Anda di halaman 1dari 7

NARASI WARNA PERSAHABATAN Di suatu sekolah SMA, siswa dan siswi dilarang membawa HP.

Namun Fitya, salah satu siswa kelas XII IPA membawa HP yang baru dibelikan kemarin oleh orangtuanya. Di saat yang sama Fitri juga dibelikan HP baru oleh orang tuanya yang memiliki merk dan tipe yang sama dengan Fitya. Suatu ketika Fitya sedang main di lapangan dengan teman-temannya. Selesai main ia mencari HPnya di dalam tas ternyata ia tidak menemukan HP tersebut. Ia begitu panik. Dan ia menuduh Fitri karena Fitri adalah siswa yang terakhir yang ia lihat di dekat lapangan. Waktu di kelas Fitya merebut HP Fitri dan terjadi perdebatan panjang karena Fitya mengira HP yang dipegang Fitri adalah HPnya. Sehingga masalah tersebut dibawa ke guru BK. Masalah tersebut bukan direspon baik oleh guru BK namun mereka malah dimarahi karena membawa HP ke sekolah, berarti pelanggaran berat yang telah mereka lakukan. Lalu untuk mengatasi masalah tersebut guru BK menyuruh Fitya dan Fitri membawa saksi masing-masing satu orang. Sampai masalah tersebut diatasi oleh guru BK yaitu Fitri di keluarkan karena sudah terbukti bersalah mencuri dan membawa HP sedangkan Fitya hanya diskor 3 hari karena membawa HP saja. Namun keesokan harinya Fitya menelpon guru BK bahwa HPnya ternyata ketinggalan di laci meja belajarnya. Akhirnya ia menyadari kesalahannya dan segera minta maaf kepada Fitri dan Fitri tidak jadi dikeluarkan dari sekolah. Dan Fitya mengembalikan HP kepada Fitri yang ia kira adalah HPnya. Tokoh-tokoh dalam drama Warna Persahabatan
1. Laili sebagai Fitri 2. Istin sebagai Fitya 3. Budi sebagai Pak Nurdin, guru BK

4. Sariah sebagai Nana 5. Misratul sebagai Aini

NASKAH DRAMA (Fitya asyik main dengan teman-temannya waktu keluar main pertama di lapangan dan terlihat Fitri berada di dekat lapangan seorang diri. Selesai main ia mencari HPnya di dalam tas namun ia tidak menemukannya.) Fitya : (Membuka tas dan mencari HP) HPku mana? (panik) Hah. Aku pasti dimarahi nanti kalau orang tuaku tau HPku hilang, aku pasti. aku pasti kena omel dan aku tidak akan dipercaya lagi dan bisa-bisa aku tidak di kasi uang jajan. Bagaimana ini, apa aku bisa hidup lagi. Aduuuh. (memukul kepala) (Fitya langsung ke kelas dan melihat Fitri asyik main dengan HP yang mirip dengan HP yang ia cari.) Fitya Fitri : Heh Fitri. Ini HPku ! (merampas HP yang dipegang Fitri) : Apaan sih, sini kembalikan HPku. Fitri ! (menunjuk Fitri) Kamu telah mencuri HPku dan ini HPku. Fitri : Kamu bercanda ya Fitya? (mencoba sabar dan senyum kepada Fitya) Cepat sini kembalikan HPku, nanti keburu masuk belajar. Fitya : Aku tidak mau, ini HPku, aku masih ingat betul HPku belum ada isi memorinya ! (mengecek isinya ternyata sama belum ada sms dan telepon dan belum ada isi memori cardnya) Fitri : HPku juga baru dikasi kemarin sama orang tuaku, sini HPku Fitya ! (mencoba merampas di tangan Fitya) Fitya : Ini HPku bukan HPmu Fitri ! (memegang erat HP tersebut) Fitri : Kamu ini ngaku-ngaku keras kepala banget sih, sudah dibilangin aku baru dibelikan kemarin ! itu HPku ! kalau gitu kita ke guru BK aja ayok biar semua bisa jelas ! Fitya : Ayok ! Siapa takut karena satu-satunya siswa yang aku lihat dekat lapangan cuman kamu, jadi kamu yang mengambilnya. Fitri : Haaah. Kamu ini belum ada bukti apa-apa sudah nuduh-nuduh, malas berdebat, ayo cepat kita ke runag BK !

Fitya : Kamu jangan bohong, kamu pencuri ! Kamu pencuri ! Kamu pencuri

(Lalu mereka berdua pergi ke ruang BK untuk mengadukan permasalahan mereka.) Fitya Fitri Pak Nurdin Fitri : (Mengetuk pintu) Assalamualaikum. : Assalamualaikum Pak. Bolehkah kami masuk? : Waalaikumussalam, cepat nak masuk saja !

Fitya : Makasih Bapak. (Duduk di kursi yang telah disediakan di ruang BK) : (Duduk) Begini pak, ini si Fitya ngaku-ngaku HPku padahal aku kan baru dibelikan kemarin sama orang tuaku. Fitya : Bukan aku ngaku-ngaku pak, tapi memang benar, ini HPku (memperlihatkan HP itu), aku juga baru dibelikan kemarin sama orang tuaku. Pak Nurdin : (mengangkat kaca matanya) Hah? Masalah HP, kalau begitu kalian berdua bapak skor 3 hari. (menunjuk Fitya dan Fitri) Fitya : Gimana ni Fitri. Aku tidak mau diskor, nanti kalau orang tuaku tau aku bisa mati Fit. Fitri : Kamu juga bikin gara-gara sih ! (cemberut) Heh! (memalingkan muka) Fitya : Ih. Aku kan hanya ingin kebenaran ! Fitri : Kebenaran apa? (mengangkat tangan) Dengan cara ngaku Hp orang gitu? Pak Nurdin : Susah! Susah ! Maksud Bapak sudah ! Jangan berdebat lagi di depan bapak ! Bapak pusing ! Kalau begitu sekarang certakan bapak gimana sampai terjadi hal ini ! mulai dari kamu Fitya ! Fitya : Di rumah aku mandi pak, lalu aku sarapan, aku sarapan pake nasi goreng, minum susu lalu aku berangkat sekolah sampai sekolah pelajaran pertama lalu. (terpotong sama pak Nurdin) Pak Nurdin Pak Nurdin : Fitya ! : Kamu mau presentasi kegiatan kamu atau mau cerita masalah kamu yang tadi sih? Fitya : Ya pak?

Fitya : Ya masalah aku dong pak ! Gimana sih bapak ini, kok ndak ngertingerti dari tadi, dengerin aku makanya kalau cerita, belum aja cerita aku selesai bapak potong, Hem. (memalingkan muka) Fitri Fitri : Kamu sih bertele-tele, langsung aja, to the point ! : Hah. Sewot? Sewot sama kamu? Nggak ah ! Daripada sama kamu lebih mending sama yang lain. Pak Nurdin : Sudah ! Sudah ! Sudah ! (memukul meja) Apa-apaan sih kalian ini. Lanjut Fitya ! Fitya : Ya pak, gini waktu keluar main pertama aku main di lapangan sama teman-teman kelas lain. Selesai main aku cari HPku di dalam tas tapi ternyata aku tidak menemukannya. Dan aku melihat si Fitri juga di dekat lapangan, sendiri lagi ! Siapa coba yang ambil kalau bukan dia? HPku itu baru dikasi kemarin sama orangtuaku pak. Belum. (terpotong) Fitri : Aku juga pak, HPku baru dikasi kemarin ma ortu jadi belum ada isinya sama sekali. Fitya : Aku yang duluan cerita kok kamu ngekor-ngekor sih? Fitri : Apa kamu bilang? Ngekor? Nggak ah ! Kamu ini PD amat sih jadi orang ! Udah PD, ngaku-ngaku HP orang lagi ! Iiiihhhhh.. Pak Nurdin : Sudah-sudah, bapak tidak jadi skor kalian nanti kalau masalah ini sudah selesai baru bapak skor ! Besok bawa masing-masing bawa satu saksi ke ruangan bapak ok? Fitya & Fitri : Ok pak ! Makasih ya? Pak Nurdin Fitya : Ya, cepat kalian keluar dari ruangan ini, bapak benar-benar penat sama kalian ! : Ye bapak ini juga mau keluar tapi makasih ya (Keesokan harinya Fitya dan Fitri membawa satu temannya ikut sebagai saksi ke ruangan Pak Nurdin.) Semua : Assalamualaikum? Pak Nurdin : Waalaikumussalam Masuk saja Fitya : Terserah aku dong ! Kok kamu sewot gitu sih !

(Lalu semua duduk di kursi depan meja pak Nurdin.) Pak Nurdin : Bagaimana? sekarang. Fitri Fitri : Kamu Fitya ? lebih sopan apa sama bapak. : Terserah aku dong. Mulut-mulut aku juga. : (memperhatikan siswanya)Kamu siapa nak? Kok cantik sekali? (melihat Sariah) Fitya : Ya dong pak, saksinya siapa juga? Fitri : Gimana sih pak, harus professional dong ! : Siapa saksi Fitya? : Lalu saksinya Fitri kamu ya? (menunjuk Aini) : Oh kamu juga cantik ternyata. Oh ya kalau gitu ke topik dengan syarat Fitri dan Fitya harus keluar dulu, kalau nanti kalian masuk dan ikut bicara bapak skor semua karena kalau mereka berdua yang ngomong, dunia terasa mau pecah saking besar goncangannya. Hmm. Sekarang mulai dari Aini, kasi bapak bukti-bukti yang kuat agar bapak percaya kalau Fitri tidak mencuri HPnya Fitya. Aini : Gini pak, aku kan temannya Fitri yang sangat dekat, jadi aku sudah tau seluk-beluk keluarganya, sampai-sampai semua rahasianya aku tau karena aku dekat dengannya. Aku juga(terpotong) Nana : Apaan sih. Cerita yang jelas dong kalau itu bukan bukti namanya, kamu sedang curhat ya? Aini : Bukan begitu aku hanya ingin meyakinkan Bapak saja kalau Fitri itu anak baik-baik, kita juga sekelas kan, kamu juga tau kan Fitri anak baik-baik? Nana : Kalau masalah baik tidaknya sih semua bisa nilai dari luar semua teman kita juga baik ! Pak Nurdin Pak Nurdin Aini Pak Nurdin Fitya : Bagaimana apanya pak? Ini dah kita bawa saksi ya bapak tanya sih

Pak Nurdin

Nana : Aku pak. Namaku Nana. : Benar pak.

Aini

: Aku lanjut saja daripada berdebat denganmu ! : Aduuuhh bapak jadi pusing dan cepat tua gara-gara kalian, jangan berdebat dulu !

Nana : Siapa juga yang mau berdebat denganmu? Pak Nurdin

Nana : Kalau berdebat nanti boleh ya pak ? Pak Nurdin Aini : Terserah kalian! Aayo lanjut Aini ! banget. Jadi aku dukung dia dan percaya seratus persen (menunjukkan 10 jari-jarinya) dia bukan pencuri ! Pak Nurdin Aini Pak Nurdin : Oh begitu ya? : Hemmm Kalau gitu lanjut kamu Nana, jelaskan bapak. Fitri duduk dekat lapangan. Begitu Pak ! Pak Nurdin Aini : Hanya itu ? Nana : Ya dong pak tapi kan lebih akurat di banding. : Apa maksudmu? : Susah ! Susah ! : Tidak maksud bapak susah, susah karena kalian : Fitri harus dikeluarkan dari sekolah ini dan Fitya diskor 3 hari ! Titik ! Masalah pengeluaran dari sekolah bapak akan urus ke kepala sekolah. (Keputusan Pak Nurdin sudah bulat dan Fitri dikeluarkan dari sekolah sedangkan Fitya di skor selama 3 hari. Namun keesokan harinya Fitya menelpon pak Nurdin dan membertahukan bahwa HPnya ketinggalan di laci meja belajarnya. Dan pak Nurdin menyuruh mereka berdua masuk belajar seperti biasanya dan jangan membawa HP lagi.) Fitya : Maaf ya Fitri. Kemrin aku ceroboh sama kamu? Nana : Kalau merasa? Aku kan tidak sebut tadi ! Pak Nurdin Pak Nurdin Aini Pak Nurdin Nana : Sudah mungkin maksud bapak? : Jadi gimana ni pak keputusan bapak? : Ya dong pak ! : Aku hanya punya bukti itu saja pak, aku kenal Fitri dah lama, lamaaaa

Nana : Gin pak aku teman Fitya main waktu di lapangan, jadi aku juga liat si

Fitri

: Hah maaf? Semudah itu kamu minta maaf? Setelah aku dicap sebagai penciru di sekolah ini? Sadar nggak sih kamu?

Fitya : Namanya juga salah ! terserah kamu mau maafin atau tidak. Aku kan sudah minta maaf sama kamu. Allah aja maha pemaaf. Kenapa kamu tidak bisa memaafkanku? Nana Fitri Nana Aini : Ya Fitri. Maafin Fitya ya, namanya juga salah ! : Kamu juga ! (nada keras) : Terserah kamu ! : Sahabatku Fitri maafin Fitya ya, kita kan dah berapa tahun sekelas bareng, temanan dah dari dulu, duluuuuu benget, maafin ya ! Fitri Fitya Fitri Fitya Fitri : Ya dah, aku maafin tapi dengan syarat. : Dengan syarat apa Fitri? : Kamu harus jadi sahabat aku? : Oh itu. (senyum) kiraen apa tadi. Kan kita udah sahabatan dari dulu, duluuuuuuu banget, ya kan? : Ya sih tapi aku ingin kita semua lebih dekat aja, saling membantu satu sama lain dan saking percaya Nana & Aini : Gitu dong. Aini Nana : Aku kan jadi senang, he. : Kita sahabatan! Hem senangnya.

(Mereka satukan tangan di atas meja dan tentunya menyatukan hati mereka) SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai