Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN NANOMATERIAL DALAM BIDANG INDUSTRI PANGAN

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH KAPITA SELEKTA FISIKA MATERIAL

Disusun oleh: Rahmi Desy Martha Arizola Septi Vandria (0910442026) (0910442064)

Dosen Mata Kuliah : ASTUTI M.Si

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Teknologi telah terbukti dapat meningkatkan daya saing industri suatu negara secara signifikan, sehingga memasukkan teknologi sebagai elemen kunci dalam pengembangan industri menjadi suatu keharusan. Pemerintah dan para pegiat industri di setiap negara terus-menerus meningkatkan penguasaan teknologi mereka untuk memenangkan persaingan di era global. Memasuki abad ke-21 terjadi penemuan penting mengenai sifat-sifat dan kinerja material pada skala nanometer atau satu per satu miliar meter (10-9 m), yang ternyata memiliki keunikan dan keunggulan dibandingkan pada skala meter atau bahkan mikro meter (10-6 m)nya, seperti dikenal selama ini. Teknologi skala nano atau nanoteknologi telah mengubah paradigma cara pandang terhadap teknologi. Material didesain dan disusun dalam orde atom per atom atau molekulpermolekul, sehingga diperoleh suatu bahan yang memiliki sifat istimewa, jauh mengungguli material yang ada sekarang ini. Nanoteknologi bertujuan melakukan rekayasa, memanipulasi dan

mengontrol sebuah objek dengan ukuran nanometer (sepermiliar meter). Material dengan ukuran nanometer menjadi topik yang banyak menjadi fokus para ilmuwan beberapa tahun ini karena material ini memiliki keunggulan dibanding material dengan ukuran mikro. Keunggulan pada nanomaterial dapat ditunjukkan pada sifat mekanik, optik, elektronik, magnetik maupun kereaktifan permukaan material saat ada pengaruh lingkungan, sifat kimia bahkan meliputi morfologi dan struktur kristal materialnya. Beberapa tahun terakhir nanoteknologi menjadi pusat perhatian seluruh dunia dalam kaitan penerapannya di dunia industri, seperti di bidang elektronik, kedokteran, farmasi, konstruksi, industri makanan, tekstil, keramik dan lain-lain. Namun dalam pemanfaatan nanoteknologi ini masih banyak ditemukan dampak dari penggunaan teknologi ini. Selain itu, banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai nanoteknologi. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai nanoteknologi beserta dampak dan penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apa manfaat nanomaterial dalam bidang industri pangan? 2. Apa dampak dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan nanomaterial dalam bidang industri pangan? 3. Bagaimana penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan nanomaterial dalam bidang industri pangan?

1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menjelaskan manfaat nanomaterial dalam bidang industri pangan. 2. Untuk menjelaskan dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan nanomaterial dalam bidang industri pangan. 3. Untuk menjelaskan cara penanggulangan dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan nanomaterial dalam bidang industri pangan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Manfaat Nanoteknologi pada Bidang Industri Pangan Berkembangnya nanoteknologi yang melibatkan nanomaterial di Indonesia semakin menambah kemudahan dan kenyaman penggunaan alat-alat yang membantu kehidupan manusia. Saat ini, nanomaterial telah menjadi bahan tambahan pada berbagai sektor industri khususnya pada industri pangan. Material nano mampu untuk menjaga emulsi dan buih. Emulsi merupakan bahan pangan yang hampir mirip seperti pada saus dan margarin.Nano mampu memanipulasi struktur pada tingkat atom dan produksi bahan dan peralatan yang lebih terkendali dan lebih spesifik. Partikel nano juga dapat mengenkapsulasi zat gizi atau bahan pangan lain sehingga dapat meningkatkan nilai gizi atau membuat nutrisi lebih mudah diserap oleh tubuh. Contoh: nanokarotenoid (karoten: senyawa bahan warna orange) dapat didispersikan ke dalam air dan ini akan dapat meningkatkan penyerapan di dalam tubuh. Namun di Indonesia nampaknya belum bisa mengaplikasikan ini, baru Negara Amerika yang sudah mengembangkan teknologi ini. Nano mampu diaplikasikan pada kemasan makanan yang cerdas (smart packaging) untuk optimasi daya tahan produk. Sistem yang dikelola mampu memperbaiki setiap lubang yang bersifat kecil, merespon kondisi lingkungan, dan meningkatkan konsumen ketika sudah tercemar.seperti memodifikasi perilaku permeasi foil dan meningkatkan sifat penghalang kemasan. Desain nanokapsul yang mampu menghantarkan zat gizi secara lebih baik,efisien dan sesuai kebutuhan tubuh . Penambahan nanokapsul pada kapsul dapat membantu penyerapan zat gizi yang lebih baik. Nanoteknologi memenuhi kebutuhan konsumen modern dengan menjaga kesegaran pangan dan memberi tambahan-tambahan sifat baru pada pangan yang lebih memperhatikan sisi kesehatan dan memberi kenyamanan yang lebih. Pemanfaatan nanoteknologi akan mampu menghasilkan produk-produk dengan zat gizi tambahan ini tanpa mengganggu rasa. Penyerapan zat gizi juga akan

ditingkatkan dengan mengembangkan produk pangan sehingga zat gizi di dalamnya akan lebih efektif dan efisien diserap sesuai kebutuhan tubuh. Banyak produk-produk hasil industri pangan kini yang menjamur di masyarakat memicu tingginya persaingan para industrial untuk mengeluarkan produk yang lebih baik dari yang sudah ada. Contoh produk-produk nanoteknologi dalam bidang industri pangan ialah: kemasan biodegradable (daur ulang), kemasan dengan nano-sensor dan pelacak, kemasan antibakteria. Pada skala yang sangat kecil, material memiliki sifat fisika dan kimia yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan material pada ukuran lazim (konvensional) sehingga sifat unik ini digunakan dalam industri untuk menciptakan produk-produk baru. Perkembangan Nanoteknologi dalam Kemasan Pangan Kemasan Pangan merupakan salah satu target komersialisasi dari nanoteknologi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Helmut Consultancy dilaporkan bahwa, pengaruh nanoteknologi meningkat pesat pada industri kemasan makanan dan minuman dalam beberapa tahun terakhir. Nanoteknologi memungkinkan perancang untuk merubah struktur material pada skala molecular, untuk mendapatkan material dengan sifat yang diinginkan. Tren nanoteknologi pada kemasan pangan dipasaran saat ini antara lain dirancang untuk dapat meningkatkan tampilan dari material kemasan, memperpanjang masa simpan (shelf life), kemasan antimikroba, dan kemasan interaktif. Aplikasi nanoteknologi pada kemasan pangan: Meningkatkan tampilan (performance) bahan kemasan Dengan menambahkan partikel nano, dapat diperoleh kemasan yang lebih ringan, lebih kuat, lebih kaku, tahan api, mempunyai sifat mekanis dan ketahanan panas yang lebih baik. Memperpanjang masa simpan (shelf life) dari pangan yang dikemas Tujuan utama adalah untuk memperpanjangg masa simpan (shelf life) yang dilakukan dengan cara meningkatkan fungsi hambatan (barrier) pertukaran gas, kelembaban, termasuk pengaruh dari paparan sinar UV. Sebagai contoh adalah DuPont Light Stabilizer 1210 yaitu plastic yang mengandung nano-TiO2

yang dapat mengurangi kerusakan pangan oleh sinar UV pada kemasan transparan. Nanopackaging yang dapat melepaskan bahan kimia (Chemical-release nanopackaging) Nanopackaging yang dapat melepaskan bahan kimia memungkinkan kemasan pangan untuk berinteraksi dengan pangan didalamnya. Pertukaran dapat terjadi pada kedua arah. Kemasan dapat melepaskan antimikroba, antioksidan, rasa, aroma, atau neutracuetical dalam skala nano ke dalam makanan atau minuman untuk memperpanjang masa simpan atau untuk meningkatkan rasa atau aromanya. Sebaliknya, nanopackaging yang menggunakan nanotubes juga dikembangkan dengan kemampuan untuk memompa keluar oksigen atau karbondioksida yang dihasilkan dalam makanan atau minuman yang mengalami pembusukan. Kemasan dan bahan kontak pangan yang berbasis antimikroba Berbeda dengan tipe sebelumnya, yang akan melepaskan antimikroba berdasarkan pemicunya, tipe ini menggabungkan antimikroba nano ke dalam kemasan pangan dan bahan kontak pangan, yang dirancang tidak untuk terlepas, akan tetapi komponen dalam kemasan itu sendiri yang berperan sebagai antimikroba. Produk ini umumnya menggunakan perak nanopartikel, nano seng oksida atau nano klorin oksida. Nano magnesium oksida, nano perakoksida, nano titanium dioksida dan karbon nanotube juga diprediksi akan digunakan dalam kemasan pangan antimikroba. Beberapa aplikasinya antara lain cling wrap makanan yang digabung dengan nano seng oksida, kantong plastic penyimpan makanan yang digabung dengan nano perak, gelas bayi yang digabung dengan nano perak, dll. Kemasan dengan nano-sensor dan pelacak (track and trace) Kemasan dilengkapi dengan nanosensor yang didesain untuk memantau kondisi produk pangan baik internal maupun eksternal, misalnya memonitor temperature atau kelembaban dan memberikan informasi tentang kondisi tersebut misalnya melalui perubahan warna. Nanoteknologi juga memungkinkan pemasangan nano radiofrequency identification (RFID) pada kemasan pangan,

dimana nano RIFD ukurannya jauh leih kecil dari RFID sebelumnya, lebih fleksibel dan dapat dicetak pada label tipis. Contoh dari kemasan nanosensor (masih dalam pengembangan) adalah karbon nanotube berdinding ganda (multiwalled carbon nanotube) berbasis biosensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi mikroorganisme, protein beracun, atau kerusakan pada makanan dan minuman. Kemasan nano biodegradable Penggunaan nanometerial pada bioplastik (biodegradable) menjadikan kekuatan boplastik meningkat dengan tetap bersifat ramah lingkungan. Contoh pengembangan nano-composite biopolymer adalah dengan digunakannya nano clay dan bahan lainnya yang berfungsi untuk memperkuat bioplastik. Salah satu aplikasi lain dari nanoteknologi pada bahan kontak pangan yaitu pelapis nano yang dapat dikonsumsi (edible), yang dapat digunakan pada daging, keju, buah dan sayuran, permen, produk roti dan makanan saji. Saat ini nanoteknologi memungkinkan pengembangan pelapis nano yang dapat

dikonsumsi dengan tebal hanya 5 nm, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pelapis ini dapat menahan (barier) kelembaban dan pertukaran gas, berperan sebagai media penghantar warna, rasa, antioksidan, enzim dan antibrowning agent, dan dapat meningkatkan masa simpan (shelf life), walaupun kemasannya sudah dibuka. Bahan kemasan nano dapat dikembangkan menjadi minimal 3 kategori : 1. Improved nano composite Jenis bahan kemasan tersebut merupakan polymer yang di dalam materialnya telah disisipkan beberapa jenis nano material tertentu, dengan tujuan untuk memperbaiki daya fleksibilitas, daya tahan durabilitas, stabilitas barrier terhadap suhu dan kelembaban. Contohnya Nano composit clay, mampu memblokir celah celah yang bisa membiarkan masuk dan lepasnya H2O, oksigen dan CO2. 2. Active Nano Composite Active nano composit merupakan plastik polimer yang telah disisipkan atau dimasukkan ke dalam nanomaterial tertentu yang memiliki sifat atau

daya antimikrobial. yang dikenal sebagai food safety packaging : nano silver,titanium dioksida. 3. Intellelligent dan Smart Packaging Intellegent dan Smart Packaging merupakan bahan kemasan polymer yang di dalamnya telah disisipkan nanosensor dengan tujuan untuk melakukan tugas monitoring terhadap kondisi produk pangan yang ada di alamnya. Mampu mendeteksi keberadaan E.coli, atau Salmonella dalam individu kemasan. Mampu melaporkan bahwa suatu kadaluwarsa atau mulai membusuk. Keuntungan Nanoteknologi dalam bidang Industri Pangan isi kemasan sudah

Banyak keuntungan dan nilai positif yang dapat dihasilkan bila nanoteknologi dapat diterapkan dalam industri pangan, diantaranya karena dapat dihasilkan produk baru : 1. Dengan cita rasa baru, dan dengan tekstur baru, yaitu dengan cara merubah ukuran molekul pangan kristal. Di samping itu juga mampu meningkatkan daya penyebaran (spreadibility) secara lebih merata. 2. Produk baru rendah lemak, rendah garam, rendah gula,serta rendah bahan pengawet. Dengan demikian akan berkembang berbagai produk baru pangan sehat (health foods). 3. Dengan daya bioavailability yang lebih tinggi bagi berbagai jenis zat gizi dan suplemen,akan banyak menguntungkan tubuh. Karena zat zat tersebut akan lebih mudah diserap karena memiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu berskala nano. 4. Baik mutu pangan maupun mutu efisiensi gizinya dapat ditingkatkan, serta dapat dijaga tingkat kesegaran produk, sehingga daya simpannya lebih baik. 5. Mampu memperbaiki fungsi jenis bahan kemasan pangan yang lebih bermutu daya pelindung serta fungsinya. Saat inipun sudah muncul kemasan aktif, Intelligent dan smart packaging.

6. Memberikan tingkat penelusuran produk yang lebik baik (product trace ability), serta penelusuran masalah keamanan yang lebih cepat dan akurat. 2.2 Dampak Yang Ditimbulkan Dalam Penggunaan Nanomaterial Dalam Bidang Industri Pangan Pada satu sisi kemasan pangan yang menggunakan nanoteknologi

menawarkan banyak keunggulan, akan tetapi di sisi lain juga memunculkan risiko kesehatan yang baru terkait dengan kemungkinan masuknya nanomaterial ke dalam tubuh manusia dan berpotensi menimbulkan risiko baru terhadap kesehatan. Nanomaterial dapat bermigrasi dari kemasan ke produk pangan, seperti halnya zat kontak pangan dalam kemasan pangan konvensional. Sementara itu, ukuran nanomaterial yang sangat kecil (1-100nm) menyebabkan luas permukaan yang kontak dengan pangan akan semakin besar, sehingga migrasinya ke dalam pangan akan meningkat drastic dibandingkan dengn migrasi bahan dengan ukuran yang lazim dikenal. Padahal dalam jumlah yang kecilpun nanomatrial dalam pangan dapat menyebabkan risiko toksisitas yang serius. Alasan mengapa nanopartikel dapat menyebabkan risiko baru terhadap kesehatan, antara lain :

Nanopartikel secara kimiawi lebih reaktif dibandingkan dengan partikel konvensional

Nanopartikel memiliki akses yang jauh lebih besar masuk ke dalam tubuh dibandingkan dengan partikel yang umum dikenal.

Bioaktivitas dan bioavaibilitas yang lebih besar memungkinkan terjadinya risiko toksisitas baru.

Nanopartikel dapat menganggu respon system imun tubuh Nanopartikel kemungkinan memiliki efek patologi jangka panjang

Sebagai contoh titanium dioksida (TiO2) yang digunakan dalam kemasan pangan sebagai antimikroba dan pelindung dari sinar UV pada ukuran lazim (konvensional) dianggap secara biologis inert, akan tetapi dengan ukuran sampai beberapa ratus nanometer, titanium dioksida dapat merusak DNA, merusak fungsi

sel, mempengaruhi hati dan ginjal pada binatang percobaan, dan dapat terakumulasi pada hati, ginjal dan paru-paru. 2.3 Penanggulangan Dampak Penggunaan Nanoteknologi pada Bidang Industri Pangan Sampai saat ini belum ada suatu negara yang menetapkan suatu regulasi yang khusus mengatur tentang nanoteknologi termasuk nanoteknologi dalam kemasan pangan atau bahan kontak pangan. Selain melihat pada manfaatnya perlu dilihat pula keamanan nanopartikel bagi tubuh manusia. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam untuk mempelajari pengaruh nanopartikel pada tubuh dan kesehatan manusia, bahkan pengaruhnya terhadap lingkungan. Hal ini dibutuhkan untuk selanjutnya membuat peraturan tentang penggunaan nanopartikel yang dapat menjamin pengunaannya. Sampai saat ini belum ada regulasi yang khusus mengatur tentang material nano dalam produk komersial, khususnya pada produk pangan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Nanoteknologi adalah teknik terbaru yang ditemukan oleh para ilmuwan untuk mempermudah pekerjaan manusia saat ini. Dengan diciptakannya nanomaterial dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai bidang, termasuk salah satunya dalam bidang pangan. Seperti proses pengenkapsulasi zat gizi agar gizi mudah dicerna oleh tubuh dan smart packaging sebagai kemasan makanan yang cerdas. Selain itu, dengan nanoteknologi, dapat diperoleh bahan pangan yang lebih segar dan berkualitas tanpa merubah rasa asli yang ada. Namun dibalik semua itu, ditemukan dampak-dampak yang dapat membahayakan organ tubuh setelah pengkonsumsian nanomaterial tersebut. Seperti ditemukannya kanker otak pada ikan yang mencerna sejumlah kecil partikel karbon nano juga masalah paru-paru pada tikus yang menghirup karbon nanotube. Hal ini dikarenakan ukuran nanomaterial yang sangat kecil sehingga sangat mudah untuk masuk dalam organ tubuh melalui celah-celah sel. Sampai saat ini masih belum ditemukan cara yang tepat untuk menanggulangi dampak-dampak yang diakibatkan oleh penggunaan nanomaterial.

3.2 Saran Untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat nanomaterial yang berlebih, untuk pengolahan, sebaiknya pencampurannya adalah dengan

mengurangi bahan nano-nya dan memperbanyak bahan pokok dari bahan pangan tersebut. Dan juga dibutuhkan sosialisai dan pendidikan tentang teknologi nano utamanya pada produk pangan Sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditangani sekecil mungkin. Selain itu juga diperlukan kesadaran masing-masing untuk penggunaannya. Sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi bahan pangan yang berbau nanomaterial. Untuk menghindari dampak berlebih yang akan ditimbulkan untuk tubuh kita.

Daftar Pustaka

Agus,Haryono. 2011. Tren Teknologi di Industri Pangan.(Online), (http:// Enricoenrico73.blogspot.com), diakses 11 Oktober 2012. Daulay, Hotmatua. 2010. Aplikasi Nano Teknologi Ditujukan ke Industri Pangan. (Online),(http://www.agrobost.co.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=814:aplikasi-nano-teknologi-ditujukan-ke-industri-pangan&catid=25:teknologi&ltemid=165), diakses 11Oktober 2012. Rhestu. 2011. Krisis Pangan dan Peran Teknologi. (Online), (http://rhestu.blog.uns.ac.id.html), diakses 9 Oktober 2012. Widyaastuti, Retno. 2010. BPOM: Bulletin Keamanan Pangan Volume 18 Tahun IX. (Online), (http://pipimm.or.id/last_update.php?view=1&id=9), diakses 10 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai