunakan kawat gigi (Riyanti, 2005). C. Kegoyangan gigi Gigi-geligi yang sudah mendekati masa pergantian dengan gigi tetap sering mengalami kegoyangan. Kegoyangan gigi disebabkan oleh terjadinya pengurangan panjang akar gigi akibat adanya desakan dari gigi tetap yang akan tumbuh. Apabila gigi-geligi terlihat sangat goyang maka dapat dilakukan pencabutan sendiri dengan menggunakan tangan, namun apabila kegoyangan gigi masih sedikit sedangkan gigi penggantinya sudah terlihat akan tumbuh maka segera kunjungi dokter gigi untuk dilakukan pencabutan (Riyanti, 2005). D. Gigi susu tinggal akar Anak yang terbiasa minum susu botol, terutama sebagai pengantar tidur, umumnya mengalami karies yang disebut karies botol. Ciri khasnya adalah hampir seluruh mahkota gigi depan rusak dan tinggal akarnya saja. Akar gigi

rusak tersebut sebaiknya dicabut, sebab berpotensi menjadi tempat berkumpulnya kuman penyebab infeksi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan atau tonjolan seperti bisul di gusi (abses). Abses ini berisi nanah penuh kuman yang sangat mungkin menyebar lewat pembuluh darah menuju organ-organ vital seperti ginjal, jantung, hingga ke otak (focal infection) (Mozartha, 2011).

2.2.Kelainan pada jaringan pendukung gigi A. Kelainan pada gusi Kelainan pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada awalnya sering disebut gingivitis dan pada keadaan ini masih dapat diperbaiki dengan baik. Tetapi bila terjadi perdarahan terus-menerus biasanya gigi akan menonjol dan akhirnya dapat tanggal dengan sendirinya. Penyakit pada gusi memiliki tandatanda sebagai berikut : 1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut. 2. Gusi terlihat memerah dan terlihat lunak sehingga mudah terjadi perdarahan. 3. Tanggalnya gigi dengan disertai rasa sakit saat mengunyah dan sensitif terhadap perubahan suhu.
4. Terjadi penimbunan karang gigi yang berwarna coklat, dan

mengeras pada permukaan gigi (Riyanti, 2005). B. Pembengkakan Pembengkakan yang terjadi pada gusi dapat disebabkan adanya peradangan pada gigi maupun pada gusi. Infeksi yang terjadi pada gigi dapat menjalar menjadi pembengkakan pada gusi. Pembengkakan yang meluas tidak hanya terlihat di dalam mulut namun dapat pula terlihat sampai di luar mulut. Wajah akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat, demam, dan dapat menyebabkan kesulitan pada saat menelan (Riyanti, 2005). C. Stomatitis apthosa (sariawan) Sariawan yang sering terjadi pada rongga mulut, dapat disebabkan oleh adanya trauma (adanya gigi yang tajam, makanan yang merangsang) maupun karena kurangnya konsumsi vitamin. Lesi/luka tersebut akan terasa perih apabila tersenggol oleh lidah ataupun makanan. Faktor pencetus utama terjadinya sariawan

adalah rasa stres yang kadang-kadang tanpa disadari. Perawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian salep yang dapat merangsang pertumbuhan jaringan baru agar luka segera menutup, hindari stres, dan kurangi makanan yang merangsang (Riyanti, 2005). D. Warna putih pada lidah akibat air susu Warna putih pada lidah sering kita dapatkan pada bayi yang meminum susu. Sisa-sisa air susu yang menempel pada lidah akan mengalami fermentasi sehingga merangsang untuk timbulnya jamur. Selain itu pemberian susu botol yang telah melewati 3 jam dari waktu pembuatan juga merupakan faktor pencetus terjadinya proses fermentasi. Apabila warna putih terlihat sangat tebal dan menimbulkan bau yang kurang sedap, maka hendaknya diberikan obat anti jamur, namun bila belum terlalu parah dapat dilakukan penyikatan lidah dengan menggunakan sikat lidah yang lunak (Riyanti, 2005). 3. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut balita 3.1.Perawatan kelainan gigi dan mulut balita A. Usia Bayi (0 - 1 tahun) Usia bayi merupakan usia dimana bayi mulai menyesuaikan dengan lingkungan luar. Pengaturan metabolisme dan pembentukan sistem pertahanan tubuh mulai terjadi. Pada usia ini fase oral merupakan keadaan yang harus ditanggapi oleh orang tua dengan baik. Kepuasaan pada anak akan makan dan minum sangat jelas terlihat. Oleh karena itu proses pembentukan perilaku sudah dapat dimulai pada usia ini. Beberapa tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang mulai dapat dilaksanakan adalah pengendalian plak (Riyanti, 2005). Pengendalian plak dapat mulai dilaksanakan terutama pada saat mulai erupsi gigi sulung pertama. Tujuan pengendalian plak pada bayi adalah menjaga flora oral secara normal. Teknik pelaksanaannya yaitu dengan membalut sebatang kayu berbentuk persegi atau lonjong dengan kain yang dibasahi. Selain itu dapat pula dengan menggunakan jari telunjuk yang dibalut kain atau handuk basah kemudian digosokkan pada gigi yang sedang erupsi dan secara lembut melakukan pemijatan gusi. Pemijatan gusi bertujuan untuk melancarkan peradaran darah dan merangsang erupsi gigi. Pelaksanaan embersihan tersebut harus dilakukan dalam keadaan nyaman baik bagi ibu maupun bayi. Posisi yang dapat dilakukan yaitu bayi digendong di atas satu tangan dalam posisi terlentang menghadap ke atas, sementara tangan ibu yang satu lagi melakukan pembersihan. Gerakan bayi harus

selalu diperhatikan oleh ibu. Percakapan yang dilakukan oleh ibu pada saat melakukan pembersihan gigi dan mulut merupakan cara di dalam memberikan rasa nyaman bagi anak (Riyanti, 2005). Pemakaian sikat gigi dan pemberian pasta gigi tidak dianjurkan pada usia ini. Oleh karena ukuran mulut bayi masih sangat kecil dan kemampuan bayi di dalam melakukan proses penelanan belum maksimal sehingga gerakan sikat gigi akan sangat terbatas dan memungkinkan tertelannya pasta gigi. Fluor yang terdapat di dalam pasta gigi dalam jumlah banyak dikhawatirkan akan menyebabkan fluorosis pada geligi tetap anak (Riyanti, 2005). B. Usia Anak (1 3 tahun) Perkembangan motorik kasar pada usia ini akan terlihat jelas. Anak akan terlihat lebih aktif terutama pada saat belajar berjalan. Kemampuan berbahasa anak mulai berkembang meskipun masih belum dapat dimengerti dengan baik. Rasa ingin tahu anak akan terlihat terutama di saat anak melihat sesuatu yang baru. Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilaksanakan pada usia ini adalah: 1. Penyikatan gigi Penyikatan gigi bertujuan untuk mengendalikan plak. Ukuran sikat gigi disesuaikan dengan ukuran mulut anak. Sikat gigi yang dapat digunakan adalah sikat gigi manual maupun elektrik. Pemakaian sikat gigi elektrik hendaknya dilakukan oleh orang tua atau pengasuh. Bagi anak di bawah usia tiga tahun hendaknya penyikatan gigi masih dilakukan oleh orang tua. Posisi yang mudah untuk melakukan penyikatan gigi pada usia ini adalah posisi lap to lap. Pada posisi ini dua orang duduk saling berhadapan dengan lutut saling bertemu. Anak diletakkan di atasnya dengan posisi menghadap ke atas. Gerakan tangan dan tubuh ditahan oleh tangan orang yang memangku, sementara orang yang satu lagi melakukan penyikatan gigi. Teknik ini dapat dilakukan oleh satu orang, dimana orang tua duduk di atas lantai dengan kaki diluruskan. Kemudian kepala anak diletakkan diantara kedua paha, sedangkan kaki dan tangan anak ditahan oleh kedua kaki. Posisi ini agak sulit dilakukan namun dapat memberikan hasil yang cukup baik di dalam melakukan penyikatan gigi pada anak. Anak di atas usia dua tahun sudah dapat diajarkan cara menyikat gigi. Pada tahap pertama hendaknya orang tua memberikan contoh pada anak cara melakukan penyikatan setelah itu anak diminta untuk mengikuti.

2.

Pemakaian pasta gigi Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pasta gigi

akan memberikan rasa segar di dalam mulut. Saat ini pasta gigi dengan berbagai macam rasa tersedia di pasaran. Pasta gigi diberikan dalam jumlah sedikit dan diletakkan pada bulu sikat (Riyanti, 2005). C. Usia Prasekolah (3 6 tahun) Kemampuan motorik kasar akan lebih baik pada usia ini. Motorik halus anak mulai berkembang dimana anak sudah dapat menggambar dan menulis. Penyikatan gigi merupakan kegiatan motorik halus yang dapat diterapkan untuk anak. Namun peran orang tua masih sangat besar di dalam menentukan keberhasilan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada usia ini adalah: 1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh anak adalah metode Fons. Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar pada gigi anterior maupun posterior. Posisi yang mudah saat mengajarkan cara menyikat gigi yaitu orang tua berdiri saling berdampingan di depan cermin. Kepala anak disandarkan pada tangan orang tua. Dagu anak ditarik ke bawah dengan menggunakan tangan tempat bersandarnya kepala anak. Sedangkan tangan orang tua yang satu lagi memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi. Posisi lain yang juga dapat dilakukan adalah orang tua dan anak berdiri saling berhadapan. Kemudian tangan orang tua memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi. Kerugian posisi ini adalah kurangnya pengendalian gerakan terhadap posisi anak. 2. Pemberian pasta gigi dalam jumlah sedikit Pada usia anak kemamapuan refleks penelanan pada anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat berkumur. Oleh karena pasta gigi yang beredar di pasaran memiliki rasa yang disukai maka tetap dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi. 3. Pemberian topikal fluor dalam sediaan gel Topikal fluor yang beredar di pasaran memiliki beberapa rasa. Pemiliharan rasa dapat disesuaikan dengan selera anak.

4.

Pemberian obat kumur dalam jumlah sedikit Beberapa sediaan obat kumur memiliki rasa yang kurang disukai anak.

Oleh karena itu pemberian obat kumur hanya bagi anak yang sedang mengalami infeksi di dalam rongga mulut dan tenggorokan. 5. Pemberian kemoterapeutik lain untuk pengendalian plak tidak Sediaan kemoterapeutik yang sering digunakan adalah obat-obat antiseptik, antibiotik, enzim, plaque modifying agents, bahan pengganti gula, dan obat-obatan yang dapat mencegah menempelnya plak pada gigi. Pemakaian sediaan kemoterapeutik per oral dalam jumlah sedikit tidak menimbulkan efek toksisitas sistemik, namun pada usia ini sebaiknya tidak diberikan untuk anak (Riyanti, 2005).
3.2. Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut balita

dianjurkan

3.2.1. Pengenalan anak terhadap dokter gigi Ilmu kedokteran gigi anak memiliki sebuah filosofi yaitu rawat pasiennya bukan giginya. Apa yang terkandung dalam filosofi ini adalah suatu tekad untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa percaya dan kerja sama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik serta tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan sekarang tetapi juga mengusahakan masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992). Kunjungan pertama digunakan untuk memperoleh dasar yang nyata. Kunjungan ini harus dilangsungkan dengan baik sehingga pada kunjungan pertama anak akan mendapat pengalaman yang menyenangkan dan bertujuan sebagai tahap pengenalan dimana dokter gigi mengenali anak, dan anak mengenali dokter gigi serta lingkungannya (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992). Para orangtua biasanya mencoba mempersiapkan anak mereka untuk kunjungan ke dokter gigi. Beberapa orang tua melakukan hal-hal yang buruk daripada melakukan hal-hal yang baik pada anak dalam usaha tersebut. Oleh karena itu, perlu menasehati orang tua bagaimana mempersiapkannya. Tujuan pada kunjungan pertama adalah sebagai berikut :

1. Untuk menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua 2. Untuk mendapatkan keterangan yang penting (yaitu riwayat pasien) 3. Memeriksa anak, dan untuk mendapatkan foto rontgen bila perlu 4. Melakukan prosedur perawatan yang sederhana
5. Untuk menjelaskan tujuan perawatan yang sederhana pada anak dan

orang tua (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992).


3.2.2. Komunikasi dokter gigi, anak dan orang tua

Kebanyakan anak merasa cemas pada kunjungan pertama ke dokter gigi. Oleh karena itu pada kunjungan pertama dokter gigi dan stafnya berperan penting dalam menghilangkan rasa cemas tersebut. Resepsionis harus menyambut anak dengan bersahabat dan gembira. Runag tunggu diisi dengan sesuatu yang berhubungan atau hal yang disukai anak (misalnya poster anakanak, selebaran, buku-buku cerita, dan mainan). Jadi, lingkungan perawatan (tempat penerimaan dan ruang tunggu) harus mampu memberikan kenyamanan dan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992). Peran orang tua saat menemani anak dalam melakukan perawatan adalah menjelaskan riwayat anak mengenai keadaan gigi dan mulut yang tidak dapat diperoleh dari anak sendiri. Biasanya anak akan merasa takut jika dokter melakukan pemeriksaan, oleh karena itu perlu adanya dukungan moral dari orangtua yang menemani di ruang perawatan (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992). Prinsip utama keberhasilan komunikasi adalah memperlihatkan rasa yang menyenangkan pada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pertanyaan sederhana mengenai rumah, sekolah dan permainan yang disukai, menunjukkan sikap yang bersahabat pada anak, serta mampu berkomunikasi secara fisik, misalnya bersalaman, menepuk bahu anak, menyentuh rambut anak atau dengan menggelitiknya (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992). 3.2.3. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut Waktu yang paling tepat untuk memulai penyuluhan bagi orang tua adalah sebelum bayi lahir. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui penyuluhan tersebut, antara lain akan menimbulkan motivasi yang kuat para orang tua mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulutnya

serta bayi yang akan dilahirkan. Keuntungan ini akan lebih dirasakan pada ibu yang sedang mengandung anak pertama, dimana rasa keingintahuan ibu masih tinggi dan merupakan bekal yang penting di dalam membentuk perilaku anak. Orang tua yang sedang mengandung anak pertama tersebut akan mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik di dalam segala hal. Materi-materi yang dapat diberikan pada saat melakukan penyuluhan adalah:
1. Gingivitis pada saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil sering

mengalami gingivitis, dimana keadaan ini sering membuat para ibu cemas. Penyuluhan mengenai teknik dan cara melakukan penyikatan gigi yang benar merupakan sesuatu yang akan bermanfaat.
2.

Pengendalian plak. Pengendalian plak bagi para ibu hamil dapat

dilakukan dengan cara melakukan penyikatan gigi, flossing, dan membersihkan lidah.
3. Penyuluhan mengenai keadaan-keadaan yang akan terjadi pada saat bayi

lahir. Ada beberapa keadaan yang akan terlihat pada saat bayi lahir, seperti terdapatnya prenatal teeth dan cacat bawaan. Pengetahuan mengenai hal ini perlu diberikan bagi para ibu agar tidak menimbulkan kecemasan terutama didalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
4. Pengendalian jamur di dalam rongga mulut. Air susu ibu dan air susu

botol yang berada di dalam mulut dalam waktu lama sering mengakibatkan tumbuhnya jamur pada lidah dan mukosa bukal (Riyanti, 2005). Penyuluhan kesehatan gigi pada masyarakat harus menggunakan pesanpesan yang sederhana agara dapat dimengerti. Umumnya ada 4 hal berikut : 1. Hindari makanan yang manis, lengket dan makan di antara waktu makan 2. Gosok gigi secara menyeluruh sekurang-kurangnya sekali sehari dengan menggunakan pasta gigi berfloride 3. Floridasi air minum
4. Periksa gigi secara teratur (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992).

3.2.4. Pengetahuan dan sikap orang tua Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Rogers (1974) mengungkapkan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Timbulnya karies gigi anak usia sekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran dan kebisaan orang tua dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang berkaitan dengan cara membersihkan gigi, jenis makanan dan minuman yang menguntungkan kesehatan gigi, cara makan dan minum. Pengetahuan orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor penduduk, lingkungan tingkat pendidikan, ekonomi, dan kehadiran sarana pelayanan kesehatan gigi. Antara masyarakat yang tinggal didaerah perkotaan dan pedesaan yang situasi dan kondisinya berbeda akan terdapat perbedaan juga dalam pengetahuan dan kesadaran mengenai kesehatan gigi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh sarana komunikasi dan transportasi lebih merata didaerah perkotaan. Orang tua dikota lebih mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulut anaknya serta lebih cepat mendapatkan pelayanan kesehatan gigi bila memerlukan. Orang tua di kota pada umumnya lebih mengetahui jenis makanan dan minuman yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi anak-anaknya. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi reaksi predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu: a. Menerima Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha mengerjakan atau menjawab dengan benar atau salah berarti orang tesebut menerima ide yang telah diterima. c. Menghargai Menghargai dapat berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi. Fase perkembangan anak usia sekolah terutama kelas 1 dan 2 sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peranan ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu harus benar-benar sadar dan mampu memberikan perhatian sepenuhnya terhadap rumah tangga. Sama halnya dalam bidang kesehatan peranan seorang ibu sangat menentukan. Biasanya ibu yang pertama kali merawat dan menjumpai kedaan kesehatan anaknya. Demikian juga kebersihan gigi dan mulut anak masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap ibunya. Mengubah sikap seseorang harus didasari motivasi tertentu, sehingga yang bersangkutan mau melakukan secara sukarela. Orang tua di desa belum mempunyai motivasi untuk merawat gigi, sehingga banyak orang tua di desa yang belum mau secara sukarela melakukan perawatan gigi. Sikap dan ditambah dengan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan. akan terwujud menjadi suatu tindakan, apabila sesorang sudah mempunyai niat

Pembahasan Pertumbuhan gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi dan diikuti dengan perubahan posisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Masa pemunculan gigi secara klinis merupakan suatu tanda pertumbuhan seorang anak. Tahap pertama pertumbuhan gigi sangat jelas selama minggu keenam dari kehidupan embrional. Dalam proses pembentukan gigi tersebut perlu adanya asupan nutrisi yang cukup agar proses pembentukan gigi dapat berlangsung secara sempurna. Pola kesehatan diri ibu saat hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan janin, pada hal ini adalah pembentukan gigi.

Menurut Soetjiningsih, gigi anak pertama kali erupsi pada umur antara 5-9 bulan. Pada umur 1 tahun sebagaian besar anak sudah memiliki 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua tumbuh lagi 8 gigi susu, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2,5 tahun sudah terdapat 20 gigi susu. Setiap anak akan melalui suatu milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Masa anak, khususnya balita, merupakan awal dari pembentukan perilaku. Masa balita adalah masa usia yang paling rentan terhadap berbagai pengaruh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri sang anak. Tidak mengherankan apabila mereka cukup rentan mengalami perubahan status kesehatan, termasuk di dalamnya kesehatan gigi. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan gigi pada anak semestinya melibatkan interaksi berbagai pihak, yang dalam hal ini, anak itu sendiri, orang-tua, dan dokter. Pengetahuan, sikap, dan perilaku dari seluruh komponen tersebut mempengaruhi status kesehatan gigi anak. Pada anak-anak, pengaruh dari orang tua sangat kuat. Sikap dan perilaku orangtua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak (Herlianti, 2003). Di samping itu, perilaku anak sendiri menentukan status kesehatan gigi mereka, termasuk pola makan dan kebiasaan membersihkan gigi. Pada umumnya, anak sangat menggemari makanan yang manis seperti gulali, permen, dan coklat yang diketahui sebagai substrat yang disukai oleh bakteri untuk berkembang biak. Makanan tersebut tergolong kariogenik yang dapat diubah menjadi asam oleh bakteri dan selanjutnya dapat melarutkan struktur gigi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan kemalasan anak membersihkan giginya atau anak belum mampu melakukannya, serta ketergantungan anak kepada orangtuanya. Menurtut berbagai penilitian yang telah ada dilaporkan bahwa angka prevalensi karies pada anak sangatlah tinggi. Hal ini menjunjukkan tingkat kesehatan gigi dan mulut pada anakanak sangatlah rendah. Banyak faktor yang dapat menyebabkan resiko terjadinya karies gigi pada anak, antara lain faktor dari makanan, kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kesehatan seperti mengemut makanan dan pemberian makanan melalui botol. Faktor lain yang ikut berperan penting menimbulkan terjadinya karies gigi pada anak adalah perilaku dan sikap orang tua karena kurangnya pengetahuan serta kepedulian orang tua mengenai kesehatan gigi yang benar. Terkadang orang tua salah dalam mempersepsikan tentang karies gigi, karena kurangnya informasi dan pengalaman serta pemahaman yang didapatkan. Mereka beranggapan bahwa karies gigi merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak kecil dan hal ini tidak perlu untuk terlalu dikhawatirkan dan cenderung dianggap remeh karena jarang membahayakan

jiwa. Jika anak mengalami karies gigi, hal ini berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan si anak. Asupan nutrisi yang kurang serta kondisi gigi dan mulut yang kurang sehat menjadi penghalang bagi anak untuk melakukan segala aktivitas di dalam atau di luar rumah. Upaya perawatan gigi dan mulut harus di ajarkan oleh orang tua sejak anak lahir, seperti pembersihan dengan menggunakan tangan yang di balut dengan handuk basah , kemudian di gosokkan pada gigi anak untuk mengendalikan plak si anak. Jika usia anak sudah mencukupi dan motorik anak berkembang, maka hendaknya orang tua mulai mengajari anak menggosok gigi. Hal ini bisa ditunjukkan dengan mengajak anak ketika orang tua sedang menggosok gigi. Dengan metode ini anak akan meniru kebiasaan orang tua secara tidak langsung. Orang tua juga hendaknya respon terhadap perilaku anak agar proses ini dapat dilaksanakan secara teratur oleh anak. Pemberian pasta gigi hendaknya tidak dilakukan sebelum anak memahami menggosok gigi. Ketika anak sudah terbiasa, penggunaan pasta gigi yang mengandung rasa aneka buah dapat diaplikasikan saat menggosok gigi. Hal ini bertujuan pembersihan mekanis memperoleh hasil yang maksimal. Biasanya anak senang dengan kondisi seperti ini, oleh karena itu orang tua hendaknya mengawasi dan menasehati anak untuk tidak menelan pasta gigi yang diberikan. Pemberian pasta gigi juga harus dikontrol agar penggunaanya tidak berlebihan serta memberikan hasil yang maksimal. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua hendaknya mulai mengajari bagaimana caranya menggosok gigi dengan benar. Hal ini untuk membiasakan anak agar selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut jika gigi permanennya sudah mulai erupsi. Dalam kasus ini juga perlu adanya penyuluahan kepada masyarakat tentang bagaimana merawat dan menjaga kesehatan anak maupun diri sendiri. Karena tidak semua orang tua mengerti dan paham tentang kesehatan gigi dan mulut. Materi penyuluhan hendaknya sesuai dengan objek sasaran. Misal pada ibu hamil atau masyrakat umum. Pemberian penyuluhan harus dilaksanakan oleh praktisi kesehatan setempat yang bertanggung jawab atas wilayahnya tersebut. Ada beberapa materi pokok yang selalu disampaikan ketika penyuluhan kepada orang tua, antara lain menganjurkan kepada anak untuk menggosok gigi setelah sarapan pagi dan sebelum tidur, menasehati dan mengawasi konsumsi anak terutama terhadap makanan dan minuman yang lengket dan manis, floridasi jika diperlukan, dan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut anak setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Pemeriksaan ke dokter gigi merupakan langkah lanjutan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, namun hal ini menjadi suatu masalah jika anak tidak mampu beradaptasi dengan kondisi di sekitar ruang kerja dokter gigi .

Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang interaktif dan komunikatif oleh dokter gigi maupun orang tua. Karena pengenalan pertama anak kepada dokter gigi merupakan aspek yang penting dalam pemeliharan kesehatan gigi dan mulut selanjutnya. Untuk mendapatkan kerja sama dari anak, dokter gigi tidak hanya harus mengadakan hubungan yang baik dengan anak, tetapi juga merancanakan perawatan yang efektif agar anak merasa nyaman dan menyenangkan. Komunikasi mempunyai peran yang penting dalam upaya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Komunikasi ini berlangsunag anatara orang tua dan anak, anak dengan dokter gigi, dokter gigi dengan orang tua dan komunikasi anak dengan lingkungan sekitar. Menurut (Andlaw, R. J. dan W. P. Rock, 1992), prinsip utama keberhasilan komunikasi adalah memperlihatkan rasa yang menyenangkan pada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pertanyaan sederhana mengenai rumah, sekolah dan permainan yang disukai, menunjukkan sikap yang bersahabat pada anak, serta mampu berkomunikasi secara fisik, misalnya bersalaman, menepuk bahu anak, menyentuh rambut anak atau dengan menggelitiknya. Hal ini bertujuan agar anak memberikan informasi tentang keluhannya yang bermanfaat untuk perwatan kepada anak. Kadang orang tua secara sengaja menakuti anak yang nakal dengan kata-kata yang berkaitan dengan bidan kodekteran maupun kedokteran gigi, misalnya, nanti disuntik sama bu dokter kalau nakal atau nanti dicabut dan dibor giginya kalau tidak mau gosok gigi. Hal ini tentunya meberikan gambaran negatif yang dapat mempengaruhi perilaku anak ketika bertemu dengan dokter maupun dokter gigi. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan ketika menasehati anak bukan justru menakut-nakuti anak. Komunikasi dokter gigi dengan orang tua berkaitan dengan tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut anak mutlak dilakukan karena anak kurang dapat memahami dan mengerti tentang informasi yang disampaikan. Sikap orang tua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak mempunyai peran yang besar, karena orang tua yang mendampingi setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan orang tua tentang bagaimana merawat kesehatan gigi dan mulut pada anak mendasari tingkat kesehatan anak. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari penyuluhan, buku, maupun media lain. Selain pengetahuan ada beberapa sikap yang harus dimiliki orang tua anak antara lain, menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap ini berkaitan dengan proses berkomunikasi dan mendidik anak dalam langkah Kesimpulan saran Daftar Pustaka

Andlaw, R. J. dan W. P. Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika Herlianti, A. 2003 . Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ikgm-P. Jakarta: FKG UI Mozartha , Martha. 2011. Formula Kesehatan Gigi dan Mulut. Dikutip dari : http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/09/28/297/berbagai-masalah-gigipada-anak---solusi-mengatasinya Riyanti, Eriska. 2005. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Dikutip dari : http://resources.unpad.ac.id Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Taringan, Rasinta.1989. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai