Anda di halaman 1dari 8

WULANDARI WIDIA NINGSIH 09101067 LAPORAN KASUS ILMU KESEHATAN ANAK Identitas pasien : No rekam medik: 07.97.

80 Nama Anak:An. JP Umur: 3 tahun Jenis kelamin : perempuan Nama Ayah / Ibu : ny. A Pekerjaan ayah / Ibu: IRT Alamat : jl. Duyung Agama : islam Pendidikan Ayah/ Ibu: Masuk : 22 desember 2012 (19.30) Anamnesis : alloanamnesis Keluhan Utama : kaki kiri sulit digerakan karna pasien jatuh dari motor Keluhan tambahan : nyeri bila digerakan RPS : kaki kiri sulit digerakan dan terasa nyeri Riwayat Kelahiran : normal

RPD: sebelumnya pernah jatuh dari mator atau mengalami hal seperti ini RPK : pada keluarga tidak ada riwayat hipertensi atau DM RSE : pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan Riwayat Imunisasi : lengkap Pemeriksaan Fisik : Status Generalis Keadan umum : baik Kesadaran : compomentis Vital sign : BB(12 kg) TB/PB(-), R: 20X/menit, N:112X/menit, S: 38oC Kepala : tidak ada mengeluhkan akit pada kepala bentuk normal Mata : Konjungtiva : tidak anemis Skelra : tidak ikterik Hidung : tidak ada septum defisiasi Telinga : bentuk normal Mulut : mukosa licin Tenggorokan : tidak ada nyeri menelan Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, Thorax:

Paru-Paru : I:irama teratur Pa: fremitus kanan kiri Pr:sonor Au: suara nafas vesikuler

Jantung : I: iktu kordis tidak terlihat Pa: iktus kordis teraba Pr: redup Au: bunyi jantung normal

Abdomen: I :datar Au : peristaltik normal Pe: timpani Pa : hepara dan lien teraba

Ekstremitas atas : ka/ki akral hangat, nyeri tidak ada, pergerakan sendi normal Ekstremitas Bawah : Ka / Ki akral hangat, nyeri (+), pergerakan sendi terbatas Pemeriksaan penunjang : rontgen Diagnosa kerja : fraktur 1/3 medial femur Diagnosa Banding : fraktur terbuka

Penatalaksanaan: - Medikamentosa Infus RL 12 tetes / menit Analgetik proxicam 3X1 Cefixim 3X1 - Edukatif : o Selama masa penyembuhan pasien diminta membatasi gerakan pada kaki yang cedera o Anjurkan pasien melatih kaki yang susah digerakkan

Prognosis : dubia ad bonam

Tinjauan pustaka : DEFENISI Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul kapsula. a. Melalui kepala femur (capital fraktur) dan

b. Hanya di bawah kepala femur c. Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler; a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

ETIOLOGI Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Cedera traumatic a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah secara spontan b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat. 2. Fraktur patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan : a) Tumor tulang (jinak atau ganas) b) Infeksi seperti osteomielitis c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.

3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

PATOFISIOLOGI Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang. MANIFESTASI KLINIK Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.

PENATALAKSANAAN

o Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. o imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. o Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan reduksi dan imobilisasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. X.Ray 2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans 3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. 4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

KOMPLIKASI Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan

Reff : o Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta. o Sjamsuhidajat R., (2002). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai