Presented by : Kelompok I
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2012
Pengertian
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 2000).
Etiologi
Menurut Mansjoer (2000) :
Hiperflasia folikel limfoid Fekalit Benda asing Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya Neoplasma
Klasifikasi
Schwartz (2000), membagi apendiksitis menjadi :
akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring dimana biasanya ditemukan pada usia tua.
Patofisiologi
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : gambaran fluid level atau sumbatan / fecolit Laboratorium : Lekosit > 13.000, LED Ultrasonografi : gambaran apendicolith CT-Scan
Penatalaksanaan
Sebelum operasi Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi Pemasangan kateter untuk control produksi urin. Rehidrasi Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena. Antipiretik
Penatalaksanaan
Operasi Apendiktomi
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses bila abses sudah berkurang dan dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Penatalaksanaan
Pasca operasi
Observasi TTV. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 230 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Komplikasi
Menurut Nelson (1994) :
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Dasar Pengkajian Pasien (Praoperasi) (Doengoes, 2000):
Aktivitas / Istirahat
Sirkulasi
Eliminasi
Gejala: Konstipasi pada awitan; Diare (kadangkadang) Tanda: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan. Penurunan atau tak ada bising usus.
Makanan / Cairan
Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tibatiba diduga perforasi atau infark pada apendiks). Tanda: Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter). Perilaku berhati-hati; berbaring kesamping atau telentang dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
Pernapasan
Tanda:Takipnea,
pernapasan
dangkal
Keamanan
Tanda:
Demam (biasanya rendah), bila telah terjadi perforasi bisanya demam tinggi (>38,6)
Pemeriksaan Penunjang
RO : Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum). Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil. Pada enema barium apendiks tidak terisi. Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
Data Dasar Pengkajian Pasien (Pasca Operasi) (Brunner & Suddarth, 2002):
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya komplikasi dan keberhasilan operasi. Adapun yang harus dikaji pada pasien apendisitis akut pasca/post operasi adalah sebagai berikut:
Adanya nyeri tekan abdomen, demam, muntah, kekakuan abdomen, dan takikardi, dimungkinan terjadi peritonitis. Anoreksia, Menggigil, demam, diaforesis, diare yang menunjukkan abses pelvis, abses subfrenik (abses dibawah diafragma) atau lumbal
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
Diagnosa Keperawatan
Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
Intervensi
Intervensi pre operasi
Observasi TTV 2. Kaji intake dan output cairan 3. Auskultasi bising usus 4. Kaji status nutrisi 5. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik 6. Ajarkan tehnik relaksasi 7. Beri cairan intervena 8. Kaji tingkat ansietas 9. Perkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan). 10.Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
1.
Intervensi
Intervensi post operasi 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi 3. Kaji keadaan luka 4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk. 5. Kaji status nutrisi 6. Auskultasi bising usus 7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.
Evaluasi
Melaporkan berkurangnya nyeri Cairan tubuh seimbang Nutrisi terpenuhi Kecemasan berkurang Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan Menunjukan tidak ada tanda infeksi
Terimakasih