Anda di halaman 1dari 10

UTS PKn Nama : Rizky Rismayanti Off NIM :H : 100332404593

PERTANYAAN 1. Deskripsikan problematika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM-Agama dan bagaimana peranan Pancasila dalam mengatasi problematika tersebut? 2. Refleksikan dampak perkembangan iptek dan globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan dan bagaimana peranan Pancasila dalam menghadapi perkembangan IPTEK dan globalisasi tersebut? 3. Bagaimanakah makna hakekat Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (tinjauan masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang)?

JAWABAN 1. Sejarah panjang bangsa ini dalam membangun NKRI penuh dengan tantangan dan hambatan serta pengorbanan. Tantangan itu bisa muncul dari luar, yaitu upaya-upaya pihak asing melakukan intervensinya terhadap independensi Indonesia maupun melakukan penjajahan ala modernisasi dengan maksud setidak-tidaknya, mengalami ketergantungan kepada mereka (negara luar). Lain lagi strategi pengerusakan tradisi dan budaya bangsa. Paham modernisasi yang berlebihan, kapitalis dan liberal yang ditanamkan dan disebarluaskan kepada kita, sehingga meruntuhkan pemikiran/paradigma kapital sosial. Begitu juga dari dalam, terjadi konflik horizontal dengan isu perbedaan pendapat dan SARA. Aksi teroris yang mengatasnamakan sebuah misi penyelamatan dan penegakan kebenaran, yang menurut pandangan keliru, mencoreng citra bangsa. Praktek penggerogotan aset dan keuangan negara seolah dilakukan secara estafet. Penyelenggara negara seyogyanya sebagai pelaku membangun bangsa malah menampilkan perilaku buruk dan tidak bermoral kepada rakyat, semisal perilaku KKN, suap, hingga praktek asusila. Ironisnya, ditemukan aktor intelektual yang bermain di belakang layar, sebagai penyandang dana, pengatur rencana sampai kepada

instruktur eksekusi dalam misi kejahatan yang melawan hukum merusak aset negara, hingga pada upaya menghilangkan nyawa orang lain. Itu semua menunjukkan begitu kompleksnya masalah bangsa ini. Setiap bidang mengalami problem, yang beresiko terhadap kemajuan NKRI. Persoalan yang ada menunjukkan keterlibatan semua pihak sebagai pelaku masalah, baik itu penyelenggara pemerintah, pihak swastayang tidak peduli, dan masyarakat yang juga turut terkontaminasi suasana kurang sehat tersebut. Peranan pancasila dalam mengatasi problematika tersebut adalah sebagai berikut: Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara langsung sistem-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan berasal dari luar. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita nasional Indonesia. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik Dengan kelima prinsipnya Pancasila menjadi dasar yang cukup integratif bagi kelompokkelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi nasional harus juga berarti pembangunan sistem ekonomi yang kita anggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan sistem ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna membangun suatu masa depan bersama Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan kesadaran hukum masyarakat. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa

2. a. Perkembangan IPTEK Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Dampak dari perkembangan teknologi dilihat dari berbagai bidang: 1. Bidang Informasi dan komunikasi Lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru dimanapun, dapat berkomunikasi jarak jauh dengan mudah, mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah dan sebagainya. Dampak negatifnya yaitu pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris, penggunaan informasi tertentu bisa disalahgunakan dan lain-lain. 2. Bidang Ekonomi dan Industri Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, terjadinya industrialisasi, produktifitas dunia industri semakin meningkat, persaingan dalam dunia kerja yang ketat. Sedang dampak negatifnya antara lain terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan, munculnya sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat. 3. Bidang Sosial dan Budaya Semakin banyak wanita yang berkecimpung didalamnya, meningkatnya rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa. Pengaruh negatif seperti kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar,

kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja yang meningkat, pola interaksi antar manusia yang berubah. 4. Bidang Pendidikan Munculnya media-media sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan, munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, dan sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dampak negatif dalam proses pendidikan antara lain kerahasiaan alat tes semakin terancam, serta penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal. 5. Bidang politik Timbulnya kelas menengah baru, proses regenerasi kepemimpinan, di bidang politik internasional terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme.

b. Perkembangan globalisasi Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batas-batas yang jelas antar setiap bangsa di dunia rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan. Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka kini konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas.

c. Kunci jawaban dari persoalan tersebut (perkembangan IPTEK dan globalisasi) terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam pandangan hidup terkandung konsep

mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiranpikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicitacitakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. Bangsa dan rakyat Indonesia sangat patut bersyukur bahwa founding fathers telah merumuskan dengan jelas

pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila. Bahwa pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Karena itu, pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yang meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah beruratberakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah menegaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia bisa mencapai kebahagiaan jika dikembangkan secara selaras dan seimbang baik dalam pergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi, hubungan manusia dengan komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan dengan Tuhannya.

3. a. Makna Peringatan Hari Sumpah Pemuda Arus globalisasi kian deras. Tantangan demi tantangan semakin berat. Sehingga untuk membangun bangsa ini sekarang dan mendatang para pemuda diharapkan agar menjiwai semangat persatuan yang dikumandangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 melalui pengutamaan persamaan dan mengeliminasi perbedaan untuk mencapai kemakmuran bangsa. Pelopor perubahan sejatinya, Sumpah Pemuda yang dilahirkan sebagai hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928, di Jakarta, merupakan manifestasi gemilang kalangan muda Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Mereka ini adalah wakil-wakil angkatan muda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura Bond, Pemuda Betawi dan lainlain. Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) inilah kongres pemuda itu telah melahirkan Sumpah Pemuda. Di tengah kondisi bangsa Indonesia yang terusmenerus menghadapi beragam persoalan seharusnya mendorong pemuda untuk mengambil peran, seperti yang telah ditunjukkan para pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928. Berbagai kelompok pemuda belum lagi solid. Sebaiknya mereka bersatu dan menegaskan kembali posisi sebagai penyeimbang pemerintah dalam konteks

pembangunan bangsa. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928 itu berawal dari keprihatinan pemuda-pemudi akan keadaan Indonesia yang terjajah saat itu, dan mereka sepakat untuk memerdekakan Indonesia. Maka, sangat bijak apabila para pemuda dapat memahami dan menelaah kembali berbagai persoalan penting bangsa dan mencoba mencari solusi atas masalah-masalah itu. Pemuda sepatutnya tampil sebagai pelopor perubahan yang positif. Karena itu Sumpah Pemuda masih relevan untuk terus diperingati, terlebih era seperti sekarang ini dalam proses pembangunan diera globalisasi. Yang perlu diingat lagi adalah bahwa "Persatuan dan Kesatuan" bukan berarti sentralisasi, peniadaan potensi-potensi lokal yang ada, bukan pula berarti penyeragaman. Keseragaman hanya akan melahirkan karakteristik anak bangsa yang kerdil dan tak kreatif. Persatuan dan kesatuan bukan romantisme bangsa belaka yang mesti dipertahankan mati-matian tanpa arah yang jelas dan maksud tertentu. Persatuan dan kesatuan berarti terus-menerus saling mewujudkan cita-cita bersama, berjuang bersama, dan mencapai kemenangan bersama seperti yang pernah dilakukan pemuda-pemuda di era kolonial. Dan dalam setiap memperingati Sumpah Pemuda, sudah selayaknya kita kembali melihat lebih dalam kepada nilai-nilai hakiki Sumpah Pemuda. Nilai-nilai tersebut tidak lain mengembalikan semangat nasionalisme pemuda saat ini dimana dahulu pernah dicetuskan dan diikrarkan. Nilai yang akan diambil dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ini adalah mengembalikan semangat pemuda saat ini di mana dahulu pernah dicetuskan dan diikrarkan. Sumpah Pemuda harus dijadikan tonggak dan pemicu bagi kebangkitan bangsa. Dimana pemuda harus meningkatkan perannya di dalam keikutsertaannya membangun bangsa ini karena pemuda Indonesia saat ini rentan terhadap globalisasi yang mengarah pada westernisasi dan dikhawatirkan akan mengancam nasionalisme. Karena itu, hal seperti itu harus segera diantisipasi, semangat persatuan dan kesatuan harus tetap tertanam dalam hati sanubari kaum muda. Bagaimanapun semangat itu tidak boleh lekang dari perkembangan jaman dan dampak buruk globalisasi. Reaktualisasi semangat dan jiwa Sumpah Pemuda harus dimaknai sebagai upaya untuk membangun kesadaran baru, sebagai sebuah bangsa yang tengah merajut tekad dan harapan untuk menuju kejayaan di masa depan. Sumpah Pemuda sudah membuktikan secara jelas, mampu menunjukkan kesaktiannya. Melalui semangat Sumpah Pemuda tersebut pula pemuda bersama seluruh warga bangsa dengan semangat persatuan dan kesatuan yang

kuat berhasil membawa bangsa ini merdeka sebagai sebuah bangsa. Sumpah Pemuda juga membuktikan sangat jelas bahwa kemajemukan masyarakat bukanlah merupakan hambatan atau kendala bagi penguatan persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan kemajemukan ini merupakan potensi dan kekuatan yang amat kaya untuk memajukan bangsa dan negara di masa yang akan datang.

b. Makna Peringatan Hari Pahlawan Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari di mana para pejuang Indonesia mempertahankan kedaulatan negara yang dicoba dirampas kembali kemerdekaannya oleh Belanda yang membonceng sekutu di kota Surabaya. Memang mempertahankan kemerdekaan amat berat. Kita tahu bahwa hal itu adalah sebuah perjuangan yang dihiasi oleh darah dan air mata. Amat terasalah perjuangan itu ketika pertama-tama berada dalam situasi kemerdekaan. Kini situasi sudah jauh berubah. Tak ada lagi penjajahan sebab seluruh bangsa-bangsa di dunia ini sudah menjadi negara berdaulat dan kemerdekaaan sudah menjadi sebuah hal universal bagi seluruh negara di manapun itu. Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana mengisi dan mempertahankan kemerdekaaan. Penjajah memang tak lagi datang, tetapi model lain dari penjajahan itu sudah menjadi persoalan kita sejak lama. Dari dalam diri kita sendiri, penjajah datang dalam bentuk kebuntuan cara berpikir. Persoalan besar kita adalah persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan politik serta apatisme. Orientasi ke masa depan hampir tidak ada. Kalau kita berjalan sampai ke pelosok dan pedalaman negeri ini, yang ada hanyalah ketidakmampuan mengerti dan merancang mengenai masa depan. Hal ini berkaitan dengan cara berpikir. Kita terbiasa tidak mau berjuang sebab kita mewarisi sebuah negeri yang sudah merdeka. Kita terbiasa hidup dalam kenyamanan kemapanan yang ada. Sebab kita adalah negeri yang amat terbiasa hidup dalam kenyamanan kehidupan yang semu. Sejak kita merdeka, memang negara ini tidak pernah membangkitkan semangat. Kita selalu dihantui oleh ketakutan jika berpartisipasi akan menghadapi masalah dari negeri ini. Maka yang terjadi kini adalah sebuah negara tanpa arah dan tanpa semangat. Sudah saatnya elite politik dan pemimpin negeri ini berhenti berbicara mengenai diri dan mereka saja. Sudah saatnya yang dibicarakan adalah bagaimana menyelamatkan negeri ini supaya bisa bertahan. Harus jujur kita akui bahwa fondasi semangat negeri ini sudah

sangat rapuh. Yang ada adalah disharmoni, perebutan dan intrik politik serta korupsi. Bangsa ini harus dibangkitkan kembali semangatnya untuk bangkit dan mempertahankan ancaman yang datangnya dari dalam diri kita sendiri. Dengan memperingati Hari Pahlawan merupakan saat yang tepat untuk evaluasi ulang pemahaman kita akan arti pahlawan. Pada saat itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Kita memilih 10 November sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut 61 tahun silam para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan. Namun terasa, mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu, tetapi tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kita membutuhkan orang yang berani untuk menangkap pelakunya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan orang banyak. Seorang petugas pemadam kebakaran yang tewas saat berjuang mematikan api yang sedang membakar rumah penduduk adalah pahlawan juga. Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Mereka menjadi bagian dari masyarakat dan setiap kali bisa melakukan tindakan, yang bukan hanya menciptakan kepedihan bagi mereka yang menjadi korban, tetapi mengobarkan rasa permusuhan. Pertentangan, perselisihan, dan konflik antar kelompok dalam masyarakat sering kali menimbulkan kepedihan hati karena kita sebenarnya satu bangsa. Padahal sejak 28 Oktober 1928, kita sudah sepakat untuk menanggalkan kekamian di antara kita dan

menggantikannya menjadi kekitaan tanpa mempersoalkan kembali asal-usul kita, menanggalkan semua rasa primordial kita. Dan yang harus menjadi perhatian kita bersama janganlah masalah-masalah seperti yang disebutkan sebelumnya membuat kita sebagai bangsa menjadi terpecah belah. Kita harus menghargai jasa para pahlawan yang berharap pada masa depan. Sesungguhnya para pahlawan yang berjuang pada zaman revolusi dahulu jelas punya cita-cita mulia agar negara ini dapat berdiri dengan kukuh dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain kelak di kemudian hari. Para pahlawan rela berkorban agar anak cucunya tidak dicemooh oleh bangsa lain.

Anda mungkin juga menyukai