Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjat kan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpakan

kasih dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK yang berjudul PENGKAJIAN

KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA Makalah ini, diambil dari buku yang berkaitan dengan judul ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini, banyak memperoleh petunjuk, dorongan serta bimbingan yang tak ternilai dari berbagai pihak. Dalam kesempataan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. 3. Ns. Ida Ramadani, S.Kep selaku pembibing Teman- teman yang ada di sekolah tinggi Ilmu Kesehatan TRI Makalah ini belumlah sempurna, namun bagi penulis hasil ini

MANDIRI SAKTI BENGKULU. sangat lah berarti sehingga dapat memberikan dorongan sekaligus tantangan untuk terus berkarya. Oleh karena itu, Penulis membuka diri untuk menerimah berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.

DAFTAR ISI Halaman Halaman judul..................................................................................... Halaman Judul Dalam......................................................................... Kata Pengantar................................................................................ Daftar Isi............................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1.1 Latar Belakang..................................................................... 1.2 Tujuan Kegiatan................................................................... 1.3 Manfaat.................................................................................. 1.4 Sistematika Laporan............................................................ BAB 2 KONSEP TEORI......................................................................... 2.1 Konsep Teori Lansia........................................................... 2.2 Konsep Penyakit Katarak................................................... 2.3 Konsep AsuhanaKeperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak........................................... BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 20 3.1 Pengkajian............................................................................ 3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas Keperawatan.......................................................... 3.3 Perencanaan........................................................................ 3.4 Implementasi........................................................................ 3.5 Evaluasi................................................................................. BAB 4 PENUTUP................................................................................... 4.1 Kesimpulan........................................................................... 4.2 Saran..................................................................................... Daftar Pustaka...................................................................................... Lampiran lampiran............................................................................. Satuan Acara Penyuluhan................................................................... Lampiran Materi: Perawatan Mata Post Operasi Katarak..................... 26 28 34 35 36 36 36 37 38 38 41 20 13 iii iv 1 1 3 3 3 5 5 11 i ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan linkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia I. TAHUN 1971 1980 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Laki-laki 44,2 50,6 58,1 61,5 63,3 64,9 66,4 67,7 Perempuan 47,2 53,7 61,5 65,4 67,2 68,8 70,4 71,7 Total 45,7 52,2 59,8 63,5 65,3 66,9 68,4 69,8

2020 69,0 73,0 71,7 Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan penduduk lanjut usia. Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia yang dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang sangat signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia Tahun 1980 Total penduduk (55 tahun 148 1985 165 1990 183 1995 202 19 9,4 64,05 2000 222 22,2 10 65-70 2020

ke atas) a. Total (juta) 11,4 13,3 16 b. Persentase (%) 7,7 8 8,7 Harapan hidup 55,30 58,19 61,12 Menurut penelitian Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo

29,12 11,09 70-75

Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 2020 sesuai pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020 II. TAHUN Jumlah Lansia Persentase 1971 (a) 5.306.874 4,48% 1980 (b) 7.998.543 5,45% 1990 (c) 11.277.557 6,29% 1995 (d) 12.778.212 6,56% 2000 (d) 15.262.199 7,28% 2005 (d) 17.767.709 7,97% 2010 (d) 19.936.859 8,48% 2015 (d) 23.992.553 9,77% 2020 (d) 28.822.879 11,34% Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994

Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh: 1) Majunya pelayanan kesehatan 2) Menurunnya angka kematian bayi dan anak 3) Perbaikan gizi dan sanitasi 4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif). Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55

tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992). Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi klien lansia. Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Angkatan II, Gerbong I, diterjunkan secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia di Kabupaten Magetan, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan. 1.2 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik khusunya pada klien lansia dengan post operasi katarak guna meningkatkan status kesehatan klien lansia. 1.3 Manfaat Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah: 1) Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa. 2) Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan.

BAB II KONSEP TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi Katarak. 2.1 Konsep Teori Lansia 2.1.1 Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 2.1.2 Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan: 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, 2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, 3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu: 1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,

2) 3) 4) 5)

Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

hidupnya, meninggal atau pindah, banyak dan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992) Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah: 1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. 2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3) Selalu mengingat kembali masa lalu 4) Selalu khawatir karena pengangguran, 5) Kurang ada motivasi, 6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan 7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan. Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

2.1.3 Teori Proses Menua 1) Teori teori biologi a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel) b) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak) c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. d) Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory) Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh. e) Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. f) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. g) Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. h) Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2) Teori kejiwaan sosial a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) - Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. - Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. - Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : 1. 2. 3. kehilangan peran hambatan kontak sosial berkurangnya kontak komitmen

2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) 1) Permasalahan umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c) Lahirnya kelompok masyarakat industri. d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan khusus : a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c) Rendahnya produktifitas kerja lansia. d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia 2.1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 1) Hereditas atau ketuaan genetik Nutrisi atau makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stres Perubahan fisik

2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. 2) Perubahan mental a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. b) Kesehatan umum c) Tingkat pendidikan d) Keturunan (hereditas) e) Lingkungan f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

gambaran diri, perubahan konsep dir. 3) Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu : 1) Depresi mental 2) Gangguan pendengaran 3) Bronkhitis kronis 4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan. 5) Gangguan pada koksa / sendi pangul 6) Anemia 7) Demensia 2.2 Konsep Penyakit Katarak 2.2.1 Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital ). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengguanan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti Diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan seperti uveitis anterior. 2.2.2 Etiologi 1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis 2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda benda radioaktif. 3) Penyakit mata seperti uveitis. 4) Penyakit sistemis seperti DM.

5) Defek congenital 2.2.3 Klasifikasi Katarak 1) katarak kongenital Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah: a) Katarak lamelar atau zonular. b) Katarak polaris posterior. c) Katarak polaris anterior d) Katarak inti (katarak nuklear) e) Katarak sutural 2) Katarak juvenil Adalah katarak yang terjadi pada anak anak sesudah lahir. 3) Katarak senil Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu: a) katarak nuklear Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa b) Katarak kortikal Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa c) Katarak kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal. Katarak senil dapat dibagi atas stadium: a) katarak insipiens Katarak yang tidak teratur seperti bercak bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. b) katarak imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa. c) katarak matur Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama sama hasil desintegritas melalui kapsul. d) katarak hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. 4) Katarak traumatik

Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik. 2.2.4 Factor Resiko Perokok dan peminum alkohol 2.2.5 Patofisiologi Lensa yang normal adalah posterior iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengadung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks dan mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna tampak seperti Kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Peerubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari bada silier ke sekitar daerah yang berada di luar lensa misalnya dapat menyebabtkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyeb abkan koagulasi sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun seiring dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes namun sebenarnya merupakan suatu konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

2.2.6 WOC 2.2.7 MANIFESTASI KLINIS Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif . biasanya pasien mengatakan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak akan di pendarkan dan bukannya di transmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak terjadi biasanya bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas akan mengembangkan strategi secara khas untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabot rumahnya Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya pada saat mengendarai mobil pada siang hari. I.2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) kartu mata snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit system saraf atau penglihatan keretina atau jalan optic. 2) pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mm hg). 3) pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, pendarahan retina, dan mikroaneurisme. dilatasi dan pemeriksaan belahan- lampu memastikan diagnose katarak. 4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis, PAK.

I.2.9

PENATALAKSANAAN Tidak ada terapi obat untuk katarak dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan penghisapan keluar melalui kanula. bila penglihatan dapat diperiksa dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik dimana pasien melakukan aktifitas hidup sehari-hari maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil dan kemampuan bekerja sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita. pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus seperti pada diabetes dan glaucoma. pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang yang berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia local berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu di rawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengemballian penglihatan yang bermanfaat dicapai pada 95 % pasien. pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya, dukungan financial dan psikososial dan konsekwensi pembedahan harus dievaluasi karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi. kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesia local (retrobulbar) atau peribulbar. Yang dapat mengimobiiisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan kloustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Anastesi umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia local yang tak mau bekerja sama dengan alasan fisik atau psikologis atau yang tidak berespon terhadap anastesi local. ada dua macam tekhnik pembedahan tersedia utuk ppengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktifitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain seperti retinopati diabetika.

BAB III

Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak


3.1 Pengkajian 1. Data biografi klien a) Nama b) umur : Tn. M :75 th

c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah a) Agama: Islam b) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak c) TB/BB: 140 cm / 33 kg d) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah. e) Ciri ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih. f) Alamat: Sepanjang, Surabaya g) Orang yang dekat dihubungi: adik klien h) Hubungan dengan klien: adik kandung. 2. Riwayat keluarga Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit katarak sebelumnya. 3. Riwayat pekerjaan Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: -1) Riwayat lingkungan hidup Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan. 2) Riwayat rekreasi Klien mengaku sering jalan jalan kewisma wisma yang lain untuk menengok teman temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman temannya yang lain. 3) Sistem pendukung Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan

kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien. 4) Deskripsi kekhususan Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla. 5) Status kesehatan Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala. Provokative Quality Region Severity scale Timming : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur. : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair. : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur. : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung. Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta pantangan pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya. Obat obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1 Satus imunisasi: -Alergi terhadap obat obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak ada pada klien. 6) Aktivitas sehari- hari Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari- hari klien diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri. Kebutuhan istirahat tidur kadang kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien. Psikologis kien meliputi:

Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya Emosi klien stabil Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di

umurnya sudah tua. secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.

mengunjungi teman temannya di wisma yang lain. luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi. 7) Tinjauan sistem a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih. b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis) c) Skala koma glasgow: 15 d) Tanda tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg. e) Sistem kardiovaskuler: jantung. Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain. Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain Inspeksi: keadaan umum terlihat baik Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran

menyertai. f) Sistem pernafasan: Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-) Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba. Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)

g) Sistem integumen Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik. h) Sistem perkemihan Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)

i) Sistem muskuloskletal ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll. j) Sistem endokrin Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar. k) Sistem immune Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu. l) Sistem gastrointestinal Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah dengan kadang kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan. m) Sistem reproduksi Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll. n) Sistem persyarafan Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik. Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.

8)

Status kognitif/afektif/sosial o) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual utuh. p) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik. q) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda tanda depresi pada klien. r) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan normal.

9)

Data penunjang Hasil pemeriksaan gluko test (-)

Analisa Data Nama R.Rawat Dx.Medis No 1. : Tn. M ( 75 th) : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu : Katarak Data DS: Klie Etiologi Interupsi pembedahan Masalah Nyeri

n mengeluh nyeri pada mata katarak pada mata kiri pot op menyebar ke kiri. kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur. n mengatakan bila Klie nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur. Klie n mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll. DO: 2. Mat a kiri berair, hiperemis(+)

(+) DS: nyeri, panas dan

IOL

Peningkatan kerentanan skunder interupsi terhadap

Resiko infeksi

Klie nyeri Klie n mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.

pembedahan

n mengatakan mata kiri terasa katarak. menyebar sampai ke kepala.

3.

DO: et pada mata kiri (+). a kiri berair(+) yll. DS: Klie n mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. 85 tahun. DO: Klie n berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu ragu. Klie n mampu melihat dalam jarak Klie n mengatakan usianya sudah Riw ayat post op katarak 16 hari Mat Sekr Keterbatasan penglihatan. Resiko cidera

pandang 50 mtr.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. 2. 3. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di

terhadap interupsi permukaan tubuh. lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata. 4. Gangguan sensori persepsi b.d penurunan ketajaman penglihatan.

3.3 Diagnosa keperawatan yang Prioritas. 1. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. 3. Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata. 3.4 NCP Nama R.Rawat Dx.Medis N o 1. Dx kep : Tn. M ( 75 th) : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu : Katarak Tujuan Nyeri hilang Istirahat tidur tercukupi 8 jam. Mata tidak K.H Pertegas pembatasan aktifitas yang termasuk menghindari yang mungkin disebutkan dokter Intervensi Rasional Membantu memberika n kenyamana n i dan tekanan mengurang

Nyeri b/d Setelah interupsi pembedah dilakukan intervensi

an katarak keperawatan pada mata selama 3x24 kiri. jam diharapkan nyeri hilang.

berair

dan

aktifitas berikut: Berbaring pada sisi yang dioperasi Membungkuk melewati pinggang Mengangkat benda beratnya melebihi kg. Mandi Mengedan selama defekasi. 10 yang

pada mata.

bola

tidak merah.

Beberapa tindakan penghilang nyeri invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanaka n perawat dalam usaha meningkatk an kenyamana n klien. pada non

Tingkatkan penyembuhan luka: Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri an kenyamana dan menimbulk

yang adekuat. Gunakan aseptik mata: Cuci tangan sebelum memulai Pegang alat penetes agak jauh dari mata Ketika meneteskan, hindari kontak antara tetesan Ajarkan kepada teknik klien ata, dan ini dan teknik untuk

n klien. Tanda n

pada

ini

meneteskan tetes

menunjukka peningaktan tekanan intra (TIO) lain. Pembatasa n diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkata n tekanan okuler. Pembatasa n yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat luasnya pembedaha n, preferensi dan okuli atau

komplikasi

alat penetes.

anggota keluarganya.

dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruha n. Pemahama n alasan untuk pembatasa n ini dapat mendorong kepatuhan klien. 2. Resiko infeksi b/d peningkata n kerentanan skunder terhadap interupsi pembedah an katarak. Drainase pada kelopak mata (-) Materi purulen (-) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi teratasi. Kemerahan (-) Edema kelopak mata (-) Penyembuhan luka tanpa infeksi. insisi Kaji Kemerahan, edema Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata pada kelopak mata tanda dan gejala infeksi: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkat kan kesehatan secara keseluruh an, kan penyembu han yang meningkat klein tentang

Peningkatan suhu tubuh (-)

Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris) Peningkatan suhu Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, kultur positif) Lakukan tindakan untuk jahtan anjurkan kacamata protektif pelindung dan hari). dan mata mencegah (misal klien ketegangan pada hasil dan

Teknik aseptik meminimi alkan masuknya mikroorga nisme dan menguran gi resiko infeksi.

sensitivitas

Deteksi dini infeksi memungk inkan penangan an yang cepat untuk meminim alkan keseriusa n infeksi.

menggunakan

pada siang hari pelindung mata pada malam

3.

Resiko cidera b/d keterbatas

Setelah dilakukan intervensi

Klien cidera

tidak atau

Modifikasi lingkungan untuk

Ganggua n

mengalami

an penglihata n.

keperawat

trauma

menghilangkan kemungkinan bahaya: Singkirkan penghalang dari berjalan. Pastikan pintu dan tertutup terbuka dengan sempurna. Tinggikan tempat tidur. benda klien melihat meraihnya terlalu jauh. Letakkan dimana dapat dan tanpa laci atau jalur

penglihat an akan pelindung mata dapat mempeng aruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajama n dan edalaman persepsi. Tindakan ini dapat menguran gi resiko terjatuh. atau menggun

an selama jaringan 3x24 jam selama dirawat diharapka n cedera teratasi.

klien menjangkau

3.5 .Catatan Perkembangan Nama R.Rawat Dx.Medis Tgl. 4 12 2001 09.00 : Tn. M ( 75 th) : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu : Katarak Implentasi Memberikan pentingnya: Pembatasan aktifitas. Asupan minum porsi habis). Mengurangi paparan kontak dengan alergen 5 12 2001 Resiko peningkatan sekunder interupsi permukaan tubuh terhadap tinggi Mengevaluasi lingkungan kamar tidur klien: Penempatan benda benda di meja. Kebersihan kamar. Memasang gorden untuk mengurangi paparan terhadap snar matahari. lantai O: S: -Klien mengatakan terhadap infeksi b/d matanya sudah tidak panas lagi,berair (-) mata sekret (-) A: Masalah teratasi. P: intervensi dihentikan. berair (-), (-), kemerahan terhadap langsung benda sinar matahai atau gizi dan O: yang Evaluasi HE S: -Klien hilang - Klien sudah dapat istirahat baik. Mata berair (-), kemerahan (-) P: intervesi dihentikan dengan

dx.kep Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

mengatakan

nyeri pada mata kiri

memadai (makan 1 A: Masalah teratasi

11.00 perentanan

6 12 2001

Resiko keterbatasan

tinggi

Mengajarkan perawatan mata: Cara membersihkan sekret. Cara Menggunakan pelindung di siang hari. mata bila keluar wisma obat tetes mata. teknik kebersihan

S:-Klien

mengatakan

terhadap cidera b/d

penglihatannya sudah lebih terang. O: -Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing dan tanpa memakai tongkat. A:- Masalah teratasi. P:-intervensi

12.30 penglihatan, berada di lingkungan yang asing keterbatasan mobilitas perubahan kedalaman persepsi karena mata. pelindung dan dan

meneteskan keperawatan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional. Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia Magetan dari tanggal 03 07 Deseber 2001, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif. 4.2 Saran 1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia Magetan. Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal. 2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih. 3) Bagi mahasiswa sendiri Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta. Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta ...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes Ri. Jakarta ...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Depkes Ri. Jakarta Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.

EGC. Jakarta Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku

Anda mungkin juga menyukai