Anda di halaman 1dari 155

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pada umumnya orang berpendapat bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang cukup sulit. Oleh sebab itu, guru-guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan keterampilan dalam mengajar matematika. Tujuannya antara lain agar guru dapat menyusun program pengajaran matematika yang dapat membangkitkan motivasi kepada siswa, agar mereka dapat belajar dengan giat. Selain itu, agar siswa merasa benar-benar ikut ambil bagian dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Suryanto (1998: 1), salah satu indikator keberhasilan dari seorang guru dalam proses pembelajaran yaitu, hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran baik, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut berhasil dalam proses pembelajaran yang dilakukannya tapi sebaliknya, jika hasil belajar siswanya buruk, berarti guru tersebut belum berhasil dalam proses pembelajarannya. Sesuai dengan hal itu, Suryanto (1998: 2) juga menyatakan bahwa hasil belajar mencerminkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan merupakan permasalahan yang masih menjadi bahan kajian dan perhatian sampai sekarang ini. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Sama halnya dengan indikator pada proses pembelajaran, indikator yang paling menonjol dalam kajian mutu pendidikan adalah hasil belajar. Maraknya pengkajian hasil belajar dikarenakan

masih seringnya ditemukan di setiap jenjang pendidikan, dimana beberapa orang siswa yang menunjukkan hasil belajar yang rendah. Pada kenyataannya sekarang, bahwa pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru SMA selama ini dirasakan mengalami hambatan dalam mencapai ketuntasan belajar, karena tidak sempat mendorong siswanya untuk kreatif dalam mengembangkan kemampuannya dalam setiap tatap muka. Guru hanya mentransfer rumus-rumus dan langkah-langkah penyelesaian soal yang disajikan guru, sehingga siswa terkesan seperti robot-robot yang dikendalikan oleh guru. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 4 Lubuklinggau, diperoleh data bahwa siswa kurang berminat untuk belajar matematika dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika masih rendah dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu, 60. Guru lebih banyak menggunakan pembelajaran secara konvensional dalam proses pembelajaran sehingga menurut siswa belajar matematika itu sangat membosankan. Dalam pengajaran matematika di SMA Negeri 4 Lubuklinggau, rata-rata guru mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal dan rendahnya hasil belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ujian tengah dan akhir semester. Padahal, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi dalam pelaksanaannya, latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika.

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah terletak pada proses pembelajaran matematika yang masih sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Disamping itu, proses pembelajaran matematika yang ditemui pada umumnya masih secara

konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari guru, sehingga sebagian siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran. Akibatnya, penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas. Dengan demikian hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Siswa akan berhasil dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif. Pentingnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran tersebut bersifat abstrak, sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Maka dari itu, diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang diberikan. Salah satu kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika yaitu melalui pendekatan problem posing. Yulisa (2006: 1) menyatakan bahwa salah satu alternatif dalam mengatasi masalah

tersebut adalah dengan pendekatan problem posing pada suatu proses pembelajaran, yang sasarannya bukan sekedar peserta didik menyelesaikan soalsoal atau menyelesaikan masalah (problem solving) sebagaimana biasanya, tetapi dapat berupa penyajian masalah atau membuat soal-soal (problem posing) dengan soal-soal yang disajikan oleh guru beserta langkah-langkah penyelesaiannya. Pendekatan ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal dari masalah yang diberikan oleh guru dan menyelesaikannya sendiri atau diselesaikan oleh siswa yang lain, sehingga akan terlihat kegiatan siswa, siswa akan lebih dominan dibandingkan dengan guru. Dengan membentuk soal yang dapat diselesaikan, siswa senantiasa akan berusaha untuk

mengkonstruksi pemahaman baru berdasarkan informasi yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pandangan kosntruktivis, bahwa pengetahuan baru sebagian besar akan dibentuk atau dikonstruk sendiri oleh siswa. Jadi, sudah saatnya guru melakukan pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun

(mengkonstruk) pengetahuan matematiknya dengan kemampuan sendiri melalui konsep internalisasi sehingga pengetahuan matematik itu dapat terkonstruksi kembali. Ini berarti, guru harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan diri, dan peran guru adalah melakukan kegiatan untuk memberi pemahaman matematika dengan cara memediasi dan memfasilitasi siswa agar proses pembentukan makna berlangsung dengan baik. Proses pembentukan makna akan diperoleh melalui keterhubungan pengetahuan kognitif yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan matematika yang baru akan dibangunnya. Proses seperti ini, salah satunya dapat dilatih

melalui dengan pembelajaran problem posing, karena dengan problem posing akan berdampak positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa, daya nalar, motivasi dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya. Dengan demikian, pembelajaran problem posing menjadi menarik dan perlu diperhatikan terutama bagi guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menginginkan anak didiknya lebih kritis dan analitis dalam menempuh mata pelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Lubuklinggau.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa pada kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau? 2. Bagaimana aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing?

C. Batasan Masalah Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup dari permasalahan yaitu materi yang dibahas adalah bentuk akar.

D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing

terhadap hasil belajar matematika siswa pada kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 4

Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik guna mencapai ketuntasan belajar siswa yang diinginkan. 2. Bagi siswa, untuk dapat lebih memahami dan menguasai dalam menyelesaikan soal-soal pada materi matematika yang diberikan.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk menghasilkan siswasiswa yang berkompeten.

Anggapan Dasar Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc. Ed. (dalam Arikunto, 2006: 65) anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah bahwa pendekatan problem posing mampu merangsang perkembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.

Penjelasan Istilah Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan, perlu adanya batasan istilah. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah : a. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang akan terjadi setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar siswa. b. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan problem posing yang dilaksanakan secara berkelompok yang menekankan peserta didik untuk membentuk soal sendiri dan siswa lain yang menyelesaikannya. c. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan problem posing.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Matematika Istilah matematies (inggris), mathematic (Jerman), Wiskunde (Belanda), berasal dari bahasa yunani dari kata mathema yang berarti belajar atau berfikir. Jadi, secara etimologis matematika berarti Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran. Jhonson dan Myklebust (dalam Abdurrahman 2003: 252), menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis, yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lenner (dalam

Abdurrahman 2003: 252),

juga menyatakan bahwa matematika disamping

sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Selanjutnya, Kline (dalam Abdurrahman 2003: 252), juga menyatakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif. Dalam perkembangan ilmu dan teknologi, matematika memegang peranan penting, karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi

lebih sempurna. Matematika merupakan Queen Of Science (ratunya ilmu). Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunjukan bahwa hakekat matematika lebih ditekankan pada metode dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri, maka matematika itu sendiri adalah bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dari kekurangan yang

memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan seharihari. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu dasar dari pengetahuan dan teknologi, ilmu tentang ideide atau konsep abstrak yang menggunakan bahasa simbol dengan penggunaan cara berfikir nalar deduktif.

B.

Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh setiap makhluk hidup khususnya manusia. Melalui belajar manusia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dimasa mendatang. Tujuan belajar adalah

mengembangkan intelektual, menambah keterampilan, dan mengembangkan kepribadian diri peserta didik. Slameto (2003: 2), menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Syah (2003: 68), belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Sesuai dengan pendapat diatas, Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan : 1. Sarana berpikir yang jelas dan logis. 2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. 3. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman. 4. Sarana untuk mengembangkan kreativitas. 5. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Suatu proses belajar dapat berjalan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar saling mendukung dalam mencapai tujuan, diantaranya siswa termotivasi. Komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar adalah guru, siswa, metode, kurikulum, dan sarana prasarana.

10

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Dengan belajar maka siswa dapat berkembang dan menjawab tantangan yang muncul. Slameto (2003: 74), menyatakan bahwa belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003: 253), menyatakan ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu : 1. Perhitungan matematika (mathematics calculation). 2. Penalaran matematika (mathematics reasoning). Berdasarkan hasil belajar matematika, maka Lenner (dalam Abdurrahman, 2003: 253), mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen : 1. Konsep, yaitu menunjuk pada pemahaman dasar. 2. Keterampilan, yaitu menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. 3. Pemecahan masalah, yaitu aplikasi dari konsep dan keterampilan.

C.

11

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu prestasi kegiatan yang telah dicapai, dikerjakan, baik secara individu maupun kelompok.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003: 54-60), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah : 1. Faktor intern, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi: faktor kesehatan, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 2. Faktor ekstern, adalah faktor diluar diri individu yang meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sudjana (2002: 39), menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis. Faktor yang datang dari luar, yang mempengaruhi hasil belajar yaitu, kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi

12

rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Pendapat ini sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan Bloom (dalam sudjana, 2002: 40), bahwa ada tiga variabel utama dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.

Sedangkan Caroll (dalam Sudjana, 2002: 40) juga menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu, bakat pelajar, waktu yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas pengajaran dan kemampuan individu. Kedua faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas pengajar) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa.

E. Pendekatan Pembelajaran Arief (dalam Kalimi, 2008: 12) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumbersumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Menurut Dageng (dalam Kalimi, 2008: 12), pendekatan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam proses belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

13

Hamzah, (2008: 50), menyatakan macam-macam pendekatan belajar yang ditinjau dari sudut pandang psikologi adalah : 1. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach) merupakan pandangan psikologi yang dimotori teori Thorndike dan Skinner merupakan penyebab pokok terbentuknya respon-respon dalam belajar. Stimulus yang dimaksud dinamakan operant conditioning yang dibentuk melalui pengubahan materi bahasan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang pelajar mengembangkan perilaku seperti yang dikehendaki dalam tujuan belajar. 2. Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach). Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan difikirkannya. Sedangkan fungsi stimulus yang datang dari luar di respon sebagai aktivitas kerja memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses amilasi dan akomodasi yang terus menerus diperbaharui, sehingga akan selalu saja ada sesuatu yang baru dalam memori disetiap akhir dari kegiatan. 3. Pendekatan Terapan (Applied Approach). Pendekatan terapan didasarkan atas asumsi bahwa, setelah melalui pengalaman belajar selama lokakarya, para peserta dapat menerapkan prinsip dan prosedur pengembangan aktivitas belajar mengajar di setiap mata pelajaran yang dipegangnya. Menurut Bruce Joyce (dalam Sudjana, 2002: 153), macam-macam pendekatan belajar yaitu :

14

1. Pendekatan Ekspository adalah guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti yang mendukung. 2. Pendekatan Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. 3. Pendekatan Inquiry adalah proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, kesimpulan. 4. Pendekatan Konsep adalah pendekatan yang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu anggota kelompok tertentu, akibat dalam suatu hasil belajar. 5. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, menggambarkan tingkat, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik intelektual, emosional maupun fisik. Sutiarso (2000: 8) menyatakan ada beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi, yaitu : 1. Koperatif (CL, Cooperative Learning). Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat

15

dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi, komunikasi, sosialisasi karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahanstrategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok. 2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkrit, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

16

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,

mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,

generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review,

rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara). 3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education) Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas

(kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-

17

intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan). 4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning) Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). 5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. 6. Problem Solving Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah

18

mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. 7. Problem Posing Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,

menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan. 7. Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam. Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi

mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara

19

matematik (gunakan gambar, diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 8. Probing-Prompting Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi. 9. STAD (Student Teams Achievement Division)

20

STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajarLKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. 10. TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs),

presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

Pendekatan Problem Posing Sutiarso (2000: 1) mengemukakan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal). Echols dan Shadiliy (dalam Sutiarso, 2000: 1) menyatakan bahwa problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata problem artinya masalah, soal atau persoalan dan kata pose yang artinya mengajukan. Jadi problem posing dapat diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Sedangkan Silver (dalam Sutiarso, 2000: 1), juga menyatakan bahwa dalam pustaka pendidikan matematika, problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu :

21

1. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem possing sebagai salah satu langkah problem solving). 2. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain. 3. Problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan. Sedangkan The Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics merumuskan secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri. Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri. Siswa perlu diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut (Sutiarso, 2000: 2). Mengenai peranan problem posing dalam pembelajaran matematika, Sutiarso (2000: 2) menjelaskan bahwa problem posing adalah adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola pikir matematis. Hal ini sesuai dengan English yang menjelaskan bahwa problem posing adalah penting dalam kurikulum matematika

22

karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas matematika, termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri. Silver dan Simon (dalam Sutiarso, 2000: 2) mengemukakan bahwa beberapa aktivitas problem posing mempunyai tambahan manfaat pada perkembangan pengetahuan dan terhadap konsep penting matematika. Sutiarso (2000: 2) menyatakan bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut merupakan juga merupakan sebagian dari langkah-langkah pembelajaran problem solving. Pembelajaran dengan metode problem posing sebenarnya merupakan pengembangan dari pengajaran metode problem solving yang dalam pemahaman anak

menyelasaikan soal-soal matematika menuntut siswa memiliki kemampuan memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian dan menyelesaikan soal. Pembelajaran dengan metode problem posing memberikan dorongan agar siswa dapat menciptakan sebanyak mungkin pertanyaan dari suatu soal (masalah) yang disajikan guru atau menuntut siswa memiliki kemampuan untuk membuat soal-soal yang setara dengan yang diberikan guru beserta langkah

penyelesaiannya. Selanjutnya, pengajaran dengan metode problem posing akan menjamin aktivitas belajar siswa yang lebih baik, karena sebagai individu-individu yang memiliki potensi alami dapat mengembangkan wawasannya sendiri sehingga tidak hanya terpaku kepada langkah-langkah yang disajikan oleh guru saja.

23

Dengan demikian menggunakan pengajaran dengan metode problem posing diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran akan dicapai maksimal. Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal atau masalah. Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan perumusan masalah atau soal dalam pembelajaran matematika, Walter dan Brown (dalam Sutiarso, 2000: 3), menyatakan bahwa soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari soal. Sedangkan English (dalam Sutiarso, 2000: 3), membedakan dua macam situasi atau konteks, yaitu konteks formal bisa dalam bentuk simbol (kalimat matematika) atau dalam kalimat verbal, dan konteks informal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan khusus. Menurut Sutiarso (2000: 4), pembelajaran dengan pendekatan problem posing biasanya diawali dengan penyampaian teori atau konsep. Penyampaian materi biasanya menggunakan metode ekspositori. Setelah itu, pemberian contoh soal dan pembahasannya. Selanjutnya, pemberian contoh bagaimana membuat masalah dari masalah yang ada dan menjawabnya. Kemudian siswa diminta belajar dengan problem posing. Mereka diberi kesempatan belajar individu atau berkelompok. Setelah pemberian contoh cara membuat masalah dari situasi yang tersedia, siswa tidak perlu lagi diberikan contoh. Penjelasan kembali contoh,

24

bagaimana cara mengajukan soal dan menjawabnya bisa dilakukan, jika sangat diperlukan. Bagi siswa yang memiliki daya nalar diatas rata-rata, pendekatan seperti ini memberikan peluang untuk melakukan eksplorasi intelektualnya. Mereka akan tertantang untuk membuat tambahan informasi dari informasi yang tersediakan. Sehingga pertanyaan yang diajukan memiliki jawaban yang lebih kompleks. Sedangkan bagi anak yang berkemampuan biasa cara ini akan memberikan kemudahan untuk membuat soal dengan tingkat kesukaran sesuai dengan kemampuannya. Menurut Iskandar (dalam Kalimi 2008: 17), langkah-langkah

pembelajaran problem posing adalah : 1. Membuka kegiatan pembelajaran. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Menyampaikan materi pembelajaran. 4. Memberikan contoh penyelesaian soal-soal. 5. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya. 6. Memberi kesempatan siswa untuk membuat soal dari kondisi yang diberikan, beserta penyelesaiannya. 7. Mempersilahkan mendiskusikannya. 8. Mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan soal yang telah dibentuk. 9. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. 10. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa. siswa bertukar soal dengan siswa lain dan

25

11. Menutup pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah

pembelajaran pendekatan problem posing menurut Iskandar.

Kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran problem posing (dalam Kalimi, 2008: 19) dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Problem Posing Kelebihan 1. Cara ini dapat membuat pembelajaran siswa lebih relevan. 2. Pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. 3. Cara ini merangsang perkembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam pembelajaran banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencapai permasalahannya. Kekurangan 1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sendiri. 2. Proses pembelajaran dengan menggunakan cara ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak. 3. Mengubah kebiasaan siswa dalam pembelajaran dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru, menjadi pembelajaran dengan banyak berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber pembelajaran merupakan kesulitan tersendiri.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada perumusan atau pembuatan serta penyelesaian masalah atau soal sendiri oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan.

26

G. Teori Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut, pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (dalam Tasker, 1992: 30) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Tasker (1992: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila

27

belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. Budiningsih (2005: 59), menyatakan bahwa teori konstruktivis

menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Konstruktivis dalam proses belajar mengajar tidak menjadikan siswa sebagai individu yang pasif tanpa dapat memahami, menerapkan pengetahuan dalam memecahkan masalah, akan tetapi menjadikan siswa sebagai individu yang aktif. Aktif disini berarti siswa sendiri yang menyelesaikan soal-soal, siswa aktif dalam memberikan pertanyaan dan aktif dalam menjawab pertanyaan, siswa sendiri yang membuat penalaran terhadap apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang akan diperlukannya didalam proses belajar mengajar sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa serta bermanfaat bagi siswa.

28

Hanbury (dalam Tasker, 1992: 6) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu : 1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara

mengintegrasikan ide yang mereka miliki. 2. Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti. 3. Strategi siswa lebih bernilai. 4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tasker (1992: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut : 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selanjutnya, keterkaitan problem posing dengan teori konstruktivisme yaitu, bahwa pendekatan problem posing adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berbasis teori konstruktivisme. Di dalam proses pembelajaran problem

29

posing, siswa di tuntut untuk lebih berperan aktif dibandingkan dengan guru. Bentuk peran aktif siswa itu sendiri adalah siswa di arahkan untuk mampu menggali pengetahuan kognitifnya sendiri yang direalisasikan dengan

kemampuan siswa dalam membuat dan menyelesaikan soal dengan benar sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh guru. Dari beberapa pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

H. Teori Konvensional Teori pembelajaran konvensional adalah teori pembelajaran yang mengacu pada teori belajar behaviorisme. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon, dan tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat di ukur, meskipun hal-hal itu penting. Karena hanyalah stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Jadi pembelajaran ini hanya berorintasi pada hasil belajar yang dapat diamati, dan di ukur sehingga tidak mampu menjelaskan proses belajar. Menurut Hamalik (1992: 54), menyatakan metode konvensional adalah metode pembelajaran yang lebih dilaksanakan secara klasikal yang diselingi kegiatan individual serta penggunaan media komunikasi tertentu terbatas sebagai

30

alat bantu meningkatkan keefektifitasan belajar. Sesuai dengan hal itu, pengertian lain dari teknik konvensional atau media ceramah, yaitu cara menyampaikan materi pembelajaran dimana guru aktif menjelaskan pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat setelah guru selesai menjelaskan materi pelajaran. Sanjaya (2008: 124), mengemukakan perbedaan teori konstruksional dan teori konvensional yang dapat dilihat pada tabel 2.2 : Tabel 2.2 Tabel Perbedaan Teori Konstruksional dan Konvensional N0 Teori Konstruksional 1 Teori konstruksional menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri. 2 Teori konstruksional, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa. 3 Teori konstruksional, prilaku dibangun atas kesadaran sendiri. 4 Teori konstruksional, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman. 5 Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui teori konstruksional adalah kemampuan berpikir melalui proses menghubungkan antara pengalaman dan kenyataan. 6 Dalam teori konstruksional, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu Teori Konvensional Teori konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

Teori konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

Teori konvensional perilaku atas proses kebiasaan. Teori konvensioanal kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan. Tujuan akhir dari teori konvensional adaalah penguasaan materi pembelajaran.

Dalam teori konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan

31

karena ia menyadari bahwa perilaku itu tidak bermanfaat dan merugikan. Dalam teori konstruksional pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalamannya yang dialaminya, oleh sebab itu setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Tujuan yang ingin dicapai oleh teori konstruksional adalah kemampuan siswa dalam proses berfikir untuk memperoleh pengetahuan, maka kriteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan hasil belajar

takut hukuman. Dalam teori konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimilikinya bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

Tujuan yang ingin dicapai oleh teori konvensional adalah keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur melalui tes.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu model pembelajaran yang sifatnya lebih berpusat pada guru yang pelaksanaannya dilakukan melalui mendengarkan penjelasan guru, tanya jawab dan pemberian tugas.

Aktivitas Belajar Menurut Sriyono (2008; 2), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

32

mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Trinandita (dalam Sriyono, 2008; 3) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Nasution (2010; 5) megemukakan macam-macam aktivitas belajar siswa didalam kelas, yaitu : 1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaan dan sebagainya. 2. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan sebagainya. 3. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya. 4. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, menyalin, dan sebagainya. 5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.

33

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain, berkebun dan sebagainya. 7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan menyimpulkan,

mengobservasi dan menyelesaikan masalah, sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan bersosialisasi didalam kelas. Dalam penelitian ini aktivitas yang dinilai oleh peneliti yaitu listening activities (mendengarkan), oral activities (bertanya), dan motor activities (membentuk soal dan membahas soal).

J. Tinjauan Materi Bentuk Akar 1. Operasi Aljabar Pada Bilangan Bentuk Akar a) Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar hanya dapat dilakukan jika untuk akarnya sama atau sejenis. Ingat bahwa a + b a+b a b ab

Rumus untuk penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar, yaitu : Penjumlahan : m a + n a = (m + n) a

34

Pengurangan : m a n a = (m n) a Contoh : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini. 1. 2 5 + 7 5 = (2 + 7) 5 = 9 5 2. 3 7 6 7 = (3 6) 7 = 3 7 3. 8 + 18 = 2 2 + 3 2 = (2 + 3) 2 = 5 2

b) Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar Rumus untuk perkalian dan pembagian pada bentuk akar, yaitu : Perkalian : a b x c d = a x c b x d

Pembagian:

a b c d

a c

b d

Contoh : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini. 1. 15 x 5 = 75 = 25 x 3 = 5 3 2. 2 5 x 3 2 = (2 x 3) 5.2 = 6 10 3. 2 8 x 6 = (2 x 1) 8 x 6 = 2 48 = 2 16 x 3 = 2 x 4 3 = 8 3 4. 4 12 2 6 39 13 = 4 12 =2 2 2 6 13. 3 13 = 3

5.

2. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar Caranya yaitu, dengan mengalikan pecahan bentuk akar tersebut dengan akar sekawan dari penyebut pecahan bentuk akar tersebut.

35

a) Bentuk

1 a 1 dengan a a a

Caranya yaitu, dengan mengalikan c a+ b

b) Bentuk

Caranya yaitu, dengan menggunakan rumus : c c a b x = a+ b a+ b a b = c( a b ) a2 b ca c b a2 b

c) Bentuk

c a b

Caranya yaitu, dengan menggunakan rumus : c c a+ b x = a b a b a+ b = c( a + b ) a2 b ca + c b a2 b c a+ b

d) Bentuk

Caranya yaitu, dengan menggunakan rumus :

36

c = a+ b =

c a b x a+ b a b c( a b ) a b c a c b ab

e) Bentuk

c a b

Caranya yaitu, dengan menggunakan rumus : c = a b = c a+ b x a b a+ b c( a + b ) ab c a +c b ab

= Contoh : 1.

8 8 2 8 2 8 2 x = = =4 2 = 2 2 2 2 4 3 3 4 2 3 4 2 12 3 2 12 3 2 x = = = = 4+ 2 4+ 2 4 2 42 2 16 2 14 2 2 9 + 3 2 9 + 3 18 + 2 3 18 + 2 3 x = = = = 9 3 9 3 9+ 3 92 3 81 3 78 3 = 6+ 2 2 = 5 3 3 6 2 3 6 2 3 6 3 2 x = = 62 4 6+ 2 6 2 2 5+ 3 2 5+ 3 2 5+2 3 x = = = 5+ 3 53 2 5 3 5+ 3

2.

3.

4.

5.

37

K. Hipotesis Penelitian Arikunto (2006: 71), menyatakan bahwa hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata, hypo yang artinya dibawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Selanjutnya Arikunto (2006: 71), Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terkumpul. Bertitik tolak dari kajian pustaka maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa pada kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. melalui data yang

L. Kriteria Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hiptesis diperlukan hiptesis statistik yang terdiri dari hiptesis kerja (Ha) sebagai lawan dari hiptesis pembanding (H0) dengan ketentuan : H0 : 1 2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan kurang dari atau sama dengan dari pada hasil belajar matematika siswa yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau.

38

Ha : 1 > 2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan lebih besar dari pada hasil belajar matematika siswa yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung < ttabel dengan taraf signifikan

= 0,05 .
M. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lusiana pada tahun (2009: 56) di Lubuklinggau yang menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing secara signifikan sudah baik, kemudian aktivitasnya juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuan pembelajaran dan termasuk dalam kategori baik. Selain itu juga, Kalimi (2008: 52) dalam penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing.

39

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Arikunto (2006: 3) menyatakan bahwa, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat pemberian perlakuan. Peneliti mengadakan eksperimen dengan memberikan pembelajaran di kelas-kelas yang menjadi sampel dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan problem

40

posing sedangkan pada kelas kontrol selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan konvensional. Desain penelitian yang digunakan berbentuk Control group pretest-postest yang melibatkan dua kelompok yang dapat digambarkann : E K O O X1 X2 O O

Keterangan : E = Kelas Eksperimen. K = Kelas kontrol. X1 = Pembelajaran dengan pendekatan problem posing. X2 = Pembelajaran dengan pendekatan konvensional. O = Pretest dan postest.

B.

Variabel Penelitian Dalam penelitian ini mengkaji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan pendekatan problem posing, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA

41

Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi dari 6 kelas dengan jumlah seluruhnya 223 orang. Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No 1 2 3 4 5 6 Kelas Laki-Laki X1 15 X2 15 X3 16 X4 17 X5 15 X6 16 Jumlah 94 Perempuan 21 22 21 21 23 21 129 Jumlah Siswa 36 37 37 38 38 37 223

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2010/2011

2. Sampel Penelitian Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa, sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Cluster Sampling, yaitu dengan mengambil beberapa kelas dari anggota populasi diantara kelas-kelas yang homogen. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, diketahui bahwa kelima kelas ini homogen. Dari enam kelas yang ada, diambil dua kelas secara acak untuk dijadikan sebagai sampel. Kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan Kelas X6 sebagai kelas kontrol. Tabel 3.2 Sampel Penelitian No 1 Kelas X5 Laki-Laki 15 Perempuan 23 Jumlah Siswa 38

42

X6 Jumlah

16 31

21 44

37 75

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2010/2011

D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik observasi. 1. Teknik Tes Arikunto (2006: 150), menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Tes yang digunakan berbentuk essay dengan jumlah 6 soal. 2. Observasi Arikunto (2006: 157), menyatakan bahwa observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen penelitian. b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis, yaitu dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian.

43

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dikelas selama mengikuti proses pembelajaran dengan pendekataan problem posing.

E. Uji Coba Instrumen Sesuai dengan jenis penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan yaitu soal tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui penguasaan materi pembelajaran. Tes tersebut berjumlah 6 soal yang berbentuk essay. Arikunto (2006: 160) menyatakan, instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen didalam penelitian ini memiliki kedudukan yang paling tinggi, karena data yang diperoleh dapat menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat penelitian hipotesis. Jadi, benar tidaknya data yang diperoleh sangat menentukan mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data tersebut. Instrumen yang baik harus memenuhi empat syarat penting yaitu, valid, realibel, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Mengetahui tingkat kebaikan instrumen suatu penelitian, maka terlebih dahulu instrumen tersebut di uji coba. Hal ini diperlukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran setiap item butir soal dari suatu instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas X 5 SMA

44

Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2009/2010, pada hari Senin tanggal 7 Juni 2010 dengan jumlah peserta 36 orang. 1. Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Jadi sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan butirbutir tes yang menyusunnya. Tes dikatakan valid apabila tes tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang diperoleh koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut : rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2

( X )

}{N Y

(Y )

}
(Arikunto, 2006: 170)

Keterangan : rXY = Koefisien korelasi.

45

X Y N

= Skor butir soal. = Skor total. = Banyak soal. Interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai

berikut : rXY 0,00 tidak valid 0,00 < rXY 0,20 valid sangat rendah 0,20 < rXY 0,40 valid rendah 0,40 < rXY 0,60 valid cukup 0,60 < rXY 0,80 valid tinggi 0,80 < rXY 1,00 valid sangat tinggi Mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka diperlukan uji statistik t dengan rumus : t= r n2 1 r2 (Sudjana, 2005: 377)

Keterangan : n = Banyak data r = Korelasi t = Distribusi student t. Taraf signifikan ( = 0,05), maka hipotesis diterima jika thitung < ttabel. Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2). Dalam hal lain hipotesisnya ditolak, dengan kata lain soal tersebut dikatakan valid.

46

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran B), rekapitulasi hasil analisis validitas butir soal diperlihatkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Tes Penguasaan Materi Bentuk Akar No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nilai rxy 0,32 0,15 0,16 0,55 0,62 0,44 0,56 0,77 thitung 1,98 0,89 0,95 3,85 4,63 2,89 3,92 7,01 ttabel 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 Keterangan Tidak Valid/ Sangat Rendah Tidak Valid/ Sangat Rendah Tidak Valid/ Sangat Rendah Valid/ Sedang Valid/ Tinggi Valid/ Sedang Valid/ Sedang Valid/ Tinggi

2. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha dikemukakan oleh Arikunto (2006: 196) sebagai berikut :
2 k b 1 r11 = 2t k 1

Keterangan: r11 = Raliabilitas instrumen.


2 b

2t

= Jumlah varians butir. = varians total.

47

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

Dengan :

=
2

( x)
N

Tingkat reliabilitas diklasifikasikan pada kriteria interprestasi menurut Guilford (dalam Sukasno, 2006: 76) sebagai berikut : r11 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 0,40 derajat reliabilitas rendah 0,40 < r11 0,60 derajat reliabilitas sedang 0,60 < r11 0,80 derajat reliabilitas tinggi 0,80 < r11 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus di atas (lampiran B), diperolah koefisien reliabilitas sebesar 0,47, maka instrumen penelitian ini memiliki derajat reliabilitas sedang, sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur. 3. Daya Pembeda Arikunto (2006: 211) menyatakan bahwa daya pembeda instrumen adalah kemampuan suatu instrumen untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (kemampuan rendah). Jika suatu soal dapat dijawab benar oleh semua siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai, maka soal tes tersebut tidak baik karena tidak memiliki daya pembeda. Demikian pula sebaliknya jika semua siswa baik siswa yang pandai maupun yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar.

48

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut juga indeks diskriminan (daya pembeda). Dalam penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua, separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal essay digunakan rumus yang dikemukakan Karno To (dalam Sukasno, 2006: 77) sebagai berikut DP = S A SB IA

Keterangan : DP = Indeks daya pembeda. SA SB IA = Jumlah skor kelompok atas. = Jumlah skor kelompok bawah. = Jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau bawah). Kriteria klasifikasi daya pembeda instrumen dikemukakan Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006: 77) sebagai berikut : DP 0, 00 sangat jelek 0, 00 < DP 0,20 jelek 0, 20 < DP 0,40 cukup 0, 40 < DP 0,70 baik 0, 70 < DP 1,00 sangat baik Dari hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi bentuk akar seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Penguasaan Materi Bentuk Akar

49

Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah skor kelompok atas 68 31 81 56 49 98 41 112

Jumlah skor Kelompok Bawah 56 30 61 31 26 79 11 61

Jumlah skor Ideal Kelompok Atas/bawah 90 54 108 108 90 162 90 144

Daya Pembeda (DP) 0,13 0,01 0,18 0,23 0,25 0,11 0,33 0,35

Ket Jelek Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup

4. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran atau taraf kesukaran suatu butir soal, menunjukan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar, sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2006: 207). Untuk keperluan penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua, separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah. Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal, digunakan rumus yang dikemukakan Karno To (dalam Sukasno, 2006: 79) sebagai berikut: TK = S A + SB IA + IB

Keterangan : TK = Indeks tingkat kesukaran. SA = Jumlah skor kelompok atas. SB = Jumlah skor kelompok bawah. IA = Jumlah skor ideal kelompok atas.

50

IB = Jumlah skor ideal kelompok bawah. Dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut : TK 0,00 terlalu sukar 0,00 < TK 0,30 sukar 0,30 < TK 0,70 sedang 0,70 < TK 1,00 mudah Dari hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran tes penguasaan materi bentuk akar seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Materi Bentuk Akar Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah skor kelompok atas 68 31 81 56 49 98 41 112 Jumlah skor Kelompok Bawah 56 30 61 31 26 79 11 61 Jumlah skor Ideal Kelompok Atas/bawah 90 54 108 108 90 162 90 144 Tingkat Kesukaran (TK) 0,69 0,56 0,65 0,40 0,42 0,54 0,28 0,60

Ket Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang

Berdasarkan analisis hasil uji coba tes belajar, maka rekapitulasi hasil uji coba tes dapat dilihat pada tabel 3.6.

51

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 Validitas 0,32 0,15 0,16 0,55 0,62 0,44 0,56 0,77 Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tingkat Kesukaran 0,69 Sedang 0,56 0,65 0,40 0,42 0,54 0,28 0,60 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Daya Pembeda 0,13 Jelek 0,01 0,18 0,23 0,25 0,11 0,33 0,35 Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup Ket Dipakai (Revisi) Tidak dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Tes Hasil Belajar Teknik analisis data terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut : a. Menentukan skor ratarata dan standar deviasi pada tes awal dan tes akhir, untuk data hasil belajar pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol dengan rumus :

x x=
n

dan

s=

f ( x x)
i i

n 1

Ketererangan : x = nilai rata rata hasil belajar siswa. xi = nilai siswa keseluruhan. n = banyak data.

52

= standar deviasi.

(Sudjana, 2005: 67)

b. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji kecocokan Chi Kuadrat ( 2 ) yaitu :

2 =

( f 0 f e )2 fe

Keterangan :

2 = Harga Chi Kuadrat yang dicari.


f0 = frekuensi dari hasil observasi. fe = frekuensi dari hasil estimasi/ yang diharapkan. Selanjutnya 2 hitung dibandingkan dengan 2 tabel dengan derajat kebebasan (dk) = J 1, dimana J adalah banyaknya kelas interval. Jika 2
hitung

< 2 tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

Dalam hal lainnya data tidak berdistribusi normal (Riduwan dalam Kalimi, 2008: 39). c. Uji Homogenitas Uji homogenitas dalam varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara kedua kelompok, sama ataukah berbeda. Pengujian homogenitas ini mengujikan uji varians dua buah peubah. Dengan demikian hipotesis yang akan diuji adalah :

53

H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen. Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen.

Dimana dk1=(n1-1) dan dk2=(n2-1). Uji statistiknya menggunakan uji varians (F), dengan rumus : F= S1 S2
2 2

Keterangan : F = Uji varians. S12 = Varians terbesar. S22 = Varians terkecil. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika Fhitung < Ftabel dan tolak H0 jika mempunyai hargaharga yang lain (Sudjana, 2005: 249). d. Uji Kesamaan RataRata Uji kesamaan dua ratarata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara dua ratarata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol. Hipotesis statistik yang di uji adalah : H0 : 1 2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan kurang dari atau sama dengan dari pada hasil belajar matematika siswa yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Ha : 1 > 2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan lebih besar dari

54

pada

hasil

belajar

matematika

siswa

yang

tanpa

menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung < ttabel. Untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak dengan taraf signifikan = 0,05 . 1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji

statistik yang digunakan uji-t dengan rumus : t= x1 x 2


2 1 1 dengan s = s + n1 n2

(n1 1) s1 + (n2 1) s 2 n1 + n 2 2

Keterangan : x1 = nilai ratarata kelompok eksperimen. x 2 = nilai ratarata kelompok kontrol. n1 = banyak sampel kelompok eksperimen. n2 = banyak sampel kelompok kontrol. s = simpangan baku. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel diamana ttabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 -2) dan peluang (1- ). Untuk hargaharga t lainnya H0 ditolak. (Sudjana, 2005: 239) 2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji

statistik yang digunakan adalah uji-t semu (t) dengan rumus :

55

t' =

x1 x 2 s1 s + 2 n1 n2
2 2

Keterangan : x1 = nilai rata rata kelompok eksperimen. x 2 = nilai rata rata kelompok kontrol. n1 = banyak sampel kelompok eksperimen. n2 = banyak sampel kelompok kontrol.
2 s1 = varians terbesar.

s 2 = varians terkecil. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika t terima H0 jika terjadi sebaliknya. Dengan : w1 = s1 s , w2 = 2 n1 n2
2 2

w1t1 + w2 t 2 dan w1 + w2

t1 = t (1 )( n1 1) dan t 2 = t (1 )( n2 1) 3)

(Sudjana, 2005: 243)

Jika data tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan tes

median. Rumus yang digunakan : 1 nF Me = b + p 2 f Keterangan : b = Batas bawah kelas median.

56

p = Panjang kelas median. n = Ukuran sampel atau banyak data. F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median. f = Frekuensi kelas median. Kriteria pengujiannya adalah: Jika Whitung Wtabel berdasarkan taraf nyata yang dipilih maka H0 ditolak. Dalam hal lainnya H0 diterima. (Sudjana, 2005: 79).

2. Analisis Data Observasi Setelah diperoleh data observasi, maka data tersebut di analisis menggunakan rumus sebagai berikut : NP = R x100 SM (Arikunto, 2006: 245)

Keterangan : NP = Nilai persen yang dicari dan diharapkan. R = Skor mentah aktivitas yang diperoleh siswa.

SM = Skor maksimum observasi yang bersangkutan. 100 = Bilangan tetap. Tabel kategori aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Tabel 3.7 Kategori Observasi No 1 2 3 4 5 Persentasi 80 - 100 66 - 79 56 - 65 40 - 55 < 40 Kategori Penilaian Observasi Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali

57

(Arikunto, 2006: 245)

G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yaitu tahapan yang dilksanakan dalam penelitian. Tahapan penelitian ini dimulai dari pembuatan proposal penelitian, persiapan analisis data sampai menarik kesimpulan dan saran. Tahapan atau prosedur yang dilakukan meliputi : 1. Persiapan yang dalam hal ini dimulai dengan membuat rancangan pembelajaran, rancangan instrumen, kisi-kisi instrumen, pertimbangan uji coba tes dan pembuatan izin penelitian. 2. Pelaksanaan yang dalam hal ini dimulai dengan mengadakan penelitian dengan memberikan tes awal (pretest) sebanyak 6 soal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap berikutnya peneliti memberikan perlakuan pembelajaran yaitu dengan pendekatan problem posing untuk kelas eksperimen dan tanpa problem posing pada kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran diberikan tes akhir (postest) sebanyak 6 soal baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 3. Analisis data meliputi pengumpulan atau penskoran, analisis data dan menarik kesimpulan.

58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan ini dilaksanakan di kelas X5 Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Lubuklinggau mulai tanggal 26 Juli sampai dengan 14 Agustus tahun pelajaran 2010/ 2011. Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlaku disekolah. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan problem posing pada materi operasi aljabar bilangan bentuk akar. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberi tes awal, melaksanakan

59

pembelajaran dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi bentuk akar sedangkan tes akhir untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

B.

Deskripsi Data Hasil Penelitian Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing di ajarkan pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau dengan uraian materi pokok yaitu Bentuk Akar. Jumlah siswa kelas X pada sekolah ini adalah 223 siswa, yang terdiri dari 6 kelas. Dari seluruh siswa kelas X diambil dua kelas secara acak yaitu kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, proses pembelajarannya menggunakan pendekatan problem posing, sedangkan pada kelas kontrol, proses pembelajarannya dilakukan secara konvensional. Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar di kelas eksperimen. Sehari sebelum pertemuan pertama dilaksanakan, peneliti mengadakan sosialisasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing. Sosialisasi ini diperlukan karena pendekatan pembelajaran problem posing ini belum pernah diterapkan sebelumnya. Peneliti juga menginformasikan materi yang akan diajarkan dengan pendekatan problem posing yaitu materi bentuk akar. Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah 6 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan tanggal 14 Agustus 2010, dengan rincian 4 kali pertemuan mengajar dengan pendekatan problem posing, satu kali

60

pretes dan satu kali postes. Dalam pertemuan tatap muka kepada siswa diberikan contoh-contoh soal dan siswa diminta untuk membuat soal sebanyak mungkin berikut penyelesaiannya dari situasi yang ada (sesuai dengan materi) lalu soal tersebut dikumpul kepada guru. Pada kelas eksperimen, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang dan terbentuk sebanyak 7 kelompok, 4 kelompok beranggotakan 5 orang dan 3 kelompok beranggotakan 6 orang.

1. Data Tes Hasil Belajar a. Data Jumlah Soal Buatan Siswa Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing, diawali dengan penjelasan materi oleh peneliti yang disampaikan secara ekspositori, kemudian memberi contoh soal kepada siswa. Setelah itu, peneliti meminta kepada masing-masing kelompok untuk membuat soal sebanyak mungkin berikut penyelesaiannya sesuai dengan materi lalu dikumpulkan kepada peneliti. Setelah itu peneliti membagikan soal dari buatan kelompok lain kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan. Kemudian setiap kelompok berdiskusi untuk mencocokan hasil jawabannya dengan kelompok pembuat soal. Adapun rekapitulasi jumlah soal buatan siswa secara berkelompok dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Soal Buatan Siswa Secara Berkelompok
Jumlah Soal Buatan Siswa

61

N Kelompok o 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 Jumlah Rata-Rata

Pertemuan I 9 10 10 8 8 10 10 65 9,28

Pertemuan II 10 10 8 8 8 10 8 62 8,85

Pertemuan III 10 8 8 9 9 8 8 60 8,57

Pertemuan IV 4 6 5 4 4 4 5 32 4,57

RataRata 8,25 8,50 7,75 7,25 7,25 8,00 7,75 54,75 7,81

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata masing-masing kelompok dapat membuat soal sebanyak 9 soal pada pertemuan pertama, pertemuan kedua rata-rata masing-masing kelompok dapat membuat sebanyak 8 soal, pada pertemuan ketiga rata-rata masing-masing kelompok dapat membuat sebanyak 8 soal, pada pertemuan keempat rata-rata masing-masing kelompok dapat membuat sebanyak 4 soal, sedangkan rata-rata jumlah soal buatan siswa secara keseluruhan mencapai 7 soal. Pada tabel di atas rata-rata setiap kelompok mengalami penurunan dalam pembuatan soal pada setiap kali pertemuannya, hal ini disebabkan pada setiap sub pokok bahasan materi yang diajarkan kepada siswa semakin lama semakin sulit yang membuat siswa sulit untuk mengerti materi pokok bahasan tersebut, sehingga mengurangi kreatifitas siswa dalam pembuatan soal.

b. Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum diberi pembelajaran materi bentuk akar. Kemampuan awal diperoleh melalui tes baik itu kelas ekperimen

62

maupun kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud merupakan kemampuan siswa sebelum guru memberikan pembelajaran kepada siswa dengan pendekatan problem posing maupun tanpa menggunakan pendekatan problem posing. Skor hasil tes awal yang merupakan kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem posing dan tanpa menggunakan pendekatan problem posing dengan materi bentuk akar. Rata-rata ( x ) dan simpangan baku (s) skor tes awal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Rata-rata ( x ) dan Simpangan Baku (s) Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen Kontrol Rata-rata ( x ) 7,02 7,05 Simpangan Baku (s) 2,68 2,46

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan awal kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan problem posing sebesar 7,02 dan kelas tanpa menggunakan pendekatan problem posing sebesar 7,05. Ini berarti bahwa kemampuan awal siswa dua kelompok

tersebut sebelum melaksanakan pembelajaran relatif sama.

c. Kemampuan Akhir Siswa Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi bentuk akar merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

63

Pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Skor hasil tes akhir dapat dilihat pada lampiran C. Ditinjau dari kemampuan belajar siswa, maka siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan problem posing memperoleh ketuntasan belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing. Persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Dari Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah Siswa 38 37 Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai < 60 Nilai 60 2 36 7 30 Ketuntasan Belajar 94,74% 81,08%

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen sebesar 94,74% sedangkan kelas kontrol sebesar 81,08%. Disamping ketuntasan belajar, dari skor tes akhir dapat dilihat perbedaan rata-ratanya. Rata-rata ( x ) dan simpangan baku (s) skor tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Rata-rata ( x ) dan Simpangan baku (s) Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen Kontrol Rata-rata ( x ) 27,44 25,27 Simpangan Baku (s) 3,11 5,05

64

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas eksperimen sebesar 27,44, lebih tinggi dari kelas kontrol sebesar 25,27. Dibandingkan dengan tabel 4.3, maka terjadi peningkatan rata-rata skor, untuk kelas eksperimen sebesar 57,43%, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 53,86% dan rata-rata peningkatan skor sebesar 55,51%.

2. Data Hasil Observasi Observasi dilakukan pada empat kali pertemuan pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Lembar observasi terdiri atas 4 (empat) indikator yaitu mendengarkan, bertanya, membentuk soal, membahas soal. Lembar observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus : NP = R x100 SM

Rekapitulasi persentase data aktivitas kelompok dalam pembelajaran problem posing dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Pertemuan I f % 2 28,57 4 57,14 1 14,28 0 0 0 0 Pertemuan II F % 4 57,14 2 28,57 1 14,28 0 0 0 0 Pertemuan III f % 4 57,14 3 42,85 0 0 0 0 0 0 Pertemuan IV f % 5 71,42 2 28,57 0 0 0 0 0 0 Rata -rata % 53,56 39,28 7,14 0 0

65

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan ke I dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang dan kurang sekali. Secara keseluruhan sebesar 28,57% siswa dikatakan baik sekali, 57,14% siswa dikategorikan baik, dan 14,28% siswa dikategorikan cukup. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing walaupun pendekatan ini merupakan hal yang baru bagi siswa. Akan tetapi pada pertemuan pertama ini, berdasarkan data hasil observasi (Lampiran A) masih sedikit kelompok yang mau bertanya dan membahas soal. Aktivitas siswa pada pertemuan ke II pembelajaran dengan pendekatan problem posing juga tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang dan kurang sekali. Secara keseluruhan sebesar 57,14% siswa mendapat kategori baik sekali, 28,57% siswa mendapat kategori baik dan sisanya 14,28% mendapat kategori cukup. Berdasarkan data hasil observasi (Lampiran A) Ternyata pada pertemuan kedua aktivitas siswa pada pembelajaran dengan pendekatan problem posing mengalami peningkatan karena siswa sudah mulai dapat beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan akan tetapi masih ada kelompok yang tidak bertanya dan membahas soal. Aktivitas siswa pada pertemuan ke III dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing terus mengalami peningkatan. Siswa tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang, kurang sekali, dan cukup. 57,14% siswa termasuk dalam kategori baik sekali, 42,85% siswa termasuk dalam kategori baik. berdasarkan data hasil observasi (lampiran A) aktivitasnya,

66

mengalami

peningkatan,

rata-rata

kelompok

sudah

mendengarkan,

membentuk soal dan membahas soal walaupun masih ada kelompok yang tidak bertanya. Aktivitas siswa pada pertemuan ke IV dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing juga terus mengalami peningkatan. Siswa juga tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang, kurang sekali, dan cukup. 71,42% siswa termasuk dalam kategori baik sekali, 28,57% siswa termasuk dalam kategori baik., begitu pun dengan aktivitasnya rata-rata kelompok sudah aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil analisis data aktivitas siswa secara berkelompok di dalam kelas (lampiran A), maka rata-rata nilai aktivitas siswa secara berkelompok dalam pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan problem posing yaitu pada kategori cukup 7,14%, kategori baik 39,28% dan kategori baik sekali 53,56% sedangkan pada aktivitasnya rata-rata kelompok sudah aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan pada setiap proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik.

C.

Analisis Inferensial Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau.

67

Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab III bahwa sebelum menguji hipotesis tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas data. Kemudian diuji homogenitas varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah itu menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t. 1. Uji Normalitas Berdasarkan katentuan perhitungan statistik (lampiran C) mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05%, jika 2 hitung < 2 tabel maka data berdistribusi normal. Hasil uji coba normalitas tes awal dan tes akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen Tes awal Tes akhir Kontrol Tes awal Tes akhir

2 hitung
1,0998 2,5169 3,2449 10,3706

Dk 5 5 5 5

2 tabel
11,070 11,070 11,070 11,070

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Dari tabel 4.6 menunjukan nilai 2 hitung data tes awal dan tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada 2 tabel .

68

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 2 (Chi-Kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 0,05, karena 2 hitung < 2 tabel .

2.

Uji homogenitas Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji homogenitas varians dengan taraf kepercayaan = 0,05, jika Fhitung < Ftabel maka varians dua kelompok data adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir Tes Tes awal Tes Akhir Fhitung 1,18 2,12 Dk (40;36) (40;36) Ftabel 1,72 2,00 Kesimpulan Homogen Homogen

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa varians kedua kelompok data (kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada tes awal dan tes akhir adalah homogen, karena Fhitung < Ftabel .

3.

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Begitu juga dua

69

kelompok data tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir dapat menggunakan uji-t. Hasil uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir Tes Tes awal Tes akhir thitung -0,05 2,12 Dk 120 120 ttabel 1,98 1,98 Kesimpulan ttabel < thitung < ttabel , H0 diterima thitung > ttabel H0 ditolak

Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal siswa (lampiran C) menunjukan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan = 0,05, karena ttabel < thitung < ttabel yaitu thitung = -0,05 dan ttabel = t( 1 )( n1 + n2 2 ) = t( 0,95 )( 120 ) = 1,98 . Setelah diberi pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing sedangkan untuk kelas kontrol tanpa menggunakan pendekatan problem posing, maka terjadi peningkatan hasil belajar. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata skor sebesar 27,44 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan 57,43%.Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 25,27, berarti terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 53,86%. Peningkatan kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini

70

menunjukan bahwa peningkatan skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan dengan peningkatan skor tes kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada lampiran C, menunjukan bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan = 0,05 karena thitung > ttabel yaitu t hitung = 2,120 dan ttabel = 1,98. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang tanpa menggunakan pendekatan problem posing. Dengan kata lain, ada pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau tahun ajaran 2010/ 2011.

D.

Pembahasan Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa pada kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen peneliti bertindak sebagai pengajar dan

71

menerapkan proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing, sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran dilakukan secara konvensional yang dilakukan oleh guru kelas. Seperti yang dijelaskan pada Bab II, sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu menguji normalitas dengan 2tabel = 11,07 dan 2 hitung data tes akhir untuk kelas eksperimen = 2,5169 dan kelas kontrol = 10,3706. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 2 (chikuadrat) dapat disimpulkan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 0,05 karena 2 hitung < 2 tabel . Sebelum diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan problem posing, rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen 7,02 dan kelas kontrol 7,05, selanjutnya setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan problem posing, rata-rata hasil belajar matematika meningkat. Pada kelas eksperimen rata-rata hasil belajarnya yaitu 27,44 dan pada kelas eksperimen ratarata hasil belajarnya yaitu 25,27, berarti terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 53,86%. Akan tetapi dalam menjawab soal postes, masih ada siswa yang belum mampu menjawab dengan benar beberapa nomor soal, hal ini dapat terlihat dari adanya penurunan skor soal yang diperoleh dari hasil pretes dan postes yang mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakan soal. Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada lampiran C, menunjukan bahwa kemampuan akhir siswa kelas eksperimen secara signifikan sudah baik pada taraf kepercayaan = 0,05 , karena t hitung > ttabel yaitu t hitung = 2,120 > ttabel = 1,98 . Hal ini berarti bahwa Ho ditolak

72

dan Ha diterima. Hasil ini menunjukan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata skor kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan problem posing secara signifikan lebih baik dari pada hasil belajar matematika yang meggunakan pendekatan konvensional. Selanjutnya, pada aktivitas siwa secara berkelompok selama diterapkannya pendekatan pembelajaran dengan problem posing aktivitas hasil belajar pada pertemuan pertama 28,57%, pertemuan kedua dan ketiga 57,14% dan pada pertemuan keempat mencapai 71,42%. Hal ini menunjukan bahwa ada

peningkatan aktivitas belajar setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan problem posing termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini sangat dimungkinkan dapat terjadi, karena pada pendekatan problem posing, siswa tidak diberikan suatu informasi yang harus dipatuhi. Siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang dikehendaki, kemudian siswa diminta untuk mencari dan menyelidiki situasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa harus mengaitkan informasi tersebut dengan pengetahuan yang telah ia miliki selama ini. Menurut Sutiarso (2000: 2), pengajaran dengan metode problem posing akan menjamin aktivitas belajar siswa yang lebih baik, karena sebagai individuindividu yang memiliki potensi alami dapat mengembangkan wawasannya sendiri

73

sehingga tidak hanya terpaku kepada langkah-langkah yang disajikan oleh guru saja. Siswa tidak hanya diminta penyelesaiannya. Penyelesaian dari soal yang mereka buat bisa dikerjakan sendiri. Bisa juga minta tolong pada temannya. Mungkin juga soal tersebut dikerjakan secara kelompok. Dengan cara dikerjakan secara kooperatif akan memudahkan pekerjaan mereka. Sebab yang memikirkan masalah tersebut banyak anak. Selain itu, dengan belajar kelompok suatu soal atau masalah dapat diselesaikan dengan banyak cara dan banyak penyelesaian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing di kelas X5 SMA

74

Negeri 4 Lubuklinggau dengan uraian materi pokok yaitu Bentuk Akar dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan

problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen sebesar 27,44 dan kelas kontrol sebesar 25,27. 2. Aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah baik. Aktivitas siswa secara berkelompok mengalami peningkatan pada setiap pertemuan

pembelajaran, hal ini di lihat dari persentase aktivitas siswa yang termasuk dalam kategori baik.

B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian serta kesimpulan, penulis

menyarankan sebagai berikut : a. Sebaiknya guru matematika diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing sehingga dapat membuat pembelajaran siswa lebih relevan. b. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem posing, siswa diharapkan untuk lebih terampil dalam membuat soal dalam bentuk yang berbeda. c. Siswa diharapkan lebih kreatif dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

75

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ari, Rosihan. 2009. Buku Khazanah Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai.

76

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 1992. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah. 2008. Orientasi Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Kalimi, Ichwan. 2008. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan MIPA STKIP PGRI Lubuklinggau. Nasution. 2010. Aktivitas Belajar. [online]. http://edukasi.kompasiana. Com/2010/04/11/aktivitas-belajar/.[18 Agustus 2010] Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Pranada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sriyono. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. [online]. http://ipotes. wordpress. com/2008/05/24/prestasi belajar/.[18 Agustus] Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukasno, 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika (Bahan Ajar STKIP-PGRI Lubuklinggau). STKIP-PGRI Lubuklinggau: Tidak Dipublikasikan Suryanto. 1998. Hasil Belajar. [online].http://Suryanto.blog.unait.ac.id/1998/10/ 26. [18 Januari 2010]. Sutiarso. 2000. Problem Posing. [online]. http://Mufhida.Com/pengertianpendekatan-problem-posing. [18 Januari 2010]. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tasker. 1992. Teori Konstruktivisme. [online].http://www.docstoc.Com/docs/ 13874666/teori-belajar-aliran psikologi#. [18 Januari 2010].

77

Tim. 2009. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau: STKIP PGRI Lubuklinggau. Puspita, Yulisa Handayani. 2006. Pembelajaran Aritmatika Sosial Menggunakan Pendekatan Problem Posing Di Kelas VII SMPN 2 Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Palembang.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1

Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester

: SMA Negeri 4 Lubuklinggau : Matematika : X/ 1

78

Alokasi Waktu Pertemuan ke

: 2 Jam Pelajaran/ 2 x 45 menit. :1

Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Kompetensi Dasar : Menggunakan aturan pangkat, akar dan logaritma.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat : Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bentuk akar. Indikator Materi Ajar : Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bentuk akar. : Operasi Aljabar Pada Bilangan Bentuk Akar.

Strategi pembelajaran : a. Pendekatan b. Metode : Problem Posing : Ekspositori

1. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu : 15 Menit.

Uraian Kegiatan : Motivasi: guru menginformasikan tujuan pembelajaran. Apersepsi: guru mengingatkan kembali materi tentang konsep bentuk akar.

2. Kegiatan Inti Alokasi waktu : 60 menit. Uraian kegiatan : Meminta siswa untuk membedakan bilangan-bilangan yang merupakan bentuk akar. Memperkenalkan cara dalam menyederhanakan bentuk akar.

79

Menjelaskan operasi aljabar (penjumlahan dan pengurangan) bentuk akar dan memberikan contoh soal.

Memberi kesempatan siswa bertanya. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya beserta penyelesaiannya, kemudian mempertukarkan dan mendiskusikan soal tersebut.

Menugaskan siswa untuk mempersentasikan soal yang dibuat.

3. Penutup Alokasi waktu : 15 Menit. Uraian kegiatan : - Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. - Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa. - Pemberian tugas rumah. - Guru menutup pelajaran. 4. Media/ Alat dan Sumber Belajar. Media/ Alat : - Sumber Belajar : Buku Khazanah Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Halaman 13 17, Pengarang Rosihan Ari Y dan Indri Yastuti. Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 5. Kriteria/ Rubrik Penilaian Nakah Soal : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini. 1. 2 3 + 4 3 = ................................................................................................ (skor 3)

80

2. 7 5 125 = ................................................................................................(skor 5) 3. 3 45 72 + 6 8 20 = .......................................................................... (skor 6) 4. 6 + 72 3 32 24 = ............................................................................(skor 7)

Kriteria Penilaian : 1. 2 3 + 4 3 = ( 2 + 4 ) 3 ................................................................................ 2 = 6 3 .............................................................................................. 1 (skor 3) 2. 7 5 125 = 7 5 25 x5 ........................................................................ 2 = 7 5 5 5 ....................................................................................1 = ( 7 5) 5 ......................................................................................1 = 2 5 ..............................................................................................1 (skor 5) 3. 3 45 72 + 6 8 20 = 3 9 x5 98 + 6 8 4 x5 ........................ 2 = 3 x3 5 3 8 + 6 8 2 5 ........................................................... 1 = 9 5 3 8 + 6 8 2 5 ...............................................................1 = ( 9 2 ) 5 ( 3 + 6 ) 8 .................................................................1 = 7 5 + 3 8 .....................................................................................1 (skor 6) 4. 6 + 72 3 32 24 = 6 + 36 x 2 3 16 x 2 4 x 6 ................. 2

= 6 + 6 2 3 x 4 2 2 6 .............................................................1 = 6 + 6 2 12 2 2 6 ..............................................................1

81

= (1 2 ) 6 + ( 12 + 6 ) 2 ................................................................1 = ( 1) 6 + ( 6 ) 2 ......................................................................... 1 = 6 6 2 .................................................................................. 1 (skor 7)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2

Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu Pertemuan ke

: SMA Negeri 4 Lubuklinggau : Matematika : X/ 1 : 2 Jam Pelajaran/ 2 x 45 menit. :2

82

Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Kompetensi Dasar : Menggunakan aturan pangkat, akar dan logaritma.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat : Mengali dan membagi bilangan bentuk akar. Indikator Materi Ajar : Mengali dan membagi bilangan bentuk akar. : Operasi Aljabar Pada Bilangan Bentuk Akar.

Strategi pembelajaran : a. Pendekatan b. Metode : Problem Posing : Ekspositori

1. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu : 15 Menit.

Uraian Kegiatan : Motivasi: guru menginformasikan tujuan pembelajaran. Apersepsi: guru mengingatkan kembali materi pelajaran sebelumnya tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bentuk akar. 2. Kegiatan Inti Alokasi waktu : 60 menit. Uraian kegiatan : Menjelaskan operasi aljabar (perkalian dan pembagian) bilangan bentuk akar dan memberikan contoh soal. Memberi kesempatan siswa bertanya.

83

Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya beserta penyelesaiannya, kemudian mempertukarkan dan mendiskusikan soal tersebut.

Menugaskan siswa untuk mempersentasikan soal yang dibuat.

3. Penutup Alokasi waktu : 15 Menit. Uraian kegiatan : - Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. - Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa. - Pemberian tugas rumah. - Guru menutup pelajaran. 4. Media/ Alat dan Sumber Belajar. Media/ Alat : - Sumber Belajar : Buku Khazanah Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Halaman 13 17, Pengarang Rosihan Ari Y dan Indri Yastuti. Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 5. Kriteria/ Rubrik Penilaian Naskah Soal : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini. 1. 15 x 5 = ................................................................................................... (skor 4) 2. 2 5 x 3 2 = ................................................................................................. (skor 3) 3. 2 8 x 6 = ................................................................................................... (skor 6)

84

4.

4 12 = ......................................................................................................... (skor 3) 2 6 39 = ........................................................................................................... (skor 3) 13

5.

Kriteria penilaian : 1. 15 x 5 = = 75 .......................................................................................... 2 25 x 3 ...................................................................................... 1

= 5 3 ............................................................................................ 1 (skor 4) 2. 2 5 x 3 2 = (2 x 3) 5 x 2 ......................................................................... 2 = 6 10 ........................................................................................1 (skor 3) 3. 2 8 x 6 = (2 x 1) 8 x 6 ............................................................................ 2 = 2 48 ......................................................................................... 1 = 2 16 x 3 ..................................................................................... 1 = 2 x 4 3 ...................................................................................... 1 = 8 3 ............................................................................................ 1 (skor 6) 4. 4 12 4 12 = .............................................................................................2 2 6 2 6 = 2 2 ................................................................................................1 (skor 3)

85

5.

39 = 13 =

13. 3 .............................................................................................2 13 3 .................................................................................................... 1 (skor 3)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3

Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu

: SMA Negeri 4 Lubuklinggau : Matematika : X/ 1 : 2 Jam Pelajaran/ 2 x 45 menit.

86

Pertemuan ke

:3

Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Kompetensi Dasar : Menggunakan aturan pangkat, akar dan logaritma.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat : Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar 1 , a

c c dan . a+ b a b Indikator : Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar 1 , a

c c dan . a+ b a b Materi Ajar : Merasionalkan Penyebut Sebuah Pecahan Bentuk Akar

Strategi pembelajaran : a. Pendekatan b. Metode : Problem Posing : Ekspositori

1. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu : 15 Menit.

Uraian Kegiatan : Motivasi: guru menginformasikan tujuan pembelajaran. Apersepsi: guru mengingatkan kembali materi pelajaran sebelumnya tentang konsep perkalian dan pembagian bilangan bentuk akar.

87

2. Kegiatan Inti Alokasi waktu : 60 menit. Uraian kegiatan : Menjelaskan cara merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar 1 , a

c c dan . a+ b a b Memberi kesempatan siswa bertanya. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya beserta penyelesainnya, kemudian mempertukarkan dan mendiskusikan soal tersebut. Menugaskan siswa untuk mempersentasikan soal yang dibuat.

3. Penutup Alokasi waktu : 15 Menit. Uraian kegiatan : - Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. - Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa. - Pemberian tugas rumah. - Guru menutup pelajaran. 4. Media/ Alat dan Sumber Belajar. Media/ Alat : - Sumber Belajar : Buku Khazanah Matematika untuk Kelas X SMA dan MA.

88

Halaman 18 20, Pengarang Rosihan Ari Y dan Indri Yastuti. Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 5. Kriteria/ Rubrik Penilaian Naskah Soal : Rasionalkan penyebut pecahan bentuk akar berikut! 1. 1 = ............................................................................................................. (skor 5) 3 4 3 2 = ........................................................................................................... (skor 6)

2.

3.

3 ...........................................................................................................(skor 5) 2+ 2 2 = ...................................................................................................... (skor 7) 52 3 = .....................................................................................................(skor 4) 3 2

4.

5.

Kriteria penilaian : 1. 1 1 3 x = .............................................................................................2 3 3 3 = 3 ..................................................................................................... 1 9 3 .....................................................................................................1 3 1 3 ................................................................................................... 1 3 (skor 5)

89

2.

4 3 2

4 3 2

2 ........................................................................................ 2 2

4 2 ..................................................................................................1 3 4 4 2 ................................................................................................. 1 3.2 4 2 ................................................................................................. 1 6 2 2 ................................................................................................. 1 3 (skor 6)

3.

3 3 2 2 x = ...........................................................................2 2+ 2 2+ 2 2 2 = 32 2 ...................................................................................... 1 22 2 63 2 ........................................................................................1 42 63 2 ........................................................................................ 1 2 (skor 5)

4.

2 = 52 =

2 5+2 x ............................................................................ 52 5+2

2 5+2 ........................................................................... 1 52 5+2

)(

2 5+4 .................................................................. 1 25 + 2 5 2 5 4

90

2 5+4 ....................................................................................... 1 54 2 5+4 ....................................................................................... 1 1

= 2 5 + 4 ........................................................................................ 1 (skor 7) 5. 3 = 3 2 = 3 3+ 2 x ................................................................. 2 3 2 3+ 2 3 3+ 2 .............................................................................. 1 32 9+ 6 .....................................................................................0 1

= 3 + 6 .........................................................................................1 (skor 4)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4

Nama Sekolah

: SMA Negeri 4 Lubuklinggau

91

Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu Pertemuan ke

: Matematika : X/ 1 : 2 Jam Pelajaran/ 2 x 45 menit. :4

Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Kompetensi Dasar : Menggunakan aturan pangkat, akar dan logaritma.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat : Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar

c dan a+ b Indikator

c . a b

: Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar

c dan a+ b Materi Ajar

c . a b

: Merasionalkan Penyebut Sebuah Pecahan Bentuk Akar

Strategi pembelajaran : a. Pendekatan b. Metode : Problem Posing : Ekspositori

1. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu : 15 Menit.

Uraian Kegiatan : Motivasi: guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

92

Apersepsi: guru mengingatkan kembali materi pelajaran sebelumnya tentang

konsep merasionalkan penyebut pecahan bilangan bentuk akar

1 c , dan a a+ b

c . a b 2. Kegiatan Inti Alokasi waktu : 60 menit. Uraian kegiatan : Menjelaskan cara merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar c a+ b

dan -

c . a b

Memberi kesempatan siswa bertanya. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya beserta penyelesaiannya, kemudian mempertukarkan dan mendiskusikan soal tersebut.

3.

Menugaskan siswa untuk mempersentasikan soal yang dibuat.

Penutup Alokasi waktu : 15 Menit. Uraian kegiatan : - Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. - Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa.

93

- Pemberian tugas rumah. - Guru menutup pelajaran. 4. Media/ Alat dan Sumber Belajar. Media/ Alat : - Sumber Belajar : Buku Khazanah Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Halaman 18 20, Pengarang Rosihan Ari Y dan Indri Yastuti. Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 5. Kriteria/ Rubrik Penilaian Naskah Soal : Rasionalkan penyebut pecahan bentuk akar berikut! 1. 5 =.................................................................................................... (skor 8) 3 3 2 2 3 =......................................................................................................(skor 5) 5+ 7

2.

Kriteria penilaian : 1. 5 5 3 3+ 2 x = ............................................................ 2 3 3 2 3 3 2 3 3+ 2 =

53 3+ 2 ............................................................. 1 3 3 2 3 3+ 2

)(

15 3 + 5 2 ............................................................1 9 9 +3 6 3 6 4 15 3 + 5 2 ............................................................................. 1 9.3 2 15 3 + 5 2 ............................................................................. 1 27 2

94

15 3 + 5 2 ............................................................................. 1 25 (skor 8)

2.

2 3 = 5+ 7 =

2 3 5 7 x ............................................................... 2 5+ 7 5 7 2 3 5 7 .......................................................................... 1 57 2 15 2 21 ........................................................................... 1 2

= 15 + 21 ..............................................................................1 (skor 5)

95

KISI KISI INSTRUMEN TES Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Waktu Standar Kompetensi No 1 : SMA : Matematika :X : 2 x 45 menit : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat akar dan logaritma. Kompetensi Uraian Indikator Nomor Dasar Materi Soal Soal Menggunakan 1.Operasi Siswa dapat : aturan aljabar Menyederhanakan 1 pangkat, pada dan melakukan akar dan bilangan operasi logaritma bentuk penjumlahan, akar. pengurangan dan perkalian dua bilangan bentuk akar. 2. Menyederhanakan 2 dan melakukan operasi pembagian pada bilangan bentuk akar. 2. Merasi- 3. Merasionalkan bentuk 3 onalkan c penyebut a+ b . pecahan 4. Merasionalkan bentuk 4 bentuk akar. c a b . 5. Merasionalkan bentuk 5 c a b. 6. Merasionalkan bentuk c a+ b . Jumlah Keterangan : C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Penerapan 6

Skor 5

Aspek Intelektual C3

C3 6 C3 C3 C3 C3 5

5 8

38

96

INSTRUMEN TES (Uji Coba Instrumen)


PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 LUBUKLINGGAU
Nama Kelas : :

Hari/ Tanggal : Naskah Soal : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini! 1. 2 32 + 3 18 4 8 = (skor 5) 2. 4 12 2 6 = (skor 3)

3. 2 8 x 6 = ...(skor 6) Rasionalkan penyebut pecahan bentuk akar dibawah ini! 4. 5. 6. 7. 8. 3 2 6 4 5+ 3 2 53 3 3 3 2 17 2 5+ 3 = ...(skor 6) = ..(skor 5) = ....................................................................................................(skor 9) = . (skor 5) = ................................................................................................(skor 8)

97

JAWABAN INSTRUMEN

1. 2 32 + 3 18 4 8 = 2 16 x 2 + 3 9 x 2 4 4 x 2 ................................................2 = 2.4 2 + 3.3 2 4.2 2 ....................................................1 = 8 2 + 9 2 8 2 ..............................................................1 = 9 2 .................................................................................. 1 (skor 5) 2. 4 12 2 6 = 4 12 =....................................................................................................2 2 6

= 2 2 .........................................................................................................1 (Skor 3) 3. 2 8 x 6 = ( 2 x 1) 8 x 6 ..................................................................................... 2 = 2 48 ...................................................................................................1 = 2 16 x 3 ............................................................................................. 1 = 2 x 4 3 .............................................................................................. 1 = 8 3 .....................................................................................................1 (Skor 6) 4. 3 2 6 = 3 2 6 x 6 ..................................................................................................2 6

98

3 6 2. 36

........................................................................................................1

3 6 ...........................................................................................................1 2.6 3 6 ...........................................................................................................1 12 1 6 ...........................................................................................................1 4 (skor 6)

5.

4 5+ 3

4 5 3 x .....................................................................................2 5+ 3 5 3 45 3 ...............................................................................................1 52 3 20 4 3 ...............................................................................................1 25 3 20 4 3 ...............................................................................................1 22 (skor 5)

6.

2 53 3

2 5+3 3 x ................................................................................2 53 3 5+3 3

(5 3 3 )(5 + 3 3 ) ................................................................................1
10 + 6 3 25 + 15 3 15 3 9 9 10 + 6 3 25 9 9 .....................................................................1

25+3 3

..............................................................................................1

99

10 + 6 3 ..............................................................................................1 25 9.3 10 + 6 3 ..............................................................................................1 25 27 10 + 6 3 ..............................................................................................1 2

= 5 3 3 ..............................................................................................1 (skor 9) 7. 3 3 2 = 3 3+ 2 x ..........................................................................2 3 2 3+ 2 3 3+ 2 .....................................................................................1 32 9+ 6 ...........................................................................................1 1 3+ 6 ...............................................................................................0 1

= 3 + 6 ...............................................................................................1 (skor 5) 8. 17 2 5+ 3 = 17 2 5 3 x .....................................................................2 2 5+ 3 2 5 3

(2

17 2 5 3

5+ 3 2 5 3 34 5 17 3

)(

) ......................................................................1
...............................................................1

4 25 2 15 + 2 15 9

34 5 17 3 ....................................................................................1 4.5 3

100

34 5 17 3 ....................................................................................1 20 3 34 5 17 3 ....................................................................................1 17

= 2 5 3 ..........................................................................................1 (skor 8)

101

INSTRUMEN TES (Pretes dan Postes)

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 LUBUKLINGGAU
Nama Kelas : :

Hari/ Tanggal : Naskah Soal : Sederhanakan bentuk akar dibawah ini! 1. 3 45 2 180 + 4 80 20 = (skor 5) Rasionalkan bentuk akar dibawah ini! 2. 3. 4. 5. 6. 3 2 6 4 5+ 3 2 53 3 3 3 2 17 2 5+ 3 = ...(skor 6) = ..(skor 5) = ....................................................................................................(skor 9) = . (skor 5) = ................................................................................................(skor 8)

102

JAWABAN INSTRUMEN

1. 3 45 2 180 + 4 80 20 = 3 9 x 5 2 36 x 5 + 4 16 x 5 4 x 5 .............. 2 = 3.3 5 2.6 5 + 4.4 5 2 5 ..............................1 = 9 5 12 5 + 16 5 2 5 ...................................1 =11 5 ..................................................................... 1 (skor 5) 2. 3 2 6 = 3 2 6 3 6 2. 36 x 6 ................................................................................................ 2 6 ....................................................................................................... 1

3 6 ..........................................................................................................1 2.6 3 6 ..........................................................................................................1 12 1 6 ..........................................................................................................1 4 (skor 6)

3.

4 5+ 3

4 5 3 x ................................................................................... 2 5+ 3 5 3 45 3 ..............................................................................................1 52 3

103

20 4 3 ..............................................................................................1 25 3 20 4 3 .............................................................................................. 1 22 (skor 5)

4.

2 53 3

2 5+3 3 x ...............................................................................2 53 3 5+3 3

(5 3 3 )(5 + 3 3 ) ...............................................................................1
10 + 6 3 25 + 15 3 15 3 9 9 10 + 6 3 25 9 9 .................................................................... 1

25+3 3

............................................................................................ 1

10 + 6 3 .............................................................................................1 25 9.3 10 + 6 3 .............................................................................................1 25 27 10 + 6 3 .............................................................................................1 2

= 5 3 3 ............................................................................................ 1 (skor 9) 5. 3 3 2 = 3 3+ 2 x ........................................................................ 2 3 2 3+ 2 3 3+ 2 .................................................................................... 1 32

104

9+ 6 .......................................................................................... 1 1 3+ 6 ............................................................................................. 0 1

= 3 + 6 .............................................................................................. 1 (skor 5) 6. 17 2 5+ 3 = 17 2 5 3 x .....................................................................2 2 5+ 3 2 5 3

(2

17 2 5 3

5+ 3 2 5 3 34 5 17 3

)(

) ..................................................................... 1
............................................................. 1

4 25 2 15 + 2 15 9

34 5 17 3 .................................................................................. 1 4.5 3 34 5 17 3 .................................................................................. 1 20 3 34 5 17 3 .................................................................................. 1 17

= 2 5 3 ........................................................................................ 1 (skor 8)

105

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM BELAJAR Hari / Tanggal Kelas Pertemuan Materi : Sabtu, 31 Juli 2010 : X5 : Pertama : Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bentuk Akar Aktivitas Kelompok Bertanya Membentuk Soal (2) (3) 3 7

Mendengarkan No Nama Kelompok (1) 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII Jumlah 7

Membahas Soal (4) 5

Keterangan : a. Baik sekali, jika muncul 4 deskriptor. b. Baik, jika muncul 3 deskriptor c. Cukup, jika muncul 2 deskriptor. d. Kurang, jika muncul 1 deskriptor. e. Kurang Sekali, jika tidak ada satupun deskriptor muncul. Lubuklinggau, Juli 2010 Observer

Yuliana Susanti

106

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM BELAJAR Hari / Tanggal Kelas Pertemuan Materi : Jumat, 6 Agustus 2010 : X5 : Kedua : Mengali dan Membagi Bilangan Bentuk Akar Aktivitas Kelompok Bertanya Membentuk Soal (2) (3) 5 7

Mendengarkan No Nama Kelompok (1) 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII Jumlah 7

Membahas Soal (4) 5

Keterangan : a. Baik sekali, jika muncul 4 deskriptor. b. Baik, jika muncul 3 deskriptor c. Cukup, jika muncul 2 deskriptor. d. Kurang, jika muncul 1 deskriptor. e. Kurang Sekali, jika tidak ada satupun deskriptor muncul. Lubuklinggau, Agustus 2010 Observer

Yuliana Susanti

107

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM BELAJAR Hari / Tanggal Kelas Pertemuan Materi : Sabtu, 7 Agustus 2010 : X5 : Ketiga : Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar 1 c c , dan . a a+ b a b Mendengarkan No Nama Kelompok (1) 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII Jumlah 7 Aktivitas Kelompok Bertanya Membentuk Soal (2) (3) 5 7 Membahas Soal (4) 6

Keterangan : a. Baik sekali, jika muncul 4 deskriptor. b. Baik, jika muncul 3 deskriptor c. Cukup, jika muncul 2 deskriptor. d. Kurang, jika muncul 1 deskriptor. e. Kurang Sekali, jika tidak ada satupun deskriptor muncul. Lubuklinggau, Agustus 2010 Observer

Yuliana Susanti

108

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM BELAJAR Hari / Tanggal Kelas Pertemuan Materi : Jumat, 13 Agustus 2010 : X5 : Keempat : Merasionalkan penyebut sebuah pecahan bentuk akar c c dan . a+ b a b Aktivitas Kelompok Bertanya Membentuk Soal (2) (3) 5 7

Mendengarkan No Nama Kelompok (1) 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII Jumlah 7

Membahas Soal (4) 6

Keterangan : a. Baik sekali, jika muncul 4 deskriptor. b. Baik, jika muncul 3 deskriptor c. Cukup, jika muncul 2 deskriptor. d. Kurang, jika muncul 1 deskriptor. e. Kurang Sekali, jika tidak ada satupun deskriptor muncul. Lubuklinggau, Agustus 2010 Observer

Yuliana Susanti

109

Rekapitulasi persentase data aktivitas siswa secara berkelompok dalam pembelajaran matematika dengan penerapan problem posing Pertemuan ke-I : a. Baik Sekali = 2 x 100 = 28,57% 7

b. Baik

4 x 100 = 57,14% 7 1 x 100 = 14,28% 7 = 0 x 100 = 0% 7 0 x 100 = 0% 7

c. Cukup =

d. Kurang

e. Kurang Sekali Pertemuan ke-II : a. Baik Sekali =

4 x 100 = 57,14% 7 2 x 100 = 28,57% 7 1 x 100 = 14,28% 7 = 0 x 100 = 0% 7

b.

Baik

c.

Cukup

d.

Kurang

e.

Kurang Sekali =

0 x 100 = 0% 7

Pertemuan ke-III : a. Baik Sekali = 4 x 100 = 57,14% 7

110

b.

Baik

3 x 100 = 42,85% 7 0 x 100 = 0% 7 = 0 x 100 = 0% 7

c.

Cukup

d.

Kurang

e.

Kurang Sekali =

0 x 100 = 0% 7

Pertemuan ke-IV : a. Baik Sekali = 5 x 100 = 71,42% 7 2 x 100 = 28,57% 7 0 x 100 = 0% 7 0 x 100 = 0% 7 0 x 100 = 0% 7

b. Baik

c. Cukup

d. Kurang

e. Kurang Sekali =

Tabel Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Posing
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Pertemuan I f % 2 28,57 4 57,14 1 14,28 0 0 0 0 Pertemuan II F % 4 57,14 2 28,57 1 14,28 0 0 0 0 Pertemuan III f % 4 57,14 3 42,85 0 0 0 0 0 0 Pertemuan IV f % 5 71,42 2 28,57 0 0 0 0 0 0 Rata rata % 53,56 39,28 7,14 0 0

111

UJI COBA INSTRUMEN

A.

Uji Validitas Untuk mengetahui valid tidaknya instrumen tes, penulis akan mengujikan instrument tes kepada 40 siswa di luar populasi. Tes yang diberikan kepada masing-masing sampel terdiri dari 8 soal essay. Rumus korelasi yang digunakan yaitu korelasi Product Moment. rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2

( X )

}{N Y

(Y )

Keterangan : rXY = Koefisien korelasi. X Y N = Skor butir soal. = Skor total. = Banyak soal.

Untuk menghitung validitas soal no 1 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36( 514) (124) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36( 3150 ) (124)( 879 )

113400 108996 {18504 15376}{836676 772641} 4404 ( 3128)( 64035)

112

4404 200301480 4404 14152,7 (Validitas Rendah)

= 0,32

Untuk menghitung validitas soal no 2 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36(115) ( 61) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36(1511) ( 61)( 879 )

54396 53619 { 4140 3721}{836676 772641} 777 ( 419)( 64035) 777 26830665 777 5179,8 (Validitas Sangat Rendah)

= 0,15

Untuk menghitung validitas soal no 3 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36( 648) (147) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36( 3623) (147 )( 879 )

113

130428 129213 { 23328 21609}{836676 772641} 1215 (1719)( 64035) 1215 110076165 1215 10491,7 (Validitas Sangat Rendah)

= 0,16

Untuk menghitung validitas soal no 4 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36( 327) ( 87) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36( 2376) ( 87 )( 879 )

85536 76473 (11772 7569)( 836676 772641) 9063 ( 4203)( 64035) 9063 269139105 9063 16405,4 (Validitas Sedang)

= 0,55

114

Untuk menghitung validitas soal no 5 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36( 261) ( 73) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36( 2059) ( 73)( 879 )

74124 64167 ( 9336 5329)( 836676 772641) 9957 ( 4007 )( 64035) 9957 256588245 9957 16018,3 (Validitas Tinggi)

= 0,62

Untuk menghitung validitas soal no 6 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

}
2

{36(1033) (177) }{36( 23241) ( 879) }


2

36( 4560 ) (177 )( 879 )

164160 155583 ( 37188 31329)( 836676 772641) 8577 ( 5859)( 64035) 8577 375181065

115

8577 19369,5 (Validitas Sedang)

= 0,44

Untuk menghitung validitas soal no 7 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

{36(156) ( 52) }{36( 23241) ( 879) }


2 2

36(1538) ( 52 )( 879 )

55368 45708 ( 5616 2704)( 836676 772641) 7660 ( 2912)( 64035) 7660 186469920 7660 13655,3 (Validitas Sedang)

= 0,56

Untuk menghitung validitas soal no 8 rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

}
2

{36(1205) (167) }{36( 23241) ( 879) }


2

36( 4756 ) (167 )( 879)

171216 146793 ( 43380 27889)( 836676 772641)

116

24423 (15491)( 64035) 24423 991966185 24423 31495,4 (Validitas Tinggi)

= 0,77

B. Thitung Untuk menganalisis validitas instrumen menggunakan rumus thitung t= r n2 1 r2

Hasil analisis validitas thitung soal no 1 t = r n2 1 r2 0,32 36 2 1 ( 0,32)


2

0,32 34 1 0,1024 (0,32)(5,83) 0,8976 (0,32)(5,83) 0,94 1,8656 0,94

117

= 1,98 Hasil analisis validitas thitung soal no 2 t = r n2 1 r2 0,15 36 2 1 ( 0,15)


2

0,15 34 1 0,0225 (0,15)(5,83) 0,9775 (0,15)(5,83) 0,98 0,8745 0,98

= 0,89 Hasil analisis validitas thitung soal no 3 t = r n2 1 r2 0,16 36 2 1 ( 0,16 )


2

0,16 34 1 0,0256 (0,16)(5,83) 0,9744

118

(0,16)(5,83) 0,98 0,9328 0,98

= 0,95 Hasil analisis validitas thitung soal no 4 t = r n2 1 r2 0,55 36 2 1 ( 0,55)


2

0,55 34 1 0,3025 (0,55)(5,83) 0,6975 (0,55)(5,83) 0,83 3,20 0,83

= 3,85 Hasil analisis validitas thitung soal no 5 t = r n2 1 r2 0,62 36 2 1 ( 0,62 )


2

119

0,62 34 1 0,3844 (0,62)(5,83) 0,6156 (0,62)(5,83) 0,78 3,61 0,78

= 4,63 Hasil analisis validitas thitung soal no 6 t = r n2 1 r2 0,44 36 2 1 ( 0,44 )


2

0,44 34 1 0,1936 (0,44)(5,83) 0,8064 (0,44)(5,83) 0,89 2,56 0,89

= 2,89 Hasil analisis validitas thitung soal no 7 t = r n2 1 r2

120

0,56 36 2 1 ( 0,56) 0,56 34 1 0,31 (0,56)(5,83) 0,69 (0,56)(5,83) 0,83 3,26 0,83
2

= 3,92 Hasil analisis validitas thitung soal no 8 t = r n2 1 r2 0,77 36 2 1 ( 0,77 ) 0,77 34 1 0,59 (0,77)(5,83) 0,41 (0,77)(5,83) 0,64 4,49 0,64
2

= 7,01

121

Tabel Hasil Analisis Validitas Tes dalam Menyelesaikan Soal-Soal Bentuk Akar No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nilai rxy 0,32 0,15 0,16 0,55 0,62 0,44 0,56 0,77 thitung 1,98 0,89 0,95 3,85 4,63 2,89 3,92 7,01 ttabel 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 Keterangan Tidak Valid/ Sangat Rendah Tidak Valid/ Sangat Rendah Tidak Valid/ Sangat Rendah Valid/ Sedang Valid/ Tinggi Valid/ Sedang Valid/ Sedang Valid/ Tinggi

Taraf nyata = 5 % =0,05 ttabel = t(1-1/2


)(n-2)

ttabel = t(0,975)(34) ttabel = 2,02 C. Perhitungan Reliabilitas Varians setiap butir soal Untuk Soal No 1

12 =

2 1

( x )
1

( 514) (124)
36 36

( 514) ( 427,2)
36 86,8 36

= 2,42

122

Untuk Soal No 2

22 =

( x )
2

(115) ( 61)
36

36

(115) (103,4)
36 11,6 36

= 0,33 Untuk Soal No 3

32 =

( x )
3

(147 ) 2 ( 648)
36 36

( 648) ( 600,2)
36 47,8 36

= 1,33

Untuk Soal No 4

123

42 =

( x )
4

N
2

( 327 ) ( 87 )
36 36

( 327 ) ( 210,2)
36 116,8 36

= 3,25 Untuk Soal No 5

52 =

( x )
5

( 73) 2 ( 261)
36 36

( 261) (148,02)
36 112,9 36

= 3,14 Untuk Soal No 6

62 =

( x )
6

124

(1033) (177 )
36 36

(1033) ( 870,2)
36 162,8 36

= 4,53 Untuk Soal No 7

7 =
2

( x )
7

(156) ( 52)
36 36

(156) ( 75,2)
36 80,8 36

= 2,25 Untuk Soal No 8

82 =

( x )
8

(167 ) 2 (1205)
36 36

(1205) ( 774,7 )
36

125

430,3 36

= 11,9

= 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8
2 2 2 2 2 2 2

= 2,42 + 0,33 +1,33 + 3,25 + 3,14 + 4,53 +2,25 +11,9 = 29,15 Varians Total

2 =

( Y )
N N

( 879) 2 ( 23241)
36 36

( 23241) ( 21462,2)
36 1778,8 36

= 49,42 Maka :
2 k b 1 r11 = k 1 2t

8 29,15 1 = 8 1 49,42 8 29,15 = 1 7 49,42

126

8 = (1 0,59 ) 7 = (1,14 )( 0,41) = 0,47 Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus reliabilitas, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,47, ini berarti soal tes tersebut mempunyai reliabilitas sedang, sehingga dipercaya sebagai alat ukur.

127

SKOR HASIL TES UJI COBA TES PENGUASAAN MATERI BENTUK AKAR N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 No Test T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T 10 T 11 T 12 T 13 T 14 T 15 T 16 T 17 T 18 T -19 T 20 T 21 T 22 T 23 T 24 T 25 T 26 T 27 T 28 T 29 T 30 T 31 T 32 T 33 T 34 T 35 T 36 1 5 5 4 4 4 2 5 4 4 2 1 0 5 4 4 5 5 5 5 2 2 5 5 2 2 2 4 2 2 5 2 4 5 5 2 0 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 0 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 6 6 4 6 4 2 6 6 3 6 1 4 2 4 4 6 6 5 5 2 5 6 3 4 2 2 4 2 2 4 2 4 5 3 2 4 No Soal 4 5 6 5 4 2 5 1 4 0 2 4 4 3 5 4 2 0 4 0 2 3 4 2 2 4 0 4 2 4 0 4 4 1 6 4 0 4 0 2 6 0 3 3 2 0 2 4 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 0 1 2 0 0 4 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 6 9 8 5 9 6 8 0 6 5 3 6 6 5 4 8 6 2 2 6 3 1 1 4 3 4 8 7 6 6 6 5 8 3 2 4 2 7 5 2 4 4 2 2 0 2 6 2 1 2 4 2 2 2 0 0 2 0 0 0 2 1 2 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 8 8 6 8 8 6 6 8 7 7 8 8 8 6 6 6 0 0 6 6 8 7 7 0 8 6 1 0 6 6 0 0 6 0 0 0 0 Skor Nilai 47 35 33 32 30 30 30 29 29 28 28 28 28 27 27 26 25 25 24 23 23 23 22 22 22 21 21 20 19 18 17 16 15 14 12 10

128

Skor Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Uji Instrumen Tes Penguasaan Materi Bentuk Akar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 No Test T1 T2 T3 T4 T5 T7 T9 T6 T8 T 10 T 11 T 12 T 13 T 14 T 15 T 16 T 17 T 18 Jumlah T 27 T 26 T 28 T 29 T 30 T 31 T 32 T 33 T 34 T 35 T 36 T 12 T 13 T 14 T 15 T 16 T 17 T - 18 Jumlah 1 5 5 4 4 5 2 4 4 4 2 1 0 5 4 4 5 5 5 68 5 5 2 5 5 2 2 2 4 2 2 5 2 4 5 5 2 0 56 2 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 31 1 2 2 2 2 1 2 0 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 30 No soal 3 4 5 Kelompok Atas 6 6 5 6 4 2 4 5 1 6 4 0 6 5 4 2 4 3 4 2 4 3 4 0 6 2 0 6 2 3 1 4 2 4 2 4 2 0 4 4 2 4 4 0 4 6 4 1 6 6 4 5 0 4 81 56 49 Kelompok Bawah 5 0 2 2 6 0 5 3 3 6 2 0 3 2 4 4 2 1 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 0 1 4 2 0 2 0 4 4 0 0 5 0 0 3 2 0 2 2 0 4 2 0 61 31 26 6 9 8 5 9 0 8 6 5 6 3 6 6 5 4 8 6 2 2 98 6 3 1 1 4 3 4 8 7 6 6 6 5 8 3 2 4 2 79 7 5 2 4 4 0 2 2 5 2 2 1 2 4 2 2 2 0 0 41 2 0 0 0 2 1 2 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 11 8 8 6 8 8 8 6 6 7 7 8 8 8 6 6 6 0 0 6 112 6 8 7 7 0 8 6 1 0 6 6 0 0 6 0 0 0 0 61 Skor Total 47 35 33 32 30 30 30 29 29 28 28 28 28 27 27 26 25 25 537 24 23 23 23 22 22 22 21 21 20 19 18 17 16 15 14 12 10 342

129

Daya pembeda dicari dengan rumus sebagai berikut : DP = S A SB IA

Keterangan : DP = Indeks daya pembeda. SA = Jumlah skor kelompok atas. SB = Jumlah skor kelompok bawah. IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau bawah).

Skor Ideal Kelompok Atas Bawah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 5 x 18 = 90 3 x 18 = 54 6 x 18 = 108 6 x 18 = 108 5 x 18 = 90 9 x 18 = 162 5 x 18 = 90 8 x 18 = 144 D. Perhitungan Daya Pembeda Daya Pembeda Untuk Soal No 1 DP = S A SB IA 68 56 12 = = 0,13 90 90 (Jelek )

130

Daya Pembeda Untuk Soal No 2 DP = S A SB IA 31 30 1 = = 0,01 54 54 (Jelek )

Daya Pembeda Untuk Soal No 3 DP = S A SB IA 81 61 20 = = 0,18 108 108 (Jelek)

Daya Pembeda Untuk Soal No 4 DP = S A SB IA 56 31 25 = = 0,23 108 108 (Cukup )

Daya Pembeda Untuk Soal No 5 DP = S A SB IA 49 26 23 = = 0,25 90 90 (Cukup )

Daya Pembeda Untuk Soal No 6 DP = S A SB IA 98 79 19 = = 0,11 162 162 (Jelek )

131

Daya Pembeda Untuk Soal No 7 DP = S A SB IA 41 11 30 = = 0,33 90 90 (Cukup)

Daya Pembeda Untuk Soal No 8 DP = S A SB IA 112 61 51 = = 0,0,35 144 144 ( Cukup )

E. Tingkat Kesukaran TK = S A + SB IA + IB

Keterangan : TK SA SB IA IB = Indeks tingkat kesukaran. = Jumlah skor kelompok atas. = Jumlah skor kelompok bawah. = Jumlah skor ideal kelompok atas. = Jumlah skor ideal kelompok bawah.

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 1 TK = S A + SB I A + IB 68 + 56 124 = = 0,69 90 + 90 180 (Sedang)

132

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 2 TK = S A + SB I A + IB 31 + 30 61 = = 0,56 54 + 54 108 (Sedang)

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 3 TK = S A + SB I A + IB 81 + 61 142 = = 0,65 108 + 108 216 (Sedang)

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 4 TK = S A + SB I A + IB 56 + 31 87 = = 0,40 108 + 108 216 (Sedang)

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 5 TK = S A + SB I A + IB 49 + 26 75 = = 0,42 90 + 90 180 (Sedang)

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 6 TK = S A + SB I A + IB 98 + 79 177 = = 0,54 162 + 162 324 (Sedang)

133

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 7 TK = S A + SB I A + IB 41 + 11 52 = = 0,28 90 + 90 180 (Sukar)

Tingkat Kesukaran Untuk Soal No 8 TK = S A + SB I A + IB 112 + 61 173 = = 0,60 144 + 144 288 (Sedang)

Hasil Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Uji Instrumen Penguasaan Materi Bentuk Akar No Tes Jumlah Skor Kelompok Atas (A) Jumlah Skor Kelompok Bawah (B) Jumlah A B Jumlah A + B Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1 68 56 12 124 0,13 0,69 2 31 30 1 61 0,01 0,56 3 81 61 20 142 0,18 0,65 No Soal 4 5 56 49 31 26 25 26 87 75 0,23 0,25 0,40 0,42 6 98 79 79 177 0,11 0,54 7 41 11 30 52 0,33 0,28 8 112 61 51 173 0,35 0,60 Skor Nilai 537 342 181 891 0,19 0,51

Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Uji Instrumen Penguasaan Materi Bentuk Akar No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Skor Jumlah Skor Jumlah Skor Ideal Kelompok atas Kelompok Bawah Kelompok Atas/ Bawah 68 56 55 31 30 33 81 61 66 56 31 66 49 26 55 98 79 99 41 11 55 112 112 88 DP 0,13 0,01 0,18 0,23 0,25 0,11 0,33 0,35 TK 0,69 0,56 0,65 0,40 0,42 0,54 0,28 0.60 Interprestasi DP - TK Jelek Sedang Jelek Sedang Jelek Sedang Cukup Sedang Cukup Sedang Jelek Sedang Cukup Sukar Cukup Sedang

134

TABEL REKAPITULASI HASIL UJI COBA TES HASIL BELAJAR No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 Validitas 0,32 0,15 0,16 0,55 0,62 0,44 0,56 0,77 Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tingkat Kesukaran 0,69 Sedang 0,56 Sedang 0,65 Sedang 0,40 Sedang 0,42 Sedang 0,54 Sedang 0,28 Sukar 0,60 Sedang Daya Pembeda 0,13 Jelek 0,01 Jelek 0,18 Jelek 0,23 Cukup 0,25 Cukup 0,11 Jelek 0,33 Cukup 0,35 Cukup Keterangan Dipakai (Revisi) Tidak dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kedelapan soal bisa dipakai sebagai instrumen tes dengan derajat reliabilitas sedang, yaitu sebesar 0, 47.

135

DATA SKOR UNTUK TIAP BUTIR SOAL TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 No Tes S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 S-38 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 2 1 2 2 2 2 4 1 2 2 4 2 2 1 2 2 0 2 1 2 4 2 4 75 Skor Tiap Butir Soal 2 3 4 5 3 0 1 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0,34 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 38 1 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 0 5 4 4 3 0 4 0 0 5 4 5 1 4 5 4 5 3 0 3 4 1 3 1 1 4 120 3,15 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0,23 Skor 6 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 10 0,26 13 5 8 7 7 9 8 10 12 6 10 7 2 10 5 7 5 3 7 5 4 10 6 8 9 9 8 7 10 5 3 4 7 3 6 6 6 9 267 7,02 34,21 13,15 21,05 18,42 18,42 23,68 21,05 26,31 31,57 15,78 26,31 18,42 5,26 26,31 13,15 18,42 13,15 7,89 18,42 13,15 1,05 26,31 15,78 21,05 23,68 23,68 21,05 18,42 26,31 13,15 7,89 1,05 18,42 7,89 15,78 15,78 15,78 23,68 680,83 17,91 Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas % Ket

1,97 X S = 2,68

136

DATA SKOR UNTUK TIAP BUTIR SOAL TES AWAL KELAS KONTROL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 No Tes S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 1 1 2 2 1 2 3 1 1 4 3 2 4 1 2 3 3 1 4 1 2 1 2 1 1 4 2 0 4 2 0 4 4 4 4 2 0 4 82 Skor Tiap Butir Soal 2 3 4 5 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 5 0 0 0 0 0 0 2 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 2 25 0,67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 42 1,13 4 2 4 5 1 5 0 4 4 5 4 0 4 0 0 4 4 0 2 4 4 4 1 1 0 4 4 4 2 1 0 4 2 0 4 2 2 95 2,56 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0,16 Skor 6 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 11 0,29 6 5 7 9 6 12 5 6 9 9 7 7 6 3 6 13 8 7 4 7 6 9 7 5 5 12 5 9 5 4 10 9 7 5 9 3 9 261 7,05 15,78 13,15 18,42 23,68 15,78 31,57 13,15 15,78 23,68 23,68 18,42 18,42 15,78 7,89 15,78 34,21 21,05 18,42 10,52 18,42 15,78 23,68 18,42 13,15 13,15 31,57 13,15 23,68 13,15 10,52 26,31 23,68 18,42 13,15 23,68 7,89 23,68 686,64 18,55 Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas % Ket

2,21 X S = 2,46

137

DATA SKOR UNTUK TIAP BUTIR SOAL TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 No Tes S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 S-38 1 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 2 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 135 3,55 Skor Tiap Butir Soal 2 3 4 5 5 5 6 6 6 5 5 2 5 5 5 2 5 5 6 2 4 4 4 0 5 5 3 0 5 5 6 2 5 1 5 0 5 5 5 2 4 5 5 2 5 5 6 2 5 5 4 6 4 5 5 2 4 5 6 5 4 5 6 0 4 4 5 0 5 5 5 2 0 5 6 4 4 5 2 2 5 5 6 4 5 3 5 2 5 5 6 0 4 5 5 2 5 5 6 5 5 5 6 2 4 5 6 2 0 5 6 0 4 5 5 4 5 5 6 4 4 3 2 5 3 5 6 5 5 3 5 2 5 5 5 4 5 5 6 4 4 5 6 4 4 5 5 4 4 5 4 4 2 5 6 4 162 178 197 102 4,26 4,68 5,18 2,68 Skor 6 8 2 8 8 4 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 3 6 6 8 8 8 4 4 6 6 6 4 265 6,97 34 24 29 30 24 25 29 21 27 28 30 31 28 31 25 25 27 25 24 32 27 28 28 33 30 28 18 28 30 25 31 26 27 28 29 27 26 25 1043 27,4 4 % 89,47 63,15 76,31 78,94 63,15 65,78 76,31 55,26 71,05 73,68 78,94 81,57 73,68 81,57 65,78 65,78 71,05 65,78 63,15 84,21 71,05 73,68 73,68 86,84 78,94 73,68 47,36 73,68 78,94 65,78 81,57 68,42 71,05 73,68 76,31 71,05 68,42 65,78 2744,5 2 72,22 Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

S = 3,11

138

DATA SKOR UNTUK TIAP BUTIR SOAL TES AKHIR KELAS KONTROL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 No Tes S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 1 3 1 4 3 3 1 3 1 3 4 4 4 3 4 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 110 2,97 Skor Tiap Butir Soal 2 3 4 5 0 5 6 2 4 5 5 4 5 1 5 0 0 5 5 4 0 5 5 4 0 5 5 4 3 5 5 4 5 1 5 4 4 5 5 5 1 5 5 3 5 5 5 5 4 5 2 4 5 5 5 5 0 1 4 5 4 3 5 4 4 1 5 4 5 3 5 4 4 3 5 4 0 5 5 4 0 5 5 4 0 5 5 4 5 5 5 2 4 3 3 4 4 5 5 4 5 3 5 4 2 5 1 4 4 3 5 2 4 5 5 4 5 5 4 2 5 5 5 2 1 5 6 5 4 5 5 4 5 5 1 4 4 5 6 5 5 5 5 2 4 1 5 4 4 1 5 4 118 149 173 137 3,18 4,02 4,67 3,70 Skor 6 8 8 3 8 8 3 8 8 8 0 3 8 8 8 6 3 8 6 8 8 8 6 8 8 6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 6 6 8 246 6,64 24 27 18 25 25 18 28 24 30 18 27 27 31 22 25 18 26 25 25 25 25 27 27 29 26 22 24 27 26 26 28 29 26 32 27 21 25 935 25,2 7 % 63,15 71,05 47,36 65,78 65,78 47,36 73,68 63,15 78,94 47,36 71,05 71,05 81,57 57,89 65,78 47,36 68,42 65,78 65,78 65,78 65,78 71,05 71,05 76,31 68,42 57,89 63,15 71,05 68,42 68,42 73,68 76,31 68,42 84,21 71,05 55,26 65,78 2460,3 2 66,49 Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas

S = 5,50

139

PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU TES AWAL KELAS EKSPERIMEN


Kelas fi xi Interval 23 4 2,5 45 7 4,5 67 12 6,5 89 8 8,5 10 11 5 10,5 12 -1 3 2 12,5 Jumlah 38 Rata rata = 7,02 Simpangan Baku = 2,68 f i xi x n 1 267,54 37

fi. xi
10 31,5 78 68 52,5 25

( x x) ( x x)
i i

fi ( xi x )
81,72 44,45 3,24 17,52 60,55 60,06 267,54

-4,52 -2,52 -0,52 1,48 3,48 5,48

20,430 6,350 0,270 2,190 12,110 30,030

s=

s=

s = 7,23 s = 2,68

140

PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU TES AWAL KELAS KONTROL


Kelas fi xi Interval 34 4 3,5 56 13 5,5 78 8 7,5 9 10 9 9,5 11 12 2 11,5 13 14 1 13,5 Jumlah 37 Rata rata = 7,05 Simpangan Baku = 2,46 f i xi x n 1 218,474 36

fi. xi
14 71,5 60 85,5 23 13,5

( x x) ( x x)
i i

fi ( xi x )

-3,55 -1,55 0,45 2,45 4,45 6,45

12,602 2,402 0,202 6,002 19,802 41,602

50,408 31,226 1,616 54,018 39,604 41,602 218,474

s=

s=

s = 6,06 s = 2,46

141

PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN


Kelas fi xi Interval 18 20 1 18,5 21 23 1 21,5 24 26 11 24,5 27 29 15 27,5 30 32 8 30,5 33 35 2 33,5 Jumlah 38 Rata rata = 27,44 Simpangan Baku = 3,11 f i xi x n 1 358,674 37

fi. xi
18,5 21,5 269,5 412,5 244 67

( x x) ( x x)
i i

fi ( xi x )

-8,94 -5,94 -2,94 0,06 3,06 6,06

79,923 35,283 8,643 0,003 9,363 36,723

79,923 35,283 95,073 0,045 74,904 73,446 358,674

s=

s=

s = 9,69 s = 3,11

142

PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU TES AKHIR KELAS KONTROL


Kelas fi xi Interval 17 19 4 17,5 20 22 3 20,5 23 25 11 23,5 26 28 14 26,5 29 31 4 29,5 32 34 1 32,5 Jumlah 37 Rata rata = 25,27 Simpangan Baku = 5,50 f i xi x n 1 1089,5 36

fi. xi
70 61,5 258,5 371 118 32,5

( x x) ( x x)
i i

fi ( xi x )

-7,77 -4,77 -1,77 1,23 4,23 7,23

60,372 22,752 3,132 1,512 17,892 52,272

241,488 68,256 34,452 621,168 71,568 52,568 1089,5

s=

s=

s = 30,26 s = 5,50

UJI NORMALITAS SKOR TES AWAL

143

KELAS EKSPERIMEN
Distribusi Frekuensi Skor Tes Awal Kelas Eksperimen fe Kelas Batas Z Ztabel L f0 interval Kelas 1,5 23 45 67 89 10 11 12 13 4 3,5 7 5,5 12 7,5 8 9,5 5 11,5 2 13,5 2,41 0,321 2 0,452 5 0,492 0 38 1,67 0,92 0,067 5 0,1313 0,0395 4,9894 1,501 0,0000 0,1632 0,17 0,212 3 -0,56 -1,31 0,404 9 0,1926 0,2798 0,2537 7,3188 10,632 9,6406 0,0138 0,1760 0,2791 -2,05 0,479 8 0,0749 2,8462

( f0 fe ) 2
fe 0,4677

2 hitung = 1,0998

2 tabel 2 tabel 2tabel 2 tabel

= 2 ( 1 )( j 1) = 2 ( 0,95 )( 6 1) = 2 ( 0,95 )( 5 ) = 11,070

2 hitung < 2tabel Kesimpulan : Data Berdistribusi Normal

144

UJI NORMALITAS SKOR TES AWAL KELAS KONTROL


Distribusi Frekuensi Skor Tes Awal Kelas Eksperimen fe Kelas Batas Z Ztabel L f0 interval Kelas 2,5 34 56 78 9 10 11 12 13 14 4 4,5 13 6,5 8 8,5 9 10,5 2 12,5 1 14,5 3,02 0,419 2 0,486 4 0,498 7 37 2,21 1,40 0,219 0 0,0672 2,4864 0,0123 0,4551 0,6524 0,58 0,087 1 -0,22 -1,03 0,348 5 0,2614 0,3061 0,2002 7,4074 0,0951 9,6718 11,325 7 1,1452 0,9765 0,3423 -1,84 0,467 1 0,1186 4,3882

( f0 fe ) 2
fe 0,0343

2 hitung = 3,2449

2 tabel 2 tabel 2tabel 2 tabel

= 2 ( 1 )( j 1) = 2 ( 0,95 )( 6 1) = 2 ( 0,95 )( 5 ) = 11,070

2 hitung < 2tabel Kesimpulan : Data Berdistribusi Normal

145

UJI NORMALITAS SKOR TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN


Distribusi Frekuensi Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen fe Kelas Batas Z Ztabel L f0 interval Kelas 17,5 18 20 21 23 24 26 27 29 30 32 33 35 1 20,5 1 23,5 11 26,5 15 29,5 8 32,5 2 35,5 2,59 0,245 4 0,447 4 0,495 2 38 1,62 0,66 0,117 9 0,2020 0,0478 -0,30 0,396 2 -1,26 -2,23 0,487 1 0,0909 0,2783 0,3633 13,805 4 7,6760 1,8164 3,4542 10,575 4 1,7439 0,0170 0,1033 0,0136 0,0185 -3,18 0,499 3 0,0122 0,4636

( f0 fe ) 2
fe 0,6206

2 hitung = 2,5169

2 tabel 2 tabel 2tabel 2 tabel

= 2 ( 1 )( j 1) = 2 ( 0,95 )( 6 1) = 2 ( 0,95 )( 5 ) = 11,070

2 hitung < 2tabel

146

Kesimpulan : Data Berdistribusi Normal

UJI NORMALITAS SKOR TES AKHIR KELAS KONTROL


Distribusi Frekuensi Skor Tes Akhir Kelas Kontrol fe Kelas Batas Z Ztabel L f0 interval Kelas 16,5 17 19 20 22 23 25 26 28 29 31 32 34 4 19,5 3 22,5 11 25,5 14 28,5 4 31,5 1 34,5 1,67 0,219 0 0,370 8 0,452 5 37 1,13 0,58 0,016 0 0,1518 0,0817 5,6166 3,0229 0,4652 1,3537 0,04 0,191 5 -0,50 -1,04 0,350 8 0,1593 0,2075 0,2030 5,8941 7,6775 7,5110 1,4210 1,4378 5,6060 -1,59 0,444 1 0,0933 3,4521

( f0 fe ) 2
fe 0,0869

2 hitung = 10,3706

2 tabel = 2 ( 1 )( j 1)

147

2tabel = 2 ( 0,95 )( 6 1) 2tabel = 2 ( 0,95 )( 5 ) 2tabel = 11,070 2 hitung < 2tabel Kesimpulan : Data Berdistribusi Normal

UJI HOMOGENITAS
Untuk uji homogenitas digunakan uji-F dengan rumus : S VariansTerbesar F = 12 = VariansTerkecil S2 1. a. Skor tes awal kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data : Se = 2,68 dan Sk = 2,46 Se = Simpangan baku kelas eksperimen Sk = Simpangan baku kelas kontrol b. Hipotesis yang akan di uji H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama/ homogen Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama/ tidak homogen. c. Nilai Fhitung
2

148

Simpangan baku kelas eksperimen lebih besar dari pada simpangan baku kelas kontrol, maka : F= d. Nilai Ftabel Nilai Ftabel dengan deraajat kebebasan dk = 38-1 = 37, dk = 37-1 = 36, dan Se ( 2,68) = 7,1824 = 1,18 = 2 ( 2,46) 2 6,0516 Sk
2 2

= 0,05.
Nilai F dengan dk = (37:36) tersebut tidak terdapat didalam tabel, maka nilai Ftabel ditentukan dengan menggunakan harga F yang lain yang berdk = (37:36). Jadi nilai Ftabel (0,05) (40:36) = 1,72 e. Uji Hipotesis Fhitung = 1,18 dan Ftabel = 1,72, karena Fhitung < Fhitung maaka H0 diterima. Dengan demikian kedua varians skor tes awal (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah homogen. 2. a. Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data : Se = 3,11 dan Sk = 5,50 Se = Simpangan baku kelas eksperimen Sk = Simpangan baku kelas kontrol b. Hipotesis yang akan di uji H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama/ homogen Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama/ tidak homogen. c. Nilai Fhitung

149

Simpangan baku kelas kontrol lebih besar dari pada simpangan baku kelas eksperimen, maka : F= d. Nilai Ftabel Nilai Ftabel dengan deraajat kebebasan dk = 38-1 = 37, dk = 37-1 = 36, dan Sk ( 5,50) = 30,25 = 3,12 = 2 ( 3,11) 2 9,6721 Se
2 2

= 0,05.
Nilai F dengan dk = (37:36) tersebut tidak terdapat didalam tabel, maka nilai Ftabel ditentukan dengan menggunakan harga F yang lain yang berdk = (37:36). Jadi nilai Ftabel (0,05) (40:36) = 1,72 e. Uji Hipotesis Fhitung = 3,12 dan Ftabel = 1,72, karena Fhitung > Fhitung maka H0 ditolak. Dengan demikian kedua varians skor tes akhir (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah tidak homogen.

150

UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA


1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Tes Awal Hipotesis yang akan di uji adalah : H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata skor kelas kontrol. a. Data x e = 7,02 ; x k = 7,05 ; se = 2,68 ; se = 2,46 ; ne = 38 ne = 37

Indeks e untuk kelas eksperimen dan k untuk kelas kontrol. b. Nilai thitung

151

Kedua kelompok data adalah normal dan homogen, maka menggunakan uji-t dengan rumus : t= (n 1) s1 + (n2 1) s 2 1 1 dengan s = 1 s + n1 + n 2 2 n1 n2
2

x1 x 2

Terlebih dahulu cari simpangan baku gabungan kedua kelompok, yaitu : (n1 1) s1 + (n2 1) s2 s = n1 + n2 2
2 2 2 2

(38 1)( 2,68) + (37 1)( 2,46 ) 38 + 37 2 (37)( 7,1824 ) + (36)( 6,0516 ) 73 265,7488 + 217,8576 73 483,6064 73 6,624745205

s2 = s s =

= 2,573

Setelah didapat nilai simpangan bakunya, maka cari nilai thitung menggunakan uji-t dengan rumus : x1 x2 t = 1 1 s + n1 n2 7,02 7,05 1 1 = 2,573 + 38 37

152

0,03 2,573 0,053 0,03 2,573( 0,23) 0,03 0,59

= - 0, 05 c. Nilai ttabel Nilai ttabel dengan derajat kebebasan dk = ne + nk 2 = 38 + 37 2 = 73 dan

= 0,05 .
Nilai ttabel dengan dk = 73 tersebut tidak terdapat di dalam tabel, maka nilai ttabel ditentukan dengan menggunakan harga t yang lain yang ber dk = 120. Jadi nilai ttabel = t0,95(120) = 1,98 d. Uji Hipotesis thitung = -0,05 dan ttabel = 1,98 karena ttabel < thitung < ttabel , maka H
0

diterima. Dengan demikian kedua rata-rata skor tes awal (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah sama. 2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Tes Akhir Hipotesis yang akan di uji adalah : H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata skor kelas kontrol. a. Data

153

x e = 27,44 ; x k = 25,27 ;

se = 3,11 ; sk = 5,50 ;

ne = 38 nk = 37

Indeks e untuk kelas eksperimen dan k untuk kelas kontrol. b. Nilai thitung Kedua kelompok data adalah normal dan tidak homogen, maka menggunakan uji-t semu (t) dengan rumus : x1 x2 t' = s1 s + 2 n1 n2
2 2

27,44 25,27 = 3,111 5,50 2 + 38 37 2,17 9,6721 30,25 + 38 37 2,17 0,25 + 0,81 2,17 1,06 2,17 1,02
2

t = 2,12 c. Nilai ttabel

154

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika t

w1t1 + w2 t 2 dan terima H0 w1 + w2

jika terjadi sebaliknya. Dengan : w1 = t1 = t (1 )( n1 1) dan t 2 = t (1 )( n2 1) Maka w1 =

s1 s , w2 = 2 n1 n2

s1 3,112 9,6721 = = = 0,25 n1 38 38 s2 5,502 30,25 = = = 0,81 dan n2 37 37


2

w2 =

t1 = t(1 )( n1 1) = t( 1 0, 05 )( 38 1) = t( 0,95 )( 37 ) = 2,02 t1 = t(1 )( n2 1) = t( 1 0,05 )( 37 1) = t( 0,95 )( 36 ) = 2,02 w1t1 + w2 t 2 ( 0,25)( 2,02) + ( 0,81)( 2,02) = w1 + w2 0,25 + 0,81 = 0,50 + 1,63 1,06 2,13 1,06

= 2,00 d. Uji Hipotesis t = 2,12 dan w1t1 + w2 t 2 w1t1 + w2 t 2 = 2,00 karena t , maka H 0 ditolak. w1 + w2 w1 + w2

Dengan demikian rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol.

155

Anda mungkin juga menyukai

  • Skripsi Yenita Rica S
    Skripsi Yenita Rica S
    Dokumen59 halaman
    Skripsi Yenita Rica S
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rukiah
    Skripsi Rukiah
    Dokumen43 halaman
    Skripsi Rukiah
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen80 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen67 halaman
    Skrip Si
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Resmi Valid
    Skripsi Resmi Valid
    Dokumen50 halaman
    Skripsi Resmi Valid
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsii Hervi
    Skripsii Hervi
    Dokumen47 halaman
    Skripsii Hervi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Bu Nurma SD 56
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Dokumen45 halaman
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Dokumen44 halaman
    Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Jepin
    Skripsi Jepin
    Dokumen144 halaman
    Skripsi Jepin
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen82 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen63 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen55 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pisni
    Skripsi Pisni
    Dokumen113 halaman
    Skripsi Pisni
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi TPS
    Skripsi TPS
    Dokumen57 halaman
    Skripsi TPS
    Yelius Jeye Wardane
    100% (1)
  • Skripsi Wahasarna
    Skripsi Wahasarna
    Dokumen57 halaman
    Skripsi Wahasarna
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Sri Damayanti
    Sri Damayanti
    Dokumen149 halaman
    Sri Damayanti
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rusmala
    Skripsi Rusmala
    Dokumen141 halaman
    Skripsi Rusmala
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Eka
    Skrip Eka
    Dokumen42 halaman
    Skrip Eka
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Riska
    Skripsi Riska
    Dokumen49 halaman
    Skripsi Riska
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmita 4105064
    Skripsi Rasmita 4105064
    Dokumen104 halaman
    Skripsi Rasmita 4105064
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ima
    Skripsi Ima
    Dokumen71 halaman
    Skripsi Ima
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Dokumen82 halaman
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Efrika
    Skripsi Efrika
    Dokumen130 halaman
    Skripsi Efrika
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pendidikan Fisika
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Dokumen135 halaman
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Yelius Jeye Wardane
    100% (2)
  • Skripsi Ermi (Revisi)
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Dokumen77 halaman
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • KUSMADI
    KUSMADI
    Dokumen142 halaman
    KUSMADI
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi New Nipsi
    Skripsi New Nipsi
    Dokumen58 halaman
    Skripsi New Nipsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dwi Anita Sari
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Dokumen139 halaman
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Pebtaria SP
    Pebtaria SP
    Dokumen56 halaman
    Pebtaria SP
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat