Anda di halaman 1dari 12

Daftar isi

1. Bunyi 2. Aksara 3. Kata 1. Verba (kata kerja) 2. Adjektiva (kata sifat) 3. Adverbia (kata keterangan) 4. Nomina (kata benda) 5. Pronomina (kata ganti) 1. Kata Ganti Orang 2. Kata Ganti Kepemilikan 3. Kata Ganti Penunjuk 6. Numeralia (kata bilangan) 7. Partikel (kata tugas) 1. Preposisi 2. Konjungsi 3. Interjeksi 4. Artikel 5. Partikel penegas 8. Conjungtion (kata sambung) 9. Preposition (kata depan) 10. Determiner (kata sandang) 11. Interjeksi (kata seru) 12. Polisemi 13. Hipernim & Hiponim 14. Homofon 15. Homograf 16. Homonim 4. Kalimat 1. Kalimat Langsung 2. Kalimat Tak Langsung 3. Kalimat Pasif 4. Kalimat Aktif 5. Kalimat Tunggal 6. Kalimat Majemuk 1. Kalimat Majemuk Bertingkat 2. Kalimat Majemuk Setara 3. Kalimat Majemuk Campuran 7. Kalimat Perintah 8. Kalimat Tanya 9. Kalimat Berita 10. Kalimat Seruan 5. Wacana

Lain-lain
1. Kata ulang 1. Kata Ulang Utuh 2. Kata Ulang Sebagian 3. Kata Ulang Berubah Bunyi

Lampiran
1. EYD 2. Rujukan 3. Ketakkonsistenan KBBI

I.

Bunyi Bunyi bahasa merupakan bunyi, yang merupakan perwujudan dari setiap bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yaitu (1) sumber tenaga, (2) alat ucap penghasil getaran, dan (3) rongga pengubah getaran.

Beberapa konsep yang perlu diketahui adalah: 1. 2. 3. 4. Vokal dan konsonan Diftong dan gugus konsonan Fonem dan grafem Fonotaktik

Daftar isi

1 Vokal dan konsonan 2 Diftong dan gugus 3 Fonem dan grafem 4 Fonotaktik

Vokal dan konsonan


Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok: vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah) bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang) bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)

Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara) penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit) cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan

Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk membentuk bunyi bahasa. Daerah artiulasi adalah daerah pertemuan antara dua artikulator. Macamnya:

Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b], [m] Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f] Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s] Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y] Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k], [g] Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama dan [a] kedua pada kata saat

Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi. Macamnya:

Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup, kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Mis.: [p] dan [b] Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui rongga hidung. Mis.: [m] Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga terdengar bunyi berisik (desis). Mis.: [f] dan [s] Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah. Mis.: [l] Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. Mis.: [r]

Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama seperti pembentukan vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Mis.: [w] dan [y]

Diftong dan gugus


Diftong berhubungan dengan vokal, sedangkan gugus berhubungan dengan konsonan.

Diftong merupakan gabungan vokal dengan /w/ atau /y/, contohnya /aw/ pada /kalaw/ dan /baau/ (untuk kata "kalau" dan "bangau"), tetapi bukan /au/ pada /mau/ dan /bau/. Gugus adalah gabungan dua konsonan, atau lebih, yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. /kl/ dan /br/ (seperti dalam "klinik" dan "obral") adalah gugus, sedangkan /mp/ dan /rc/ (seperti dalam "tampak", "timpa", "arca", dan "percaya") bukanlah gugus dalam bahasa Indonesia.

Diftong adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata "harimau" adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata "-mau" tidak dapat dipisahkan menjadi "mau" seperti pada kata "mau". Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal <ai> pada kata "sungai". Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata "-ngai".

Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata "daun" dan "main", misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata "daun" dan "main" masing-masing terdiri atas dua suku kata. Gugus konsonan adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang sama. Bunyi [pr] pada kata "praktik" adalah gugus konsonan, tetapi [kt] pada kata yang sama itu bukanlah gugus konsonan. Pemisahan bunyi pada kata itu adalah praktik. Dengan contoh di atas jelaslah bawha tidak semua deretan konsonan itu selalu membentuk gugus konsonan. Dalam bahasa Indonesia cukup banyak kata yang memiliki dua konsonan yang berdampingan, namun belum tentu deretan itu merupakan gugus konsonan. Contoh lain dari deretan dua konsonan yang bukan gugus konsonan adalah "cipta", "aksi", dan "harga".

Fonem dan grafem


Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../. /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:
pola /pola/ parang /para/ peras /pras/ : bola /bola/ : barang /bara/ : beras /bras/

Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>]. Grafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali represenasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada alima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan. Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita temukan. Kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>, dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan // karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili satu fonem // saja.

Bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <g> dalam bahasa Indonesia jelas sangat berbeda. Sebaliknya, bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <b> sangat berdekatan. Dengan perbedaan dan kemiripan seperti itu maka dalam percakapan telepon, perkataan "pula" dan "gula" tidak akan keliru ditangkap, sedangkan "pola" dan "bola" dapa dengan mudah membingungkan kita.

Fonotaktik
II. Aksara. Aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili bunyi atau ujaran. Bahasa Indonesia menggunakan aksara atau alfabet Latin dalam mewakili bunyi bahasanya.

Huruf
Alfabet bahasa Indonesia ada 26 huruf.
III. Kata

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Beberapa pengertian yang harus dipahami:

Morfem, alomorf, dan kata dasar Afiks, prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks
1. Verba Verba atau kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan.

Pengelompokan verba
Menurut perilaku semantis

Pengelompokan verba menurut perilaku semantis adalah menurut makna inheren yang terdapat di dalamnya.
1. 2. 3. 4. Perbuatan, menjawab pertanyaan Apa yang dilakukan oleh subjek? Proses, menjawab pertanyaan Apa yang terjadi pada subjek? Keadaaan, menyatakan bahwa acuan verba berada dalam situasi tertentu. Pengalaman, peristiwa yang terjadi pada subjek begitu saja, tanpa kesengajaan dan kehendaknya.

Menurut perilaku sintaksis

Pengelompokan verba menurut perilaku sintaksis ditentukan dari adanya nomina sebagai objek dari kalimat aktif serta kemungkinan objek tersebut berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif (verba transitif dan taktransitif).
1. Verba transitif: memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek tersebut juga berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. 1. Verba ekatransitif: diikuti satu objek. 2. Verba dwitransitif: diikuti dua nomina, satu sebagai objek dan satunya sebagai pelengkap. 3. Verba semitransitif: objeknya boleh ada dan boleh tidak (manasuka/opsional). 2. Verba taktransitif: tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. 1. Verba taktransitif tak berpelengkap 2. Verba taktransitif berpelengkap wajib 3. Verba taktransitif berpelengkap manasuka 4. Verba taktransitif berpreposisi Menurut bentuk

Pengelompokan verba menurut bentuk membagi verba menjadi verba asal dan verba turunan.
1. Verba asal 2. Verba turunan 1. Verba turunan dasar bebas afiks wajib 2. Verba turunan dasar bebas afiks manasuka 3. Verba turunan dasar terikat afiks wajib 4. Verba turunan berulang 5. Verba turunan majemuk

Penurunan verba
Proses penurunan verba bisa melalui empat cara:
1. 2. 3. 4. Transposisi: penurunan verba dari kelas kata lain. Pengafiksan: penurunan verba dengan penambahan afiks pada dasar. Reduplikasi: penurunan verba dengan pengulangan kata. Pemajemukan: penurunan verba dengan penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih.

Penggabungan prefiks dan sufiks


Prefiks/sufiks -kan -i -an mengV v

Prefiks/sufiks -kan -i -an perberterdikeV V V V v v vv v v

Akjetiva Adjektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh adjektiva antara lain adalah keras, jauh, dan kaya.

Pengelompokan
Kata sifat dapat dikelompokkan menurut (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk.
Semantis 1. Adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas. 1. Adjektiva pemeri sifat yang memerikan kualitas dan intensitas yang bercorak fisik atau mental. Contoh: aman, bersih. 2. Adjektiva ukuran yang mengacu ke kualitas yang dapat diukur dengan ukuran kuantitatif. Contoh: berat, ringan. 3. Adjektiva warna yang mengacu ke berbagai warna. Contoh: merah, kuning. 4. Adjektiva waktu yang mengacu ke masa proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung sebagai pewatas. Contoh: lama, segera. 5. Adjektiva jarak yang mengacu ke ruang antara dua benda, tempat, atau maujud sebagai pewatas nomina. Contoh: jauh, dekat. 6. Adjektiva sikap batin yang bertalian dengan pengacuan suasana hati atau perasaan. Contoh: bangga, bahagia. 7. Adjektiva cerapan yang bertalian dengan pancaindera. Contoh: gemerlap, bising, anyir, basah, asam. 2. Adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh: abadi, bundar.

Sintaksis 1. Adjektiva atributif adalah pewatas dalam frasa nominal yang nominanya menjadi subjek, objek, atau pelengkap. Tempatnya adalah di sebelah kanan atau setelah nomina. Contoh: buku merah, harga mahal. 2. Adjektiva predikatif adalah adjektiva yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa. Contoh: Gedung itu sangat megah. Untuk kejelasan batas antara subjek dan predikat, kadang diselipkan kata adalah. 3. Adjektiva adverbial adalah pewatas verba (atau adjektiva lain) yang menjadi predikat. Polanya: 1. ... (dengan) + (se-) + adjektiva + (-nya). Contoh: (bekerja) dengan baik. 2. Perulangan adjektiva. Contoh: (bekerja) baik-baik. Bentuk 1. Adjektiva dasar (monomorfemis) merupakan sebagian besar dari adjektiva, meskipun ada yang berbentuk pengulangan semu. Contoh: besar, pura-pura. 2. Adjektiva turunan (polimorfemis) melalui proses afiksasi, pengulangan, penggabungan, dan pemajemukan. 1. Afiksasi 1. Prefiks se- dan ter-. Contoh: secantik, terbagus. 2. Infiks -em-. Contoh: gemetar, gemuruh. 3. Penyerapan afiks dari bahasa Arab, Belanda, dan Inggris. 1. Sufiks -i, -iah, -wi, -wiah. Contoh: alami, duniawi. 2. Sufiks -if, -er, -al, -is. Contoh: aktif, parlementer, struktural, teknis. 2. Pengulangan. Contoh: kecil-kecil, besar-besaran, compang-camping. 3. Pemajemukan 1. Gabungan sinonim/antonim. Contoh: cerah ceria, baik buruk. 2. Gabungan morfem terikat dan bebas: serbaguna, adidaya. 3. Gabungan morfem bebas: contoh: baik budi, busung lapar.

Pentarafan
Adjektiva bertaraf dapat menunjukkan (1) tingkat kualitas atau intensitas dengan pewatas seperti benar, sangat, terlalu, agak, dan makin, serta (2) tingkat bandingan dengan pewatas lebih, kurang, dan paling.
1. Tingkat kualitas 1. Tingkat positif, tanpa pewatas 2. Tingkat intensif, dengan pewatas benar, betul, sungguh 3. Tingkat elatif, dengan pewatas amat sangat ..., (amat) sangat ... sekali, maha-, adi4. Tingkat eksesif, dengan pewatas terlalu, terlampau, kelewat, ke--an 5. Tingkat augmentatif, dengan pewatas makin ..., makin ... makin ..., semakin .... 6. Tingkat atenuatif, dengan pewatas agak, sedikit, ke--an yang direduplikasi 2. Tingkat bandingan 1. Tingkat ekuatif, dengan pewatas se-, sama + ... + -nya (dengan) 2. Tingkat komparatif, dengan pewatas lebih ... dari(pada) ... 3. Tingkat superlatif, dengan pewatas paling, ter-

Transposisi
Adjektiva dapat dihasilkan melalui proses transposisi dari verba atau nomina. Transposisi adalah perubahan kelas kata tanpa pengubahan bentuk.
1. Adjektiva deverbal 1. meng2. meng--kan 3. ter4. ber2. Adjektiva denominal. 1. pe- atau peng2. ke--an yang mengalami reduplikasi

Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Contoh adverbia adalah sangat, amat, tidak. Kata keterangan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menurut: 1. Perilaku sintaksis 1. Mendahului kata yang diterangkan 2. Mengikuti kata yang diterangkan 3. Mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan 4. Mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan 2. Perilaku semantis 1. Kualitatif 2. Kuantitatif 3. Limitatif 4. Frekuentatif 5. Kewaktuan 6. Kecaraan 7. Kontrastif 8. Keniscayaan 3. Bentuk 1. Tunggal 2. Gabungan

Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, misal rumah adalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak rumah. Nomina biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa

Nomina dapat dilihat dari tiga segi, yaitu semantis, sintaksis, dan bentuk. Dari segi semantis, nomina adalah kata yang merujuk pada nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Dari segi sintaksis, nomina memiliki ciri-ciri:
1. menduduki posisi subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat yang predikatnya verba, 2. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, serta 3. umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai oleh kata yang.

Dari segi bentuk, nomina dapat dibagi menjadi nomina dasar dan nomina turunan. Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem dan dapat dibagi menjadi nomina dasar umum dan nomina dasar khusus. Nomina turunan adalah nomina yang diturunkan melalui proses afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

Afiks dalam penurunan nomina


Ada tiga prefiks dan satu sufiks yang dipakai untuk menurunkan nomina, yaitu:
1. 2. 3. 4. keperpeng-an

Dengan memperhitungkan kemungkinan penggabungan prefiks dan sufiks, ada tujuh jenis afiksasi yang dapat digunakan dalam penurunan nomina:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. keperpeng-an peng-an per-an ke-an

Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda, seperti aku, engkau, dia. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis pronomina, yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya.

Pronomina persona
Persona Tunggal Jamak Netral Eksklusif Inklusif

Pertama saya, aku, ku-, -ku engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, Kedua muKetiga ia, dia, beliau, -nya

kalian, kamu sekalian, Anda sekalian mereka

kami -

kita -

http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Numeralia http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai