Anda di halaman 1dari 17

I LAPORAN KASUS Identitas Nama Usia Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Agama : Bpk.

M : 48 tahun : Laki-laki : Gandeng, Banyuadem : PNS : Islam

Tanggal pemeriksaan : 19 April 2010 Puskesmas No CM Keluhan Utama: Diare Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 hari yang lalu mengalami diare. Tetapi diare ini sudah berlangsung lebih dari sebulan dan hilang timbul. Tinjanya cukup banyak, terkadang encer, warnanya kuning, tidak ada darah maupun lendir. Diare selama 1 hari sebanyak 7 kali. Diare ini bertambah banyak volumenya jika sehabis makan. Pasien juga mengeluh mual, terkadang muntah, dan kembung. Selain itu, pasien merasakan nyeri tetapi tanpa rasa terbakar di perut bagian atas. Karena diare ini, pasien merasa lemas, tetapi nafsu makan masih baik. Pasien sudah berobat ke bidan desa dan diberi obat dialet. Setelah meminum obat keadaan membaik tetapi kambuh lagi sehingga jarang diminum. : Puskesmas Srumbung : 140392

Diare

Page 1

Anamnesis Sistem

Cerebrospinal : pusing pet-petan (+), demam (-), pingsan (-), mengantuk (-) Kardiovaskuler: Berdebar-debar (-), dada terasa panas (-) Respirasi Digestiva : Batuk (-), pilek (-) : Mual (+), muntah (+), nafsu makan normal, nyeri perut (-), penurunan

berat badan pasien tidak tahu, BAB terkadang encer

Urogenital

: BAK normal

Muskuloskeletal: Kelemahan otot (+) Integumentum : Kesemutan di kaki (+)

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menderita diabetes militus sejak 7 tahun yang lalu. Pemeriksaan gula darah terakhir 225. Saat ini pasien masih mengkonsumsi obat diabetes militus. Pasien diberi obat yang baru oleh dokter setelah operasi kakinya. Pasien tidak tahu nama obatnya.

Riwayat hipertensi disangkal, tetapi pasien memiliki tekanan darah sedikit di bawah normal.

Riwayat mondok (+) karena operasi kaki akibat diabetes militus sekitar 3 bulan yang lalu

Keluahn serupa terjadi sekitar 3 bulan yang lalu setelah pasien menjalani operasi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Diare

Ibu menderita stroke. Kakak bapak menderita diabetes militus.


Page 2

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan serupa.

Lingkungan dan Kebiasaan

Sumber air minum dari mata air setempat. Air dimasak dulu sebelum digunakan. Gemar makan gorengan dan slondok. Pasien banyak minum. Pola makan dibatasi oleh dokter karena menderita diabetes militus.

Lingkungan rumah bersih. Kebiasaan merokok dan alkohol disangkal. Pasien jarang olahraga setelah menderita diabetes militus.

Pemeriksaan Fisik Status generalis: Keadaan umum: lemah, compos mentis. Tanda vital: Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu Status lokalis: Kepala : sklera ikterik (-), conjungtiva anemis (-), mata normal, mulut basah. Leher : pembesaran limfonodi (-) Thoraks: : 110/70mmHg : 110x/menit : 23x/menit : 36,7OC

Diare

Page 3

Inspeksi : dinding dada lebih tinggi daripada dinding perut, tidak ada benjolan atau bekas luka. Palpasi Perkusi : ketinggalan gerak (-), fremitus normal, krepitasi (-). : sonor (+).

Auskultasi: suara paru vesikuler, bising (-). Abdomen: Inspeksi : bentuk abdomen datar, masa/ benjolan (-), dinding abdomen simetris, scar (-), dilatasi vena (-), hiperpigmentasi (-). Auskultasi: bising renalis dan aorta (-), bising usus normal 25 kali/menit. Perkusi : Batas kanan hepar 8cm, batas kiri hepar 2 jari dibawah proc.xypoideus,

pembesaran lien (-), timpani (+). Palpasi : Nyeri tekan di kuadran kanan dan kiri atas (+), nyeri lepas tekan (-), tidak

ada massa. Ekstremitas: kaki diabetikum, turgor kulit kembali dengan cepat. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis Banding
1. Diare karena obat diabetes militus dengan dehidrasi ringan. 2. Diare karena neuropati diabetikum dengan dehidrasi ringan. 3. Diare karena infeksi dengan dehidrasi ringan.

Diagnosis Kerja
Diare

Diagnosis menurut dokter: Diare karena infeksi dengan dehidrasi ringan.


Page 4

Diagnosis menurut kami: Diare karena obat diabetes militus dengan dehidrasi ringan.

Terapi Farmakoterapi: Oleh Dokter diberikan:


1. Kotrimoksazol tablet 480mg, 2x/hari.

2. Paracetamol tablet 500mg.


3. Diaform. 4. B6.

Menurut kami tidak perlu diberikan obat-obatan karena etiologinya bukan karena infeksi.

Nonfarmakoterapi:

Minumnya diperbanyak untuk menghindari adanya dehidrasi. Penggantian obat DM yang mempunyai resiko hipersensitifitas yang rendah ataupun menurunkan dosis obat yang diberikan saat ini.

Pengandalian kadar gula darah dengan mengatur pola makan.

Rencana Tindakan

Pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan fesces rutin.

Edukasi
1. Air dimasak dengan benar sebelum dikonsumsi dan jangan lupa cuci tangan sebelum

makan.

Diare

Page 5

2. Minum diperbanyak untuk menghindari dehidrasi. 3. Jangan makan makanan yang dapat mengiritasi usus dulu ( yang asam atau yang

pedas).
4. Mengurangi makan makanan yang manis-manis untuk mengendalikan kadar gula

darah. Prognosis Baik.

II PEMBAHASAN 2.1 Anamnesis Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram dan frekuensinya lebih dari 3 kali (Simadibrata, 2006). Sedangkan pasien mengeluh tinjanya terkadang encer yang berarti kandungan airnya lebih banyak daripada bagian yang padat, dan frekuensinya 7 kali/hari. Berdasarkan definisi diare di atas, dapat disimpulkan pasien mengalami diare.

Diare

Page 6

Etiologi diare sangat beragam. Diare sekretorik biasanya disebabkan karena infeksi (V.Cholerae, ETEC, Shigella, E.Histolytica), neoplasma, kolitis, alergi makanan. Sedangkan diare osmotik dapat disebabkan oleh penyebab eksogen dan endogen. Penyebab endogen berupa makanan yang sulit diabsorpsi dan obat-obatan (neomycin, obat diabetes militus, antihipertensi, obat penurun kolesterol, diuterika, theofilin). Penyebab endogen berupa penyakit malabsorpsi glukosa-galaktosa, intoleransi susu, insufisiensi pancreas. Penyakit metabolik seperti diabetes militus juga bisa menyebabkan diare. Etiologi ini dapat kita simpulkan dari anamnesis. (Simadibrata, 2006) Diare yang dirasakan pasien lebih dari satu bulan. Hal ini mengindikasikan penyakit yang b ersifat kronik. Penyakit yang menyebabkan diare yang persisten adalah penyakit metabolik, pemakaian obat-obat tertentu, ataupun infeksi (Simadibrata, 2006). Infeksi yang menyebabkan diare yang persisten dapat disebabkan oleh giardia, E.colli, ataupun jamur (Thielman and Guerrant, 2004). Pasien mengeluhkan adanya tinja yang encer dan warnanya kuning. Warna tinja pucat terdapat pada insufisiensi pankreas dan malabsorpsi yang mengakibatkan adanya lemak pada tinja (steatorea) (Simadibrata, 2006). Selain itu warna tinja seperti air cucian beras juga terdapat pada infeksi cholera (Simadibrata, 2006). Sehingga pada pasien ini diare bukan ditimbulkan oleh insufisiensi pankreas ataupun infeksi cholera berdasar warna tinja. Diare tanpa darah ataupun lendir pada pasien juga menghilangkan etiologi karena infeksi bakteri invasif dan keganasan (Simadibrata, 2006). Sedangkan diare yang hilang timbul dan memberat setelah makan menunjukan adanya kelainan histologi atau biokimia usus, bukan karena pengaruh psikogenik (Simadibrata, 2006). Frekuensi diare yang 7 kali/hari menunjukkan kemungkinan terjadi dehidrasi (Sunoto et al, 1999). Keluhan penyerta yang lain mungkin terjadi pada penderita diare. Nyeri abdomen merupakan kelainan yang tidak khas. Nyeri yang dikarenakan kelainan usus halus berlokasi disekitar kuadran atas, sedangkan nyeri karena gangguan kolon terletak di daerah suprupubic (Simadibrata, 2006). Nyeri dan rasa terbakar juga bisa terjadi pada penyakit neuropati diabetikum karena gangguan pada saraf perifer karena diabetes militus (Price, 2005). Pada pasien ini nyeri dirasakan pada kuadran atas tetapi tanpa rasa terbakar sehingga menghilangkan diagnosis berupa neuropati diabetikum. Sedangkan mual dan muntah dapat menunjukkan adanya
Diare Page 7

infeksi ataupun pengaruh obat, namun pasien tidak mengalami demam sehingga kemungkinan pasien diare bukan karena infeksi. Dari anamnesis sistem, pasien juga mengeluh pusing yang pet-petan. Ini bisa terjadi pada pasien yang meminum obat diabetes yang efek sampingnya adalah vertigo (Suherman, 2007). Namun, dokter menganggap pusing yang pet-petan ini sebagai gejala anemia. Pasien tidak merasa mengantuk ataupun pusing. Mengantuk dan pusing merupakan tanda-tanda dehidrasi sedang (Sunoto, 1999). Kelemahan otot yang dirasakan pasien merupakan tanda adanya dehidrasi ringan (Sunoto, 1999). Sedangkan kesemutan di kaki pada pasien disebabkan pasien menderita kaki diabetikum. Pada riwayat penyakit dahulu, pasien menderita diabetes militus. Hal ini menjadi faktor resiko penting munculnya diare karena diabetes militus sendiri ataupun karena pemakaian obat diabetes (Simadibrata, 2006). Pasien menderita kaki diabetikum yang disebabkan oleh neuropati perifer, namun diare dirasakan pasien setelah diberi obat baru oleh dokter, sehingga kemungkinan besar diare ini disebabkan oleh obat diabetes yang dikonsumsi pasien. Sedangkan tidak adanya keluarga ataupun tetangga yang mengalami keluhan serupa menyingkirkan diagnosis diare karena infeksi. Walaupun sumber air minum pasien memungkinkan air tersebut tercemar. Selain itu, pasien sudah memasak dahulu airnya sebelum dikonsumsi sehingga mengecilkan kemungkinan keluhan pasien karena infeksi. 2.2 Pemeriksaan Fisik Dehidrasi merupakan keadaan yang penting pada penderita diare. Dehidrasi sendiri dapat dibedakan menjadi 3 derajat, yaitu ringan, sedang, dan berat. Derajat ini dapat disimpulkan melalui pemeriksaan fisik.

Tanda-tanda dehidrasi meliputi : Dehidrasi ringan : turgor kurang, suara serak, ada rasa haus, urin normal, mata normal, mukosa mulut basah, nadi normal, napas normal, dan kehilangan berat badan 2-5%.

Diare

Page 8

Dehidrasi sedang : turgor buruk, suara serak, ada rasa haus, urin agak gelap, pasien terlihat lemah dan mengantuk, nadi cepat, napas cepat dan dalam, mata cekung, mukosa mulut kering, kehilangan berat badan 5-8% Dehidrasi berat : tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun (apatis, sampai koma), otot-otot kaku dan sianosis. (Sunoto, 1999) Pada pasien tersebut termasuk dalam dehidrasi ringan hal ini dikarenakan pada pasien keadaan umumnya baik, mulut basah, turgor masih cepat kembali, dan mata tidak cekung. Namun, pada pasien ini tidak dilakukan penimbangan berat badan untuk mengetahui kehilangan berat badan. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan nadi dan respirasi yang sedikit meningkat. Hal ini kemungkinan dikarenakan tekanan darah pasien yang sedikit di bawah normal. Namun, hal ini wajar karena memang pasien mempunyai tekanan darah normal yang sedikit rendah bukan karean tanda dehidrasi yang sedang ataupun berat. Selain itu, suhu tubuh yang normal menjauhkan diagnosis dari diare karena infeksi. Diare karena infeksi biasanya terdapat demam (Simadibrata, 2006). Pada daerah kepala tidak ditemukan adanya sklera ikterik maupun konjungtiva anemis serta edema pada palpebra. Edema ekstremitas juga tidak ada. Sehingga kelainan yang dirasakan pasien tidak berkaitan dengan gangguan hepar. Pada dada, tidak ditemukan retraksi dinding dada, tidak ada ketinggalan gerak, fremitus normal, krepitasi tidak ada. Perkusi paru sonor, suara paru vesikuler, tidak ada ronki, jantung dalam batas normal, suara S1 S2, gallop (-). Sehingga dapat disimpulkan diare yang dirasakan pasien tidak berhubungan dengan penyakit pada paru. Saat dilakukan pemeriksaan ekstremitas ditemukan kaki diabetikum. Kaki diabetikum ini adalah salah satu manifestasi dari neuropati diabetikum (Price, 2005). Dan diare juga manifestasi dari neuropati diabetikum pada gastrointestinal (Price, 2005). Sehingga diare pada pasien ini bisa dikarenakan oleh neuropati diabetikum.

Diare

Page 9

Pada abdomen tidak ditemukan adanya bekas luka, tidak ada distensi, tidak ada benjolan, gerakan peristaltik telihat, pulsasi aorta abdominalis terlihat. Pada auskultasi tidak ditemukan bising arteri renalis, aorta abdominalis. Didapatkan peristaltik usus normal. Pada perkusi 4 kuadran timpani, batas hepar normal, lien tidak membesar, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas tekan. Peristaltik usus yang meningkat menunjukkan adanya gangguan yang disebabkan oleh meningkatnya motilitas usus. Motilitas usus meningkat pada infeksi atau neuropati diabetikum (Simadibrata, 2006). Sedangkan pada pasien ini peristaltik ususnya normal sehingga kemungkinan diare ini disebabkan oleh obat diabetes militus. 2.3 Pemeriksaan Penunjang Dokter tidak melakukan pemeriksaan penunjang. Namun, menurut kami perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan menurut kami adalah: 1. Pemeriksaan darah rutin Untuk mengetahui adanya infeksi pada pasien. Jika ditemukan leukosit yang meningkat, maka kemungkinan pasien menderita diare karena infeksi. 2. Pemeriksaan Fesces Pemeriksaan fesces bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas serta secara makroskopik maupun mikroskopik dan untuk mengetahui etiologi dari diare yang diderita oleh pasien. Diare yang diderita pasien kemungkinan karena infeksi. Sehingga pada pemeriksaan makroskopis dapat ditemukan perubahan warna tinja (seperti air cucian beras pada cholera), bau busuk pada fesces., ditemukan leukosit pada fesces, ataupun adanya parasit pada pemeriksaan mikroskopik. Sedangkan pada diare karena obat ataupun neuropati diabetikum, pemeriksaan fesces tidak banyak menunjukkan hasil. 2.4 Diagnosis
Diare Page 10

Diare adalah salah satu manifestasi klinis penting pada gangguan gastrointestinal. Etiologi diare dapat disebabkan dari beberapa macam penyebab. Beberapa penyebabnya bisa saja karena faktor infeksi atau bisa karena adanya penyakit metabolik seperti diabetes militus. Mengingat penyebabnya begitu beragam, kita harus berhati-hati dalam menentukan diagnosisnya. Dari hasil anamnesis yang diperoleh, diagnosis banding yang diperoleh untuk pasien ini, yaitu:
1. Diare karena obat diabetes militus

Pasien menderita diabetes militus sejak 7 tahun yang lalu dan sudah melakukan pemeriksaan serta diberi obat diabetes (nama obat lupa). Selain menderita diabetes militus, pasien juga menderita kaki diabetikum yang membuat pasien harus dioperasi dan diberi obat baru (nama obat lupa). Obat baru yang dikonsumsi sering menyebabkan pasien mengeluh pusing yang pet-petan (vertigo) dan kadang mengalami diare sehingga kemungkinan besar diare ini disebabkan oleh obat diabetes yang dikonsumsi pasien. Hal ini karena vertigo yang dialami merupakan efek samping dari obat tersebut dan diare yang dialami karena obat tersebut dapat menurunkan motilitas usus sehingga absorbsinya berkurang (Suherman, 2007). 2. Diare karena neuropati diabetikum Pasien adalah penderita diabetes militus kronis. Oleh karena itu, mungkin juga diare dapat disebabkan dari neuropati diabetikum. Pada penyakit neuropati diabetikum karena adanya gangguan pada saraf perifer akibat diabetes militus dapat menimbulkan nyeri dan rasa terbakar (Price, 2005). Pada pasien ini dia hanya merasakan nyeri di kuadran atas yang tidak disertai dengan rasa terbakar sehingga neuropati diabetikum dapat dihilangkan (Simadibrata, 2006). diagnosis berupa

3. Diare karena infeksi Pada anamnesis, pasien mengeluh tidak mengalami demam, tetapi tinjanya encer serta berwarnan kuning. Selain itu diare yang dialaminya juga tidak ditemukan adanya
Diare Page 11

darah ataupun lendir sehigga faktor penyebab diare yang dialami pasien ini bukan ditimbulkan karena adanya infeksi bakteri invasif dan keganasan (Simadibrata, 2006). Berdasarkan uraian di atas, diagnosis kerja kami adalah diare karena obat diabetes militus. Namun, menurut dokter diagnosis kerjanya adalah diare karena infeksi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam untuk menentukan diagnosis yang benar. Selain itu ditemukan dehidrasi ringan karena diare tersebut. Hal ini didapatkan dari pemeriksaan fisik di mana keadaan umum masih baik, tidak ada syok, mulut basah, turgor masih cepat kembali, dan mata tidak cekung. 2.5 Terapi Terapi yang dipilih oleh dokter di Puskesmas Srumbung dengan diagnosis diare karena infeksi adalah cotrimoxazol, diaform, B6, dan paracetamol. 1. Cotrimoxazol Aktivitas antibakteri cotrimoxazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan tripetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting untuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan asam purin (adenin,guanin, dan timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin). (Setiabudy dan Mariana, 2007) Cotrimoxazol merupakan antibiotik yang spektrum kerjanya cukup luas, sehingga dapat diberikan sebagai antibiotic awal sebelum benar-benar ditegakkan etiologinya (Setiabudy dan Mariana, 2007). Antibiotic ini juga harganya terjangkau sehingga menjadi pilihan untuk terapi diare karena infeksi. 2. Vitamin B6 Vitamin B6 atau Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, diantaranya dekarboksilasi,
Diare Page 12

transaminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino bersulfur dan asam amino hidroksida. (Dewoto, 2007) Indikasi vitamin B6 adalah mencegah dan mengobati defisieansi vitamin B6, untuk mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin atau meningkatkan ekskresinya melalui urin. Piridoksin dapat memperbaiki gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin dan niasin serta dapat mengurangi gejala yang menyertai teganan prahaid. Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik. (Dewoto, 2007) Dokter menganggap pasien memiliki tekanan darah yang rendah dan pusing yang pet-petan sebagai gejala anemia. Sehingga beliau memberikan vitamin B6 yang sudah dijelaskan di atas dapat mengobati anemia. 3. Paracetamol Efek analgesik paracetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang serta menurunkan suhu tubuh. Efek anti-inflamasinya sangat lemah oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai anti reumatik. Paracetamol merupakan penghambat PG yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. (Wilmana dan Gan, 2007) Karena pasien merasakan nyeri dan menurut dokter ada demam yang subfebril, beliau memberikan paracetamol sebagai obat simptomatik keluhan tersebut 4. Diaform Diaform adalah obat antimotilitas yang fungsinya menurunkan motilitas usus sehingga diare pun berkurang (Simadibrata, 2006). Namun, menurut Sunoto (1999) pemberian obat antimotilitas tidak memberikan manfaat. Obat tersebut akan mengurangi

Diare

Page 13

motilita usus yang secara langsung akan mengurangi pembersihan bakteri yang ada (Thielman and Guerrant, 2004). Menurut dokter, obat ini beliau berikan karena dalam klinis pasien cenderung ingin keluhan utama yang dia rasakan menghilang dengan cepat. Sehingga sangat berbeda antara teori yang kami dapatkan dengan prakteknya. Namun ada beberapa obat diabetes militus yang memiliki efek samping diare dan vertigo seperti yang dirasakan oleh pasien yaitu glibenklamid, dan biguanid. 1. Glibenklamid Glibenklamid atau gliburid termasuk golongan sulfonilurea generasi II. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel Langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca makan ion Ca++ akan masuk ke sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. Namun pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia. (Suherman, 2007) Glibenklamid oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. (Suherman, 2007) Efek sampingnya berupa hipoglikemia, mual, muntah, diare, gejala hematologik, susunan saraf pusat, mata, dan sebagainya. Gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat bersama dengan makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. (Suherman, 2007) Gejala susunan saraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia. Gejala hematologik berupa leukopenia dan agranulositosis. Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal.
Diare Page 14

Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tanda akut dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma. (Suherman, 2007) 2. Biguanid Salah satu obat yang sering digunalan dari golongan ini adalah metformin. Biguanid merupakan suatu antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya kinase di sel (AMP-activated protein kinase). Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan. (Suherman, 2007) Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. (Suherman, 2007) Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual, muntah, diare, serta kecap logam (metalic taste), tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang. (Suherman, 2007) Sebenarnya, diare dan vertigo yang dialami oleh pasien sudah cukup lama namun hilang timbul. Kemungkinan keluhan tersebut merupakan efek samping dari obat untuk diabetes mellitus yang saat ini masih dikonsumsi rutin oleh pasien. Pasien juga mengeluh post operasi gejala diare lebih sering. Sehingga pemberian cotrimoxazol tidak bermanfaat karena etiologi dari keluhan pasien bukan infeksi bakteri melainkan efek samping dari obat-obat diabetes. Terapi yang tepat menurut kami adalah menurunkan dosis dari obet diabetes militus ataupun mengganti obat diabetes militus dengan obat yang memiliki efek samping yang lebih rendah. Selain itu pengontrolan kadar gula darah tetap dilakukan dengan menjaga pola makan

Diare

Page 15

perlu dilakukan. Pasien karena hanya menderita dehidrasi ringan, tidak perlu diberi larutan oralit. Pasien hanya dianjurkan banyak minum untuk mencegah perburukan keadaan.

III PENUTUP Ini adalah PPK pertama yang kami lakukan sehingga masih banyak kekurangan dari kami dalam melaksanakan tugas di sana. Bertemu pasien secara langsung merupakan pengalaman yang berharga karena kami dapat belajar secara langsung dari masalah yang ada. Sehingga kali dapat lebih memahami teori yang diberikan di kuliah ataupun tutorial. Namun, ada beberapa hal yang kami temui tidak sesuai dengan apa yang kami dapatkan di kampus. Contohnya seperti obat antimotilitas yang menghambat diare yang banyak diberikan oleh dokter di puskesmas, padahal secara teori obat tersebut tidak perlu diberikan. Hal ini membuat kali berpikir banyak hal yang sungguh berbeda antara teori dan prakteknya. Secara umum tidak terdapat hambatan yang berarti dalam pelaksaan PPK kali ini. Dokter Puskesmas Srumbung menerima kami dengan baik dan mau membimbing kami di sana. Mungkin ada sedikit perbedaan pandangan antara kami dengan beliau masalah diagnosis kasus ini, tetapi hal itu dapat menjadi pembelajaran untuk kami semua. Semoga penugasan ini dapat memberikan manfaat bagi kami ke depannya.

Diare

Page 16

DAFTAR PUSTAKA Binder., J., H., 2006. Causes of Chronic Diarrhea. n engl j med 355;3 july 20, 236. www.nejm.org Dewoto., H., R., 2007. Vitamin dan Mineral, Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Balai Penerbit FK UI : Jakarta. Price., S., A., and Wilson., L., M., 2005. Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 2 edisi 6. EGC : Jakarta. Setiabudy., R., and Mariana., Y., 2007. Sulfonamid, Kotrimoksazol, dan Antiseptik Saluran Kemih, Farmakologi dan Terapi edisi 5. Balai Penerbit FK UI : Jakarta. Simadibrata., M., K., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 4. Balai Penerbit FK UI: Jakarta. Suherman., S.K., 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral Farmakologi dan Terapi edisi 5. Balai Penerbit FK UI : Jakarta. Sunoto., 1999. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Thielman., N.M., and Guerrant., R., L., 2004. Acute Infectious Diarrhea New England Journal Medicine 350:38-47. Wilmana., P., F., and Gan., S., 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik-Anti Inflamasi Nonsterois dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Farmakologi dan Terapi edisi 5. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.

Diare

Page 17

Anda mungkin juga menyukai