Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan

seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Diestimasikan bahwa seseorang penderita TB dengan hasil pemeriksaan dahak yang positif yang tidak terdiagnosis dan terobati setelah 5 tahun dapat menularkan penyakitnya ke 10 sampai 20 orang pertahunnya, hal ini juga berkaitan dengan gaya hidup dan lingkungan pasien. (Depkes, 2006; Varain F et al, 2010 ) Tuberkulosis paru merupakan bentuk parah dari penyakit ini. Outcome dari pasien dengan hasil tes dahak yang positif, yang tidak mendapatkan pengobatan setelah 5 tahun adalah sebagai beikut: 50-60% mengalami kematian (Case Fatality Rate (CFR) utuk TB yang tidak mendapatkan pengobatan) 20-25% mengalami kesembuhan spontan (spontaneous cure) 20-25% akan berkembang menjadi TB kronik.

Hal tersebut di atas mengakibatkan penyakit tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terkena penyakit ini. Data terakhir pada tahun 2010 mencatat bahwa jumlah kasus TB di dunia adalah 8,8 juta kasus, dimana 1,1 jutanya merupakan penderita dengan HIV. Angka kejadian TB tersebut masihlah sangat tinggi, meskipun telah mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Estimasi angka insiden global untuk kasus TB pada tahun 2010 mencapai 128

kasus per 100.00 populasi, dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 1.4 juta pada tahun 2010. (WHO, 2011). Data statistik World Health Organization (WHO) menunjukkan Indonesia turun dari peringkat tiga menjadi peringkat ke lima dunia dengan jumlah insiden terbanyak TB pada tahun 2009 setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Indonesia merupakan negara pertama diantara negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Global TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positip dan 85% kesembuhan (Kemenkes, 2011). Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang dikelola dengan menggunakan strategi DOTS. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien (Permatasari, 2005). Menurut Kementerian Kesehatan, kini penanggulangan TB di Indonesia menjadi lebih baik, dilihat dari hasil dan pencapaian program TB di Indonesia naik sebesar 91% pada tahun 2008. Target pencapaian angka penemuan kasus TB Case Detection Rate (CDR) tahun 2009 sudah mencapai 73,1%. Insiden TB sejak tahun 1998 sampai tahun 2005 trennya menurun dan rata-rata penurunan insiden TB positif tahun 2005-2007 adalah 2,4% (Kemenkes, 2011). Namun demikian tentunya permasalahan dalam pengendalian TB masih sangat besar, dan Indonesia masih berkontribusi sebesar 5,8% dari kasus TB yang ada di dunia sehingga TB masih menjadi tantangan dalam masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Kemenkes, 2011). Penyebab utama meningkatnya beban masalah tuberkulosis paru adalah karakteristik masyarakat, seperti kondisi sosial ekonomi yang menurun pada berbagai kelompok masyarakat (seperti pada negara-negara berkembang), kondisi lingkungan dalam dan luar rumah dan belum optimalnya program tuberkulosis paru (Depkes, 2006). Didapatkan juga bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan potensi penularan TB paru. Proporsi tingkat pengetahuan dan sikap responden yang kurang, sebagian besar memiliki perilaku pencegahan TB paru yang kurang baik Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Puskesmas Kediri III. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Puskesmas Kediri III, jumlah kasus tuberkulosis paru pada tahun 2007 berjumlah 15 kasus dan jumlah kasus tersebut menurun hingga tahun

2010 menjadi 7 kasus. Namun pada tahun 2011 jumlah kasus tuberkulosis paru mengalami peningkatan menjadi 10 kasus. Hal ini perlulah mendapatkan perhatian khusus untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penderita di tahun-tahun mendatang. (Laporan Tahun 2011 UPT Puskesmas Kediri III). Pemegang program TB pun sudah bekerjasama dengan pemegang program Promosi Kesehatan dengan melaksanakan penyuluhan tentang penyakit TB, meliputi penyebab, cara penularan, gejala, pencegahan dan penanganan penyakit TB. Pemegang program TB juga sudah berkordinasi dengan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling) untuk secara aktif melaporkan kepada pemegang program jika mendapatkan pasien yang dicurigai menderita TB. Berdasarkan laporan tahunan UPTD Puskesmas Kediri III,

peningkatan angka kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kediri III diakibatkan oleh banyak faktor, seperti karakteristik masyarakat, konsep sehat-sakit, tingkat pengetahuan masyarakat, perilaku masyarakat dan keadaan lingkungan. Berdasarkan penjelasan di atas, hingga saat ini belum ditemukan informasi yang detail membahas dan memberikan gambaran secara komperhensif faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan kasus TB, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kediri III terhadap penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kediri III serta mengurangi angka kejadian TB dan dapat memberikan landasan untuk program-program pencegahan selanjutnya di wilayah kerja Puskesmas Kediri III.

1.1 Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikp masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kediri III? 1.2 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikp masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kediri III.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kediri III. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kediri III.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas Kediri III Dengan adanya penelitian ini, puskesmas diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang lebih efektif dalam penyuluhan dan promosi kesehatan lainnya sehingga nantinya dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis, termasuk perilaku pencegahan dan pengobatannya di wilayah kerja Puskesmas Kediri III, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.

1.4.2 Manfaat bagi Peneliti Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi peneliti, khususnya berbagai pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis. Di samping itu juga diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh ke dalam praktek sehari-hari.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta. Varaine F, Henkens, Grouzard. 2010. Tuberculosis: Practical guide for clinicians, nurses, laboratory technicians, and medical auxiliaries. 5th Revised Edition. Medecins Sana Prontieres Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Tahun 2011. Jakarta. 2011. Puskesmas Banjarangkan II. Laporan Tahunan 2011. Klungkung. 2011. WHO. (2010). Global Tuberculosis Control: Country Profile Indonesia,

http://www.who.int/gtp/publication/index.htm. diperoleh pada tanggal 17 Juli 2012. World Health Organization (WHO). report. (2011). Global Tuberculosis Control, WHO Library Cataloguing, Geneva, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai