Anda di halaman 1dari 20

RESEP CARA PEMBUATAN PENGOLAHAN HASIL KUE

Formula,resep,bahan,bumbu,langkah,tahap,panduan,membuat,mengolah, pengendalian,penanganan,panen,pasca panen, pendinginan,pengeringan,jemur,penggulaan,penggaraman ,fermentasi,peragian, pemindangan,pengasapan,pengupasan,pemotongan,dalam pembuatan ,yoghurt,tempe,yakult,natto,tahu,natadecoco,gula,molase,tetes,pengkrist alan,penguapan,blansing,pasteurisasi,ozonisasi,dekantasi,tepung,ikan,ud ang,daging,telur,sayur,buah,serealia,umbi-umbian,kacang-kacangan

LAPORAN PRAKTIKUM MENANAM ISOLASI INOKULASI MIKROBA KULIAH MIKROBIOLOGI


>> RABU, 26 JANUARI 2011

1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pertumbuhan microorganism terdiri dari beberapa fase yaitu fase adaptasi, pertumbuhan awal, partum,buhan, logaritmik, pertumbuhan lambat, pertumbuhan lambat (stationer), menuju kematian, serta fase kematian. Factor- factor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah nutrien, air, pH, suhu dan oksigen. Suatu sampel yang diperkirakan mngandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan pngenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akam terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah 30-300. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloni dapat di hitung sebagai satu koloni dan suatu dertan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.

Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mikrobiologi dasar dapat mengetahui caracara perhitungan koloni bakteri sesuai dengan prosedur yang tepat Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu melakukan perhitumgan koloni bakteri sesuai dengan prosedur yang tepat.

2. Metode

Alat Cawan petri : sebagi tempat untuk pembiakan/ pertumbuhan Incase : untuk inkubasi pada suhu kamar 24-27oc Colony counter : untuk perhitungan koloni bakteri

Bahan Na : untuk pertumbuhan jamur Alcohol 70% : untuk mensterilkan tangan dan meja Kapas : untuk menutup tabung reaksi dan Erlenmeyer Koran : untuk membungkus alat-alat Tali : untuk mengikat alat-alat

Cara Kerja Perhitungan koloni baktri Ambil cawan petri yang brisi medium dan sampel dari incase Hitung koloni bakteri dengan colony counter Perhitungan hasil baktri diambil cawan petri yang didalam incase

Hasil

dihitung jumlah koloni dengan colony counter

Rumus perhitungan bakteri

3. Tinjauan Pustaka

3.1 Pengertian Pertumbuhan Bakteri Istilah pertumbuhan umumnya digunakan untuk bakteri atau mikroorganisme lain dan biasanya mngacu pada prubahan didalam hasil panen sel dan bahkan pertumbuhan total individu organisme (Pelczar, 2008). Pertumbuhan suatu individu khususnya bakteri berarti semua individu kcil menjadi / bertambah besar yang pertama mengankut volume individu (Dwijosepotro, 1964). Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, massa, dan banyak, parameter lainnyadari suatu bentuk hidup. Penambahan ukuran atau massa suatu sel individu biasanya terjadi pada proses pendewasaan (maturasi) dan perubahan ini pada ummnya bersifat sementara ( tempores) untuk kemudian dilanjutkan dengan proses multiplikasi dari sel tersebut. Multiplikasi terjadi dengan cara pembelahan sel (Irianto, 2006). 3.2 Fase fase Pertumbuhan Bakteri Dan Kurva pertumbuhan Menurut Lay (1992) fase-fase pertumbuhan bakteri terdiri atas : Fase Penyesuai diri Penyesuaian bakteri kesuatu lingkungan baru. Pada fase ini, tidak ada kenaikan jumlah sel, melainkan kenaikan ukuran sel. Peningkatan juga terlihat pada protein sel, DNA, dan metabolism pada fase ini, sel bakteri secara masih muda. Fase Logaritmik Skema fase ini, jum,lah sel makin meningkat dari 1-2, 2-4, 4-8, dan seterusnya. Jika jumlah sel dibandingkan dengan waktu maka dalam sekala logaritmik akan terjadi gerak lurus. Dari peningkatan secara logaritmik ini, dapat dihitung waktu yang ditentukan bagi pembelahan sel yaitu waktu generasi. Fase stasioner Pada fase ini kecepatan tumbuh meningkat secara dengan kecepatan mati, jadi jumlah seakan konstan. Fase Kematian Pada fase ini terjadi akumulasi bahwa toksin zat hara yang diperlukan sel mikroorganisme jumlah berkurang sehingga bakteri masuk ke fase kematian. Skema kurva waktu ini, jum,lah sl, yang mati menunjukan korus garis bil,a diskalakan dengan logaritma, fase ini kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. 3.3 Faktor factor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri Menurut Rachadie (2006) kemampuan m,ikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup

memerlukan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang factorfaktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: Susplay nutrisi Suhu / temperature Keasaman / kebasaan (pH) Ketersedian oksigen Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh factor ini membari gambaran yang menunjukan larutan prtumbuhan (Pratiwi, 2008). Menurut Irianto (2006) Factor-faktor lingkungan yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut: a. Suhu adalah suatu factor yang sangat penting yang mempengaruhi pertumbuhan miltiplikasi dan kelangsungan hidup dari semua organism hidup. b. Bahan bentuk gas. Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. c. Tekanan osmosis. Peristiwa terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berbeda dalam lingkungan dengan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. d. Pengeringan. Banyak spsies banyak mengatasi pengeringan total untuk waktu yang lama meskipun mikroorganisme dalam keadaan ini tidak tumbuh. e. Keadaan eksrim dingin. Banyak mikroorganisme sangat tahan terhadap keadaan ekstrim dingin meskipun dalam bentuk vegetative. f. Efek ion. Suatu factor yang sangan jelas mempengaruhi semua mikroorganisme, brikut juga tiap sel semua tumbuhan dan jaringan hewan adal kesamaan atau kebebasan cairan yang mengelilinginya. g. Efek radiasi. Dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya: Inframerah Sinar-X Sinarmatahari 3.4 Macam Metode Perhitungan Koloni Menurut Lay (1992) macam perhitungan koloni antara lain: Jum,lah sel hidup Pada metode ini, biakan bakteri di encerkan kemudian ditempatkan dalam agar atau filter membrane, jumlah koloni yang tumbuh antara 30-300 satuan yang dipakai dalam perhitungan koloni adalah FU Metode Mikroskopik menurut Bread Dalam prhitungan dgunakan lensa okuler khusus untuk memproleh luas lapangan perhitungan, factor pengncran luas daerah. Pada kaca objek dan luas langan perhitungan

m,enentukan factor krockis mikroskop yang diperlukan dalam prhitungan jumlah sel. Metod ruang Hitung Dapat digunakan wak,tu menghitung sel bakteri atau sel ragi kadang-kadang mati Perhitungan Elektonik Menggunakan kolony counter metode ini berdasarkan pada aliran kondeksi di medium untuk menentukan adanya sel. Suspense dialirkan melalui benang yang kecil.

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Dalam praktikum mikrobiologi dasar tentang perhitungan koloni bakteri adalah ,langkah pertama yang harus dilakukan adalah disiapkan alah dan bahan. Alat yang digunakan adalah cawan petri sebagi media atau pertumbuhan, incase sebagai tempat untuk menginkubasi pada suhu kamar dan koloni counter untukn menghitung jumlah koloni bakteri. Sdangkan bahan yang digunakan adalah NA untuk media prtumbuhan bakteri, alcohol 70% sebagai bahan untuk pengkondisian aseptis, kapas, erlenmenyer saat pembuatan media NA, k,oran untuk membungkus cawan petri sebelum di incubasi dalam incase, dan tali sebagai pengikat cawan petri seblum dilakukan inkubasi. Kemudian disiapkan media NA, la,lu dihitung koloni bakteri dengan cara diambil cawan petri yang terdapat bakteri dari media NA. kemudian dengan menggunakan koloni counter bakteri dihitung. Dengan cara disntuh dengan pulpen pada bagian koloninya, lalu dicatat hasilnya. Setelah bakteri dihitung dengan koloni counter, selanjutnya menghitung total koloni dengan sistematis yaitu Adapun syarat perhitungan koloni sehingga koloni dapat dihitung yaitu: Jumlah koloni yang akan dihitung harus dapat dihitung bakan berupa TBUD ( ditak bisa untuk dihitung ) atau spreader ( jumlah bakteri melebihi dari cawan petri ) sehingga tidak bisa dihitung dan jumlanya harus rasional dsalam 1 faktor pengenceran. Jumlah koloni kisaran ratio / dalam kisaran ratio Jumlah koloni antara 30-300 Melihat tingkat pengenceran karena semakin tinggi pengencera makin sedikit jumlah mikroba sehingga jumlah koloni dapat dihitung

4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Perhitungan Pada hasil praktikum mikrobiologi dasar tentang perhitungan koloni, didapatkan jumlah hasil koloni yang setelah 24 jam media diinkubasi dalam incase, kemudian diambil dan diamati.

Dari 6 cawan petri yang ada, cawan petri 10-3 lebih banyak terdapat koloni mikroba. Hal ini dikarenakan proses pengenceran sesuai dan tidak terkontaminasi dengan udara luar. Sedangkan pada cawan petri 10-4 da 10-5 mikrobanya ada yang sedikit dan ada yang tidak dapat dihitung bahkan melebihi dari seperempat cawan. Dari hasil penanaman dapat diketahui bahwa pada cawan petri 10-3 A ditumbuhi 209 koloni dan pada cawan C B ditumbuhi 187 koloni. Pada cawan petri 10-4 Aditumbuhi 85 koloni dan 10-4 B ditumbuhi 64 koloni. Sedangkan pada cawan petri 10-5 A ditumbuhi 102 koloni dan 10-5 B ditumbuhi 132 koloni. Cara perhitungan koloninya, setelah koloni yang ditemukan ditandai dengan spidol. Dihitung dengan rumus Total koloni = koloni x dengan satuan 10-5 untuk hasil akhirnya. Total koloni = koloni x = = 198 = 1,98 x 10-5 4.2.2 Hasil Perhitungan Dibandingkan dengan Tiap Kelompok Pada praktikum mikrobiologi dasar didapatkan hasil tiap kelompok adalah sebagai berikut : Kelompok 21 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 124 214 10-4 72 64 10-5 50 123

Total koloni = koloni x = = 169 x 10-3 = 1,69 x 10-5 Kelompok 22 (sample tanah lapangan volley) F. Pengenceran A B 10-3 183 107 10-4 213 155

10-5 56 78

Total koloni = koloni x = = 145 x 10-3 = 1,45 x 10-5 Kelompok 23 (sampel tanah kortim) F. Pengenceran A B 10-3 89 57 10-4 184 105 10-5 32 64

Total koloni = koloni x = = 73 x 10-3 = 0,73 x 10-5 Kelompok 24 (sampel tanah gazebo) F. Pengenceran A B 10-3 36 33 10-4 350 TBUD 10-5 61 29

Total koloni = koloni x = = 34,5 x 10-3 = 0,345 x 10-5 Kelompok 25 (sampel tanah himpunan) F. Pengenceran A B 10-3 209 187

10-4 85 64 10-5 102 132

Total koloni = koloni x = = 302,5 x 10-3 = 3,025 x 10-5 Kelompok 26 (sampel tanah) F. Pengenceran A B 10-3 - 10-4 - 10-5 - -

Total koloni = koloni x =0 Kelompok 27 (sampel tanah gazebo) F. Pengenceran A B 10-3 TBUD TBUD 10-4 86 197 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = = 141,5 x 10-3 = 14,15 x 10-5 Kelompok 28 (sampel tanah himpunan) F. Pengenceran A B

10-3 TBUD 232 10-4 137 TBUD 10-5 111 TBUD

Total koloni = koloni x = 232 x = 232 x 10-3 = 2,32 x 10-5

Total koloni = koloni x = 137 x = 137 x 10-4 = 13,7 x 10-5 koloni = 2,32 . 10-5 x 13,7 . 10-5 = 16,02 . 10-5 Kelompok 29 (sampel tanah depan BEM lama) F. Pengenceran A B 10-3 284 19 10-4 32 65 10-5 21 20

Total koloni = koloni x = 284 x 10-3 = 2,84 x 10-5 Kelompok 30 (sampel tanah depan musholla) F. Pengenceran A B 10-3 44 TBUD

10-4 345 139 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = 44 x 10-3 = 0,44 x 10-5 Total koloni = koloni x = 139 x 10-4 = 13,9 x 10-5 koloni = 0,44 . 10-5 x 13,9 . 10-5 = 14,34 . 10-5 Kelompok 31 (sampel tanah lapangan volley) F. Pengenceran A B 10-3 TBUD TBUD 10-4 TBUD TBUD 10-5 298 291

Total koloni = koloni x =0 Kelompok 32 (sampel tanah laboratorium mikro) F. Pengenceran A B 10-3 285 TBUD 10-4 143 TBUD 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = 285 x 10-3

= 2,85 x 10-5 Kelompok 33 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 67 176 10-4 298 128 10-5 38 228

Total koloni = koloni x = = 121,5 x 10-3 = 1,215 x 10-5 Kelompok 34 (sampel tanah beringin) F. Pengenceran A B 10-3 288 293 10-4 TBUD TBUD 10-5 TBUD TBUD

Total koloni = koloni x = = 290,5 x 10-3 = 2,905 x 10-5 5. KESIMPULAN

Pertumbuhan diartikan sebagai penambahn atau dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, massa, dan banyak parameter lainnya dari suatu bentuk hidup. Fase-fase pertumbuhan bakteri - Fase adaptasi - Fase pertumbuhan logaritmik - Fase pertumbuhan awal - Fase pertumbuhan tetap - Fase menuju kematian

- Fase kematian Factor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri - Suhu - Bahan bentuk gas - Tekanan osmotic - Pengeringan - Keadaan ektim dingin - Efek ion - Efek radiasi Rumus perhitungan koloni Syarat perhitungan bakteri - Jumlah koloni yang akan dihitung harus dapat dihitung - Jumlah koloni antara 30-300 - Melihat jumlah pengenceran karena semakin tinggi pengnceran maka sedikit jumlah mikroba sehingga jumlah koloni dapat dihitung Kolni bakteri jumlah tertinggi kelompok 24 adalah 239 x 10-5 dan terendah klompok 23 adalah 0.73 x 10-5

DAFTAR PUSTAKA Dwijosaputro, 1964. Dasar Dasar mikrobiologi. Irianto, 2006. Mikrobiologi. Yrama widya; Bandung Lay, 1992. Mikrobiologi. Rajwalivers; Jakarta Pelczar, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press; Jakarta Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga; Jakarta Rachadie, 2006. http://wordpress.com diakses pada tanggal 13 November 2010. Pikul 15.30

WIB.

1. PENDAHULUAN

Diantara tumbuh-tumbuhan rendah (bersahaja), maka golongan ganggang (alga) dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi, tubuhnya mempunyai cirri yang khas, yaitu berupa benang tunggal yang bercabang-cabang yang disebut misselium atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi (saccharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Golongan jamur mencakup lebih dari 55.000 species. Jumlah ini jauh melebihi jumlah species bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil.

Klasifikasi jamur Menurut ALEXCOUPOULUS (1962) thallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas: 1. Phylum Schizomycophyta (Bakteri) 2. Phylum Mxyomycophyta (Jamur lendir) 3. Phylum Eumycophyta (Jamur benang)

Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 kelas, yaitu : 1. Klas Phychomycetes 2. Klas Aschomycetes 3. Klas Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna) 4. Klas Basidiomycetes

Maksud dan tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi jamur dengan media PDA. Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan terampil dalam melakukan ppembuatan media, pengenceran dan penanaman jamur serta identifikasinya.

2. METODE

2.1. Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Tabung reaksi : untuk melakukan pengenceran bertingkat. Cawan Petri : tempat / media penanaman Erlenmeyer : tempat larutan sementara saat sterilisasi Rak tabung reaksi : tempat tabung reaksi Bunsen : pengkondisian aseptis

Gelas ukur : menakar larutan sejumlah 50, 100, 250 ml. Pipet volume : mengambil larutan dengan skala (1-10 ml). Autoklaf : sterilisasi basah. Inchase : inkubasi pada suhu kamar (24o-27oC) Tali : mengkikat alat-alat. Koran : membungkus peralatan. Timbangan analitik: menimbang bahan yang akan digunakan. Sprayer : tempat alcohol 70%. Mikroskop : untuk benda-benda berukuran mikroskopik. 2.3 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : PDA : media penanaman. Aquades : pelarut media. Sampel : sebagai sumber yang diamati Na Fisiologis : untuk pengenceran. Koran : membungkus peralatan. Kapas : menyumbat pangkal pipet serologis saat streilisasi. Alkohol 70% : pengkondisian aseptis. Tali : mengikat peralatan

2.3 Skema Kerja Identifikasi Jamur

3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Jamur Fungi atau jamur merupakan organism eukariotik yang mempunyai ciri mempunyai spora, memproduksi spora, tidak punya klorofil, dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual (Waluyo, 2004).

Fungi merupakan decomposer/ organisme pembusukan yang utama pada bagian tanaman yang juga dapat dimanfaatkan misalkan pada makanan (Tortora, 2007).

Fungi adalah organisme heterotrofik memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya (Pelczar et al, 1986).

3.2. Jelaskan macam-macam klasifikasi jamur 1. Zygomicotina, karena membentuk spora istirahat yng berdinding tebal yang disebut Zygospora. 2. Ascomycotina, bercirikan talus yang terdiri dari miselium bersepta. 3. Pyrenomycetes, askoskarp berbentuk khusus yang dilengkapi ostiolum. 4. Deuteromycotina, fungi imperfecti karena belum diketahui adanya reproduksi seksual, hefaseptat, atau uniseluler. 5. Mycophycphyta, liken atau lumut kerak biasanya dianggap sebagai kelompok khusus walaupun dasarnya merupakan asosiasi simbiosis antara jamur mikrobion dan gangguan tikobion (Mahyudin, 2009).

3.3. Macam-macam metode penanaman jamur beserta kelebihan dan kekurangannya Menurut Dwijoseputro (1964), metode penanaman jamur ada 4 macam yaitu: 1. Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam satu sel tertentu berkelompok kecil.

2. Konidiospora: spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih. 3. Pada beberapa spesies bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal. 4. Jika bagian miselium itu tidak lebih besar daripada aslinya maka bagian ini disebut spora.

4. PEMBAHASAN

4.1. Analisa Prosedur Prosedur identifikasi jamur serta tujuan tiap perlakuan adalah diawali dengan penanaman jamur pada cawan petri. Pada penanaman ini dilakukan metode tuang dimana sampel diletakkan terlebih dahulu pada cawan kemudian dimasukkan media PDA. Diletakkan sampel sebanyak 1 ml. Didalam cawan petri yang dibuka setengah dan didekatkan dengan api Bunsen untuk pengkondisian aseptis. Dengan cara yang sama, dimasukkan media PDA 15-20 ml. Media ditunggu hingga dingin lalu dibalik untuk menghindari terjadinya spreader. Cawan yang berisi jamur dibungkus koran dan diikat, cawan petri diinkubasi dalam incase selama 24 jam. Kemudian cawan petri berisi jamur tersebut diambil dari incase dan diinokulasi dengan 2 cara untuk perbedaan dalam identifikasi jamur. Cara pertama, jamur diletakkan pada coverglass dan ditetesi NaFis 0,9% agar jamur lebih mudah diamati jika ditetesi NaFis 0,9%.Kemudian coverglass dibalik dan diletakkan diatas objekglass cekung ini merupakan pengamatan dengan cara tetesan bergantung. Jamur diamati dibawah mikroskop. Difoto dan digambar hasil pengamatan jamur. Cara kedua adalah dimasukkan inokulasi jamur dalam NaFis 0,9% steril dan diinkubasi semalam dalam incase. Pelakuan ini untuk perbedaan perlakuan antara yang telah diamati dengan yang diamati setelah semalam. Setelah diinkubasi semalam dalam incase, diinokulasi dengan jarum loop dan diletakkan dalam coverglass dan ditetesi NaFis 0,9% steril. Coverglass dibalik dan diletakkan di atas objekglass cekung sehingga ini merupakan

pengamatan dengan cara tetesan bergantung. Jamur daiamati dibawah mikroskop, difoto dan digambar hasil pengamatan jamur.

4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Hasil Identifikasi Jamur Pada praktikum mikrobiologi dasar materi identifikasi jamur. Hasil-hasil dari proses penghomogenan Na Fis dengan sampel. Setelah diamati dibawah mikroskop, diapatkan jamur pada kaca objek membantu seperti tabung-tabung panjang tanpa sekat yang menumpuk-numpuk yang berwarna untuk dinding selnya. Hal ini disebabkan karena terjadi penebalan pada dinding sel. Akan tetapi hasil identifikasi jamur yang sebelum diinokulasi dengan Na Fis, jamur bebrbentuk seperti batang lurus dan tidak berkoloni. Hal ini disebabkan karena media pembiakannya hanya dibantu dengan PDA. Sehingga mikroba hanya nampak sedikit dan samar-samar, sedangkan gambar yang sesudah diinokulasi dengan Na Fis dapat dilihat koloni yang nampak jelas bagian-bagianya yang tidak bersekat dan berinti banyak. Hal ini disebabkan karena pada media, diinokulasi dengan jarum loop, lalu media dicampur dengan Na Fis, dimana Na Fis ini berfungsi untuk membantu proses pembiakan jamur.

4.2.2 Gambar Hasil Pengamatan dan Literatur Pada praktikum mikrobiologi dasar materi Identifikasi jamur didapatkan hasil gambar jamur yang telah diinokulasi dengan NaFis

Foto Jamur Gambar Literatur

Gambar Literatur

5. KESIMPULAN

Ciri-ciri jamur antara lain adalah tubuhnya berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang padat. Hanya golongan ragi yang tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Jamur tidak berklorofil sehingga hidupnya heterotrof. Thallophyta tidak berklorofil dibagi atas Schizomycophyta, Mycomychophta, Eumychophyta dimana Eumychophyta dibagi atas Phycomycetes, Asomycetes, Deuteromycetes dan

Basidiomycetes. Setelah diinkubasi semalam, dalam pengamatan mikroskop, jamur tampak lebih banyak dan semakin melebar koloninya. Bakteri dan jamur merupakan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak memiliki diferensiasi, sehingga disebut tumbuhan tallus. Media penanaman jamur yaitu PDA.

DAFAR PUSTAKA Dwijoseputro. 1964. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Google Images. 2010. Fungi pic. http:// Google Images.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 13.00 wib. Mahyudin. 2009. Jamur. http:// Mikro.co.cc. Diakses pada tanggal 15 November 2010, pukul 16.00 wib. Pelczar et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press Tortora. 2007. Semua tentang mikrobiologi. http:// Tortora.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 14.00 wib. Waluyo. 2004. Microbiology and science. http:// WaluyoMikrobiologi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 17.30 wib.

http://resepcarapembuatanpengolahanhasilkue.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikummenanam-isolasi.html SiR MR SRI TAMIANG

Anda mungkin juga menyukai