Anda di halaman 1dari 14

OBAT VASODILATOR

Tujuan: 1. Menjelaskan perbedaan mula kerja dan lama kerja berbagai obat vasodilator. 2. Menjelaskan dan mengamati efek vasodilator kerja sedang (isosorbit dinitrat sublingual) dan kerja lambat (isosorbit dinitrat oral) yang diberikan pada orang percobaan. 3. Mengamati farmakodinamik obat-obat vasodilator. 4. Membangun kerjasama yang dinamis dalam kelompok selama pengamatan. Persiapan alat dan bahan: 1. Obat isosorbit dinitrat oral 2. Obat isosorbit dinitrat sublingual 3. Air minum 4. Tensimeter 5. Stetoskop 6. Termometer kulit 7. Arloji Dasar teori: Nitrat organik adalah ester alkohol polisakarida dengan nitrat, sedangkan nitrit organik adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alkohol merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi. Sedangkan wster nitrat lainnya yang berat molekulnya lebih tinggi (misalnya pentaeritrol tetranirat dan isosorbit dinitrat berbentuk padat). Mekanisme kerja dari nitrat dibagi menjadi 2, yang pertama vasodilatasi nonendothelium dependent dengan cara nitrat organik melepas nitrit oksida, lalu merangsang penglepasan cGMP yang memperantarai defosforilasi miosin sehingga terjadilah relaksasi otot polos. Yang kedua, vasodilatasi endothelium dependent dengan cara melepaskan prostasiklin yang menyebaban vasodilatasi pembulih darah. : 1 buah : 1 buah : 1 gelas : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah

Efek kardiovaskuler, nitrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskuler. Nitrat organik menimbulkan venodilatasi sehingga terjadi pengumpulan darah pada vena perifer dan dalam splanikus. Venous pooling ini yang menyebabkan berkurangnya aliran balik darah ke dalam jantung, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan (preload) menurun. Dengan cara ini, maka kebutuhan oksigen miokard akan menurun. Karena kapasitas vena meningkat maka dapat erjadi hipotensi ortostatik, dan sinkop. Dilatasi arteriol temporal dan meningeal menimbulkan kemerahan di muka (flushing) dan sakit kepala berdenyut. Pada dosis yang lebih tinggi, selain vena, nitrat organik juga menimbulkan dilatasi arteriol perifer sehingga tekanan darah sistolik dan diastolik menurun. Penurunan tekanan darah yang sistemik ini juga kadang-kadang menimbulkan refleks takikardi. Dengan cara ini, maka nitrat organk menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung melalui venodilatasi, menurunnya volume preload dan afterload, sehingga beban jantung berkurang. Suplai oksigen juga akan meningkat akibat perbaikan aliran darah miokard ke daerah iskemik dan karena berkurangnya beban hulu sehingga perfusi subendokard membaik. Efek lain, dapat menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, saluran empedu, saluran cerna, dan saluran kemih, tapi efeknya hanya selintas dan kurang bermakna secara klinis Efek Samping, Efek samping nitrat organik berhubungan dengan efek vasodilatasinya. Pada awalnya ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri serebral. Bila hipotensi berarti terjadi bersama refleks takikardi yang akan memperburuk keadaan. Farmakokinetik, Nitrat organik diabsorbsi baik melalui kulit, mukosa sublingual dan oral. Metabolisme obat ini dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati. Pada pemberian sublingual kadar puncak nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, dengan waktu 1-3 menit. Bila menginginkan masa kerja yang lebih panjang, maka digunakan oral yaitu isosorbit dinitrat yang diberikan sekali sehari. Obat sublingual akan mulai bekerja terjadi dalam 1-2 menit. Tetapi efeknya menghilang setelah 1 jam.

Tablet sublingual juga digunakan sebagai profilaksis jangka pendek sebelum melakukan aktivitas fisik. Langkah kerja: 1. Dua orang percobaan yang telah berpuasa selama 4 jam sebelum percobaan berbaring di atas meja laboratorium dengan tenang. 2. Melakukan pengukuran parameter basal, tekanan darah, denyut jantung/nadi, frekuensi napas, suhu kulit sebanyak 2x interval 5 menit, menghitung rataratanya. 3. Meminum obat vasodilator: - yang mendapat vasodilator oral : meminumnya dengan menggunakan air minum. - yang mendapat vasodilator subligual : meletakkan obat di bawah lidah. 4. Melakukan pengamatan parameter untuk orang percobaan: yang mendapat obat sublingual, dilakukan setiap 3 menit selama jam - yang mendapat obat oral, dilakuakn tiap 15menit selama 2 jam atau bila parameter telah kembali ke nilai basal. 5. Menanyakan gejala-gejala apa yang dirasakan orang percobaan selama percobaan dan 24jam setelahnya. 6. Membandingkan data yang diperoleh oleh kelompok lain, apakah ada beda kerja, mula kerja dari masing-masing obat yang diberikan.

Hasil Pengamatan I: OP Obat Observer Parameter I TD Nadi Suhu Napas 100/70 68 34,8 17 x : Dhylla : isosorbit dinitrat oral : Marcelina Menit ke-0 II Rata2 110/70 68 34,6 15 x 105/70 68 34,7 16 x Menit ke-15 100/70 72 35,4 15 x Menit ke-30 100/70 74 35,5 14 x Menit Menit ke-45 94/68 65 35,7 16 x ke-60 100/70 65 35,6 16x Menit ke-75 100/70 60 35 16x Menit ke-90 100/70 63 35,4 16x

Hasil Pengamatan II OP Obat Observer Hasil : Yunny Faustine : Isosorbit dinitrat sublingual : Jessica Cynthia : 6 100/80 17x 79x 34,5 9 100/80 17x 64x 34,5 12 100/80 17x 77x 34,5 15 100/70 14x 85x 34,5 18 110/80 15x 77x 36,2 21 90/70 18x 73x 35,2 24 90/70 17x 60x 35,2 27 100/70 17x 73x 35,2 30 100/80 21x 87x 36,2

3 TD 100/60 RR 17x N 76x Suhu 34,5 (0C) Pembahasan:

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, untuk melihat efek dari vasodilator obat, kami memantaunya dengan melakukan parameter tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu. Efek dari obat vasodilator adalah membuat dilatasi pembuluh vaskuler sehingga tahanan perifer juga menurun dan akan membuat tekanan darah menurun. Selain itu akibat venous return menurun, maka kadar preload dan afterload jantung juga menurun sehingga meringankan kerja jantung kita, efeknya akan terlihat dengan denyut nadi kita akan melemah. Sedangkan suhu tubuh akan meningkat akibat adanya venodilatasi pembuluh-pembuluh kapiler. Berdasaran percobaan yang kami lakukan, untuk efek obat vasodilator terhadap frekuensi napas masih belum berpengaruh, walaupun ada beberapa sumber yang mengatakan kalau nitrovasodilator menimbulkan relaksaki otot polos bronkus walaupun efeknya sangat kecil dan kurang bermakna secara klinis. Nitrat organik diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual, dan oral. Metabolisme obat-obat ini dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati yang mengubah nitrat organik larut lemak menjadi metabolitnya yang larut air yang tidak aktif atau mempunyai efek vasodilatasi lemah. Efek lintas pertama dalam hati ini menyebabkan bioavaibilitas nitrat organik oral sangat kecil. Oleh karena itu untuk meningkatkan kadar obat dalam darah secara cepat, serangan akut angina diatasi dengan preparat sublingual. Pada pemberian sublingual kadar puncak plasma tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3menit, tetapi efeknya akan menghilang dalam 1 jam.

Bila diinginkan masa kerja yang lebih panjang maka digunakan preparat oral. Efek obat akan tercapai dalam 60-90 menit dan berakhir setelah 4-6jam. Efek samping dari nitrat organik umumnya berhubungan dengan efek vasodilatasinya. Pada awal terapi akan ditemukan sakit kepala, flushing, hipotensi karena dilatasi arteri serebral. Sakit kepala ini akan berkurang setelah beberapa kali pemakaian atau pengurangan dosis obat. Kadang-kadang refleks takikardi juga akan muncul akibat kadar output cardiac yang rendah. Kesimpulan: Obat Vasodilator adalah obat yang digunakan untuk mendilatasi pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Pada praktikum ini, kita diajak untuk melihat lama kerja dari obat vasodilator dan juga Efek samping yang timbul pada dosis terapi. Pada percobaan ini, kami sudah membuktikan bahwa efek samping yang nyata adalah dilatasi pembuluh darah perifer yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh, penurunan tekanan darah yang menyebabkan OP agak pusing. Lama waktu antara pemakaian oral dan sublingual pun berbeda, pada pemakaian sublingual bekerja lebih cepat dibandingkan dengan pemakaian oral. Dan pemakaian oral mempunyai waktu lebih waktu lebih lama agar efeknya diekskresi dari pada sublingual.

PERCOBAAN DIGITALIS
Tujuan Praktikum: Menjelaskan efek farmakodinamik digitalis terhadap frekuensi denyut atrium dan ventrikel, interval denyut atrium dan ventrikel dan kekuatan kontraksi atrium dan ventrikel. ( efek kronotropik, inotropik dan dromotropik ), dan mengamatinya pada jantung kodok Memperhatikan, mengamati dan menjelaskan efek toksik dan letal digitalis. Memahami pengertian kecilnya margin of safety ( perbedaan antara dosis terapetik dan dosis letal ) digitalis dan implikasi klinisnya.

Hewan Percobaan: Kodok ( Rana ) Bahan : Larutan Uretan 10% Larutan Ringer Obat tinktura digitalis 10% Alat: Tempat fiksasi kodok Jarum pentul Gunting anatomis Chirurgis Pinset Semprit tuberkulin Cara Kerja: 1. 2. Pilih satu kodok untuk satu kelompok, suntikan ke dalam saccus Bila sudah terjadi anestesi pada kodok, fiksasilah kodok pada lymphaticus dorsalisnya larutan uretan 10% sebanyak 2ml. papan fiksasi dengan posisi terlentang dengan telapak tangan dan kaki terfiksasi dengan jarum pentul. 3. Bukalah thoraks kodok dimulai dengan kulit, dilanjutkan dengan lapisan dibawahnya, dengan irisan berbentuk V, dimulai dari bawah prosesus ensifomis ke lateral, sampai jantung terlihat jelas dan hindari tindakan yang menyebabkan banyak pendarahan. 4. Bila jantung telah tampak, singkirkan jaringan yang menutupinya, dan bukalah secara hati-hati perikard jantung kodok yang tampak sebagai selubung jantung berwarna perak.

5. siklus 6. 7.

Sekarang jantung tampak utuh, teteskan segera setetes larutan jantung antara sistol dan diastole, terutama dengan

ringer laktat untuk membasahi jantung, lalu perhatikan dengan teliti memperhatikan bentuk dan warna ventrikel. Tetapkan frekuensi denyut jantung per-menit sebanyak 3kali, Teteskan larutan tinktura digitalis 10% dengan tetesan kecil dan ambil rata-rata nya. melalui semprit tuberkulin yang dilepas jarum nya, langsung pada permukaan jantung, tiap 2 menit, dan hitung frekuensi denyut jantungnya tiap selesai meneteskan digitalis. 8. Pelajarilah perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus jantung (sistol-diastol) dan perubahan warna jantung. Pemberian digitalis akan menyebabkan penurunan frekuensi jantung, ventrikel akan berwarna lebih merah pada saat diastol dan menjadi lebih putih pada saat sistol, serta amati juga interval A-V yang makin besar. Hal hal tadi sesuai dengan efek terapi digitalis pada manusia. Penetesan digitalis diteruskan tiap 2 menit. Sampai tejadi keadaan keracunan yang teramati sebagai terjadinya hambatan jantung parsial, disusul terjadinya hambatan mutlak dan berakhir dengan berhentinya denyut ventrikel, biasanya dalam keadaan sistol (asistole). 9. Tentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa dirangsang dengan rangsangan mekanis, yaitu dengan menyentuh permukaannya dengan pinset. 10. Buatlah catatan dari seluruh pengamatan tadi, dan buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan jumlah tetesan digitalis yang dipakai.

Pembahasan
I. Dasar Teori

Inotoropik

Digoksin Adalah glikosida jantung yang paling banyak digunakan. Glikosida jantung mempunya efek inotropik positif yaitu memperkuat kontraksi otot jantung sehingga meningkatkan curah jantung.Efek inotropik positif terjadi melalui peningkatan konsentrasi ion Ca sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung. FARMAKODINAMIK Semua glikosida jantung mempunyai farmakodinamik yang sama dan hanya berbeda dalam farmakokinetiknya. Glikosida jantung mempunyai efek : - Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positif) Digoksin mengjambat pompa Na-K-ATPpase pada membran sel otot jantung sehingga meningkatkan kadar Na+ intrasel, dan ini menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+ dan Ca + selama repolarisasi dan relaksais otot jantung sehinga Ca2+ tertahan dalam sel . Kadar Ca2+ intrasel meningkat,ambilan Ca2+ ke dalam reticulum sarkoplasmik (SR) meningkat. Dengan demikian, Ca2+ yang tersedia dalam SR untuk dilepaskan ke dalam sitosol untuk kontraksi meningkat, sehingga kontraktilitas sel otot jantung meningkat. Memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja inotropik negatif) Menekan hantaran rangsang (kerja dromotropik negatif) Mengurangi saraf simpatis. Pada kadar terapi (1-2ng/mL),digoksin meningkatkan tonus vagal dan mengurangi aktivitas simpatis di nodus SA maupun AV.sehingga dapat menimbulkan bradikardia sinus sampai henti jantung dan atau perpanjangan konduksi AV sampai meningkatkan blok AV.Efek pada nodus AV inilah yang mendasari penggunaan digoksin pada pengobatan fibrilasi atrium.

FARMAKOKINETIK : Pemberian oral atau IV, t 36 jam,25% terikat protein. 75% diabsorbsi melalui saluran cerna. Distribusi lambat oleh karena volum distribusi besar. Ekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.

INDIKASI : Digoksin sekarang ini hanya diindikasikan untuk : 1. Pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium,payah jantung, hiperventilasi,syok kardiogenik,dam syok tirotoksikosis. 2. Pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang masih simtomatik,terutama yang disertai takikardia,meskipun telah mendapat terapi maksimal dengan penghambat ACE dan Penghambat beta. Hal ini disebabkan karena pada : 1. Digoksin dapat memperlambat kecepatan ventrikel (akibat hambatan pada nodus av). 2. Pada digoksin tidak mengurangi mortalitas sehingga tidak dipakai sebagai obat lini pertama, tetapi dapat memperbaiki gejala-gejala dan mengurangi hospitalisasi, terutama hospitalisasi karena meburuknya gagal jantung, Sebaiknya,kadar digoksin dipertahankan <1 ng/mL karena pada kadar yang lebih tinggi,risiko kematian meningkat.

KONTRAINDIKASI : Bagi penderita dengan : Total AV block Kardiomiopati Sindrom WPW (Wolff-Parkinson-White) Hipokalemia Gagal ginjal Bradikardi berat Alergi Fibrilasi ventrikel

INTOKSIKASI DIGOKSIN/DIGITOKSIN : Tanda-tanda intoksikasi terjadi pada 10-25% pada pasien dan dapat bersifat fatal. Timbul lebih serin gpasa pasien yang mendapat tiazid atau diuretk lain,kecuali diuretic hemat kalium. Tanda-tanda intoksikasi : 1. Jantung : Aritmia karena peningkatan otomatisitas (mungkin akibat depolarisasi spontan) Blokade jantung partial atau total akibat efeknya pada nodul A_V. 2. Saluran cerna : anoreksia,mual,muntah,diare.

3. Sistem saraf : mengantuk dan lelah. 4. Gangguan penglihatan : Penglihatan kabur Penglihatan ganda Terlihat halo sekeliling benda Terlihat hanya 1 warna(hijau atau kuning) Terlihat bintik-bintik yang berbinar atau kilatan cahaya 5. Tanda-tanda lain : Pusing,dpat juga pingsan karena tekanan darah turun,ginekomastia.

EFEK SAMPING : Bradikardia,blokade nodus A_V,dan S-A aritmia Anoreksia,mual,muntah,demam,sakit kepala,lemah,lelah Gangguan penglihatan dan ginekomastia Meningkatkan resistensi perifer dan dpaat meningkatkan kerja jantung dan memperburuk kerusakan iskemik.

INTERAKSI OBAT : Kuinidin, verapamil, amiodaron dan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat,

meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksi AV.

Tambahan :

Digitoksin Mekanisme kerja,efek samping, Kontraindikasi dan interaksi sama dengan digoksin. Namun digitoksin memiliki waktu paruh lebih panjang,di absorpsi lebih banyak di saluran cerna,lebih terikat dengan protein,dan mengalami metabolisme ekstensif dibandingkan dengan digoksin yang tidak dimetabolisme sama sekali. Indikasi : Jarang digunakan karena t panjang Berguna bagi pasien dengan gagal ginjal karena tidak bisa mengekskresi digoksin. Farmakokinetik : Peroral/IM/IV t 2-6 hari Absorpsi melalu saluran cerna Metabolisme di hati,ekskresi melalui urin.

II. Hasil Pengamatan : Hasil Pengamatan :

Waktu pemberian digitalis Jumlah nadi/menit

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

36 35 33 29 20 19 18 15 13 7

Kurva frekuensi denyut jantung tiap menit : Lampiran

Pembahasan : Pada Percobaan katak ini kita dapat melihat warna ventrikel pada saat sistol dan diastole.Pada waktu sistol ,ventrikel akan berwarna putih dan pada saat diastole akan berwarna merah..Efek digitalis dapat terlihat pada menit ke -18, dimana kontraksi mulai berkurang dan efek toksik dari digitalis yang membuat blok A-V partial.Blok jantung yang terjadi timbul akibat defek pada sistem penghantar jantung.Atrium tetap berkontraksi secara teratur tetapi ventrikel kadang-kadang tidak dapat dirangsang sehingga tidak berkontraksi setelah kontraksi atrium. Pada menit ke-28,menunjukan blok A-V total,hingga menyebabkan kodok mati dan tidak mampu untuk berkontraksi lagi.

Kesimpulan : Pada Percobaan ini dapat disimpulkan bahwa digitalis memiliki margin of safety yang kecil yang menunjukann efek toksik dan efek letal digitalis.Sehingga dapat

menimbulkan

interval

A-V

hingga

blok

A-V

yang

berujung

pada

kematian.Digitalis juga dapat meningkatkan kontraksi jantung dan menurunkan frekuensi denyut jantung. Daftar pustaka: 1. Suyatna FD. Antiangina. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. h.361-66. 2. Rahardjo,R,editor.Kumpulan kuliah farmako.Edisi ke-2.Jakarta:EGC.h.382-387.

Anda mungkin juga menyukai