Anda di halaman 1dari 5

GREEN COMPANY Green company yang dimaksud disini adalah aktifitas atau segala hal dalam operasional perusahaan

yang meminimalisir dampak kerusakannya terhadap lingkungan. Green Company adalah perusahaan yang tidak memberikan impak negatif terhadap lingkungan setempat maupun global, juga terhadap komunitas serta ekonomi secara keseluruhan. Green Company beroperasi sebagai earth-friendly enterprise atau beroperasi dengan mengadaptasi policies & principles untuk menghasilkan produk/jasa yang bermanfaat bagi lingkungan, baik dalam kerangka mengatasi persoalan lingkungan maupun sekedar memproduksi sesuatu dengan meminimalkan kerusakan lingkungan. Banyak perusahaan berduyun-duyun mengklaim menerapkan konsep green company, dengan membuat produk yang ramah lingkungan.

Beberapa contoh yang menggunakan konsep Green Company di antaranya: 1) PT TELKOM PT TELKOM sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia sudah mengawali implementasi green company sejak lama, semisal tahun 2003 silam, TELKOM sudah mengimplementasikan program paperless office diseluruh kantornya. Secara garis besar impementaasi dari konsep green company dati PT TELKOM mengusung 4 langkah inisiatif: virtualisasi dan konsolidasi, efisiensi dan komputasi dan energi, pengurangan perjalanan, dan pengurangan limbah kertas. Penjabaran dari 4 inisiatif tersebut antaralain: green building, penghematan listrik dan AC,reuse recycle dan reduce berbagai sarana kerja, implementasi paperless office dimana semua aktifitas dinas, surat menyurat, nota dinas, absensi, slip gaji dan lain lain, semua papesless, kecuali untuk hal tertentu untuk keperluan legal.

Disamping mengurangi limbah kertas, juga akan mengurangi biaya operasional dan mempercepat proses komunikasi antar bagian di dalam TELKOM sendiri. Bayangkan kalau semua masih menggunakan kertas, tentu sangat besar biaya dan effort yang harus dikeluarkan. Di kegiatan kegiatan nonformal, karyawan TELKOM juga banyak yang terlibat dalam komunitas bike to work, penggiat sepeda untuk perjalanan ke kantor. Program-program tersebut selain aman untuk lingkungan juga akan menghemat biaya operasional. Apalagi akhir-akhir ini sedang marak konsep cloudcomputing, dimana perusahaan tidak perlu lagi berinvestasi dalam hardware untuk menjalankan sistem bisnisnya.mereka cukup menyewa perusahaan penyedia cloudcomputing, dan mengoutsourcekan sebagian pengelolaan hardware/server tanpa mengeluarkan investasi hardware. Di anak perusahaan pun tak mau kalah dalam berlomba untuk mengimplementasikan konsep green company,semisal program BTS hijau dari Telkomsel. Sering ada salah kaprah mengasosiasikan green concern dengan biaya lebih mahal. Sejatinya, esensi dari green concern adalah penghematan. Bisa penghematan bahan bakar, penghematan bahan baku, penghematan waktu proses produksi dan beragam penghematan lainnya. Ada kalanya untuk mendapatkan penghematan diperlukan sejumlah investasi tertentu yang bisa jadi berharga mahal dan berdimensi waktu penyusutan relatif lama.Dengan menggunakan prinsip greening cost reduction, maka perusahaan sudah makin dekat menjadi green company melalui program nyata mengurangi biaya dengan memanfaatkan pendekatan hijau. Perusahaan tambang misalnya, bisa menempatkan diri di level kedua green company ini dengan mengurangi penggunaan bahan bakar yang menghasilkan emisi. Di Telkom juga telah diluncurkan gerakan hemat energi, misal dari halhal sederhana , mematikan komputer dan AC ketika jam pulang kantor, karena tidak jarang komputer maupun AC tetap menyala sampai keesokan harinya. Hal sederhana tersebut saya kira cukup efektif menekan biaya operasional dan ujung dari semua itu tentunya kesejahteraan karyawan maupun seluruh stakeholder juga akan menikmatinya.

2) KRAKATAU STEEL Banyak perusahaan berduyun-duyun menerapkan konsep green company dalam proses bisnisnya. Implementasinya, bisa dalam bentuk produk yang ramah lingkungan (green product), penggunaan teknologi ramah lingkungan (green technology), maupun dalam proses produksi yang ramah lingkungan (green process). Salah satunya PT Krakatau Steel yang peduli terhadap pengurangan emisi gas karbondioksida. Bersama PT Resources Jaya Teknik Management Indonesia (PT RMI) melakukan kerjasama pengolahan gas buang (CO2) PTKS. CO2 sisa hasil produksi PTKS dimurnikan hingga menjadi karbondioksida cair. Tapi tak hanya itu saja, PTKS juga tengah mengkaji kemungkinan untuk melakukan CO2 Capture dan Storage (CCS) dalam proses produksinya. Semuanya bertujuan pada satu hal yaitu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat tanpa mengurangi kinerja perseroan. Konsepnya awalnya berangkat dari persoalan global warming (green house effect) atas karbondioksida yang beredar di udara. Konsep green company ini diaplikasikan dalam bentuk penghematan energi, pengolahan limbah (zero waste) dan penghijauan. Ketiganya inilah yang menjadi dasar atau fondasi utama perusahaan dalam menerapkan konsep hijau dalam proses bisnisnya. Karena itu, PTKS sebenarnya berinisiatif untuk mengurangi peredaran gas karbondioksida di udara. Caranya dengan mengolah kembali karbondioksida sisa hasil buangan PTKS tersebut. Tapi, kesulitan utama untuk menjalankan inisiatif ini karena lini bisnis PTKS yang bergerak di bidang pengolahan besi baja tak membutuhkan bahan baku karbondioksida. Hampir selama 15 tahun PTKS mencoba menawarkan penjualan gas CO2 ini. Maka, PTKS pun mengadakan tender penjualan gas karbondioksida sisa hasil produksi. Tak hanya berupaya untuk mereduksi emisi gas karbondioksida dengan diolah menjadi karbondioksida cair. Tetapi, sejak pertengahan tahun 2009 lalu,

PTKS juga memanfaatkan limbah padat debu spons. Pada prinsipnya PT Krakatau Steel memanfaatkan prinsip reuse, reduce, recycle, dan recovery. Untuk pengolahan limbah padat PT Krakatau Steel mendasarkan prinsip reuse ini. Ceritanya, dalam proses pengolahan bijih besi, bahan baku yang berupa bijih besi diolah di pabrik besi spons hyl III dengan output berupa spons. Tapi dalam proses tersebut selain menghasilkan output berupa spons juga menghasilkan debu spons. Debu spons yang bersisa ini dipadatkan menjadi berbentuk block atau bata. Selanjutnya block spons tersebut diolah lagi ke pabrik peleburan bersama spons tersebut. Tak hanya berkaitan di sisi teknis produksi saja. Berbagai upaya mereduksi pencemaran lingkungan ini tak lantas menghentikan langkah penghijauan sebagai titik awal kesadaran PTKS terhadap lingkungan. Program ini secara berkesinambungan masih dijalankan di kawasan perseroan.

Anda mungkin juga menyukai