Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN Frekuensi neurodermatitis atau Lichen Simplex Chronic (LSC) secara umum di dunia belum diketahui.

Dalam suatu studi, 12 % pasien dengan penuaan memiliki kelainan kulit neurodermatitis. Tidak ada kasus mortalitas akibat neurodermatitis. Secara keseluruhan pruritus pada neurodermatitis ringan sampai sedang. Gangguan secara langsung akibat lesi pada neurodermatitis dirasa sedikit oleh pasien pasien lebih mengeluhkan menurunnya kualitas tidur yang mempengaruhi fungsi motorik dan mental. (Hogan, 2012). Tidak ada kematian yang disebabkan oleh liken simpleks kronis. Intensitas gatal pada liken simplek kronis adalah ringan hingga sedang, namun gatal yang paroksismal dapat terjadi dan hal ini hanya dapat diatasi oleh pasien dengan garukan atau gosokan dengan intensitas sedang hingga berat. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode dimana pasien tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam (Hogan, 2012). Dilaporkan tidak ada perbedaan frekuensi kejadian neurodermatitis berdasarkan ras, walaupun penelitian sebelumnya mengklaim bahwa kejadian neurodermatitis lebih umum terjadi di Asia dan Afrika - Amerika. Neurodermatitis atau Lichen Simplex Chronic lebih sering mengenai perempuan dari pada laki-laki. Liken nuchae adalah bentuk liken simpleks kronis yang terdapat pada bagian leher belakang dan hampir secara eksklusif terjadi pada wanita. Liken simpleks kronis terjadi sebagian besar pada usia 30-50 tahun (Hogan, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Penebalan kulit dengan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu yang timbul secara sekunder akibat garukan atau gosokan berulang dalamwaktu yang cukup lama. Liken simpleks kronis bukan merupakan proses primer melainkan sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal (pruritus) pada daerah kulit spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasari sehingga mengakibatkan trauma mekanis yang berakhir pada likenifikasi (Hogan, 2012; Sularsito et Djuanda, 2007).

B. Etiologi dan Faktor Resiko Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif,dapat juga dari makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan-bahan pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaanberkeringat. Faktor resiko dari Neurodermatitis atau Liken Simplek Kronik antara lain : 1. Gosokan dan garukan karena gatal . Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma hodkin,

hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis atopic, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga dan aspek psikologik dan tekanan emosi (Sularsito et Djuanda, 2007). refleksi klinis gesekan (rubbing) adalah likenifikasi refleksi klinis garukan (scratching) adalah eksoriasi

Gambar 1. Ekskoriasi

2.

Ada hubungan dengan kelainan atopik 26-75% tetapi dapat sekunder penyakit kulit iritan lainnya.

3.

Faktor lingkungan, yaitu panas, keringat, dan iritasi berhubungan dengan daerah anogenital.

4.

Faktor stres emosi/ depresi Neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan seperti dopamin, serotonin atau peptid opioid mengubah persepsi gatal melalui alur spinal yang kebawah. Kelainan obsesifkompulsif juga berhubungan dengan penyakit ini.

C. Patofisiologi Liken simplek kronik ditemukan pada kulit di daerah yang mudah diakses untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis

sirkumskripta ( Elder, 2005 ; Mason, 2011 ). Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul

karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP( Substance Peptida ) meningkat pada dermis. Sejumlah histidine, saraf menunjukkan dan

i m u n o r e a k t i f somatostatin, peptide

isoleucin, galanin,

neuropeptida Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan ( Elder, 2005 ; Mason, 2011 ). SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang

kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH ( Melanosit Stimulating Hormon ) ditemukan dalam sel endotel kapiler ( Elder, 2005 ; Mason, 2011 )

Gambar 2. Likenifikasi pada neurodermatitis

D. Penegakkan Diagnosis a. Anamnesis Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal terusmenerus, spasmodik, atau paroksismal pada satu daerah atau lebih. Pada daerah gatal timbul sisik-sisik seperti psoriasis sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami likenifikasi. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat, sushu atau irirtasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis. Neurodermatitis dapat timbul dimanapun dengan predileksi tersering yaitu pada daerah punggung, leher, dan ekstremitas terutama pergelangan tangan dan kaki serta bokong (Holden at al , 2004; Siregar, 2004). b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik menunjukkan plak eritema berbatas tegas, terjadi likenifikasi, dan perubahan pigmentasi yaitu hiperpigmentasi atau kadang hipopigmentasi (Soter, 2003).

Gambar 4. Plak

c. Gejala Klinis 1) Lokasi tersering mengenai kepala, leher belakang (terutama wanita) maupun leher samping lutut, ekstremitas sisi ekstensor dan daerah anogenital (tersering dilabia minora dan skrotum). Paha dalam atas dapat terkena. 2) Penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang jelas (likenifikasi), plak berskuama dengan eksoriasi. Bila kronis berwarna hiper atau hipo-pegmentasi. Biasanya hanya 1 plak saja, kadang-kadang lebih dan satu sisi 3) Pada pasien dengan dermatitis atopik, kelainan likenifikasi dan kering. Pada yang non atopik tanda-tanda kulitnya dan penyakit sistemik yang mendasar atau limfadenopati, limfoma dapat ada. 4) Papul keratotik kering dan papul garukan besar disebut prurigo nodularis suatu respons garukan berulang-ulang

Gambar 5. Papul Keterangan : A. Deposit metabolik B. Sebukan sel radang C. Hiperplasi sel epidermia

d. Pemeriksaan Penunjang 1). Tes Laboratorium Pada neurodermatitis sirkumskripta tidak ada tes pemeriksaan laboratorium yang spesifik.kadar imunoglobulin E dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik,tetapi normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien neurodermatitis genital untuk mengeliminasi tinea kruris (Elder, 2005) 2). Histopatologi Pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan gambaran epidermis hiperkeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang irreguler, hipergranulosis dan sedikit papilomatosis. Pada dermis terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah dan sebukan sel radang kronik (Siregar, 2004). Papillary dermal fibrosis dengan goresan bundel kolagen vertikal merupakan karakteristiknya. Pada mikroskop elektron terdapat temuan serat kolagen yang melekat tepat pada lamina basalis (Hogan, 2012). E. Penatalaksanaan Untuk menghentikan itch-scartch cyle pada penderita neurodermatitis ini, yaitu harus berhenti menggaruk pada daerah yang terdapat lesi. Sehingga, beberapa dokter akan meresepkan obat, diantaranya yaitu kortikosteroid, antihistamin untul anti alerginya yang dapat meringankan gatal pada pasien, obat antikecemasan karena pemicu penyakit ini adalah faktor stress, serta antibiotik lotion maupun oral untuk penyebab karena infeksi bakteri (Mayo, 2012). Hal ini sejalan dengan pernyataan New Zaeland Dermatological Society Incorporate (2007) yang menyatakan bahwa terapi neurodermatitis ini diawali dengan tindakan penghentian penggarukan pada daerah lesi, serta kortikosteroid topical. Selain itu, Coal-tar digunakan untuk mengurangi gatalgatal, mousturisers digunakan untuk menghaluskan kulit serta mengurangi

rasa gatal, antihistamin untuk mengurangi gatal, serta fototerapi bagi pasien dengan neurodermatitis luas. Pengobatan neurodermatitis antara lain, yaitu : a. Medikamentosa 1) Kortikosteoid Kortikosteroid topical sampai saat ini masih merupakan pilihan dalam pengobatan. Dipilih kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone diasetat, atau Bethamethason dipropionat. Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml) 2) Obat anti ansietas oral dan obat penenang dapat dipertimbangkan pada pasien tertentu. Sesuai kebutuhan individu, obat dapat dikonsumsi sepanjang hari, menjelang tidur atau keduanya. Misal difenhidramin dan hidroksizine. 3) Antihistamin Pemberian antihistamin secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan pruritus. Pemberian topical berupa salep Doxepin 5%, krim capcaisin, atau salep tacrolimus dapat bersifat efektif dan signifikan pada beberapa pasien dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun, penggunaan antihistamin topical ini dapat menyebabkan efek samping ringan berupa sensasi pusing. 4) Suatu studi mengutarakan, topical aspirin atau dikloromethan efektif pada pasien neurodermatitis yang tidak merespon topical

kortikosteroid. 5) Salep antibiotik untuk infeksi sekunder. 6) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada open trial yang mungkin efektif pada orang yang tidak mempan terhadap kortikosteroid topical.

7) Preparat Tar Pemberian crude coal 5% dalam pasta zinc oxide yang dikombinasikan dengan kortikosteroid kelas II kemudian dibalut dengan perban oklusif kering, akan efektif dalam pengobatan. 8) Perban oklusif Perban oklusif yang tanpa mengandung kortikosteroid ini berguna untuk mencegah pasian menggaruk lesi, mengingat pasien memiliki kebiasaan menggaruk yang akan memperparah keadaan lesinya. (Susan, 2008 ; Odom, James, Berger, 2000 ; Stewart, 2010 ; Richard, 2010) b. Nonmedikamentosa 1) Hindari faktor pencetus, yaitu faktor stress atau faktor psikis. 2) Menjelaskan pada pasien jika neurodermatitis ini merupakan penyakit kulit kronis, gatal dan disertai dengan penebalan kulit. 3) Hindari memakai pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat. 4) Tidak menggaruk-garuk di tempat lesi. 5) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

F. Prognosis Menurut Sri (2007), prognosis dari pasien neurodermatitis ini bergantung pada penyebab pruritus atau penyakit yang mendasari, serta status psikologis pasien. Di samping itu, luka dapat sembuh sepenuhnya dan dapat timbul jaringan parut serta perubahan warna kulit. Dapat relaps kembali ketika ada faktor pencetus yaitu berupa stress atau tekanan mental. Pada pasien yang tidak mematuhi rejimen pengobatan dan penghentian menggaruk, lesi tidak akan membaik. G. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada neurodermatitis ini adalah terjadinya infeksi sekunder akibat penggarukan pada daerah lesi. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut, serta bertambah luasnya daerah lesi.

BAB III KESIMPULAN 1. Neurodermatitis merupakan kelainan kulit berupa penebalan kulit seperti batang kayu yang lebih menonjol dan timbul secara sekunder akibat gosokan dan garukan. 2. Etiologi dan faktor resiko dari neuro dermatitis antara lain yaitu gatal yang akan menimbulkan gosokan dan garukan, adanya hubungan dengan kelainan atopik, faktor lingkungan dan faktor psikologik atau emosional. 3. Penegakan diagnosis neurodermatitis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 4. Prognosis dari neurodermatitis adalah baik

DAFTAR PUSTAKA DermNetNZ.2007.Lichen Simpleks.New Zaeland Dermatological Society Incorporated. http://www.dermnetnz.org/dermatitis/lichen-simplex.html diakses : 10 Desember 2012 Elder, DE, Elenitsas, R, Johnson, BL, murphy, GF. 2005. Lichen Simpleks Chronicus in Levers Histophatology of The Skin. 9 th ed. Philadelphia : A Wolters Kluwer Company Hogan, Daniel J et al. 2012. Lichen Simplex Chronicus. Medscape. Drug, Diseases and Procedure available on URL : http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a0199 Holden, AC, Berth, Jones J. 2004. In : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Editor. Rookstextbook of dermatology : Eczema, prurigo, lichenification, and erithroderma. 7 th. Italy : Blackwell scienc. 17411743 Mayo Clinic. 2012. Neuroderamtitis.Mayo Foundation for Medical Education and Research Odom RB, James WD, Berger TG.2000.Atopic Dermatitis, Eczema, and noninfectious Immunodeficiency Disorders.Dalam : Andrews Disease of The Skin : Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia : WB Saunders. 69-94 Richards RN.2010.Update on Intralesional dermatoses.J.Cutan Med Surg. 19-23 Steroid : Focus on

Siregar, RS. 2004. Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC Susan Burgin, MD.2008.Numular Eczema and Lichen Simplex chronic/Prurigo Nodularis. Dalam Fitzpatrick TB, eizen AZ, Woff K, Freedberg IM, Auten KF.Dermatology in General Medicine7th ed, New York : Mc Graw Hill. 158-162 Stewart KM.2010.Clinical Care ofVulvar Pruritus with emphasis on one common cause, Lichen Simplex Chronicus.Dermatoslinical. 669-80 Soter, NA. 2003. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo Noduularis in : freedberg IM, Eizen AZ, Wolf K, austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th. New York : Mc. Graw Hill. Sularsito, Sri Adi et Djuanda Suria. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai