Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Bila seseorang membuat rencana, biasanya rencana itu bersifat optimis dan positif. Bagi mereka yang menginginkan anak dan ingin membentuk keluarga, masa depan yang dibayangkan adalah tentang bayi, kepuasan serta kebahagiaan, bukan rasa sakit, rasa kehilangan ataupun duka yang tak direncanakan dan tak diharapkan. Bila seorang wanita mengalami keguguran, kejadian itu membuat ia syok dan menyalahkan tubuhnya. Hal ini seringkali membuat wanita kehilangan kepercayaan baik terhadap tubuhnya maupun terhadap dirinya sendiri, disamping juga terhadap kehidupan, yang tiba-tiba menyadarkannya bahwa tidak ada kepastian dan jaminan dalam hidup ini. Sementara keguguran secara medis seolah merupakan kejadian kecil, bagi mereka yang mengalaminya, hal itu bisa merupakan pengaruh yang meluas dan menetap. Tidak hanya menghancurkan semua harapan dan rencana yang menyertai realita tersebut. Dibandingkan dengan abad terdahulu, kita hidup pada masa dimana standar hidup dan perawatan medis sudah maju tetapi kemajuan ini bisa membuat kita keliru dengan menduga bahwa setiap kehamilan akan membuahkan bayi cukup usia, yang sehat serta siap untuk menerima seluruh kasih sayang yang kita berikan. Akibatnya, bila kehamilan tidak berlangsung sebagaimana mestinya dan bayi tidak dilahirkan, kita akan merasa sangat ditipu. Banyak yang bahkan tidak menyadari betapa besar tumpuan harapan pada kehamilan tersebut sampai kehamilan itu berakhir secara mendadak dan menyakitkan. Setelah itu kita tidak dapat memandang diri kita atau dunia sekitar kita dengan pandangan yang sama. Tidak dapat disangkal bahwa keguguran merupakan kejadian yang umum walaupun statistiknya bervariasi menurut saat terjadinya kehamilan. Sejumlah keguguran awal tidak disadari karena wanita yang bersangkutan menduga bahwa haidnya terlambat dan deras. Sebenarnya bila kehamilan

dihitung dari saat pembuahan telur atau sperma, atau bahkan sejak saat pertemuan telur dan sperma maka tingkat keguguran akan lebih tinggi dibandingkan jika dihitung dari terlambatnya haid dan munculnya gejalagejala kehamilan, seperti payudara yang peka atau mual di pagi hari. Dengan demikian jumlah keguguran berkisar antara 1 di antara 6 kehamilan sampai 4 di antara 6 kehamilan. Akan tetapi perkiraan yang diterima secara umum adalah 1 di antara 5 kehamilan berakhir dengan keguguran. Ini menunjukkan bahwa setiap tahun, ribuan wanita harus mengalami keguguran serta merasakan dampak fisik dan emosionalnya. Usia kehamilan saat keguguran ternyata tidak berpengaruh pada dalamnya rasa duka dan kehilangan yang dirasakan sesudahnya. Banyak wanita yang mengatakan bahwa orang di sekitar mereka memberi simpati sesuai usia kehamilan. Mereka paling bersimpati pada keguguran saat usia kehamilan tua dan tidak terlalu bersimpati pada keguguran usia kehamilan muda. Padahal, keguguran pada kehamilan muda memiliki tingkat kedukaan yang sama dengan keguguran pada kehamilan tua. Tampaknya, rasa kehilangan ini banyak bergantung pada besarnya keterkaitan emosional dengan kehamilan itu. Bila bayi yang dikandung sangat diharapkan, maka berapapun usia kehamilan itu, keguguran akan sangat terasa. Kenyataan bahwa keguguran sudah umum terjadi, tidak mengurangi dampak atau menghilangkan perasaan terkucil, seolah hanya wanita tersebut satu-satunya orang yang mengalaminya. Keguguran masih menjadi topik yang jarang dibicarakan. Namun jika kita mau membicarakannya, kita akan melihat betapa banyak respon yang mengatakan bahwa mereka ataupun kerabat mereka pernah mengalami keguguran. Dengan kata lain, wanita yang pernah mengalami keguguran tidak perlu merasa terkucil karena banyak orang yang mengalami trauma serupa dan mungkin bisa membantu. Pada makalah ini saya dengan sengaja menyebut keguguran dan bukannya abortus seperti istilah kesehatan pada umumnya. Menurut saya kata abortus/aborsi bisa menunjuk pada pengertian ganda yaitu keguguran yang diinginkan (disengaja) dan keguguran yang tidak disengaja.

Keguguran dirasa lebih tepat dan mengena karena hanya menunjuk pada istilah yang tidak diinginkan/disengaja. I.2. Tujuan Pembahasan Makalah ini dibuat dengan memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut : 1. 2. Mengetahui Pengertian dan penyebab keguguran. Memberi gambaran mengenai kondisi yang dialami wanita akibat keguguran 3. Menjelaskan mengenai hubungan keguguran dengan tahapan tertentu dari usia seorang wanita 4. Menjelaskan dampak fisik dan psikologi serta sikap yang ditampilkan oleh wanita yang mengalami keguguran 5. Menekankan pada dampak emosional yang ditimbulkan oleh peristiwa keguguran 6. Menjelaskan cara mengatasi masalah psikologis yang diakibatkan oleh keguguran dari sudut pandang kebidanan, keluarga dan lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persalinan (partus) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). A. Pengertian Keguguran Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan negara ini unsurvivable sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Keguguran terjadi pada sekitar 15% sampai 20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum minggu ke 13 kehamilan. Dengan perkembangan yang sangat sensitif untuk tes kadar hCG yang dapat mendeteksi suatu kehamilan dini bahkan sebelum periode berikutnya diharapkan (menstruasi), peneliti telah mampu menunjukkan bahwa sekitar 60% sampai 70% dari seluruh kehamilan (diakui dan tidak diakui) hilang . Karena kerugian terjadi begitu awal, keguguran terjadi tanpa diketahui wanita pernah memiliki dia hamil. Dari mereka keguguran yang terjadi sebelum minggu kedelapan, 30% tidak memiliki janin yang berhubungan dengan kantung atau plasenta. Kondisi ini disebut blighted ovum, dan banyak wanita yang terkejut mengetahui bahwa tidak pernah ada embrio di dalam kantung. Seperti dijelaskan di atas, beberapa keguguran terjadi sebelum wanita mengetahui bahwa mereka hamil. Sekitar 15% dari telur yang dibuahi hilang sebelum telur bahkan memiliki kesempatan untuk menanamkan (embed sendiri) di dinding rahim. Seorang wanita tidak akan secara umum mengenali jenis keguguran. 15% lainnya dari konsepsi yang hilang sebelum usia kehamilan delapan minggu. Setelah fungsi jantung janin terdeteksi pada kehamilan tertentu, kemungkinan keguguran kurang dari 5%.

Seorang wanita yang mungkin menunjukkan tanda-tanda kehamilannya mungkin keguguran (seperti pendarahan vagina) mungkin harus disebut sebagai "aborsi terancam." B. Penyebab Keguguran Ada beberapa penyebab keguguran yang sering dialami wanita, baik penyebab dari luar maupun dari dalam tubuh wanita itu sendiri. Penyebab keguguran itu antara lain adalah: 1. Kualitas sel telur dan sperma yang kurang baik atau tidak sempurna. Sel telur yang tidak baik bisa disebabkan karena wanita tersebut sedang terinfeksi suatu penyakit atau karena kekurangan gizi dalam

makanannya. 2. Sedangkan kualitas sperma yang baik harus memenuhi persyaratan volumenya cukup, secara mikroskopis bentuknya sempurna (tidak terlalu kecil atau terlalu besar serta proporsional pada bagian kepala dan ekornya), jumlah spermatozoa cukup yang dilihat dengan bantuan mikroskop (secara mudahnya dapat dicirikan dengan sperma tidak terlalu encer atau terlalu kental), dan gerakannya lincah (dilihat dengan mikroskop). ika kualitas salah satu atau keduanya buruk, maka dapat menyebabkan kegagalan janin dan akhirnya tidak dapat bertahan hidup. 3. Kelainan kromosom akibat ketidaksesuaian antara kromosom suami dengan istri, sehingga janin tidak tumbuh sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. 4. Lapisan endometrium kurang subur sehingga membuat janin kurang mendapat nutrisi makanan untuk berkembang. Ketidaksuburan lapisan endometrium ini bisa disebabkan karena ibu hamil kekurangan gizi, penyakit dalam rahim, atau tindakan curret yang terlalu bersih pada keguguran sebelumnya. 5. Adanya penyakit dalam rahim seperti kista, tumor, miom, dan kanker. Penyakit-penyakit ini dapat menghambat perkembangan janin bahkan menekannya. Sehingga seringkali janin mengalami keguguran, walaupun kadang justru kista ikut keluar bersama dengan bayi saat lahir.

6.

Rahim ibu hamil tidak kuat menahan janin, sehingga untuk mengatasinya ibu hamil harus bed rest atau selalu istirahat di tempat tidur. Namun kadang ini pun tidak berhasil, karena rahim yang terlalu lemah jika digunakan beraktifitas sedikit saja tidak sanggup menahan janin.

7.

Adanya infeksi kuman seperti TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes), HIV, Sipilis, hepatitis, dan sebagainya. Infeksi ini dapat menyebabkan gangguan kehamilan seperti kegagalan janin terbentuk sempurna. Sehingga sering ditemukan bayi dengan kepala tanpa batok, perut yang terbuka, hidrosefalus, dan sebagainya.

8.

Riwayat kesehatan ibu hamil yang terganggu, misalnya ibu hamil mengidap penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi, sakit ginjal, gangguan jantung, dan sebagainya.

9.

Ibu hamil mengalami trauma seperti terjatuh, terpukul, dan sebagainya yang langsung mengenai kandungannya.

10. Pola hidup wanita hamil yang buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, mengkonsumsi narkoba, terlalu keras bekerja saat hamil, dan sebagainya. C. Jenis-jenis abortus : 1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus spontan terdapat beberapa macam yaitu : a. Abortus Imminen Terjadi akibat perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sutau kehamilan. Kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. b. Abortus Insipien Perdarahan ringan hingga sedang dimana hasil konsepsi masih berada di kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit.

c.

Abortus Inkomplit Perdarahan dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.

d.

Abortus Komplit Perdarahan dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

e.

Abortus Habitualis Keadaan dimana pasien mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Biasanya disebabkan karena kelainan ovum atau spermatozoa sehingga terjadi pembuahan yang patologis, serviks inkompeten, rhesus antagonis, kelainan anatomi rahim, malnutrisi, malfungsi plasenta dan gangguan psikologis.

2.

Abortus Buatan Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus). Abortus provokatus ada 2 macam yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis.

3.

Abortus Infeksiosa Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.

4.

Missed Abortion Missed abortion adalah perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga perdarahan 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan

D. Etiologi abortus : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Faktor penyebabnya : a. b. c. Kelainan kromosom Lingkungan di endometrium tempat implantasi kurang sempurna. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.

2.

Gangguan sirkulasi plasenta Biasanya terjadi pada penyakit hipertensi menahun karena oksigenasi plasenta terganggu sehingga terjadi gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

3.

Penyakit ibu Seperti pnemoni, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan penyakit lain yang dapat menyebabkan abortus.

4.

Kelainan traktus genitalis a. b. c. d. Kongenital anomali (hipoplasia uteri, uterus bikornis) Kelainan letak uterus (retroversion uteri) Mioma uteri Uterus terlalu cepat regang (kehamilan ganda, mola)

Bagaimana wanita memandang kehilangan bayi mereka, tidak selalu berkaitan dengan usia kehamilan. Sebagian wanita tidak menganggap janin sebagai bayi yang sesungguhnya sampai hamil tua atau bahkan sampai bayi itu lahir. Yang lain merasa bahwa embrio yang terkecilpun adalah bayi. Wanita baru bersedih jika mereka mengganggap keguguran mereka sebagai suatu kehilangan dan sebagian wanita tidak merasa kehilangan dengan menganggap bahwa keguguran awal tidak lebih dari haid yang terlambat. Karena mereka belum membentuk keterkaitan emosional dan belum membayangkan embrio atau janin sebagai bayi, mereka bisa pulih dengan hanya sedikit pengaruh emosional. Jika mereka merasa bahwa ada yang salah dengan kehamilan mereka dan bahwa keguguran merupakan tindakan alami dan benar yang dilakukan oleh tubuh mereka maka perasaan kehilangan itu akan diminimalkan. Besarnya pengaruh keguguran bergantung pada perasaan wanita terhadap calon bayi sebelum keguguran, disamping juga bergantung pada alasan wanita hamil dan besarnya keterkaitan emosional. E. Dampak Emosional yang diakibatkan dari peristiwa Abortus adalah : 1. Berduka Bagi yang merasa keguguran sebagai suatu kehilangan, tentu akan berduka. Tidak ada reaksi yang benar atau salah dalam kedukaan itu,

yang ada hanyalah reaksi alami. Pada saat tertentu, seorang wanita bisa mengatasinya tetapi adakalanya tidak. Proses berduka akan berlanjut dalam waktu yang lama. Seberapapun manusia mencoba untuk tabah, untuk menekan perasaan, cepat atau lambat duka itu akan muncul dan manusia harus bisa menghadapinya agar bisa pulih dan melanjutkan kehidupan berbekal pengalaman. Kita semua adalah individu dan reaksi kita mencerminkan diri kita. Merupakan asumsi yang keliru bila kedukaan, karena mempunyai awal yang jelas, tentu akan mempunyai akhir yang jelas pula. Kita menganggap pasti akan ada waktu dimana kita bisa berkata, Saya telah mengalaminya dan sekarang sudah usai. Padahal sesungguhnya kita tahu bahwa kedukaan tidak mempunyai akhir. Kita bisa belajar untuk menata dan menyesuaikan kehidupan tetapi tampaknya kedukaan , meskipun telah kita singkirkan, tetap menjadi bagian dari diri kita. Seperti yang sering dikemukakan semua wanita yang pernah mengalami keguguran, pengalaman keguguran bukanlah suatu hambatan untuk diatasi, melainkan merupakan bagian integral dari diri dan bagaimana cara mengatasi diri sendiri. 2. Mati Rasa dan Syok Sebagaian besar orang yang secara tiba-tiba mengalami keguguran akan terlalu sibuk mengatasi trauma fisik. Sementara pengaruh emosional dibiarkan hilang dengan seiring berjalannya waktu. Menyangkut mati rasa, syok terasa membantu karena dapat bertindak sebagai anestesi. Pada saat syok itu menghilang, barulah rasa sakit hati itu dimulai. Seorang wanita mungkin akan mendapatkan obat penenang. Namun obat ini hanya menunda rasa sakit bukan menghilangkannya. Wanita yang merasa bahwa memperpanjang masa mati rasa itu bisa membantu harus ingat bahwa bahwa cepat atau lambat realita kematian bayinya harus dihadapi dan membiarkan kedukaan itu mulai. Pengaruh alkohol juga bisa membantu mematikan rasa sakit hati untuk sementara waktu, tetapi sekali lagi pengaruhnya hanya untuk sementara dan bukan solusi untuk jangka

panjang. Seperti pernah diutarakan seseorang, Saya minum untuk menenggelamkan duka saya, tetapi tidak lama kemudian kedukaan itu sudah pandai berenang. Respon terhadap syok dan kedukaan yang sesungguhnya cenderung berbeda-beda. Sebagian mungkin merasa sangat ingin ditemani, merasakan kenyamanan dan dukungan fisik orang lain di sekitar kita. Namun sebagian mungkin ingin menyendiri untuk sementara waktu. Emosi yang tidak rasional merupakan salah satu konsejuensi keguguran. Bila keguguran terjadi, sebagian wanita mengalami masa singkat dimana berbaur perasaan lega dan gembira bahwa keguguran itu akhirnya usai dan mereka selamat. Namun perasaan ini seringkali diikuti oleh masa depresi berat karena kehilangan itu menjadi nyata. Kehilangan bayi melibatkan kehilangan segala kegiatan yang berhubungan dengan kelahiran. Kekosongan umum dirasakan setelah keguguran baik secara fisik karena bayi tidak lagi berada di dalam tubuh, maupun secara emosional, yaitu perasaan mati rasa dan syok yang hanya bisa dirasakan oleh wanita itu sendiri. Bagi sebagian wanita, kekosongan ini bisa berlangsung lama. Wanita yang keguguran seolah sudah mengesampingkan sebagian dirinya yang telah disiapkan untuk menerima semua pengalaman dan kenangan yang ingin dibagi dengan anak-anak mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Sehingga bila bayi lahir terlalu awal dan tidak selamat, bagian diri wanita tersebut akan tetap kosong dan tidak bisa terisi kembali. 3. Rasa Tidak Percaya Untuk sementara waktu, wanita yang mengalami keguguran tidak dapat menerima apa yang telah terjadi. Bagaimana mungkin hidup berjalan normal, bus-bus melaju, orang-orang berbelanja sementara dunianya hancur? Keinginan kembali ke waktu dimana keadaan baikbaik saja dapat teras sangat kuat. Ketika hal itu tidak terpenuhi, wanita tersebut akan merasa marah dan tidak berdaya. Wanita yang mengalami

10

keguguran yang tidak disadari atau kerusakan sel telur harus menghadapi realita tambahan yang sebenarnya. Anggapan bahwa dirinya hamil serta merasa mempunyai hubungan yang dekat dan komunikasi, ternyata tidak pernah ada. Realisasi yang mengejutkan ini tidak mengurangi perasaan. Jika bayinya nyata maka rasa kehilangan dan kedukaan juga akan nyata. Sebagian dari kesulitan mengatasi rasa tidak percaya ini adalah bahwa naluri alami seorang ibu tidak mati saat bayinya mati. Banyak yang merasakan kerinduan besar untuk menimang bayi yang sudah tiada (terutama bila ASI mengalir) disertai ingin melindungi bayi dari petaka. Hasrat untuk melindungi ini wajar.ungkapan klise seperti keguguran adalah cara alami untuk menghilangkan janin yang rusak atau abnormal tidak akan menentramkan. Mendengar calon bayi disebut janin tidak sempurna dan tidak pantas hidup justru akan memperkuat naluri keibuan. Naluri keibuan itu pula yang membuat wanita yang mengalami keguguran berat meninggalkan rumah sakit atau rumah bersalin. Wanita tersebut merasa seolah-olah ia mengkianati dan menelantarkan bayinya. Sekalipun ia tahu bahwa bayinya telah meninggal. Bila wanita menyangkal dorongan ini, hal tersebut biasanya akan muncul dalam bentuk mimpi. Itulah sebabnya mengapa sering terjadi mimpi buruk setelah keguguran. F. Cara mengatasi dampak emosional akibat keguguran 1. Mengatasi masalah dari dalam diri Sebagian besar wanita yang mengalami keguguran tentu akan merasa depresi. Depresi adalah kemarahan yang dipendam. Kemarahan ini cepat muncul dan hilang. Untuk mengurangi resiko depresi, mungkin sebaiknya kemarahan ini dilampiaskan dari pada disangkal atau dipendam. Banyak wanita melakukannya tanpa disadari dengan mengarahkan perasaaan mereka yang sesungguhnya pada dokter, petugas rumah sakit, wanita hamil, nasib ataupun Tuhan. Bahkan wajar untuk marah pada bayi yang seolah menolak ibunya dengan lahir terlalu awal

11

dan pergi begitu saja tetapi dalam hal ini, wanita cenderung merasa bersalah dan menyangkal amarah tersebut. Sementara wanita merasa malu dan bersalah karena marah, emosi ini bersifat positif karena membantu wanita tersebut mengatasi perasaan menjadi korban dan ketidakberdayaan. Kadang kemarahan terhadap dokter atau petugas kesehatan lainnya bisa dibenarkan jika penanganan yang mereka berikan tidak selayaknya atau tidak memadai. Kemarahan itu bisa menjadi motivasi untuk perbaikan mutu perawatan di kemudian hari. Banyak wanita yang keguguran menemukan bahwa mereka marah kepada Tuhan. Sebagian menganggap keguguran sebagai penolakan Tuhan atau hukuman atas dosa yang kita lakukan di masa lalu baik secara sadar maupun tidak. Bila seorang wanita mengalami keguguran dan bayinya meninggal, ia bisa merasa marah tidak terkendali karena tidak berdaya menyelamatkan bayinya. Karena menurut agama, Tuhan adalah pemberi kehidupan maka kemarahan ini bisa ditujukan kepada Tuhan sebagai pengambil kehidupan. Tuhan bisa menerima rasa marah. Ia Maha Mengetahui. Ia tidak mengancam. Ia akan membantu kita untuk mengatasinya jika kita benar-benar jujur padaNya dan membiarkan Ia membimbing kita. Agar bisa pulih dan rasa kasih datang, manusia harus mengeluarkan sakit hati dan amarah, jangan mencoba untuk mengingkari dan menyimpannya dalam hati. Pergi ke suatu tempat yang pribadi dan berteriak, memukul bantal, menyobek-nyobek kertas dan memecahkan piring dapat digunakan untuk melampiaskan kemarahan yang bula dipendam akan menjadi semakin buruk dan meracuni diri dalam waktu yang lama. Apabila wanita tersebut tidak terbiasa melampiaskan amarah dengan cara demikian, maka ia bisa mencoba untuk melampiaskannya pada coretan lukisan atau tulisan. Walaupun kedengarannya tidak menyenangkan, bukti

menunjukkan bahwa melihat janin atau bayi yang meninggal dapat membantu pasangan suami istri menerima realita tentang apa yang sudah

12

terjadi. Selain itu, juga dapat menghilangkan ketakutan bahwa janin atau bayi yang dikandung tersebut cacat. Pada waktu melihat jenasah bayi itu, betapapun kecilnya, seorang ibu bisa melihat bahwa ia adalah bayi yang sempurna. Banyak pasangan memilih untuk tidak melihat bayi mereka kemudian menyesali pilihan mereka. Oleh karena dengan melihat bayi yang telah meninggal itu, mereka setidaknya bisa mengucapkan selamat dating dan selamat tinggal kepada bayi mereka. Bisa dipahami bahwa bila wanita kehilangan bayinya maka ia perlu segera mempunyai bayi lagi. Perlu diingat bahwa setiap bayi itu unik. Bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat menggantikan bayi sebelumnya. Mempunyai bayi tidak selalu menghilangkan depresi dan membuat keadaan baik kembali. Bahkan bila duka belum hilang, hadirnya seorang bayi bisa menambah depresi seorang ibu. Selain itu meskipun pasangan suami istri menginginkan bayi, salah satu ataupun keduanya mungkin merasa bahwa mereka tiak sanggup menghadapi trauma lagi. Dua kata kunci dakam menghadapi keguguran adalah kejujuran dan pengertian. Jujur tentang perasaan diri sendiri, pengertian terhadap perasaan orang lain. Bila hal ini diingat dan konsekuensi keguguran dihadapi bersama dengan toleransi dan kepekaan terhadap semua orang yang bersangkutan, maka keluarga tidak hanya akrab tetapi lebih kokoh dan bersatu dibanding sebelumnya. Wanita memiliki kekuatan dalam diri mereka tetapi seringkali mereka tidak menyadarinya sampai mereka dihadapkan pada krisis atau tragedy. Wanita itu kuat. Pria bisa memikul beban fisik, tetapi wanitalah yang paling kuat memikul beban emosional. 2. Hubungan persahabatan dapat membantu mengatasi masalah emosional akibat keguguran. Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan seseorang yang sahabatnya baru saja mengalami keguguran. Misalnya dengan

memerlihatkan kekhawatiran dan kasih sayang kepadanya, mendampingi

13

untuk mendengarkan, membantu tugas-tugas kecil, menjaga anak yang lain atau apapun yang diperlukan saat itu. Seringkali teman bersedia membantu, namun sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Padahal mereka bisa saja membantu dengan cara yang praktis, dengan menyiapkan makanan, mencuci atau berbelanja. Mereka juga dapat membantu secara emosional yakni dengan membicarakan kejadian itu. Dibutuhkan teman sejati dan berani untuk melakukannya. 3. Peran bidan dalam membantu memulihkan emosi wanita yang mengalami keguguran Salah satu realita menyakitkan yang harus diketahui oleh setiap wanita yang mengalami keguguran adalah bahwa seringkali bila terancam keguguran, sangat sedikit hal yang bisa dilakukan bidan atau penolong medis lainnya untuk mencegahnya. Ini merupakan situasi yang sulit karena wanita yang bersangkutan cenderung merasa bahwa bidan atau dokternya telah mengecewakan mereka dengan tidak melakukan apa-apa. Bidan atau dokter yang bersangkutan cenderung merasa bahwa wanita itu tidak realistis karena mengharapkan sesuatu yang tidak dapat terwujud. Dokter, bidan atau perawat dilatih untuk aktif melakukan sesutau dan keguguran seringkali menghadapkan mereka pada situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Keadaan ini dapat membuat frustasi dan menghancurkan hati. Jika ada tindakan yang bisa menyelamatkan kehamilan, tenaga medis tentu dengan senang hati megambil tindakan. Keguguran tidak hanya membuat stress wanita yang bersangkutan tetapi juga dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya. Dapat dipahami bahwa sebagian bidan dan dokter merasa perlu membuat jarak, tidak hanya untuk mempertahankan efisiensi, tetapi juga sebagai pelindung diri melawan keterlibatan sakit hati dan stress. Namun seperti halnya orang yang telah mengalami keguguran, mereka perlu menyeimbangkan kepedulian dan perhatian. Sebagian besar dokter dan

14

bidan peduli tetapi yang dibutuhkan adalah agar pasien melihat bahwa mereka peduli. G. Langkah-langkah untuk menghindari keguguran. 1. Jangan merokok. Satu studi menunjukkan bahwa perempuan yang merokok lebih dari 14 batang sehari beresiko dua kali lipat lebih besar mengalami keguguran, terlepas dari usia dan konsumsi alkohol mereka. Resiko keguguran meningkat seiring dengan pertambahan jumlah rokok yang dihisap. 2. Hindari minuman beralkohol dan batasi asupan kafein. Minum alkohol dua kali seminggu bisa menggandakan resiko keguguran bayi normal. Satu studi bahkan menemukan, minum alkohol setiap hari meningkatkan resiko hingga tiga kali lipat. Selain itu, minum kafein dalam jumlah besar (lebih dari empat cangkir kopi sehari) juga meningkatkan risiko keguguran. Resiko bertambah seiring dengan penambahan asupan kafein. Dokter menganjurkan Anda untuk

membatasi asupan kopi hingga hanya satu gelas sehari. 3. Hindari radiasi dan racun. Terpapar radiasi atau substansi beracun dalam konsentrasi tinggi juga meningkatkan risiko keguguran. Selama kehamilan, cobalah menghindari paparan berbagai komponen yang bisa membahayakan janin seperti arsenik, timah, formaldehida, benzen dan etilen oksida. 4. Diskusikan obat-obatan dengan dokter. Beberapa jenis obat yang diresepkan atau obat yang dijual bebas di apotek ( over the counter drugs ) dikaitkan dengan ketidaknormalan janin dan keguguran. Karena itu, saat hamil atau sedang mencoba melakukan pembuahan, berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunaan obat tertentu. Beberapa jenis obat bisa merusak janin dan menyebabkan keguguran bahkan sebelum Anda menyadari kehamilan Anda.

15

5.

Tambah asupan folat. Menurut sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Swedens Karolinska Institute bekerja sama dengan U.S. National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), rendahnya kadar folat berkaitan dengan peningkatan risiko keguguran dini. Mengkonsumsi asam folat sebelum pembuahan tidak hanya mencegah cacat lahir tetapi juga menurunkan risiko keguguran, terang direktur NICHD Duane Alexander, M.D., seperti dikutip situs womenfitness.

6.

Hindari paparan getaran berlebih. Jika memungkinkan, cobalah menghindari paparan suara keras dan berkelanjutan.

7.

Hindari paparan suhu panas berlebih. Bekerja dalam kondisi panas bisa membuat perempuan hamil lemas. Panas yang meningkatkan suhu tubuh hingga di atas 38,5 derajat selsius selama beberapa jam selama 12 minggu pertama kehamilan berpotensi menyebabkan cacat lahir pada janin. Peningkatan suhu jangka panjang dari 12 minggu pertama kehamilan hingga melahirkan bisa

memicu kelahiran prematur. Karena itu, cobalah hindari paparan suhu panas berlebih selama kehamilan. 8. Hindari angkat berat. Saat hamil perempuan mengalami peningkatan jumlah hormon progesteron. Progesteron merilekskan dan melembutkan otot-otot dan jaringan pengikat sendi (ligamen) sehingga membuat tubuh lebih fleksibel, khususnya di area panggul. Perubahan ini membuat Anda lebih berisiko mengalami cidera. Mengangkat beban berat bisa menyebabkan cidera punggung dan peregangan di area tubuh lainnya. Karena itu pastikan meminta bantuan atau menghindari mengangkat beban jika memungkinkan. 9. Mempersiapkan diri menghadapi kehamilan. Bila sebelumnya dirasakan ada gangguan kesehatan, seperti adanya tumor, keputihan, infeksi leher rahim, kista, atau menderita

16

endometriosis perlu segera diperiksa dan diobati agar bila kehamilan tiba, janin bisa tumbuh baik dan lahir dengan selamat. 10. Periksa skrining laboratorium ketika mengetahui hamil, Untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit yang harus diwaspadai. Di beberapa rumah sakit besar periksa skrining laboratorium bagi ibu hamil sudah menjadi keharusan. 11. Pemeriksaan laboratorium untuk mewaspadai keguguran Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, urine, gula darah, skirining anti bodi, pemeriksaan hormon pro-gesterone untuk mencegah

keguguran.

17

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan Setelah menelaah makalah ini, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sebagian besar orang menganggap bahwa keguguran adalah masalah yang tidak pantas dibicarakan. 2. 3. Penyebab keguguran adalah multifaktor. Keguguran mengakibatkan luka emosional yang mendalam di hati setiap wanita yang menginginkan kehamilan. 4. Keguguran mengakibatkan rasa bersalah di hati wanita yang mengalaminya. 5. Usia kehamilan saat keguguran tidak berpengaruh pada intensitas duka yang diakibatkan oleh peristiwa keguguran. 6. Mengatasi kesedihan akibat kehilangan bayi dapat dilakukan dengan beragam cara. 7. Peran bidan atau tenaga medis lainnya sangat penting dalam membantu memulihkan mental wanita yang mengalami keguguran. III.2. Saran Setelah meneliti makalah ini kembali dan membandingkannya dengan realitas di lapangan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Wanita yang baru saja mengalami keguguran perlu mendapat dukungan baik itu dari pihak keluarga, sahabat dan tenaga medis. 2. Rumah sakit atau rumah bersalin perlu meningkatkan pelayanannya untuk meminimalisasi angka keguguran dewasa ini. 3. Masyarakat perlu lebih terbuka dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah keguguran. 4. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang dekat dengan masyarakat sekitar hendaknya dapat menjadi sosok yang membantu meringankan duka wanita yang baru mengalami keguguran.

18

DAFTAR PUSTAKA

Murphy, Sarah. 2000. Keguguran : Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta : Ardan Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

19

Anda mungkin juga menyukai