Anda di halaman 1dari 15

SNI KENTANG SEGAR

(STANDAR NASIONAL INDONESIA) Definisi : Kentang segar adl. Umbi batang tanaman kentang dalam keadaan utuh, bersih dan segar. Keseragaman warna & bentuk : Keseragaman warna kulit; Kuning atau Merah. warna daging : Putih, Kuning, Putih kekuning-kuningan atau kuning keputihaputihan. Bentuknya : Bulat, Lonjong/ Lonjong bulat. Keseragaman Ukuran : Ukuran yang seragam sesuai dg penggolongan 4 macam ukuran berat. Toleransi diatas/dibawah ukuran berat masing-masing 5 % maksimum. Ke rataan permukaan Kentang : rata bila tidak lebig dari 10 % berat kentang dalam partai mempunyai benjolan yg lebig besar dari 1 Cm. Kotoran : semua bahan bukan kentang spt tanah, pasir, batang, daun dsbnya. Kentang cacat : Kentang yang berpenyakit, berhama, bertunas, pecah, burabah warna, bermata dalam atau karena kerusakan lain, kecuali bila cacat tersebut dapat dihilangkan dg pengupasan biasa dan hasil terkupas tidak kurang 90 % dari berat kentang. Toleransi thd yg berpenyakit maksimum 1 % untuk Mutu I dan 2 % untuk Mutu II. Ketuaan ketang : sifat yg ditunjukan oleh kulit kentang yg tidak mudah mengelupas. Tua bila Kulit kentang kuat & tidak lebih dari 5 % berat kentang dalam partai mempunyai kulit yg mengelupas lebih dari bagian permukaan.

Cukup tua : bila kulit kentang cukup kuat & tidak lebih dari 10 % berat kentang dalam partai mempunyai kulit yg mengelupas lebih dari bagian permukaannya.

KLASIFIKASI / PENGGOLONGAN
Menurut ukuran berat kentang segar digolongkan menjadi :
1. 2. 3. 4.

Kecil Sedang Besar Sangat Besar

: 50 g ke bawah : 51 g 100 g. : 101 g 300 g. : 301 g ke atas.

Sedangkan menurut Mutunya dapat digolongkan jadi dua : No Jenis Uji 1. Keseragaman warna & bentuk. 2. Keseragaman ukuran. 3. Kerataan Permukaan k 4. Kadar Kotoran (bb/bb) 5. Kentang cacat (bb/bb) 6. Ketuaan kentang Satuan Mutu I Seragam % % Seragam Rata Maks 2,5 Maks 5 Tua Mutu II Seragam Seragam Nirsyarat Maks 2,5 Maks 10 Cukup tua

CARA PENGAMBILAN CONTOH Jumlah kemasan dlm Lot Juml. kemasan yg diambil 1 sampai 3 Semua 4 sampai 25 3 26 sampai 50 6 51 sampai 100 8 101 sampai 150 10 151 sampai 200 12 201 atau lebih 15 Pengambil contoh harus orang yang terlatih, berpengalaman dan mempunyai ikatan dg badan hukum. Berat Jml butir diatas/dibawah ukuran

Keseragaman = Berat seluruh cuplikan Kerataan =

X 100 %

Butir2 yg mempunyai benjolan > 1 cm X 100 % Berat seluruh cuplikan Berat kotoran X 100 % Berat Cuplikan Butir2 kentang yg cacat

Kadar kotoran =

Jml Contoh yg cacat = Berat seluruh cuplikan

X 100 %

Brt contoh yg kulitnya mengelupas > 1/4 Ketuaan = X 100 % Berat seluruh cuplikan

SNI TOMAT SEGAR


(STANDAR NASIONAL INDONESIA) Tomat segar adl Buah dari tanaman tomat (Lycopersicum esculentum, Mill) dalam keadaan utuh, segar dan bersih. Kesamaan sifat varietas : Kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila terdapat keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat pipih; lonjong dan beralur) dan warna kulit buah. Tingkat ketuaan : Buah tomat dinyatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat perkembangan fisiologis yg menjamin proses pematangan yg sempurna dan isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi bahan yg mempunyai konsistensi/kekentalan serupa jelli dan biji-biji telah mencapai tingkat perkembangan yg sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dg tekstur daging yg lunak dan dianggap telah lewat waktu pemasarannya.

Ukuran : ukuran dinyatakan seragam apabila telah sesuai dg penggolongan 3 macam ukuran berat yg ditentukan dg tolenransi 5 % (jumlah/jumlah) maks. Kotoran : Kotoran dinyatakan tidak ada apabila tidak terdapat kotoran/ benda asing yg menempel pada tomat atau berada dalaam kemasan yg mempengaruhi kenampakannya. Bahan penyekat dan pembungkus tidak dianggap sebagai kotoran. Kerusakan : Tomat dinyatakan rusak apabila mengalami kerusakan atau cacat oleh sebab fisiologis, mekanis dan lain-lain yg terlihat pada permukaan buah. Busuk : Tomat dinyatakan busuk apabila mengalami pembusukan akibat kerusakan biologis.

KLASIFIKASI / PENGGOLONGAN
Menurut beratnya tomat segar digolongkan dalam : 1. Besar 2. Sedang 3. Kecil : lebih dari 150 g / buah : 100 g 150 g / buah : Kurang dari 100 g / buah.

Spesifikasi persyaratan mutu


No Jenis Uji Satuan Mutu I 1. Kesamaan sifat variet Seragam 2. Tingkat ketuaan Tua tk terla mtng Tk trl lunk 3. Ukuran Seragam 4. Kotoran Tidak ada 5. Kerusakan (jml/Jml) % Maks. 5 6. Busuk (jml/jml) % Maks. 1 Mutu II Seragam Tua tk terl matng, tk terl lunk Seragam Tidak ada Maks. 10 Maks. 1

CARA PENGAMBILAN CONTOH


Jml. kemasan dlm lot 1 sampai 100 101 sampai 300 301 sampai 500 501 sampai 1000 lebih dari 1000 Jml. kemasan yg diambil 5 7 9 10 15 (minimum)

SNI SALAK
(STANDAR NASIONAL INDONESIA) Salak adl buah dari tanaman salak (Salacca edulis Reinw) Dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih.

KLASIFIKASI / PENGGOLONGAN
Menurut beratnya Salak digolongkan dalam : 1. Besar 2. Sedang 3. Kecil : lebih dari 61 g / buah : 33 g 60 g / buah : Kurang dari 32 g / buah.

Spesifikasi persyaratan mutu


Karakteristik Kesamaan sifat Var. Tingkat Ketuaan Kekerasan Kerusakan Kulit Buah Ukuran Busuk % (bb/bb) minim Kotoran Syarat Mutu I Mutu II Seragam Seragam Tua Ttm Tua Ttm Keras Cukup K Klt b.Utuh Kl Kr Ut Seragam Kr. Serg 1 2 Bebas Bebas Cara pengujian Organolep. Organo. Organo. Organo. SP-SMP. SP-SMP. Organo.

Kesamaan sifat Varietas : Dinyatakan seragam apabila salak dlm satu lot seragam dlm bentuk umum buah, bentuk sisik kulit, warna kulit, suing buah dan bentuk biji.

Tingkat ketuaan : Dinyatakan tua apabila salak telah mencapai tingkat pertumbuhan yg menjamin dpt tercapainya proses pematangan yg sempurna. Dinyatakan terlalu matang apabila salak matanag penuh dg kulit buah pecah-pecah, tekstur daging buah lunak dan dg rasa yg demikian hingga dianggap telah lewat waktu pemasaran. Kekerasan : Dinyatakan keras apabila daging buah segar dan tidak lunak serta tidak liat. Cukup keras, berarti daging buah agak liat. Kerusakan kulit buah : dinyatakan utuh apabila tidak retak dan tidak ada bagian yg terkelupas, tetapi tidak lebih dari 10 % permukaan buah. Ukuran : Dinyatakan seragam apabila salak dlm satu lot berukuran seragam menurut golongan ukurannya berdasarkan berat perbuah yg telah ditentukan dg toleransi 5 % jumlah / jumlah maksimum. Busuk : Dinyatakan busuk apabila salak mengalami kerusakan atau cacat oleh sebab biologis, fisiologis, mekanis dan lain-lain sedemikian rupa sehingga daging buahnya yg terkena tidak dapat dipergunakan. Kotoran : Dinyatakan bebas dari kotoran apabila salak bebas dari benda asing, seperti tanah, bahan tanaman dan lain-lain, yg menempel pd buah atau berada dalam kemasan yg mempengaruhi kenampakannya. Bahan penyekat/pembungkus tidak dianggap sebagai kotoran. Cara pengambilan contoh dlm kemasan : Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan spt terlihat pd tabel di bawah. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 2 kg dari bagian atas, tengah dan bawah diambil secara acak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisis. Jml. kemasan dlm partai/lot sampai dengan 100 Jml. Kemasan yg diambil 5

101 sampai dengan 300 301 sampai dengan 500 501 sampai dengan 1000 di atas 1000

7 9 10 15 (minimum)

Catatan : Khusus utk pengujian kerusakan dan busuk jml contoh akhir sebanyak 100 buah. Pengujian dpt dilakukan di lapang. Produk dalam curah (in bulk): sekurang-kurangnya 5 contoh diambil secara acak sesuai dg jumlah berat total spt dlm tabel di bawah ini. Contoh-contoh tersebut diambil dari bagian atas, tengah, bawah serta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisis. Jml. Brt. lot (kg) S/d 200 10 201 -500 20 501 - 1001- > 5000 1000 5000 30 60 100 (minim)

Jml. Brt. Contoh yg diambil (kg) Catatan : sama dg tabel di atas.

Pengemasan : salak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lain yg sesuai dg berat bersih maksimum 40 kg. Daun kering, kertas ataupun bahan lain dapat dipakai sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya.

Pemberian label : Dibagian luar keranjang diberi label dengan tulisan : 1. Nama barang 2. Jenis mutu 3. Nama / kode perusahaan / eksportir 4. Golongan ukuran 5. Berat bersih

6. Hasil Indonesia 7. Negara / tempat tujuan 8. Daerah asal.

SNI BUAH RAMBUTAN SEGAR


(STANDAR NASIONAL INDONESIA) Buah rambutan segar adl buah dari tanaman rambutan (Nephelium lappaceum Linn) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar dan bersih. Keseragaman kultivar adl keseragaman kenampakan buah rambutan segar dari kultivar tertentu spt: Simacan, Binjai, Lebak Bulus, Rapiah dll. Yg ditandai dg bentuk dan warna buah. Panjang tangkai adl. ukuran panjang tangkai buah dari ujung yg melekat pd permukaan buah sampai bekas potongan tangkai buah.

KLASIFIKASI / PENGGOLONGAN
Menurut beratnya Buah Rambutan segar untuk masing2 kultivar digolongkan dalam 2 jenis mutu I & II.

Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Berat


Kultivar Binjai. Lebak Bulus. Rapiah. Simacan. Jenis Uji Besar Jumlah / kg Maks. 20 Maks. 35 Maks. 30 Maks. 40 Kecil Jumlah / kg > 20 > 35 > 30 > 40 Persyaratan

Persyaratan Mutu
Satuan

Keseragaman Kultivar Keseragaman Ukuran *) Tingkat Kesegaran Tingkat Ketuaan Buah*) Bh Cacat dab/busuk (J/J) Pangkal tangkai: 1. dlm bentuk Ikatan 2. dlm btk. Buah lepas Kadar kotoran (bbt/bbt) Serangga hidup & / mati
*) Sesuai dg Kultivarnya.

% cm cm % -

Mutu I Seragam Seragam Segar Tepat 0

Mutu II Seragam Kurang S. Kurang Sg Kurang Tp 0

Maks. 10 maks. 10 Maks. 0,5 maks. 0,5 0 0 Tidak ada Tidak ada

SNI
(Standar Nasional Indonesia)

JAHE UNTUK BAHAN BAKU OBAT


(SNI 01-7087-2005)
ICS 11-120-20. Badan Standardisasi Nasional. Daftar Isi Daftar isi Prakata 1. Ruang Lingkup 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4. Syarat Mutu 5. Cara Pengambilan Contoh 6. Cara Uji 7. Cara Pengemasan 8. Pemeriksaan Contoh Bibliografi Prakata Standar jahe untuk bahan baku obat disusun dan dirumuskan oleh Panitia Teknis 78A Produk Segar Pangan, Hortikultura dan Perkebunan dan elah dibahas dalam rapat konsensus nasional di Jakarta pada tanggal 18 Juni 2003 yang dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, balai-balai penelitian, peguruan tinggi, serta instansi pemerinah yang terkait. Standar ini disusun sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu (Quaity assurance) mengingat jahe untuk ahan baku obat banyak diperdagangkan serta mempengaruhi mutu dan produksi bat. Standar jahe untuk bahan baku obat disusun dengan mangacu pada : a. Undang-undang Republik Indonesia No. 12 tahun 1992, tentang Budidaya Tanaman. b. Peraturan Pemerinah No. 44 tahun 1995, tentang Perbenihan Tanaman. c. Keputusan Meneri Pertanian No. 170/Kpts/OT.210/3/2002, tentang Pelaksanaan Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian. d. Keputusan Menteri Pertanian No. 803/Kpts/OT.210/7/1997, tentang Sertifikasi dan Pengawasan Benih Bina. Jahe untuk bahan baku obat 1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, yarat penandaan, dan cara pengemasan jahe untuk bahan baku obat. 2. Acuan Normatif SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan. SNI 01-3193-1992, Penentuan kadar minak atsiri. 3. Istilah dan definisi 3. 1. Jahe segar untuk bahan baku obat

Rimpang (rhizoma) dari tanaman jahe (Zingiber officinale var. Emprit), yang sudah tua/matang fisiologis, berbentuk utuh dan segar serta dibersihkan (Gambar l). 3. 2. Kesegaran Jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus/tidak mengkerut, kaku, dan mengkilat. 3. 3. Bentuk rimpang Rimpang jahe dinyatakan utuh apabia maksimal 2 anak rimpang patah pada pangkalnya. 3. 4. Rimpang betunas Jahe segar dinyatakan rimpang bertunas apabila salah satu atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas. 3. 5. Kenampakan irisan melintang Jahe segar apabila diiris melintang pada alah satu rimpangnya dinyatakan cerah apabila penampangnya berwarna cerah khas jahe segar. 3. 6. Serangga hidup, hama dan penyakit lain Semua organisme yang dapat dilihat dengan mata tanpa pembesaran. 3. 7. Rimpang yang terluka Rimpang yang luka pada jaringan endodermis. 3. 8. Rimpang busuk Rimpag dinyatakan busuk apabila terdapat bagian yang lebih lunak yang disebabkan jamur atau bakteri dari rimpag yang masih segar. 3. 9. Kadar akstrak yang larut dalam air Persentase ekstrak yang larut dalam air dari bahan yang elah dikeringkan di udara. 3. 10. Kadar ekstrak yang larut dalam etanol Persentase ekstrak yang larut dalam etanol dari bahan yang telah dikeringkan di udara. 3. 11. Jumlah telur nematoda Jumlah telur nematoda yang ditemukan dalam tiap gram cuplikan kering. 4. Syarat Mutu 3. 1. Syarat umum Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Umum Jenis Uji Persyaratan Kesegaran Jahe Segar Rimpang Bertunas Tidak ada Kenampakan Irisan Melintang Cerah Bentuk Rimpang Utuh Serangga Hidup dan Hama Lain Bebas

No. 1 2 3 4 5

4. 2. Syarat Khusus Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Khusus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis Uji Rimpang yg Terkelupas Kulitnya (R/jml R), Maks Rimpag Busuk (R/jml R) Kadar Abu, maks Kadar Ekstrak yg Larut dalam Air, maks Kadar kstrak yg Larut dalam Etanol, min Benda Asing, Maks Kadar Minak Atsiri, Min Kadar Timbel, maks Kadar Arsen Kadar Tembaga Angka Lempeng Total Telur Nematoda Kapang dan Khamir Satuan % % % % % % % mg/kg mg/kg mg/kg Koloni/g Butir/g Koloni/g Persyaratan 5 0 5 15,6 4,3 2 1,5 1 Negatif 30 1 X 107 0 Maks. 104

5. Cara Pengambilan Contoh Cara pengambilan conth sesuai SNI 06-0428-1998, Petunjuk pegambilan contoh padatan. 6. Cara Uji 6. 1. Kadar Abu Cara uji kadar abu sesuai SNI 01-3187-1992, Bumbu dan rempah-rempah, penentuan abu total. 6. 2. ekstrak yang larut dalam air Metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat terekstrak dalam air dari suatu bahan berdasarkan pada Materi Medika Indonesia, Jilid VI, 1995, Lampiran 9. 6. 2. 1. Bahan Kimia Air deionisasi (air yang telah bebas dari ion-ion logam). 6. 2. 2. Peralatan a. b. c. d. Oven listrik Labu bersumbat Penyaring Cawan

6. 2. 3. Cara Kerja Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam, 5,0 g serbuk dengan 100 ml air kloroform (campuran 2,5 ml kloroform dengan air secukupnya hingga 1000 ml, kocok hinga larut) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-ali dokocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring. Uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan data yang telah di tera, Panaskan sisa pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % ekstrak yang larut dalam air, dihitug terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. 6. 2. 4. Cara menyatakan hasil

Kadar ekstrak yang larut dalam air (atas dasar cuplikan kering), persen berat = 100 (W1 W2) W Keterangan: W1 adalah berat cawan dan isinya dalam g W2 adalah berat cawan kosong dalam g. W adalah berat dalam g cuplikan kering untuk pengujian. 6. 3. Kadar ekstrak yang larut dalam etanol 6. 3. 1. Ruang lingkup Metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat terekstrak dalam etanol dari suatu bahan berdasarkan pada Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 1995, Lampiran 10. 6. 3. 2. Bahan kimia Etanol 95 % (95 g etanol murni dalam 100 g larutan) 6. 3. 3. Peralatan a. Oven listrik b. Labu bersumbat c. Penyaring d. Cawan 6. 3. 4. Cara Kerja Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam, 5,0 g serbuk dengan 100 ml etanol (95 %), menggunakan labu bersumbat sambil bekali-kali dokocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam awan dangkal berdasarkan rata yang elah ditera, panaskan sisa pada suhu 105o C hinga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen ekstrak yang larut dalam etanol (95 %), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. 6. 3. 5. Cara menyatakan hasil Kadar ekstrak yang larut dalam etanol (atas dasar cuplikan kering) persen berat = 100 (W1 W2) W Keterangan: W1 adalah berat cawan dan isinya dalam g W2 adalah berat cawan kosong dalam g. W adalah berat dalam g cuplikan kering untuk pengujian. 6. 4. Benda Asing Cara uji penentuan benda asing sesuai SNI 01-3185-1992, Bumbu dan rempahrempah, penentuan benda asing. 6. 5. Kadar minyak atsiri Cara uji penentuan kadar mnyak atsiri sesuai dengan SNI 06-3193-1992, Penentuan kadar minyak atsiri cassia Indonesia. 6. 6. Cemaran logam (timbal (Pb) dan tembaga (Cu)). Cara uji cemaran logam timbal dan tembaga sesuai SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaan logam, butir 3. 4.

6. 7. Cemaran Arsen. Cara uji cemaran arsen sesuai SNI 19-2896-1992.Cara uji cemaran logam, butir 6. 6. 8. Angka lempeng total Cara uji angka lempeng total sesuai SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba, Butir 8. Cara pemeriksaan mikroba No. 1. 6. 9. Telur nematoda 6. 9. 1. Ruang lingkup Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah telur nematoda per gram cuplikan kering. 6. 9. 2. Prinsip Telur nematoda akan terbawa pada larutan NaCl jenuh dan jumlahnya dihitung di bawah mikroskop. 6. 9. 3. Bahan kimia Larutan garam NaCl jenuh (1 gram NaCl dalam 30 ml larutan). 6. 9. 4. Peralatan a. b. c. d. e. Timbangan anaitik, Saringan teh, Mikrofilter ukuran 0,25 mm, Slide mc master, Mikroskop binokuler.

6. 9. 5. Cara kerja Cuplikan ditimbang dengan jumlah tertentu kemudian dicuci bersih dengan larutan garam jenuh. Hasil cucian disaring dengan saringan teh kemudian dilanjutkan dengan mikrofilter. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam slide Mc Master dan didiamkan selama 5 menit. Jumlah telur dihitung pada 1, 2, 3, 4, dan 5 strip. 6. 9. 6.Cara menyatakan hasil Hasil perhitungan pada strip 1, 2, 3, 4, dan 5 dikalikan dengan 300, 150, 75, dan 60, kemudian dibagi dengan bobot cuplikan kering. Hasil yang dperoleh merupakan nlai terhitung per gram cuplikan. 7. Syarat penandaan Kemasan diberi label yang ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur, data mudah terbaca dengan isi minimal sebagai berikut: a) Jenis / varietas b) Kadar air c) Tanggal panen d) Masa kadaluwarsa. 8. Cara pengemasan

Produk dikemas dalam suatu tempat/wadah yang tidak mengkontaminasi produk memungkinkan sirkulasi udara yang baik secara merata. Bibliografi Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 1995, Lampiran 9. Materia Medika Indonesia, jilid VI, 1995, Lampiran 10.

Anda mungkin juga menyukai