Anda di halaman 1dari 15

Neisseria Gonnorhoeae yang Menjadi Salah Satu Penyebab Penyakit Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510 Marco 10-2010-095 Kelompok B3 marcorahardja@hotmail.com Semester 4, Blok 15 16 April 2012

PENDAHULUAN Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang anak laki-laki berusia 27 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan kencing nanah yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Pasien belum mengobati keluhan tersebut, dan pada pemeriksaan fisik umum didapatkan suhui 37,7 derajat Celcius, terdapat pembesaran kelenjar getah bening inguinal dextra dan sinistra, mobile, nyeri tekan (+). Pemeriksaan venereologikus ostium uretra eksterna eritema, exema, sekret (+) banyak,dan purulent. Dari kasus tersebut akan dibahas secara mendetail sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun pembaca Gonore yang menjadi salah satu topik perkuliahan di blok 13. Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara P.M.S . Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonnorhoeae yang telah resistan terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing Neisseria gonnorhoeae. Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genioto-genital, orgenital , dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk , termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital. tentang

ANAMNESIS Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Gejala utama adalah keluhan kencing nanah yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu sertai disertai dengan banyaknya sekret dan purulen. Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa dan agama. Keluhan utama keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Riwayat penyakit sekarang riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit dalam keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi dan sosial meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Anamnesis kasus : Laki-laki berusia 27 tahun datang dengan keluhan kencing nanah yang terasa nyeri semenjak 3 hari yang lalu. PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : -Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis -Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan

-Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah ( Hipospadia ) lubang uretra pada batang penis ( Epispadia ) b. Palpasi Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan. Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum : Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada tunika vaginalis. Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada tubulus/ saluran sperma. Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign atau maligna, syphilis ,atau tuberculosis. Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau Mycobacterium tuberculosis. Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma diakibatkan infarktion pada testis. Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya tidak nyeri.1 Pemeriksaan Penunjang 1) Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatifGram, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tupuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum. 2) Kultur Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kulutur). Dua macam media yang dapat digunakan, yaitu media transpor dan media pertumbuhan.

Contoh media transpor : a) Media Stuart Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. b) Media Transgrow Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.menigitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimeoptrim untuk mematikan Proteus spp.

Contoh media pertumbuhan : a) Mc Leods chocolate agar Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh b) Media Thayer Martin Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. c) Modified Thayer Martin agar Isinya ditambah dengan tripometrin untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp. 3. Tes definitif a) Tes oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. b) Tes fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosam dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. 4. Tes beta-laktamase
4

Pemeriksaan beta-laktmase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 91192 yang mengandung chromogenic cephalosporn, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase. 5. Tes Thomson Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan : Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi. Urin dibagi dalam dua gelas. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior. Hasil pembacaan : Gelas I jernih keruh keruh jernih DIAGNOSIS Differential Diagnose 1) Candida albicans (Spesifik urethritis) Candida albicans adalah spesies kandida yang secara normal ditemukan di mulut, tenggorokan, usus, dan kulit laki-laki dan perempuan sehat dan sering dijumpai di vagina peremupan asimtomatik. Candida albicans adalah spesies penyebab pada lebih dari 80% kasus infeksi kandida pada genitalia. Pertumbuhan berlebihan C. albicans adalah penyebab tersering vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat,
5

Gelas II jernih jernih keruh keruh

Arti tidak ada infeksi infeksi uretritis anterior panuretritis tidak mungkin2

C.albicans tidak dianggap ditularkan secara seksual, namun C.albicans dapat dibiak dari penis 20% laki-laki pasangan perempuan yang mengidap vulvovaginitis kandida rekuren. Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistensi pejamu atau flora bakteri lokal. Faktor predisposisi pada perempuan adalah kehamilan, haid, diabetes melitus, pemakaian kontrasepsi, dan terapi antibiotik. Baju dalam yang ketat, konstriktif, dan sintetik sehingga menimbulkan lingkungan yang hangat dan lembab untuk kolonisasi diperkirakan berperan dalam infeksi rekuren. Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitivitas terhadap produk-produk misalnya pencuci vagina, deodorant, dan kertas toilet berpewangi dan berwarna mungkin ikut berperan menimbulkan kolonisasi. Perempuan umumnya mengalami infeksi akibat salah satu dari faktor predisposisi di atas yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan organisme. Laki-laki umumnya terjangkit infeksi melalui kontak seksual dengan peremuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina. Pada kedua jenis kelamin, penyakit penekan imun dan obat imunosupresif sangat meningkatkan risikip pertumbuhan koloni di semua bagian tubuh yang mengandung kandida. Individu yang mengalami kandidiasi yang persisten dan membandel harus diperiksa untuk kemungkinan infeksi HIV.

- Gejala dan Tanda : Pada perempuan, gejala paling mencolok pada vulvovaginti ragi ini adalah pruritis dan iritasi hebat pada vulva dan vagina. Dapat timbul edema, eritema, dan fisura pada vulva, disertai disuria akibat meradangnya jaringan. Sering terdapat sekret vaginan seperti keju lembut. Ppemeriksaan dalam memperlihatkan vagina yang kering merah dengan plak-plak putih yang lekat. Laki-laki yang memiliki C.albicans sering asimtomatik. Apabila timbul, maka gejala tersering adalah kulit penis yang tampak eritematosa berkilap dan erosi di glans atau permukaan dalam preputium. Infeksi simtomatik pada laki-laki menyebabkan balanopostitis dengan derajat bervariasi yang menyebabkan rasa atal,panas, dan iritasi pada glans dan preputium. Lesi tampak berkrutsa dan lekat, dan mungkin dijumpai bercak-bercak putih seperti keju di glans. Kadang-kadang kulit skrotum

memperlihatkan lesi-lesi berskuama yang gatal. Fimosis, stenosis orifisium prepusium sehingga kulup tidak dapat dibuka ke belakang glans penis, merupakan penyulit balanoposstitis kandida. Infeksi kandida sering viruelan pada laki-laki dengan gangguan imunitas.3
6

Pengobatan : a) Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. Lesi-lesi lokal paling baik diobati dengan menghilangkan penyebabnya, yaotu menghindari basah, mempertahankan daerah-daerah tersebut tetap sejuk, berbedak dan kering dan penghentian pemakaian antibiotika. b) Topikal Larutan ungu gential 0,5-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2kali selama 3 hari. Nistatin. Amfoterisin B.

c) Sistemik Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna. Amfosterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik. Ketakonazol Anti jampur spektrum luas seperti poylene, echinocandin jika belum dikteahui spesis jamurnya.4 2) Chlamydia trachomatis C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia. Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis). Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Klamidia mudah diobati dengan antibiotik. Pada wanita, klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang berakibat wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai anak).

Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonore dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1 25 % pria dengan aktivitas seksual aktif. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia.3 ETIOLOGI Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neissseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta N. Cattarhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal.Keempat spesies ini suka dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Penyebab Gonore ini termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang bersifat 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39oC, dan tidak tahan zat desinfektan. Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe,yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat pirulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili ini akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. PATOFISIOLOGI Gonorea disebabkan oleh invasi bakteri diplokokus gram-negatif, Neiseria gonorrhoeae, yang pertama kali ditemukan dan diberi nama oleh ahli dermatologi Polandia, Albert Neisseria. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapiisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenitlal di faring, anus, dan rektum dapat dijumpai pada keduua jenis kelamin. Untuk
8

dapat menular, harus terjadi kontang langsung mukosa ke mukosa Tidak semua orang yang terpajan gonore akan terjangkit penyakit, dan risiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tingi daripada penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, endometrium, tuba Falloopi, dan rongga peritoneum, menyebabkan PID pada perempuan. PID adalah penyebab utama infertitlitas pada perempuan. Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia gonokokus. Bakterimia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan tetapi apabila dibandingkan lebih sering terjadi pada perempuan. Perempuan berisiko tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui os serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjugtivits dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak diketahui dan diobati. Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore dapat naik ke saluran kemih dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gejala awal gonore pada wanita biasanya muncul 7-21 hari setelah terinfeksi. Pada pria, gejala awal gonore muncul 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra yang beberapa jam kemudian diikuti rasa nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.2 Wanita dan pria homo seksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sek) dengan seorang penderita gonore dapat menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorkan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka dapat terjadi infeksi mata luar (konjungtivitas gonore).5 MANIFESTASI KLINIK Respons peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret purulen kuning-kehijuan dari uretra pada pria dan dari ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul sedini 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritirs, dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan
9

gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Walaupun sebagian besar lakilaki memperlihatkan gejala, namun sampai 10% tidak, tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya. Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejalanya yang menganggu. Karena infeksinya cepat diketahui dan diterapi, maka jarang ada laki-laki yang mengalami prostatitis, epididimitis, atau bakterimia. Infeksi gonokokus lokal pada laki-laki yang asimtomatik atau yang tidak diobati, biasanya akan diatasi oleh pertahanan alami tubuh dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7 sampai 21 hari, dimulai dengan sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rampuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Infeksi N. gonnorhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati, maka tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada perempuan adalah ke uretra, dengan gejala uretritis, disuria, dan sering berkemih serta ke kelenjar Bartholin dan Skene yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi yang menyebar ke endometrium dan tuba fallopii menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen, dan gejalagejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonokokus di perianus dan rektum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum. Bakterimia akibat infeksi gonokokus diseminata jarang dijumpai. Gejala dan tanda adalah berupa lesi kulit papular dan pustular di tangan dan kaki, poliartritis, dan peradangan tendon dan kaki yang nyeri.2 EPIDEMIOLOGI Angka gonore di Amerika Serikat lebih tinggi darpiada di negara-negara industri lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada di Swedia dan 8x kali daripada di Kanada (CDC,2000). Setelah infeksi oleh N. gonorrheae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat berjangkit lebih dari satu kali. Angka infeksi paling tinggi pada kaum

10

muda, dengan yang tertinggi pada perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dan laki-laki berusia 20 sampai 24 tahun , dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.6 PENATALAKSANAAN Medika Metosa Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksiknya. Jalur penatalaksanaan tergantung pada fasilitas diagnosti yang ada. Pemilihan rejimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat infeksi, resistensi galur N. gonnorhoeae terhadap antimikrobial, dan kemungkinan infeksi Chlamydia trachomatis yang terjadi bersamaan. Oleh karena seringkali terjadi koinfeksi dengan C. Trachomatis, maka pada seorang dengan gonore dianjurkan pula untuk diberi pengobatan secara bersamaan dengan rejimen yang sesuai untuk C. trachomatis. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, membasmi N.gonnorhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa. Pada awal tahun 1960-an sampai tahun 1970-an pilihan utama ialah penisilin+probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonnorhoeae penghasil penesilinase (NGPP). Secara epidomiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain ialah : Penisilin Yang efektif ialah penislin G proakin akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Ampisilin dan amoksilin Amposilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksilin 3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontradikisnya ialah alergi penisilin. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada farings.
11

Tiamfenikol Dosisnya 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan.

Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg.

Siprofloksasin 500 mg, secara oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai galur-galur yang menurun kepekaannya terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil atau menyusui ataupun orang yang berumur di bawah 17 tahun.

Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan

pengobatan penisilin dan tersangka sifilis, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Sefalosporin Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 sampai 1.00 gram secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan > 95%. Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini ialah : tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur NGPP ialah : spektinomisin, kanamisin, sefalospirin, oflokasin,sefiksim dan tiamfenikol. Peningkatan frekuensi timbulnya galur NGPP ini terjadi begitu cepat, dan harus kita waspadai. Karena tu pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan mengenai efektivitasnya. Dalam penatalaksanaan infeksi gonore,perlu diperhatikan fasilitas laboratorium dalam menegakkan diagnosis, frekuensi galur NGPP, pemilihan obat dengan toksisitas dan efek samping rendah, cara pemberian mudah, harga murah, namun efektivitasnya tinggi.2 KOMPLIKASI

12

Bartolinits, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus. Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik ke sendi, jantung, selaput otak, dan lain-lain. Pada ibu hamil, bila tidak diobati saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya ( sindroma artritis-dermatitis).

Bisa terjadi infeksi jantung ( endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatis) bisa menyebabkan nhyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu. Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat PROGNOSIS Prognosis pada pasien dengan gonore tergantung cepat terdeteksi dan diobati penyakit. Pasien mungkin sembuh sepenuhnya jika dilakukan perawatan dini dan lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, kemungkinan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.2 PENCEGAHAN Usaha penanggulangan penyeberan PMS,termasuk gonore di masyarakat harus memperhatikan beberapa segi, yaitu : segi medis, segi epidomologis, segi sosial, ekonomi, dan budaya. Segi-segi ini dalam penanggulangan PMS saling berkaitan sehingga harus dilakukan kerjasama secara sektoral. Secara medis penanganan PMS secara komprehensif harus mencakup : Diagnosis yang tepat sedini mungkin. Pengobatan yang efektif.

13

Konseling kepada pasien dalam rangka komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai penyakitnya, pentingnya mematuhi pengobatan dan upaya pencegahannya. Penanganan terhadap pasangan seksualnya.6

KESIMPULAN

Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoae. Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neissseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta N. Cattarhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal. Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Gejala awal gonore pada wanita biasanya muncul 7-21 hari setelah terinfeksi. Pada pria, gejala awal gonore muncul 27 hari setelah terinfeksi. Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan sususan anatomi dan faal genitalia.Komplikasi antara pria dan wanita berbeda.Contoh komplikasi gonore pada pria adalah uretritis, parauretritis. Sedangkan pada wanita adalah servisitis, barthonilistis,dll. Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan. Pengobatan gonore yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksiknya. Beberapa contoh pengobatan gonore adalah penisilin, kanamisin, sefalosipirn, dll DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates.Edisi ke-5.

Jakarta: EGC; 2006.


2. Djunda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h 369-79.


3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-5

Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2006. h. 1336-48.


4. Tortora GJ, Funke BR, Case CL. Microbiology an introduction. 8th edition. San

Fransisco: Benjamin Cummings;2004.h. 606-7


5. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Edisi ke-3. Jakarta: Azka Press;2007.h.

222
6. Wahyuningsih AED, Pujiati SR, Soedarmadi. Mekanisme dan epidomologi resistensi

Neisseria gonnorhoeae. Jurnal Kedokteran Medika 2006 April 1; 18: 70-6


14

15

Anda mungkin juga menyukai