Anda di halaman 1dari 27

BAB 6 BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Salah satu unsur penting dalam pembangunan nasional adalah pembangunan

ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam rangka mewujudkan daya saing bangsa. Untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek dalam meningkatkan produktivitas nasional, dilakukan inovasi di berbagai mata rantai pertambahan nilai produk dan jasa, serta inovasi dalam menyelesaikan berbagai masalah kekinian dan mengantisipasi masalah masa depan.

6.1.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Secara umum ada 3 (tiga) permasalahan mendasar yang dihadapi iptek. Pertama adalah kemampuan sisi litbang dalam menyediakan solusi-solusi teknologi yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan sumber daya iptek (jumlah SDM, kepakaran, kekayaan intelektual, sarana dan prasarana serta anggaran), kelembagaan iptek yang belum optimal (organisasi, regulasi, koordinasi, intermediasi), serta jaringan iptek yang belum terbangun dengan baik (intersektor; antarsektor; antarpemangku kepentingan; antarkementrian; serta antarpusat dan daerah). Permasalahan kedua adalah kemampuan sisi pengguna dalam menyerap teknologi baru yang tersedia. Sedangkan permasalahan ketiga adalah belum terbangunnya integrasi sisi penyedia dan pengguna teknologi yang antara lain disebabkan oleh: (i) masih lemahnya sinergi kebijakan iptek (integrasi program, koordinasi dan harmonisasi kegiatan, dukungan anggaran, serta intermediasi, yang

terjadi baik antar lembaga/penghasil iptek, maupun antar penghasil iptek dengan pengguna iptek); (ii) masih kurangnya koordinasi dan sinergi di antara pemangku kepentingan pembangunan iptek; (iii) masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; dan (iv) masih lemahnya budaya iptek.

6.2.

LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASILHASIL YANG DICAPAI

6.2.1 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN Untuk meningkatkan kemampuan sisi litbang dalam menyediakan solusi teknologi antara lain telah dilakukan langkahlangkah meningkatkan kualitas SDM dan merevitalisasi sarana dan prasarana penelitian. Pengembangan SDM iptek, dilaksanakan dengan pemberian Beasiswa Pascasarjana (S2 & S3) yang secara spesifik ditujukan meningkatkan kualitas para peneliti dan perekayasa Lembaga Penelitian Non Kementerian (LPNK) di Perguruan Tinggi (PT) baik dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 2010, program ini membiayai kegiatan beasiswa Pascasarjana 370 orang meliputi 257 orang S2 dan 113 orang S3, sedangkan tahun 2011 membiayai 399 orang meliputi 278 orang S2 dan 121 orang S3. Sedangkan revitalisasi sarana penelitian dimulai dengan pembangunan tahap awal Laboratorium BPPT Terpadu di Serpong; serta revitalisasi stasiun-stasiun penelitian kelautan di Ambon Maluku dan Lombok Nusa Tenggara Barat. Kemampuan sisi pengguna teknologi dalam menyerap teknologi dilaksanakan melalui berbagai kegiatan difusi inovasi bagi industri kecil dan masyarakat perdesaan yang antara lain diwadahi oleh Agro Tekno Park (ATP). Sedangkan integrasi sisi penyedia dan sisi pengguna teknologi dibangun dengan: a) meningkatkan sinkronisasi antara teknologi yang dikembangkan dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara; b) memberikan rangsangan untuk tumbuhkembang industri produsen barang dan/atau jasa yang berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; c) mengembangkan lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya 6-2

juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pihak pengembang teknologi; dan d) menyiapkan dukungan peraturan perundangundangan sebagai landasan hukum untuk memfasilitasi, menstimulasi, dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas dan hubungan dengan kelembagaan pendukung lainnya. Sebagai penjabaran RPJMN 2010-2014, telah dirumuskan beberapa kebijakan pembangunan iptek, yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan riset iptek nasional, yaitu: Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Iptek 2010-2014, yang berisi arah, prioritas utama dan kerangka kebijakan pembangunan iptek baik tingkat pusat maupun daerah; dan Agenda Riset Nasional 2010-2014 untuk 7 bidang iptek yang diarahkan RPJMN 2010-2014. Di samping itu, telah dibentuk Konsorsium Riset pada 7 bidang iptek tersebut dengan produkproduk target yang telah ditetapkan dengan mengikutsertakan industri, BUMN, dan/atau daerah.

6.2.2 HASIL-HASIL YANG DICAPAI Peningkatan kualitas penelitian dilakukan melalui program insentif riset yang pada tahun 2010 dilaksanakan dalam bentuk 54 paket Riset Dasar dan 144 paket Riset Terapan. Sebanyak 25 paket riset dasar dan 70 paket riset terapan berpotensi menghasilkan publikasi ilmiah baik itu dalam jurnal nasional maupun internasional. Selain itu terdapat 29 kegiatan dari 40 kegiatan difusi, dalam bentuk kerjasama/kemitraan antara lembaga dengan pihak luar berupa kerjasama dalam rangka pengembangan iptek, serta kemitraan dalam bentuk pemanfaatan hasil riset untuk pengembangan usaha masyarakat (scale up). Dalam kegiatan peningkatan kapasitas iptek sistim produksi terdapat 109 kegiatan yang berkontribusi memberikan nilai tambah produk serta berpotensi untuk menghasilkan 39 prototipe dan 13 kegiatan yang dapat diusulkan HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Kementerian Ristek juga telah merealisasikan program Interoperabilitas Perpustakaan Digital yang ditujukan untuk penyediaan akses bagi komunitas iptek ke informasi iptek nasional maupun internasional secara kolektif melalui sistem jaringan perpustakaan online. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan 6-3

kualitas penelitian di lembaga litbang dan perguruan tinggi yang indikasi publikasi internasional, inovasi dan paten masih rendah. Pada tahun 2010 interoperabilitas jaringan yang dibangun adalah: Interoperabiltas Digital on-line akses dengan LPNK dan Puspiptek (KRT, 7 LPNK dan Puspiptek); menyediakan jurnal ilmiah: Agricultural and Biological Sciences - 118 judul; Chemical Engineering - 36 judul; Computer Science - 128 judul; Engineering and Technology - 164 judul; Environmental Science - 88 judul; Pembangunan Web Portal dan Data Center. Untuk meningkatkan manfaat iptek di daerah dikembangkan program Spesifik Lokasi yang bertujuan memanfaatkan hasil-hasil litbangyasa dari LPNK Ristek (BPPT, LIPI, BATAN). Dalam program ini hasil-hasil litbangyasa yang diterapkan dipilih yang mampu memberikan solusi bagi pemerintah daerah dalam menghadapi persoalan teknologi sesuai kebutuhan dan kondisi di daerah sekaligus mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya lokal yang tersedia. Pada tahun 2010, melalui program ini telah mendiseminasikan 16 paket teknologi di 14 propinsi di bidang pangan, energi, kesehatan, teknologi informasi dan lingkungan. Uraian lebih rinci dari hasil-hasil penelitian tersebut akan disajikan dalam bagian berikut ini. Untuk mendukung Ketahanan Pangan dengan menerapkan teknologi radiasi nuklir telah berhasil ditemukan varietas unggul padi Pandan Putri (2010) dan Inpari Sidenuk (2011), varietas unggul kedelai Mutiara 1 (2010) dan varietas sorgum Pahat (2011). Hasil litbang ini telah didesiminasikan kepada masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam program ATP (Agro Techno Park) di 5 kawasan yakni di Palembang, Cianjur, Jembrana, Limapuluh Kota dan Jepara. Adapun LIPI fokus pada kegiatan pengembangan benih unggul berbasis biologi molekuler, yang menghasilkan lebih dari 2000 galur mutan stabil padi siap untuk diuji kemampuan adaptasinya terhadap perubahan iklim atau kepentingan lainnya termasuk tahan hama penyakit dan atau cekaman lingkungan. Produk Pupuk Beyonic-LIPI, a.l Seri BioPoska, Kompenit@, Biomat,Kedelai Plus, Biorhizin, BioVam, Biosmik, StarTmik, Azofor dan Katalek 6-4

dikembangkan dengan basis mikroba Indonesia terpilih yang mampu memperbaiki kondisi lahan pertanian termasuk tambak yang telah rusak, menghilangkan hama penyakit, mengurai polutan, menstabilkan pH tanah, menyediakan kekurangan nitrogen, fosfat, mineral, zat faktor tumbuh dan menurunkan laju emisi gas rumah kaca dari lahan pertanian. Uji lapangan telah dilakukan di berbagai daerah termasuk di Malinau-Kalimantan Timur dan Gunung KidulYogyakarta. dan Cicurug-Jawa Barat sudah dilakukan dan penerapannya dalam bentuk biovillage sedang berlangsung. Aplikasi pupuk organik pada penanaman kedelai plus di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menghasilkan produksi kedelai minimal 3 ton /ha. Teknologi ini telah dipilih oleh Komite Inovasi Nasional (KIN) sebagai program quickwin dan akan diadopsi oleh Kementerian Pertanian. Selain itu, LIPI telah mengembangkan teknologi peternakan seperti produksi sperma beku yang jenis kelamin bakal anak sudah ditentukan terlebih dahulun (sexing), teknologi produksi embrio dan teknologi kembar identik sudah terkuasai dan termanfaatkan yang dilaksanakan dengan melalui kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota (Tasikmalaya, Sumatera Barat dan Makasar) dan perguruan tinggi (Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas). LIPI telah mengembangkan pula teknologi pengendalian kualitas air tambak udang secara on-line dengan memanfaatkan short message system (SMS) langsung ke pengelola tambak. Teknologi ini telah diterapkan di kabupaten Banyuwangi dan terbukti mampu menjaga kandungan oksigen dan pH di tambak dan mengurangi biaya penggunaan listrik sehingga meningkatkan kualitas udang (menjadi besar, sehat dan bersih) dan meningkatkan pendapatan petani. Juga telah berhasil diidentifikasi spesies ikan sidat tropis yang merupakan habitat endemik di Sumatera, Jawa, Halmahera, Sulawesi serta Ambon, dan sangat potensial untuk dibudidayakan bagi kepentingan ekspor. Biskuit sebagai makanan siap saji dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian telah berhasil dikembangkan oleh BPPT dan telah didaftarkan di BPOM. Biskuit ini dibuat dengan tekstur yang kuat dan memenuhi persyaratan sebagai pangan darurat terutama 6-5

untuk pemenuhan kebutuhan makanan saat paska bencana, memiliki energi sebesar 400 - 500 kkal/100 gram biskuit. Produk pangan darurat hasil optimasi skala komersial yang telah dikembangkan bersama ini memiliki kandungan energi sebesar 437 kkal, protein 7,1%, lemak 16%, karbohidrat 67%, mineral 4,75% dan serat 3%. BPPT mengembangkan ikan NILA SALIN untuk meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan lahan tambak di Indonesia yang belum termanfaatkan seluas 600.000 ha. Telah dilakukan perekayasaan teknologi produksi untuk menghasilkan ikan NILA SALIN yaitu varietas ikan nila yang toleran terhadap perairan payau maupun laut dengan salinitas > 20 ppt. Perekayasaan teknologi produksi ikan NILA SALIN tengah dilakukan melalui proses diallel crossing 8 varietas ikan nila hasil seleksi, diikuti dengan perekayasaan produk protein rekombinan hormone pertumbuhan (rGH) dan perekayasaan produksi vaksin DNA Streptococcus yang akan membentuk profil ikan NILA SALIN unggul yang cepat tumbuh dan tahan penyakit. Kegiatan ini tengah di laksanakan di Laboratoria Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB), PUSPIPTEK-Serpong dan di tambak Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut milik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Pengembangan varietas ikan NILA SALIN merupakan yang pertama di Indonesia dan diharapkan keberhasilannya akan membuka peluang pemanfaatan lahan pertambakan yang bertahun-tahun tidak dipergunakan akibat kolapsnya budidaya udang windu dan sekaligus akan mendorong akselerasi peningkatan produksi terutama untuk pasar ekspor, peningkatan ekonomi dan lapangan kerja. Dalam hal pemetaan lahan pertanian sawah dan perkebunan, LAPAN bekerjasama dengan Kementerian Pertanian telah memetakan lahan sawit yang cocok di Indonesia, monitoring tata guna lahan untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil pertanian dan membuat model prakiraan musim tanam dan panen padi. Selain itu, LAPAN juga melayani permintaan Menko Perekonomian dalam pemetaan lahan sawah di Pulau Jawa, Bali, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu LAPAN melakukan program pemberian informasi tentang Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) kepada 6-6

masyarakat nelayan. Dalam bidang Energi, khususnya energi baru terbarukan telah dikembangkan sistem konversi energi angin (SKEA) dengan kapasitas 50 kw. Uji coba prototipe SKEA telah dilakukan dan diintegrasikan dengan program SIDA (Sistem Inovasi Daerah) di Yogyakarta. Selain itu, telah diselesaikan pula Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTPB) skala kecil 5 MW yang akan dibangun di Kamojang yang diintegrasikan dengan kemampuan pabrikasi manufaktur nasional. Selain itu untuk mendukung Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, BATAN melakukan penelitian pemanfaatan iptek nuklir untuk membantu dalam pengembangan berbagai jenis energi lainnya, seperti misalnya teknik perunut (tracer technique) untuk membantu pengelolaan uap pada PLT Panas Bumi, serta teknologi radiasi untuk pengembangan biofuel/biodiese/bioetanol (irradiation induced mutation breeding untuk bibit unggul sorgum, jarak pagar), dan proses radiasi untuk membersihkan gas Sox dan NOx dari PLTU fosil dengan Mesin Berkas Elektron (MBE). Untuk mendukung pengembangan teknologi pemanfaatan energi panas bumi, BPPT memiliki kegiatan prioritas nasional di bidang energi. Saat ini kegiatan difokuskan pada pengembangan PLTP skala kecil hingga kapasitas 5 MW dan membina industri manufaktur dalam negeri untuk meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). BPPT telah mulai mengembangkan PLTP skala kecil dengan menerapkan teknologi binary cycle yang sangat sesuai untuk didesain dengan sistem modular. Pengembangan PLTP binary cycle 1 MW sistem modular dilakukan melalui tahapan pengembangan prototipe PLTP binary cycle 2kW dan pilot plant PLTP binary cycle 100kW. Pengembangan PLTP binary cycle 1 MW sistem modular dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga riset di Jerman. Di samping teknologi binary cycle, BPPT saat ini juga sedang mengembangkan PLTP skala kecil kapasitas 3 MW dengan teknologi condensing turbine, di mana seluruh prosesnya sejak dari rancang bangun sampai dengan manufaktur komponen utamanya seperti turbin, generator, condenser dilakukan di dalam negeri secara 6-7

maksimal. Saat ini pekerjaan rancang bangun sistem pembangkit dan komponen-komponen utamanya telah diselesaikan, serta manufaktur turbin dan generator di industri di dalam negeri sedang berlangsung. Fase konstruksi Pilot plant PLTP ini akan dimulai pada pertengahan tahun 2011 ini di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, bekerjasama dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan direncanakan selesai dan segera diuji-coba operasikan pada akhir tahun 2011. Pilot plant di atas dibangun dengan memperhatikan TKDN semaksimal mungkin, dan akan menjadi model dalam pengembangan PLTP skala kecil di Indonesia. Target akhir kegiatan ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan dan model rancangbangun PLTP Skala Kecil kepada Pemerintah sehingga dapat diterbitkan kebijakan yang memungkinkan PLTP Skala Kecil dengan TKDN maksimal dapat berkembang secara komersial dan ekonomis sehingga proses industrialisasi ketenagalistrikanserta elektrifikasi nasionaldapat berkembang dengan lebih cepat. LIPI telah melakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah dari tandan kosong kelapa sawit untuk menjadi bahan baku biogasoline serta mengembangkan standarisasi teknologi pengujian kompor gas satu tungku dan regulator tekanan rendah untuk tabung gas LPG dalam rangka mendukung upaya konversi energi minyak tanah ke gas. Selain itu, LIPI juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) sebesar 500 Watt dan 2 kW yang sedang diuji di Kebun Raya Cibodas, membangun PLTMH sebesar 10-50 kW di beberapa desa; serta membangun lebih dari 30 unit generator pembangkit listrik berbahan bakar biogas (biotrik) skala 110 kw di desa-desa Jawa Barat, beberapa propinsi di Sumatera dan Bali. Pemanfaatan energi matahari melalui pengkonsentrasian energi Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Terfokus (PLTMT) akan menjadi salah satu kontribusi LIPI untuk produksi listrik di bagian timur Indonesia dan pulau-pulau yang cenderung menerima intensitas matahari cukup tinggi dan tidak memiliki sumber daya air. Saat ini LIPI telah berhasil mengkonsentrasikan sinar matahari untuk memanaskan media hingga 4000C, dan PLTMT skala 10 kW sedang dalam tahap penelitian. LIPI juga mengembangkan batubara menjadi 6-8

briket batubara yang lebih bersih dan penanganannya mudah. Sistem pembangkit daya bahan bakar batubara rendah kalori dan biomassa tungku siklon turbulen juga telah dihasilkan. Teknologi fuelcell, dengan pembuatan membran polimer, yang mampu digunakan sebagai sumber energi (sementara ini masih dalam prototype daya rendah). Teknologi yang telah dicapai adalah core technology dengan teknologi pembuatan polymer membran elektrolit sebagai bagian penting dari fuelcell. BPPT melakukan riset Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan menghasilkan beberapa prototype turbin angin mulai kapasitas 300 Watt, 1 kW, 2,5 kW, 5 kW, 10 kW dan saat ini sedang dikembangkan prototype dengan kapasitas 20 kW. Pemerintah daerah Kabupaten Belu dengan bimbingan dari BPPT membuat jaringan transmisi dari gardu power ke rumah-rumah penduduk di desa Loonuna, sekolah SMPN.Selain itu, sedang di rencanakan untuk pompa air listrik, karena selama ini masyarakat mendapat kesulitan untuk pengadaan air bersih (sumber air ~ 4 Km dari perumahan penduduk dan berada di lembah bukit). Berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN I di Indonesia, BATAN bertanggungjawab terhadap pemanfaatan energi nuklir. Telah dipersiapkan hal-hal teknis berupa Studi Kelayakan, khususnya yang terkait dengan kelayakan tapak PLTN dan dokumen SER (Site Evaluation Report) untuk Ijin Tapak, penyusunan dokumen URD (User Requirement Document), dokumen PSAR (Preliminary Safety Analysis Report) untuk ijin konstruksi, dokumen BIS (Bid Invitation Spesification), dokumen rencana komisioning atau DRK (untuk ijin komisioning tahun 2015), dan dokumen rencana operasi atau DRO (untuk ijin Operasi tahun 2016/2017). Hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 adalah 3 paket dokumen pedoman penyusunan infrastruktur dasar pendukung program energi nuklir nasional yaitu: (a) dokumen Pengembangan Kebijakan Iptek Nuklir Nasional Bidang Energi dan Jaminan Mutu; (b) Dokumen Penyiapan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), (c) Dokumen Penyusunan Strategi Program Partisipasi Industri Nasional. Ketiga dokumen tersebut merupakan sebagian dokumen yang dipersyaratkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) untuk persiapan 6-9

pembangunan PLTN I di Indonesia. Dokumen tersebut akan digunakan oleh pemangku kepentingan (ESDM, PLN, Investor). Dalam mendukung persiapan pembangunan PLTN juga telah dilakukan kajian teknis tentang pengawasan dan pengoperasian PLTN dan kajian teknis tentang pengembangan standar PLTN. Hasil kajian digunakan sebagai dasar penyusunan peraturan perundangan ketenaganukliran. Sedangkan peraturan yang telah disusun antara lain: Rancangan Peraturan Kepala BAPETEN tentang Desain Sistem Catu Daya Darurat pada PLTN, Rancangan Peraturan Kepala BAPETEN tentang Desain Proteksi Kebakaran dan Ledakan Internal pada PLTN. Peraturan keselamatan PLTN tersebut akan menjadi landasan dalam pengembangan dan pelaksanaan sistem perizinan, dan sistem inspeksi untuk pengawasan PLTN. Kegiatan sosialisasi tentang manfaat energi nuklir untuk kesejahteraan masyarakat difokuskan pada penyampaian informasi dan pendidikan kepada masyarakat secara seimbang, transparan, dan dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan. Sosialisasi PLTN secara umum dilakukan melalui media campaign, baik cetak maupun elektronik; pengembangan komunitas (community development); keterlibatan para pemangku keputusan (stakeholder involvement) dan akhirnya didukung dengan jajak pendapat. Tahun 2010 telah dilakukan jajak pendapat mengenai tingkat pemahaman masyarakat mengenai PLTN, dilaksanakan oleh pihak ketiga, di 22 kota yang diambil secara sampling dari wilayah Jawa, Madura, dan Bali dengan responden 3.000 orang, terdiri dari pelajar, tokoh masyarakat, dosen, pengurus LSM dan ormas, aparat, pengurus parpol, dan anggota DPRD, diperoleh 59,7 menerima PLTN. Tahun 2011 akan dilaksanakan jajak pendapat serupa untuk seluruh Indonesia dengan responden 5.000 orang. Dalam rangka peningkatan keamanan nuklir dan sebagai dukungan Indonesia dalam program penggunaan nuklir untuk maksud damai di kawasan Asia Pasifik, BAPETEN merencanakan membangun laboratorium safeguards bahan nuklir sebagai sarana pelatihan para inspektur safeguards dan menjadikan alternatif pelaksanaan analisa hasil inspeksi safeguards bahan nuklir untuk kawasan Asia Pasifik. 6 - 10

Sebagai bagian dari upaya promosi energi nuklir dalam rangka program diversifikasienergi, telah dilakukan sosialisasi PLTN di 6 wilayah yaitu provinsi DKI Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Banten. Konsorsium riset Teknologi Kesehatan, kerjasama Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Eijkman dan Polri telah berhasil mengembangkan teknik DNA Forensik. Teknik ini telah diaplikasikan oleh LBM Eijkman dan POLRI dalam membantu penyelidikan untuk menuntaskan kasus rumit kurangdari dua minggu, tanpa bantuan dari luar negeri. Hasil yang telah dicapai BATAN dalam teknologi biomedika dan kedokteran nuklir antara lain : Teknik Fluorescence in situ hybridization (FISH) multi probe untuk analisis sitogenetik; teknik deteksi Biomarker Proliferasi (NOR, Ki-67) pada Sel Kanker untuk prediksi respon sel kanker terhadap radiasi; bahan vaksin malaria dengan radiasi gamma; metoda diagnosis infeksi Helicobacter Pylori pada penderita dyspepsia, gagal ginjal, dan sirosisi hati; metoda deteksi resistensi M.Tuberculosis terhadap obat anti TB; teknik pemeriksaan Mikroalbuminia (MA)-Radioimmunoassay (RIA) untuk deteksi dini nefropati diabetik (ND) pada diabetes melitus (DM); teknik pemeriksaan limfoskintigrafi pada sumbatan kelenjar limfe menggunakan kit Sulphur Colloid; teknik deteksi hipotiroid pada kehamilan dan neonatus (bayi baru dilahirkan) secara in vitro; teknik pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Aedes aegypti) dan Malaria (Anopheles sp) dengan Teknik Serangga Mandul (TSM); teknik deteksi Human Immunodefiency Virus (HIV), Hepatitis B Virus (HBV) dan Hepatitis C Virus (HCV) berdasarkan DNA dengan teknik biologi molekuler berbasis nuklir; serta teknik analisis aktivasi neutron (AAN) untuk penentuan kandungan mikronutrisi dan konsentrasi unsur runutan tertentu pada sampel manusia dan lingkungan. Selain itu BATAN telah mampu mengembangkan:teknologi produksi kit radiofarmaka untuk diagnose penyakit secara in vivo; teknologi produksi kit RIA / immunoradiometric assay (IRMA) untuk diganosa penyakit secara in vitro; teknologi produksi radiofarmaka terapi; teknologi produksi generator radionuklida diagnose dan terapi serta sumber tertutup untuk brachytherapy penyakit kanker. Produk 6 - 11

radioisotop dan radiofarmaka hasil litbang BATAN antara lain: Kit MIBI (diagnostik perfusi jantung), kit HMPAO (diagnostik perfusi otak), Kit DTPA (fungsi ginjal), Kit MDP (diagnosis kanker tulang), Kit RIA Hepatitis B-(125I) (deteksi hepatitis B, HBs Ag dan anti HBs), Na 131I (terapi kanker thyroid), 192Ir hair pin dan single pin yang digunakan pada brachyterapi (terapi kanker sebagai radiasi eksterna), dan I-125 seedbrachyterapy untuk penanganan kanker prostat, yaitu sebagai sumber radiasi tertutup yang dapat ditanamkan ke dalam jaringan kanker. Perekayasaan perangkat nuklir untuk aplikasi medik dan radiofarmaka yang dikembangkan seperti: Perangkat Renograf untuk diagnosis fungsi ginjal; Tyroid up take untuk analisis fungsi kelenjar gondok; Perangkat Brakiterapi untuk terapi penyakit (kanker); serta Pesawat Sinar-X untuk berbagai kebutuhan diagnosis medis. Penguasaan rekayasa genetika oleh LIPI juga berkembang dengan pesat. Pemindahan gen penyandi protein teurapeutik (erythropoetin hEPO) ke dalam ragi roti semakin memperlihatkan hasilnya. Demikian juga dengan produksi vaksin serta pencarian bahan baku obat malaria, artimisinin, dari sumberdaya alam. Satu molekul aktif untuk perbaikan pembuluh darah dan penyembuhan penyakit jantung berhasil diidentifikasi dari daun sukun, dan kini dalam tahap uji coba. BPPT telah berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Obat Generik Turunan Beta-laktam untuk membangun kemandirian nasional di bidang obat. Program ini meliputi kegiatan pengkajian teknologi produksi Penisilin G, 6-APA dan Sintesa Amoksisilin serta kegiatan advokasi untuk mendorong berdirinya industri bahan baku antibiotika kepada stakeholder terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Bappenas dan BKPM, serta industri farmasi, baik BUMN maupun industri swasta nasional. BPPT secara aktif juga menjalankan peran intermediasi, Technology Clearing House dan pengkajian teknologi. Tahun 2010 telah menghasilkan prototipe galur mikroba kapang Pennicillium chrysogenum penghasil Pennicillin G dengan produktivitas mencapai 3,000 mg/L pada skala laboratorium. Dalam 6 - 12 bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi,

penerapan model implementasi (migrasi) perangkat lunak berbasis Open Source Software (OSS) telah dilakukan di beberapa provinsi diantaranya yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Utara. Selain itu, telah disusun Grand Design Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) berisi analisis kondisi saat ini, isu strategis dan alternatif solusi SAK, Grand design SAK (GDSAK), rencana implementasi GDSAK, tata kelola TIK, dan pendanaan penerapan GDSAK. Untuk implementasi SAK di tahun 2011 telah disusun Spesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak dan Blanko KTP berbasis NIK secara nasional. Untuk kegiatan WIMAX di Puspiptek Serpong sebagai kawasan uji coba lapangan teknologi BWA yang bebas frekuensi, telah dilakukan: (a) perbaikan sistem anti petir pada menara BTS dan ruang NOC; (b) melakukan uji coba teknologi WIMAX standar IEE 802.16e kerjasama dengan PT Xirka dan BPPT; (c) melakukan kajian uji coba Inter Operability Test (IOT) untuk teknologi WIMAX; (d) indikator teknologi BWA dalam proses penyempurnaan; (e) membuat prototipe repeater fixed broadband. LIPI telah melakukan rancang bangun siaran televisi analog dan digital untuk memperluas penyebaran Informasi dan telah banyak diinstalasi stasiun relay TV analog terutama didaerah perbatasan dengan negara lain. LIPI juga melakukan kajian dan pengukuran tentang electromagnetic compatibility (EMC) serta pembuatan berbagai antena untuk telekomunikasi. LIPI telah menghasilkan sebuah software open source (Distro Nusantara IGN 2009) beserta sejumlah aplikasi perkantoran, perangkat komunikasi tersandi, modul pengakses komunikasi wireless broadband, dan beberapa aplikasi mobile. Pada tahun 2010, software ini sudah dipakai Pemda Banyuasin, Bappeda Padang, dan diunduh lebih dari 2.600 pengguna. Penggunaan CNS/ATM berbasis satelit dan teknologi digital telah disepakati oleh negara negara anggota International Civil Aviation Organization (ICAO) pada 10thAir Navigation Conference 1991 di Montreal, Canada, yang digunkaan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penerbangan di seluruh dunia agar tetap aman/selamat, efficient, seamless, global dan environmental friendly. Pengujian teknologi CNS/ATM sesuai standard penerbangan 6 - 13

internasional dan rekomendasi peningkatan kategori jalur penerbangan menjadi Performance Based Navigation (PBN). Pada tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan bersama pihak Dirjen Perhubungan Udara dan PT. Angkasa Pura, yaitu: Assessment radar Banda Aceh dan ATC automation Medan, pengumpulan data dan route assessment pada sejumlah unit ATC dan fasilitas pendukung termasuk VHF-ER sepanjang route A576 serta kegiatan Traffic Sample Data Analysis dan Data Collection di MATSC, Makassar dalam rangka rencana tindak program implementasi PBN di Indonesia. Indonesia dituntut segera mengimplementasikan teknologi CNS/ATM tersebut untuk menjaga kedaulatan Indonesia agar tetap mempunyai wewenang pengelolaan ruang udaranya. Wewenang ini dapat dicabut oleh ICAO jika Indonesia dianggap tidak mampu memberikan jaminan keselamatan bagi pesawat yang terbang di atas ruang udaranya. BPPT telah menghasilkan Perisalah. Perisalah adalah sistem pembuat risalah dan resume pertemuan menggunakan teknologi pengenal wicara (speech recognition) dan peringkas dokumen (document summarization) dengan bahasa Indonesia. Perisalah merekam suara percakapan manusia dan merubahnya langsung menjadi teks secara real time, runut sesuai jam, menit dan detiknya. Hal ini memberikan berbagai kemudahan yakni dapat diketahui kapan, siapa dan apa yang dibicarakan dalam suatu pertemuan. Perisalah juga dapat melakukan transkripsi beberapa pertemuan sekaligus. Perisalah menjadi solusi bagi kecepatan, ketepatan, keamanan dan kemudahan pembuatan risalah dan resume pertemuan. Perisalah juga sudah diterapkan di Mahkamah Konstitusi. Dalam Bidang Transportasi, telah dikembangkan Computer Based Interlocking (CBI) bekerjasama dengan LPNK terkait, PT. LEN, serta Kementerian Perhubungan dalam rangka meningkatkan kemandirian teknologi dan industri di bidang persignalan Kereta Api. Program ini merupakan upaya Kementerian Ristek mengembangkan model sinergi pemerintahlembaga risetindustri melalui konsorsium riset dengan pendekatan kebutuhan pasar (dikoordinasikan oleh Kementerian Perindustrian) untuk menghasilkan prototipe-prototipe yang dapat mensubstitusi import untuk meningkatkan kemandirian teknologi dan industri di bidang persignalan Kereta Api. 6 - 14

Bodi pada kapal, ternyata menjadi hambatan terbesar kapal yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Besaran gaya gesek yang terjadi pada badan kapal, menyebabkan besarnya gaya hambatan badan kapal. Penerapan teknologi air lubrication ini adalah agar penggunaaan bahan bakar pada kapal dapat diminimalkan, namun tetap tidak mengurangi kecepatan kapal itu sendiri. Dengan kata lain, kapal ini akan hemat dalam penggunaan konsumsi energi bahan bakar. Karena dengan menggunakan air lubrication, konsumsi bahan bakar dapat ditekan sebanyak 30% dari kondisi biasanya. Upaya dari penghematan bahan bakar masih terus dilakukan dengan memperbaiki sistem pelumasan udara dengan meningkatkan tekanan yang disemprotkan. Hal ini didasari oleh hasil uji model di kolam yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan udara yang disemprotkan maka akan meningkatkan penurunan gaya tahanan total model kapal. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan, melalui kerja sinergi dengan Kementerian Pertahanan, Lembaga Penelitian Pengembangan yaitu BPPT dan LAPAN, Perguruan Tinggi (ITB, ITS), serta BUMN yaitu PT. Dirgantara Indonesia, PT. PINDAD dan PT. LEN, telah berhasil melakukan perencanaan (road-mapping) roket peluru kendali, rancang bangun, rekayasa dan peluncuran roket yang disebut roket D-230 (Dirgantara berjarak tembak 20 s/d 30 km). Roket berkaliber 122mm jenis balistik telah diuji coba peluncurannya di Pandanwangi Jawa Timur dan Baturaja Sumatera Selatan. Roket D-230 kaliber 122mm ini telah berhasil diterbangkan dengan jarak terbang 14,15 km untuk single stage dan 1820 km untuk yang double stage. Kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan ini telah menghasilkan Blueprint disain enjinering, pembuatan protoype, pelaksanaan uji statik dan uji terbang secara berkesinambungan sehingga mencapai keandalan yang diinginkan. Dengan keberhasilan ini, kemudian Kementerian Pertahanan mengadopsi roket tersebut dan diberi nama R-Han 122, dimana saat ini sedang dilakukan proses sertifikasi untuk dimanfaatkan sebagai arsenal TNI melalui program 1.000 roket. Sebagai tindaklanjutnya telah dilakukan penandatanganan LOI (Letter of Intent) produksi R-Han 122 oleh Kementerian Pertahanan dan PT. Dirgantara Indonesia (sebagai 6 - 15

industri pertahanan nasional yang ditunjuk memproduksi roket tersebut). Penelitian dan pengembangan teknologi peroketan selanjutnya diarahkan untuk pengembangan roket jarak jelajah yang lebih jauh lagi, untuk roket balistik D-230 sampai dengan 40 km, serta dalam rangka program penguasaan teknologi kendali (guided) untuk roket yang mempunyai daya jelajah 200300 km. LAPAN melakukan program pemanfaatan industri strategis untuk keperluan pertahanan yaitu: i) Pengembangan Roket Untuk Alutsista (Kerjasama dengan TNI, Dephan, KRT, LEN, PT. Pindad). Untuk roket pertahanan yang sudah dikembangkan oleh LAPAN adalah RX-122 dengan jarak jangkau 14 km dan 20 km, RX-200 dengan jarak jangkau 3040 km, dan roket kendali RKX-200. ii) Kemandirian Dalam Produksi Bahan Baku Utama Roket (Propelan). Saat ini telah dihasilkan bahan baku propelan dengan komponen lokal 80%. iii) Penyediaan citra satelit pada Wilayah Perbatasan Dan Pulau Kecil / Terluar. Penyiapan proses harmonisasi RUU Keantariksaan dan iv) Penyiapan proses harmonisasi RUU Keantariksaan. Radar Pengawas Pantai Isra (Indonesian Sea Radar) yang dikembangkan LIPI untuk memonitor pergerakan kapal-kapal laut, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam mengamankan wilayah perairan RI. Radar ini telah dipasang dan di uji coba di daerah Cikoneng, Banten. Berbagai inovasi telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan komponen/modul dari luar negeri dan untuk produksinya telah dijalin kerjasama dengan PT. INTI. Perancangan sistem dan metode pengujian EMC (Electromagnetic Compatibility) untuk peralatan telekomunikasi hankam telah dilakukan. LIPI juga mengkaji kelayakan metode Advanced Oxidation Processes (AOP) untuk pengolahan limbah cair produksi khususnya bahan peledak. Untuk membantu para prajurit dalam memanfaatkan tumbuhan Indonesia sebagai pangan dan obat herbal darurat (field survival), maka LIPI telah merintis adanya fasilitas koleksi tumbuhan untuk survival dalam bentuk Arboretum di situs laboratorium Nubika (Nuklir-Biologi-Kimia) Direktorat Zeni Angkatan Darat. Manuskrip untuk buku panduan yang 6 - 16

mendeskripsikan sebanyak 42 jenis tumbuhan juga telah dibuat. Database informasi jenis tumbuhan untuk survival sebagai referensi/buku panduan juga dikembangkan. BPPT mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) untuk berbagai keperluan pemantauan dari udara, seperti pemetaan, pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana, pencarian korban hingga keperluan militer. PUNA sendiri nantinya akan membawa terbang berbagai peralatan seperti kamera, alat pengintai dan sejenisnya. Kegiatan Rancang Bangun PUNA ini masih dilanjutkan dengan pengembangan PUNA tipe Sriti dengan bobot 6,5 kg dan luas jangkauan 10 km. Pengoperasian dalam jangka waktu yang sangat lama dapat meliputi patroli rutin perbatasan negara, patroli kelautan, pengamatan lalu lintas, dan lain-lain. PUNA tipe Sriti berbahan bakar metanol seperti yang dipakai di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Sriti adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan ground control station (GCS). GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Sriti bergerak autonomus, sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Dengan pengendalian dari jarak jauh, PUNA mampu mengerjakan berbagai misi tanpa terhambat oleh keterbatasan manusia, antara lain, pengoperasian pada daerah yang berbahaya bagi manusia, pengoperasian dalam jangka waktu yang sangat lama, pengoperasian pada kondisi terbang yang lebih murah dan minim resiko terhadap ancaman keselamatan awak. Pengoperasian pada daerah yang berbahaya bagi manusia dapat meliputi garis depan pertempuran, daerah yang terkena bencana alam (misalnya gunung berapi yang tengah aktif), daerah kebakaran hutan, daerah yang terkena kebocoran radiasi nuklir atau bahan kimia beracun, dan lain-lain. PUNA buatan BPPT ini merupakan pesawat pengintai dari udara yang dilengkapi kamera digital mini untuk memotret kejadian di lapangan (darat dan laut). Diharapkan dengan adanya PUNA hasil rekayasa Indonesia sendiri ini bisa digunakan sebagai pendukung keamanan nasional, jadi tidak harus dibeli dari luar negeri. Dalam Bidang Material Maju, telah dilakukan pendayagunaan 6 - 17

inovasi iptek nanoteknologi sistem membran tanpa listrik dalam pengolahan air bersih siap minum. Prototype alat ini telah berhasil dibuat (ITB) dan dalam proses sertifikasi. Selain itu pengembangan teknologi produksi Nanopartikel ZnO dan logam Nikel paduan dari bahan baku lokal telah mulai dikembangkan untuk mendukung industri nasional. Secara bersamaan pada beberapa tahun terakhir ini sedang dikembangkan pembuatan ingot sampai dengan wafer silicon Polikristal untuk industri sel surya skala laboratorium yang dilakukan oleh LPNK Ristek (LIPI dan BPPT). Selain itu BPPT juga sedang mengembangkan material untuk penyimpanan Hidrogen, dan bahan komponen sel bahan bakar (fuel cell). Beberapa produk telah dihasilkan dan diuji coba, antara lain material baru hidrogel penyerap air dan silika termodifikasi untuk pemisahan logam berat; pembuatan baju tahan peluru, perekat kayu rendah emisi formaldehida berbasis lateks karet alam. Pembuatan material nanopartikel yang telah didaftarkan patennya. Modul untuk perguruan tinggi dan lembaga litbang juga telah dikomersialkan. Performa teknologi terus ditingkatkan untuk mempermudah kehidupan manusia, dan saat ini perkembangan teknologi telah mencapai resolusi nanometer (10-9m), yang kemudian dikenal dengan nanoteknologi. Kemampuan mengolah materi di tingkat molekul dan atomik akan membawa manusia memasuki ranah yang sarat berbagai peluang tak terbayangkan sebelumnya. Aplikasi nanoteknologi dirasakan manfaatnya di segala sektor kehidupan, baik itu IT-elektronik (handphone, komputer, dst), tekstil (pakaian anti bau dst), lingkungan (water purification dst), pangan (food packaging), kesehatan (pengobatan kanker), kosmetik (pelindung kulit dari ultraviolet), energi (high efficiency solar cell, fuel cell) dan bidang industri kimia. Kemampuan di wilayah nanoteknologi ini perlu dibuka dan untuk tujuan ini, BPPT menginisiasi rekayasa mikroskop nano (nanoskop) jenis atomic force microscope untuk mengamati permukaan material burukuran nanometer. Nanoskop ini dikembangkan berbasis teknologi sensor jarum lancip yang mampu mendeteksi parameter fisika gaya antar atom yang sangat lemah. Jika mikroskop optik bekerja seperti mata dengan kekuatan lensa yang istimewa, nanoskop ini bekerja seperti jemari dengan daya raba yang 6 - 18

luar biasa.

BIDANG-BIDANG LAIN a. Lingkungan Hidup Dalam bidang ini pengembangan kebun raya, LIPI telah melakukan pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat konservasi ex-situ, dalam bentuk terkoleksinya 848 nomor koleksi tumbuhan untuk pengkayaan koleksi, terpeliharanya bibit hasil eksplorasi, teranamnya bibit hasil kegiatan pembibitan pada tahun sebelumnya di kebun/lapangan, Terbangunnya taman tematik di 2 kebun raya prioritas (Kebun Raya Balikpapan dan Kebun Raya Baturaden) . Dalam bidang pengembangan sistem informasi dan penelitian kerusakan terumbu karang, LIPI telah melakukan studi Benefit Monitoring and Evaluation (BME) terbagi atas: BME kesehatan terumbu karang yang bertujuan untuk memonitor kesehatan terumbu karang di lokasi Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) dan BME sosial ekonomi bertujuan mengkaji pelaksanaan dan manfaat COREMAP bagi masyarakat. Studi menunjukkan hasil yang positif seperti: kenaikan persentase tutupan karangnya antara 0,08-5,64% di wilayah Provinsi Riau (Batam, Bintan, Lingga, Natuna, Nias dan Mentawai) dan di Indonesia bagian timur pada wilayah Pangkep, Raja Ampat, Sikka dan Selayar sebesar 3,15 7,19%. Disamping itu dalam bidang kebencanaan, LIPI telah melatih masyarakat pesisir melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana tsunami. Metoda evakuasi mandiri ini telah disebarkan dan disosialisasikan baik secara langsung maupun melalui media ke masyarakat serta melalui buku panduan sebagai bahan ajar di sekolah. Metoda ini telah diujicobakan dengan melibatkan peserta dari unsur TNI, Pemerintah Daerah, LIPI, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), TNI Angkatan Laut (AL), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Citeko Bogor, dan Tanjung Pasir Tangerang. 6 - 19

Penelitian terpadu antara LIPI, Institut Teknologi Bandung (ITB), BMKG dan Badan Geologi tentang kemampuan mengenal gempa bumi, tsunami, liquifaksi dan bencana lainnya seperti tanah longsor di daerah Sumatera telah menambah pengetahuan kita tentang gejala alam tersebut. Disamping itu, telah berhasil dikembangkan unit pengolahan air kotor menjadi air bersih dan layak minum yang bersifat mobile dengan kapasitas 10 s/d 20 liter/menit. Unit ini dapat digunakan di daerah bencana. Dalam hal pemantauan dalam usaha penanggulanan bencana, telah dilakukan rancang bangun Satelit mitigasi bencana satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI. Satelit kembar ini dirancang untuk memantau wilayah Indonesia yang sangat berguna dalam usaha penanggulangan bencana karena dapat menghasilkan foto daratan dan dilengkapi dengan sistem komunikasi, ke 2 (dua) satelit di atas direncanakan akan di luncurkan pertengahan pada tahun 2012. Selain itu telah dihasilkan data/informasi hasil litbang berbasis dari satelit melalui website SIMBA LAPAN (Pemantauan hot spot untuk penanggulangan kebakaran hutan). Di samping itu, juga telah disediakan data satelit penginderaan jauh untuk pemetaan wilayah perbatasan RI dan pemetaan pulau- pulau kecil terluar berbasis data citra satelit; Penyediaan data satelit penginderaan jauh untuk pemetaan Wilayah Perbatasan RI Dengan Malaysia, PNG, Timor Leste dan Filipina pada 2010 dengan berkerjasama antara LAPAN, DEPDAGRI, TNI, BIN, dan Pemda. b. Standardisasi

Pengembangan standardisasi nasional oleh BSN mencakup kegiatan perumusan kebijakan pengembangan standar, pengembangan SNI, pengembangan sumber daya perumusan SNI, harmonisasi SNI dengan standar internasional, kaji ulang dan harmonisasi SNI dalam rangka ASEANChina Free Trade Area (ACFTA), penelitian, pengkajian dan survey di bidang standardisasi, publikasi hasil penelitian dan pengembangan standardisasi, pengembangan dan implementasi kerjasama standardisasi di tingkat nasional, bilateral, regional dan multilateral, penguatan fungsi Notification Body dan Enquiry Point, kerjasama standardisasi dalam 6 - 20

negeri dengan Pemerintah Daerah, pemasyarakatan dan promosi standardisasi nasional, perluasan akses masyarakat dalam proses standardisasi, edukasi publik di bidang standardisasi, pengembangan pendidikan dan pelatihan standardisasi, penguatan jaringan informasi standardisasi, pengembangan sumber daya informasi standardisasi, pendayagunaan sistem informasi standardisasi nasional, pengembangan kebijakan penerapan SNI, penguatan fungsi Designating Body&Member Body IEC EE, pengembangan kompetensi lembaga penilaian kesesuaian, penyelenggaraan uji profiensiensi antar laboratorium secara nasional, penyempurnaan sistem metrologi nasional, perluasan lingkup kalibrasi dan pengukuran lembaga metrologi nasional, pemberlakuan dan penerapan standardisasi, insentif industri dalam penerapan SNI, fasilitasi penerapan SNI yang diadopsi menjadi regulasi teknis, monitoring dan evaluasi integritas penerapan SNI, pelaksanaan Kesekretariatan Codex Contact Point Indonesia, pengkajian dan penyusunan peraturan serta pengelolaan informasi dan dokumentasi perundang-undangan bidang standardisasi, pengembangan sumber daya manusia di bidang standardisasi, pembinaan dan pengembangan kehumasan serta reformasi birokrasi. Kaji ulang dan harmonisasi SNI dilakukan untuk mengantisipasi perjanjian China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk nasional, BSN telah melakukan identifikasi terhadap produk nasional yang terkait dalam pasar bebas CAFTA, terdiri dari 11 sektor prioritas, yaitu : baja, aluminium, elektronika dan kelistrikan, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, petrokimian, mesin dan perkakas, hasil pertanian dan perkebunan, mainan anak, dan plastik. Dalam rangka implementasi Kerjasama dengan Perguruan tinggi untuk pengembangan pendidikan standardisasi, pada tahun 2010 BSN telah melaksanakan pembekalan/Training for trainer kepada dosen dan instruktur pelatihan bidang standardisasi di 9 Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Trisakti, Univesitas Islam Indonesia (UII), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Sriwijaya (UNSRI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas 6 - 21

Nasional (UNAS) dan Universitas Hasanuddin (UNHAS). Implementasi perluasan akses masyarakat dalam proses standardisasi pada tahun 2010 dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah dan partisipasi aktif masyarakat standardisasi dalam pengembangan dan perumusan SNI, meningkatkan jejaring kerjasama masyarakat standardisasi yang mandiri sebagai mitra BSN dalam kegiatan standardisasi, meningkatkan keterlibatan masyarakat konsumen dalam kegiatan standardisasi melalui fasilitasi partisipasi aktif dalam ISO/COPOLCO serta penyelenggaraan pertemuan untuk meningkatkan partisipasi industri dan konsumen dalam kegiatan standardisasi di 5 kota (Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Palembang, dan Bandung). Peningkatan kesadaran masyarakat akan standardisasi dilaksanakan dengan menyediakan informasi yang mudah diakses dan tanpa biaya melalui website BSN, yang memuat unduh gratis SNI, perpustakaan digital, E-Learning dan E-book. Di samping itu telah dilakukan penyusunan publikasi serta pelaksanaan sosialisasi dan pameran dalam bentuk digital exhibition, presentasi, training, seminar dan sidang secara virtual melalui internet. Dalam rangka meningkatkan ketersediaan lembaga penilaian kesesuaian yang mencakup laboratorium, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi yang kompeten untuk penerapan SNI, BSN telah melakukan kegiatan pengembangan kebijakan penerapan SNI, penguatan fungsi BSN sebagai designating body dan member body IEC EE, pengembangan potensi lembaga penilaian kesesuaian (LPK), penyelenggaraan uji profisiensi laboratorium secara nasional, penyempurnaan sistem metrologi nasional, perluasan lingkup kalibrasi dan pengukuran lembaga metrologi nasional serta dukungan penerapan standar bidang laboratorium dan lembaga inspeksi. Dalam rangka mencapai ASEAN single market maka forum regional ASEAN telah mencapai kesepakatan di bidang produk kelistrikan melalui EE-MRA untuk melakukan harmonisasi standar antar negara ASEAN. BSN sebagai Degination Body yang bertanggung jawab terhadap updating listed CABs (Product certification bodies and Testing laboratories) untuk di informasikan ke negara ASEAN melalui sekretariat ASEAN, melakukan 6 - 22

koordinasi secara intensif dengan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk melaksanakan tugas tersebut. Dalam rangka memelihara kompetensi laboratorium yang diakreditasi oleh KAN, telah dilakukan penyelenggaraan Uji Profisiensi laboratorium secara Nasional untuk 6 komoditi yaitu Mikrobiologi biakan beku kering, Pangan (minuman serbuk), Crude palm oil (CPO), Penyakit benih tanaman, Pupuk (NPK dan DAP) dan tanah. Kegiatan Uji Profisiensi laboratorium diikuti oleh 250 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.Dalam rangka Penerapan Standar Bidang Laboratorium dan Lembaga Inspeksi telah dihasilkan 87 laboratorium dan lembaga inspeksi baru yang diakreditasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem manajemen KAN di bidang lembaga sertifikasi telah dikembangkan skema akreditasi Lembaga Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL), skema akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk dan skema Akreditasi Sektor Baja dalam mendukung CAFTA serta pengembangan asesor sebanyak 60 asesor, mencakup 22 asesor akreditasi bidang Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK), 18 asesor akreditasi bidang Lembaga Sertifikasi produk, dan 20 asesor akreditasi bidang Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) .

c.

Pengawasan Tenaga Nuklir

Dalam hal pengawasan keselamatan nuklir, BAPETEN menjalin kerja sama yang erat dengan NRC dan DOE (Amerika Serikat); ARPANSA dan ASNO (Australia); KINS (Korea Selatan); NISA dan JNES (Jepang); dan CNSC (Kanada). Komunitas Uni Eropa dan Organisasi OECD juga memberikan bantuan khusus kepada BAPETEN, utamanya dalam kesiapan Pemerintah RI untuk menjamin keselamatan PLTN di Indonesia. Selain itu, jejaring regional dan multilateral juga tidak kalah pentingnya. BAPETEN berperan penting dalam Asian Nuclear Safety Network (ANSN) dalam hal mendukung pencapaian keselamatan nuklir regional. BAPETEN juga membidani lahirnya Asia-Pacific 6 - 23

Safeguards Network (APSN) untuk menjamin perdamaian regional dan kerja sama untuk memastikan pemanfaatan tenaga nuklir untuk tujuan damai. Pemerintah RI, yang diwakili oleh BAPETEN, juga meningkatkan kerja sama teknis dengan International Atomic Energy Agency (IAEA), baik dalam aspek keselamatan (safety), keamanan (security) dan kedamaian (safeguards). BAPETEN juga memperhatikan pencemaran radiasi yang diakibatkan dari kegiatan pertambangan, yang kemudian disebut dengan Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials (TENORM). Limbah TENORM banyak dihasilkan dari industri fosfat, timah, dan migas, dan menghasilkan paparan radiasi yang serius terhadap pekerja, penduduk dan lingkungan sekitar. d. Kemasyarakatan dan Kemanusiaan

Pada tahun 2010 LIPI melakukan beberapa kegiatan penelitian yang mengacu pada program strategis dan prioritas nasional. Berbagai penelitian tersebut sesuai dengan kompetensi dari masingmasing satuan kerja di lingkungannya. Beberapa hasil penelitian tersebut adalah: a. Kajian Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan merupakan kerjasama LIPI dengan Kementerian Tenaga Kerja. Atas rekomendasi yang dihasilkan tim kajian ini, tim pengkaji saat ini melakukan sosialisasi hasil kajian kepada pihak stakeholders terkait, yaitu kelompok pekerja yang terwadahi dalam serikat pekerja, dan juga kelompok pengusaha (asosiasi). Dari kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan kertas posisi dari masing-masing kelompok stakeholders sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penyempurnaan undangundang terkait. Rekomendasi untuk peningkatan kesejahteraan keluarga tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui pemanfaatan remitansi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa remitansi yang dikirim oleh TKI berdampak positif terhadap kesejahteraan keluarga mereka, disamping untuk daerah asal.

b.

6 - 24

Agar remitansi dapat dimanfaatkan secara optimal, diperlukan keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaannya, tidak hanya pemerintah melainkan juga lembaga-lembaga non pemerintah. c. Rekomendasi untuk penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) tentang perlindungan TKI di Negeri Belanda. Rekomendasi ini berdasarkan hasil penelitian tahun 2010 tentang permasalahan yang dihadapi oleh TKI di Belanda. Fakta menunjukkan bahwa posisi tawar TKI di Belanda masih lemah karena belum ada payung hukum yang melindungi kepentingan mereka secara secara optimal. Karena itu perlu adanya MoU yang mengatur hak dan kewajiban para pekerja migran Indonesia di negara tersebut. Rekomendasi untuk penyusunan kebijakan perencanaan tenaga kerja menghadapi ledakan penduduk usia kerja. Proporsi penduduk usia kerja mengalami peningkatan sepanjang waktu. Kelompok ini berpotensi meningkatkan angka pengangguran jika kesempatan kerja yang tersedia tidak dapat menampung mereka. Untuk itu diperlukan perencanaan ketenagakerjaan agar angkatan kerja yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dapat tertampung di pasar kerja. Rekomendasi untuk pengembangan industri bioetanol. Selama ini kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati, termasuk bioetanol, belum efektif. Teknologi produksi yang ada selama ini belum terlalu efisien sehingga harga produk akhir menjadi relatif mahal. Untuk itu perlu diupayakan inovasi teknologi yang lebih maju. Model penyelesaian dan pencegahan konflik di Indonesia. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2009 ini dilandasi oleh realitas jumlah dan besaran konflik vertikal dan horizontal dengan kekerasan di Indonesia secara umum mengalami peningkatan semenjak jatuhnya pemerintahan otoriter Orde Baru pada akhir tahun 1990-an. Kajian ini telah menghasilkan satu model yang menekankan pada penyelesaian dan pencegahan konflik secara damai di Indonesia.

d.

e.

f.

Disamping melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, LIPI juga melakukan 6 - 25

kegiatan telaah buku terkini untuk disampaikan sebagai bahan masukan pada sidang kabinet. Beberapa buku yang telah ditelaah diantaranya adalah: The End of The Free Market - Who Wins the War Between States and Corporation serta Crisis Economics A Crash Course In the Future of Finance.

6.3.

TINDAK-LANJUT YANG DIPERLUKAN

Arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi kedepan adalah bagaimana menjawab 3 (tiga) permasalahan mendasar seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kementerian Riset dan Teknologi memiliki kontribusi dalam mengatasi permasalahan mengenai (i) rendahnya kemampuan sisi litbang dalam menyediakan solusi-solusi teknologi serta (ii) mengupayakan integrasi antara penyedia dan pengguna teknologi melalui berbagai kebijakan sebagai berikut: Kementerian Riset dan Teknologi berupaya menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya Sistem Inovasi Nasional (SINas) dengan: a) Kelembagaan iptek yang efektif, b) Sumberdaya iptek yang kuat, c) Jaringan antar-kelembagaan iptek yang saling memperkuat (mutualistik), d) Relevansi dan produktivitas iptek yang tinggi, dan e) Pendayagunaan iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, peningkatan produktivitas dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional menjadi dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dipisahpisahkan. Produktivitas litbang kita hanya akan meningkat apabila hasilnya didayagunakan secara maksimal, sebaliknya pendayagunaan hasil litbang juga akan mengalami stagnasi apabila produktivitas tidak meningkat. Untuk menjembatani dua sisi tersebut, akan diupayakan secara maksimal apa yang disebut penciptaan nilai atau produk, value creation atau product development berbasis iptek hasil litbang.

6 - 26

Dalam rangka penguatan SINas, langkah-langkah yang akan dilaksanakan hingga tahun 2014 secara garis besar adalah:

Tahun 2010-2011: Pembangunan dasar Sistem Inovasi Nasional melalui: penyusunan Renstra 2010-2014, reorganisasi Kementerian Ristek, program insentif penelitian ristek, program implementasi Sistem Inovasi Nasional dan Daerah, program penguatan dan peningkatan mutu infrastruktur penelitian, program pengembangan SDM, program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan mahasiswa, serta program penggalakan perolehan HAKI. Tahun 2011-2013: Implementasi Sistem Inovasi Nasional melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah secara masif di seluruh tanah air dengan memanfaatkan potensi daerah yang terintegrasi dengan inovasi teknologi, terus mengokohkan pembangunan SDM dan infrastruktur inovasi seperti Science and Technology Park, serta program bersama lintas kementerian untuk mendukung Sistem Inovasi Nasional. Tahun 2013-2014: Pengokohan Sistem Inovasi Nasional melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah yang semakin nyata dengan indikasi terwujudnya proyekproyek inovasi bersama yang melibatkan secara aktif pemasok iptek (perguruan tinggi dan lembaga litbang) dan pengguna iptek (pemerintah, industri dan masyarakat) untuk pemenuhan kebutuhan National Security (Hankam, pangan dan energi), peningkatan daya saing (industri) dan layanan masyarakat.

6 - 27

Anda mungkin juga menyukai