Anda di halaman 1dari 17

TEORI ORGANISASI UMUM 1

Disusun oleh : Nama : EKA PUTRI TISNA Y Kelas : 2KA31 NPM : 12111352

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

Tugas 2
17 OKTOBER 2012

Soal

1. Jelaskan pengertian kepemimpinan & perkembangan Teori kepemimpinan! 2. Tuliskan type, gaya , dan perilaku pemimpin! 3. Tuliskan nama-nama tokoh yang berhasil memimpin dan bidang yg dikuasainya!

Jawab

1. Pengertian Kepimpinan Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Perkembangan teori kepemimpinan Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005:12) menjadi lima pendekatan yaitu : (1) pendekatan ciri, (2) pendekatan perilaku; (3) pendekatan kekuatan pengaruh; (4) pendekaan situasional; dan (5) pendekatan integrative Teori Genetik (Genetic Theory). Penjelasan kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan genetic dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni a leader is born, not made. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya. Teori Sifat (Trait Theory). Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. Trait atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi (5) Human Relations (6) Motivasi Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju (achievement drive). Teori Perilaku (The Behavioral Theory). Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori trait, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti behavior atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif. Situasional Leadership. Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam situational leadership pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan

kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang Transformational Leadership. Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba menghidupkan kembali teori trait atau sifat-sifat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, dkk, 2008:213) Dengan mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang transformational selalu menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa. Langkah yang dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa. Menurut pencetus teori ini, pemimpin transformational adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori behavioral dan situational dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008:214)

2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIAN Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah : GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin. GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis. Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan

dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik. Secara Umum Secara umum tipe kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tipe,yaitu : a. Tipe Otoriter Tipe kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa menghiraukan kepentingan anggota kelompok sama sekali. Keputusan senantiasa berada ditangan pemimpin, anggota kelompok cederung dijadikan sebagai alat untuk mengekploitir tujuan kelompok semata, sehingga tipe ini mempunyai kekuasaan absolute. b. Tipe Laizess Faire Tipe Laizess faire ini memberikan kebebasan yang terlalu luas bagi anggota kelompok, sehingga kelompok seolah-olah tidak mempunyai seorang pemimpin, sehingga anggota kelompok cenderung memperlihatkan perilaku agresif yang tinggi. c. Tipe Demokratis Tipe demokratis merupakan pola kepemimpinan yang sama mementingkan tercapainya tujuan kelompok seoptimal ,mungkin dengan mengikuti sertakan seluruh partisipasi anggota, daya dan segenap kemampuan tanggung jawab bersama. Itulah sebabnya ciri utama gaya kepemimpinan ini adalah pendistribusian wewenang dan tanggung jawab pemimpin pada sejumlah anggota, tanpa mengurangi partisipasi dan tanggung jawab terhadap kelompok secara keseluruhan. Tipe Kepemimpinan Menurut Blake dan Mouton Blake dan Mouton mengemukakan lima tipe pemimpin, yaitu. 1. Tipe Improverished Merupakan perilaku kepemimpinan dengan segala tindakannya yang kurang berkualitas baik ditinjau dari segi kerjsamanya dengan anggota kelompok maupun dari segi pencapaian tujuan kelompok itu sendiri. Kepemimpinan seperti ini dapat disebut sebagai kepemimpinan plinplan. 2. Tipe Ujung tombak Kelompok Kepemimpinan yang menganggap faktor manusia sebagai robot pekerja tujuan kelompok. Ciri-cirinya adalah kejam, mengeksplottir anggota kelompok, tidak manusiawi, menstruktur batas waktu kerja tak terbatas, memberikan sangsi beret terhadap kegagalan dan kelalaian, bertipe hubungan impersonal. 3. Tipe Manusiawi Merupakan pemimpin yang sangat mementingkan keharmonisan hubungan antar pribadi sesama anggota dan mengesampingkan tujuan utama kelompok. Cirinya adalah sangat menghargai eksis-tensi individu sebagai pribadi bersikap lunak, rumah dan penuh kesopanan, penampilan sebagai manusia (penyayang manusia), rela berkorban demi kepentingan anggota, punya tenggang rasa yang tinggi. 4. Tipe Team Builder Tipe ini sangat mementingkan tujuan dan keharmonisan hubungan sosial anggota kelompok. Target tujuannya harus tercapai dan hubungan sosial tetap terbina, harmonis

dan penuh keakraban. Tipe ini adalah yang paling baik dan tidak perlu disangsikan lagi efektivitasnya, apalagi bila digabungkan dengan pola pendekatan situasional.

5. Tipe The Middle of the Roader Tipe ini membuat perilaku perimbangan antara tujuan dan hubungan sosial anggota kelompok. Keduanya sama dianggap penting dan perlu dicapai secara bersamaan. Tipe ini tidak jauh berbeda dengan gaya kepemimpinan demokratis kalau tidak boleh dikatakan identik. Tipe kepemimpinan menurut Sahertian 1. Tipe Nomothetics Tipe ini, pemimpin sangat menekankan pada persyaratan institusi yang ada dan konformitas kelakuannay sesuai dengan yang diharapkan. Kalau perlu mengorbankan kepentingan lainnya demi tujuan institusi yang bersangkutan. Pemimpin seperti ini memegang teguh wewenangnya sebagai pemimpin dan kalau perlu memaksakan sangsi yang ekstrinsik sifat-sifatnya. 2.Tipe Ideoghraphis Tipe ini perhatian pemimpin terhadap individu lebih besar dibandingkan dengan tuntutan organisasi. Wewenangn yang dimiliki oleh pemimpin dilihat sebagai yang didelegasikan dan hubungannya anggota dijalin dengan orientasi terhadap kebutuhan anggota lain. 3.Tipe Transaksional Merupakan kombinasi antara gaya kepemimpina di atas. Pemimpin menekankan pentingnya tujuan institusi dan pada saat yang bersamaan berharap pula kepribadian tidak akan diperkosa dalam usaha mencapai tujuan tersebut. Tipe kepepimpinan menurut Max Weber 1.Tipe Kharismatik Pemimpin diangkat berdasarkan atas suatu kepercayaan bahwa dia dapat memberikan berkat ilmu gaib yang dimilikinya, untuk keselamatan masyarakat. Keberhasilan dan prestasi yang dimilikinya menimbulkan orang lain kagum dan terpesona, sehingga dia dianggap orang yang berilmu gaib. Charisma yang dimiliki oleh pemimpin itu sebenarnya merupakan factor raditas yang dibawa sejak lahir. 2. Tipe Tradisional Tipe ini, merupakan kepemimpinan yang diterima secara warisan dan dipercayai sepenuhnya oleh masyarakat. Misalnya kepemimpinan dalam masyarakat "keraton Jawa, ninik mamak dalarn masyarakat Minangkabau, ketua marga di Batak, dll. Pemilihan pemimpin pada umumaya tidak mempertimbangkan syarat yang harus dipenuhi sebagaimana layaknya, akan tetapi yang paling penting adalah menjaga kelestarian budaya masyarakat. Mengangkat pemimpin baru menurut alur budaya setempat merupakan suatu bentuk pelanggaran adat istiadat yang pada umumnya orang tidak berani melanggarnya.

3. Tipe Rasional-Legal Tipe ini, pemimpin yang dipilih berdasarkan pada dua prinsip, yaitu secara rasional dan legal. Rasional, karena pemimpin dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kecakapan dan pengalaman, serta syarat lainnya. Tipe Kepemimpinan Menurut Martin Conwav 1. Tipe Crowd-Compeller Kepemimpinan yang muncul atas panggilan kewajiban. sehingga dengan tanggung jawab moral seseorang menimbulkan sebagai pemegang amanah dan golongan yang tertindas. Misalnya, pejuang kemerdekaan, para kiyai dengan dorongan penyebaran agama dan sejenis lainnya. Oleh karena sifatnya yang menyentuh aspirasi segenap lapisan masa, maka dia sangat ampuh menggerakkan. massa tanpa memperhitungkan akibatnya terlebih dahulu. 2. Tipe Crowd Representative Pemimpin dipilih oleh golongan atau kelompok tertentu yang dijadikan sebagai ketua mereka. Kedudukannya sebagai pemimpin tertinggi dalam kelompoknya, hanya sepanjang dan selama didukung oleh golongan atau kelompoknya. 3. Tipe Crowd Exponent Pemimpin seperti ini pada saat yang tepat dan muncul pada waktu yang sangat diperlukan mampu menggerakkan masa yang sangat hebatnya dan diarahkannya untuk mencapai sasaran dan maksud tertentu. Biasanya pemimpin seperti ini banyak ditemui dalam keadaan posisi terjepit, merasa ditindas dan dirugikan, sehingga semua mereka nekad bertindak sesuai yang diinstruksikan oleh pemimpin mereka. Pemimpin merupakan kunci pembuka hati yang tertekan, tertutup dan tertindas, sehingga bila kunci itu sudah terbuka akan menimbulkan suatu tenaga yang sangat besar dan tangguh. Tipe-Tipe Pemimpin Sondang P. Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut: a. Tipe Aristokrat Seorang pemimpin yang bertipe aristokratis adalah pemimpin yang 1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi; 2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi; 3. Menganggap bawahan sebagai alat semata; 4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; . 5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya; 6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punishtif (bersifat menghukum). Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu harus dihormati.

b.

1. 2. 3. 4. 5.

Tipe Militeristis Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang yang memiliki sifat: Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan; Senang kepada formalitas yang berlebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Menggemari upacara untuk berbagai keadaan. Disini juga terlihat, bahwa pemimpin yang bertipe militeristis ini juga merupakan bukan tipe pemimpin ideal. c.

1. 2. 3. 4. 5.

Tipe Paternalistis Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang : menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa bersikap terlalu melindungi; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi; sering bersikap maha tahu. Hendaknya diakui, bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang bertipe ini sangat diperlukan, tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat positif. d. Tipe Kharismatis, Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Namun yang diketahui hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut. Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin kharismatis, sehingga sering hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi kekuatan gaib (supernatural power). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya Mahatma Gandhi, Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

e. Tipe Demokratis, 1. dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa itu adalah makhluk termulia di atas dunia ; 2. selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya; 3. senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya; 4. selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan; 5. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; 6. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya; 7. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin (Syahriman Dkk., 1991:105-108). Kemudian Bogardus (1918) mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu: Tipe Otokratik, adalah orang yang berkuasa dalam organisasi yang kuat; Tipe Demokratik, adalah yang melambangkan interse dan kelompok; Tipe Eksekutif, adalah yang memperoleh kepemimpinnya, karena segala hal dapat terlaksana; Tipe cerminan intelektual, adalah yang mendapat kesukaran dalam merebut banyak pengikut. Berbeda derigan yang disampaikan di atas, ternyata Sanderson dan Nafe (1929) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108). mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu: 1. Pemimpin Statis, merupakan orang yang profesional atau cendikiawan yang bermartabat tinggi yang kerjanya mempengaruhi pikiran orang lain; 2. Pemimpin Eksekutif, melaksanakan kontrol melalui otoritas dan kekuasaan dari posisi yang didudukinya; 3. Pemimpin Profesional, berfungsi untuk merangsang para pengikutnya untuk mengernbangkan dan menggunakan kemampuannya masing-masing. 4. Pemimpin Kelompok, bekerja demi kepentingan anggota kelompok. Setelah itu Levine (1949) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108) menyebutkan empat tipe pemimpin, yaitu: Pemimpin Kharismatik, sangat membantu kelompok dalam hal mendapat dukungan dalam pencapaian tujuan bersama; Pemimpin Organisational, menitik beratkan kepada tindakan yang efektif dan cenderung mendorong anggota kelompok; Pemimpin Intelektual, biasanya kurang terampil dalam menarik simpati anggota kelompok; Pemimpin Informal, cenderung ingin menyesuaikan gaya penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kelompok.

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4.

Perilaku Kepemimpinan Apa Saja Cirinya? Pemimpin yang efektif memiliki ciri dan sifat-sifat khusus. Apa saja ? Dalam mengantisipasi masa depan, pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya memerlukan kemampuan entrepreneur yang efektif termasuk di dalamnya kemampuan negosiasi, marketing, penghargaan terhadap keberadaan stakeholder internal maupun eksternal. Kemampuan ini merupakan landasan bagi pemimpin dalam upaya peningkatan, memperkenalkan kepada pasar siapa diri dan organisasinya serta menilai berbagai masukan dan umpan balik dari lingkungan sebagai hal yang penting dalam mengambil keputusan.

Oleh karena itu, pemimpin seperti ini perlu mengenali lebih mendalam masyarakat di mana ia memimpin, baik di dalam maupun di luar. Ia juga selayaknya mengenali keinginan lingkungan tentang kebijakan yang dihasilkan organisasi melalui kepemimpinannya. Seorang pemimpin tidak akan berhasil menjalankan fungsinya apabila tidak memiliki kemampuan mengatur waktu, mengendalikan stress baik yang dialaminya maupun orang lain (bawahan), juga mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik individual maupun kelompok (managing time, stress, and conflict). Karena itu, kepemimpinan mengharuskan seseorang memiliki criteria ini. Hal ini karena dalam kegiatan keseharian, seorang pemimpin sangat memperhitungkan waktu, bukan hanya untuk mengatur kegiatan rutin saja melainkan juga memperhitungkan ketika pengambilan keputusan penting untuk organisasi dan masa depannya. Selain itu, stres kerja pada umumnya dialami banyak karyawan maupun pemimpin karena adanya tekanan dalam berbagai hal, mulai dari ketersediaan waktu, keinginan menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dan keterbatasaan sumber, serta upaya melakukan sinergi positif dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuan. Untuk itu, setiap pemimpin seyogyanya memahami konsep pengendalian stress agar dapat tetap mengarahkan orang yang dipimpinnya ke arah produktivitas yang tinggi. Rupert Eales-White dalam bukunya Creating Success Series : The Effective Leader menegaskan bahwa keterampilan kepemimpinan efektif adalah jantung manajemen yang baik. Dengan mempelajari alat dan teknik penting ini, setiap manajer dapat memiliki kesempatan sukses yang lebih baik, namun perlu waktu untuk memperoleh dan menguasainya. Di luar kriteria tersebut Leffton & Buzzotta, penulis beberapa bukumanajemen kepemimpinan menambahkan bahwa kepemimpinan efektif timbul sebagai hasil sinergi beberapa keterampilan, mulai dari administrative perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan, sampai pada keterampilan teknis seperti pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi bisnis dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang pemimpin mampu memperlihatkan

keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut antara lain, adalah keterampilan dalam menilai orang lain, berkomunikasi, memotivasi, dan menyesuaikan diri. Melalui pemahaman ini pemimpin akan mampu berinteraksi berdasarkan pengetahuannya tentang bawahan tersebut. Kemampuan berkomunikasi merupakan faktor yang amat menentukan keberhasilan pencapaian hasil. Pemimpin yang telah memahami secara mendalam dan spesifik tentang bawahannya akan mampu menciptakan dan memodifikasi materi komunikasi sehingga hasil komunikasi dapat menjadi lebih optimal. Di samping itu, ia juga sebagai pemimpin menjadi mampu mengembangkan strategi yang tepat dalam menggali ide dan pendapat orang lain serta bertukar ide dalam menyelesaikan masalah secara efektif. Keterampilan berkomunikasi juga diperlukan ketika pemimpin melakukan lobi ke berbagai pihak terutama penentu kebijakan yang berhubungan dengan arah organisasi. Komunikasi yang dilakukan seyogyanya tidak menimbulkan ancaman atau ketidaknyamanan pihak yang dilobi, sehingga kegiatan negosiasi dapat dilakukan tanpa disadari dan berpotensi menghasilkan sesuatu yang positif. Keterampilan memotivasi merupakan kompetensi kepemimpinan berikutnya yang harus dimiliki oleh pemimpin. Keterampilan ini sangat penting karena memiliki potensi untuk mengarahkan bawahan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya karena ia merasa ada sesuatu yang menarik hati untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Namun, cara memotivasi ini tidak harus selalu sama karena motivasi seseorang untuk bekerja utamanya berasal dari dalam diri bawahan yang sulit dilihat secara sekilas oleh pemimpin. Oleh karena itu, dalam memotivasi bawahan, seorang pemimpin perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat memotivasi bawahan baik secara internal maupun eksternal, termasuk di dalamnya menetapkan insentif. Keterampilan menyesuaikan diri merupakan modal dasar bagi pemimpin dalam upaya mengoptimalisasi keluaran. Pemimpin yang efektif mengetahui secara tepat bagaimana dan dengan cara apa ia berinteraksi dengan setiap bawahan. Hal ini karena ia sangat memahami keunikan masing-masing bawahan. Pemimpin yang efektif tidak akan menggunakan cara dan pendekatan yang sama untuk semua bawahan, melainkan membedakan teknik komunikasi dan cara memotivasi bawahan yang satu dengan lainnya. Sebaliknya, ketika berinteraksi, pemimpin juga tidak menjadi merasa kalah atau lebih rendah ketika diperlukan upaya menyesuaikan diri dengan kondisi bawahan ketika interaksi terjadi. Perilaku Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan kekuatan dinamis yang penting dalam memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi atau institusi untuk mencapai tujuan. Selain itu, kepemimpinan juga merupakan kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan menghasilkan dukungan dari bawahan sehingga tujuan yang ditetapkan bersama dalam organisasi dapat tercapai. Seorang pemimpin dianggap berhasil menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila

berdasarkan upayanya untuk memperlihatkan kriteria perilaku yang dapat menghasilkan output secara efektif. Inilah kriterianya : Bagaimana ia berpikir Perilaku kepemimpinan yang baik dapat ditumbuhkan sejak dini. Namun, ia harus memiliki dasar talenta untuk cepat tanggap (responsive) terhadap lingkungan. Melalui respon yang selalu ditimbulkan sebenarnya ia melatih kemampuan berpikir kritis. Pemikiran kritis ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Hal ini karena pemimpin sering menggunakan imajinasi dan teknik penyelesaian masalah kreatif yang berasal dari kemampuan berpikir kritis tadi. Pemimpin juga harus menciptakan visi bagi organisasi atau lingkungan di mana ia memimpin. Ia menspesifikasikan tujuan yang luas dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Ia juga memberikan inspirasi yang banyak bagi bawahannya sehingga mereka menjadi mampu melakukan kegiatan produktif. Kemampuan kritis seorang pemimpin melandasi pelaksanaan fungsi kepemimpinanyang juga meliputi fungsi manajerial. Oleh karena itu, menggali ide-ide kreatif, memberikan ide cemerlang tersebut pada suatu pertemuan serta menciptakan terobosan yang dapat meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan beban kerja bawahan merupakan hasil upaya berpikir seorang pemimpin. Hal ini akan menghasilkan sesuatu yang lebih optimal apabila pemimpin juga mampu menciptakan team work yang handal dan kerjasama yang didasari motivasi yang terpelihara dengan baik. Untuk mencapai situasi ini pemimpin harus mampu berupaya mempengaruhi banyak orang melalui beberapa cara seperti misalnya memberi petunjuk, instruksi, dan delegasi. Bagaimana ia berkomunikasi

3. Nama-nama tokoh yang berhasil dalam kepemimpinan dan bidang yang dikuasainya ! a. Ferdinand Marcos

Siapa yang tak kenal nama Ferdinand Marcos yang terpilih sebagai Presiden Filipina pada tahun 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss. Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989. b. Husni Mubarak

Husni Mubarak yang merupakan mantan Komandan Angkatan Udara Mesir ini, memulai karir politiknya pada 1975 sebagai Wakil Presiden. Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir selama 3 dekade sejak tahun 1981. Di bawah kepemimpinan Mubarak, Mesir menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat. Bantuan miliaran dolar AS berhasil didapatkannya dalam rangka menjaga dukungan untuk Israel dan membasmi politik Islam. Namun, pada 11 Februari 2011, Mubarak yang berusia 83 tahun ini akhirnya mengundurkan diri dari kursinya sebagai presiden menyusul aksi unjuk rasa besarbesaran oleh rakyat Mesir selama 18 hari di awal 2011 yang menewaskan 850 orang.

c.

Fulgencio Batista

Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933. Pada tahun 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba. Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media. Selain itu, Batista juga memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara. Batista berhasil dilengserkan dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro. Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di Guadalamina, Spanyol. d. Antonio Salazar

Nama Antonio Salazar dinilai menjadi salah satu pemimpin paling otoriter di Benua Eropa. Salazar memimpin Portugal sejak 1932 hingga 1968. Bentuk pemerintahan Salazar disebut nasionalis konservatif, atau sebagian orang menyebutnya fasis. Salazar memegang teguh visi anakronistik, yakni bahwa Portugal masih memiliki kekuatan kekaisaran dan berhak menginvasi koloni-koloninya di selatan Afrika. Rezim Salazar dijuluki Estado Novo atau negara baru, yang membanggakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, namun masih sarat dengan penindasan. Pada tahun 1960-an, muncul pemberontakan besar-besaran terhadap rezim Salazar di Mozambik dan Angola. Saat menderita pendarahan otak pada tahun 1968, Salazar dilengserkan dari kekuasaannya secara diam-diam. Dan tahun 1974, Revolusi Bunga menandai berakhirnya rezim Salazar.

e.

Pol Pot

Hanya 4 tahun Pol Pot dan Khmer Merah memerintah Kamboja. Tapi selama kurun waktu 1975-1979, tidak kurang dari 1,7 juta rakyat Kamboja dibantai. Pol Pot yang dipanggil saudara nomor satu ini membuat Kamboja menjadi ladang pembantaian. Invasi Vietnam ke Kamboja tahun 1978 membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia melanjutkan pemerintahannya dari hutan. Sebelum akhirnya persembunyiannya dibocorkan anak buahnya sendiri. Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah tanggal 15 April 1998.
Sumber : http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gayakepemimpinan/ http://teorionline.wordpress.com/tag/perkembangan-teori-kepemimpinan/ http://daqoiqul.blogspot.com/2012/05/tipe-atau-macam-kepemimpinan.html http://rianti-ridhamalia.blogspot.com/2012/10/tugas-2-teori-organisasi-umum-1.html http://www.bintan-s.web.id/2011/04/prilaku-kepemimpinan.html

Anda mungkin juga menyukai