90
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1. Tinjauan Umum
Dalam merencanakan jaringan irigasi tambak, analisis yang digunakan adalah analisis hidrologi dan analisis pasang surut. Analisis hidrologi yaitu perhitungan debit andalan yaitu debit sungai yang dapat digunakan untuk mengairi tambak dan analisis data pasang surut yaitu debit yang masuk ke dalam saluran akibat pengaruh pasang surut air laut. Analisis hidrologi dan analisis data pasang surut diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang masuk ke saluran sekunder yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya volume air yang masuk ke areal tambak. Analisis data yang akan digunakan dalam perhitungan nantinya adalah analisis data pasang surut di daerah perencanaan yaitu sekitar Kali Tenggang dan analisis debit andalan menggunakan metode dari F.J. Mock. Untuk perhitungan debit andalan digunakan data curah hujan harian selama periode 10 tahun dan data klimatologi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sedangkan untuk perhitungan data pasang surut yang digunakan dalam perencanaan adalah data pasang surut 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2001-2005. Adapun langkah-langkah dalam analisis data hidrologi dan pasang surut adalah sebagai berikut :
a. b.
Menentukan rata-rata curah hujan bulanan selama kurun waktu 10 tahun. Menentukan rata-rata bulanan dari suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari dan kecepatan angin dari data klimatologi selama kurun waktu 5 tahun terakhir.
c. d.
Menghitung angka evaporasi menggunakan data-data tersebut. Menghitung debit andalan yang merupakan debit minimum sungai yang dapat untuk keperluan irigasi. Menentukan Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT) dari data pasang surut selama 5 tahun untuk menentukan ketinggian tanggul tambak.
e.
L2A001076 L2A001084
91
Menentukan Air Surut Terendah (ASR ) untuk merencanakan elevasi dasar saluran sekunder / saluran pasok dan saluran drainase / saluran buang.
g.
Menentukan Air Surut Tertinggi (AST) untuk menentukan elevasi dasar tambak / pelataran tambak Menentukan Air Pasang Terendah (APT) untuk merencanakan ketinggian air di saluran sekunder / saluran pasok yang digunakan untuk mengairi tambak.
h.
i.
Menghitung volume air yang dibutuhkan untuk mengairi tambak. Perencanaan jaringan tata saluran untuk irigasi tambak yang memanfaatkan
pasang surut air laut memerlukan pemahaman fenomena hidrolika pasang surut. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh gelombang pasang surut pada daerah yang kita rencanakan. Karena perhitungan hidrulika untuk aliran yang dipengaruhi oleh pasang surut ini sangat rumit dan butuh waktu yang panjang, maka untuk mempermudah simulasi aliran di dalam tata saluran dipakai program HEC-RAS versi 3.1.1 untuk menstimulasi aliran akibat pengaruh pasang surut air laut guna perencanaan tata saluran jaringan irigasi tambak.
Untuk perhitungan curah hujan rata-rata menggunakan metode rata-rata aljabar dari 3 stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.1
L2A001076 L2A001084
92
Tabel 4.1. Data Hujan Rata-Rata Bulanan Stasiun Maritim, Karangroto dan Kalisari
Tahun Stasiun Hujan Bulan Jan 271.1 24 339 13 378 20 329.4 19 304.3 24 227 12 293 20 274.8 19 300.9 23 351 13 265 18 305.6 18 321.2 24 237 13 328 17 295.4 18 222.4 15 417 17 207 14 282.1 15 Feb 536 22 245 16 254 19 345.0 19 472.7 23 280 10 395 20 382.6 18 543.5 23 350 18 443 23 445.5 21 426.5 22 206 14 385 18 339.2 18 195.8 16 164 13 89 11 149.6 13 Mar 288 21 518 17 395 21 400.3 20 180.2 19 166 13 211 14 185.7 15 173 12 154 12 123 10 150.0 11 120.6 20 0 0 120 15 80.2 12 144.4 15 353 17 158 10 218.5 14 April 299.3 15 203 10 319 14 273.8 13 124.5 13 0 0 183 11 102.5 8 174.4 14 196 11 263 11 211.1 12 320.2 16 0 0 220 14 180.1 10 159.2 16 189 8 191 16 179.7 13 Mei 188.4 8 110 6 301 7 199.8 7 96.8 7 71 3 81 7 82.9 6 134.3 9 195 9 68 5 132.4 8 186.7 15 0 0 126 9 104.2 8 82.4 9 25 2 169 10 92.1 7 Juni 200.4 14 243 7 344 10 262.5 10 5.7 3 35 2 26 4 22.2 3 17.7 2 192 10 13 1 74.2 4 48.1 4 0 0 18 2 22.0 2 264.5 11 3 1 50 5 105.8 6 Juli 30.8 3 51 3 48 3 43.3 3 0.4 3 7 1 11 1 6.1 2 0 0 41 2 0 0 13.7 1 72.5 4 55 3 25 2 50.8 3 25.5 10 0 0 0 0 8.5 3 Agst 6.7 3 13 2 7 1 8.9 2 2.6 2 0 0 0 0 0.9 1 0.6 1 0 0 5 1 1.9 1 0 1 0 0 0 0 0.0 0 36.4 7 0 1 183 8 73.1 5 Sept 101.9 12 80 6 197 9 126.3 9 6.8 2 0 0 0 0 2.3 1 67.4 4 149 4 50 8 88.8 5 61.9 5 21 2 102 8 61.6 5 61.1 8 0 0 25 9 28.7 6 Okt 125.4 17 349 11 197 13 223.8 14 19.4 4 10 2 24 4 17.8 3 256.3 19 105 9 207 11 189.4 13 15 0 33 2 15 3 21.0 2 61.2 14 73 7 332 16 155.4 12 Nov 197.1 19 236 11 218 15 217.0 15 369.6 22 0 0 269 18 212.9 13 164.6 14 514 15 237 17 305.2 15 217.6 17 151 8 147 16 171.9 14 109.6 12 163 14 390 11 220.9 12 Des 206.1 17 137 6 165 15 169.4 2599.4 13 271.5 21 0 0 129 14 133.5 1424.2 12 306 23 420 17 376 19 367.3 2285.2 20 272.3 21 315 11 197 18 261.4 1587.9 17 299 23 414 20 144 10 285.7 1800.2 18 Total
Hujan Rata2 Hari hujan Rata2 2002 Maritim Plamongan Kalisari Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Hujan Rata2 Hari hujan Rata2 2003 Maritim Plamongan Kalisari Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Hujan Rata2 Hari hujan Rata2 2004 Maritim Plamongan Kalisari Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Hujan Rata2 Hari hujan Rata2 2005 Maritim Plamongan Kalisari Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Crh Hjn Hr Hjn Hujan Rata2 Hari hujan Rata2
(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika kota Semarang) Data Curah Hujan yang diperlukan adalah data hujan bulanan yang terlampaui 80 % berdasarkan data curah hujan yang ada. Data curah hujan bulanan yang ada sepanjang pengamatan diurutkan dari yang kecil ke besar berdasarkan jumlah curah hujan pertahunnya. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui curah hujan efektif (R80) adalah dengan menghitung urutan sbb: Hendri Setiawan Jahiel R. Sidabutar L2A001076 L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA m = n*0,20 + 1 dimana : m = Data urutan ke m yang akan dipakai sebagai R80 n = Jumlah tahun pengamatan = 5 tahun sehingga : m = 5*0,20 +1 =2
93
Jadi curah hujan efektif yang digunakan terdapat pada data Kedua dari data curah hujan stasiun pengamatan yaitu pada tahun 2004. Data curah hujan yang telah diurutkan dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2. Data Curah Hujan yang Telah Diurutkan
Tahun Stasiun Hujan Jan Feb Mar April Mei Bulan Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des 133.5 1424.2 Total
2002
17.8 212.87
3 1.6667 0.6667 0.6667 3.3333 13.333 11.667 0 61.633 21 171.87 261.43 1587.9
2004
18 11.667
2005
7 5.6667 3.3333 5.3333 5.6667 12.333 12.333 17.667 88.8 189.43 305.2 367.33 2285.2
2003
12 7.6667 4.3333 0.6667 0.6667 5.3333 199.8 262.47 43.267 7 10.333 3 8.9 2 126.3
2001
9 13.667
L2A001076 L2A001084
94
Muara K. Tenggang
Muara K. Sringin
K.
Say u
ng/K
.Pri h
B K. o ab n
in Sr K.
Timur
gin
anal
K.
anjirk
K. B
K. B abon
K. Srin gin
K. T e n g
gang
T en gg an g
K. Sringin
K. B
abon
Ka li T ega lk
li Ka
ang kun g
n bo Ba
L2A001076 L2A001084
K. Banger
K.
en
gg
an
95
4.2.3. Menentukan Rata-Rata Bulanan Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin
Untuk menghitung debit andalan , diperlukan data rata-rata suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin yang diperoleh dari data klimatologi. Data klimatologi yang digunakan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam kurun waktu yang akan direncanakan yaitu tahun 2001 sampai 2005. Untuk perhitungan , data yang digunakan adalah data suhu rata-rata, kelembaban rata-rata, penyinaran matahari selama 12 jam dan kecepatan angin pada ketinggian 10 m. Data bulanan suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin diberikan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Data Bulanan Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin
Tahun Data
Kelembaban Udara Peny. Mthri(8 jam) Kec. Angin(10m) 2002 Suhu Udara Kelembaban Udara Peny. Mthri(8 jam) Kec. Angin(10m) 2003 Suhu Udara Kelembaban Udara Peny. Mthri(8 jam) Kec. Angin(10m) 2004 Suhu Udara Kelembaban Udara Peny. Mthri(8 jam) Kec. Angin(10m) 2005 Suhu Udara Kelembaban Udara Peny. Mthri(8 jam) Kec. Angin(10m)
Satuan Jan
C % % km / j C % % km / j C % % km / j C % % km / j C % % km / j 26.9 83 46 5.6 26.5 84 43 4.8 26.6 85 45 5.6 26.5 84.5 43 4.8 27.1 82 49 6.4
Feb
26.6 82 48 9.1 26.5 83 64 5.1 26.2 86.3 41 8.1 26.5 83.3 64 5.1 27.2 82 50 5.9
Mar April
26.6 83 53 5.6 27.1 78 72 3.7 27.6 77.8 72 5.4 27.1 78.8 72 3.7 27.4 82 51 6.1 27.6 80 69 5.5 27.6 78 60 3 27.1 83.8 61 4.4 27.6 79.8 69 3.9 28.2 78 61 6.3
Mei
28.6 72 88 6.6 28.7 74 69 6.4 28.1 72.5 87 5.9 28.7 72 69 6.4 28.8 72 70 7.1
Juni
27.5 77 75 5.9 28.1 74 66 6.8 27.7 70.8 90 5.8 28.1 74 66 6.8 28 78 66 6.5
Juli
27.4 72 74 7.1 27.4 68 80 6.2 27.5 67.8 94 6.3 27.4 68.8 80 6.2 27.5 72 71 6.3
Agst Sep
27.1 70 94 6.4 27.7 70 83 7 27.1 66.3 99 5.9 27.7 70 83 7 27.6 70 72 6.2 28.3 72 94 6.5 27.8 71 91 6.4 27.9 64.8 92 5.9 27.8 71.8 91 6.4 28.1 72 70 6.2
Okt
28 80 55 5.8 28.5 67 91 6 28.8 64.8 95 6.8 28.5 67.8 91 6 28.2 75 64 5.6
Nov
27.7 83 46 5.5 28.3 74 51 5.2 27.8 76.5 66 5.1 28.3 74.5 51 5.2 28.3 75 58 5.4
Des
27.2 84 46 5.2 27.4 78 46 5.5 27.1 82.3 51 4.3 27.4 78 46 5.5 27 83 23 4.7
L2A001076 L2A001084
96
E=
AH + 0, 27 D A + 0, 27
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan D = 0,35 ( ea ed ) (k + 0,01w) Dimana : A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/ 0 F B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mm H 2 O/hari
E1 = F1 x R(1-r)
L2A001076 L2A001084
97
Penman adalah :
E = E1 - E2 + E3
Eactual = E p E
dimana : ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya P Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu: 1. SMC = 200 mm/bulan, jika P Ea 0 2. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P Ea), jika P Ea < 0
4.2.7. Perhitungan Base Flow, Direct Off dan Storm Run Off
Menurut Mock, besarnya infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien infiltrasi (if), atau
Infiltrasi (i) = WS x if
Zona tampungan air tanah (groundwater storage, disingkat GS) dirumuskan sebagai berikut :
Hendri Setiawan Jahiel R. Sidabutar L2A001076 L2A001084
98
Setelah base flow dan direct run off, komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off. Mock menetapkan bahwa: a. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai storm run
off = 0
b. Jika P < maksimum soil muisture capacity maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor, atau:
SRO = P x PF
Jika TRO ini dikalikan dengan catchment area dalam km 2 dengan suatu angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit dalam m3 / det .
Untuk perhitungan debit andalan selama kurun waktu perencanaan yaitu 5 tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Untuk luas areal DAS, diperoleh dari perhitungan dari peta menggunakan program Autocad dan diperoleh 22,64 km2 Untuk perhitungan menggunakan program HEC-RAS, data debit andalan ini digunakan sebagai data input di hulu Sungai Tenggang sebagai data Debit Aliran (Flow Hidrograf).
L2A001076 L2A001084
99
DEBIT ANDALAN TAHUN 2004
No. Data Meteorologi 1 Curah hujan 2 Hari hujan 3 Jumlah hari 4 Temperatur 5 Penyinaran matahari 6 Kelembaban relatif 7 Kec. angin
Data
Unit
Kons
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
(P;mm/bln) (n;hari) (Hr;hari) (T;C) (S;%) (h;%) (w;m/s) (mm/bulan) (R;mm/hari) (mm Hg/F) (mmH2O/hr) (mm Hg) (mm Hg) (T;S) (T;h) (T;h) (r)
295.40 18 31 26.5 43 84.5 4.8 15.40 0.85 16.33 25.98 21.95 0.18 1.23 0.34 0.10 2.51 0.60
339.17 18 28 26.5 64 83.3 5.1 15.50 0.85 16.33 25.98 21.64 0.27 1.26 0.37 0.10 3.75 0.85 0.15 3.04 85.12 45.00 18 0.00 0.00 85.12 254.04
80.20 12 31 27.1 72 78.8 3.7 15.20 0.88 16.48 26.91 21.20 0.30 1.34 0.47 0.10 4.16 1.00 0.09 3.25 100.62 45.00 12 14.25 14.34 86.28 -6.08
180.07 10 30 27.6 69 79.8 3.9 14.20 0.90 16.60 27.68 22.09 0.29 1.25 0.45 0.10 3.75 0.90 0.06 2.91 87.19 45.00 10 18.00 15.69 71.50 108.57
104.23 8 31 28.7 69 72 6.4 12.90 0.95 16.84 29.53 21.26 0.30 1.39 0.64 0.10 3.45 1.00 0.08 2.52 78.26 45.00 8 22.50 17.61 60.65 43.58
22.03 2 30 28.1 66 74 6.8 12.20 0.92 16.72 28.48 21.07 0.28 1.39 0.59 0.10 3.10 0.97 0.09 2.22 66.51 45.00 2 36.00 23.94 42.57 -20.53
50.83 3 31 27.4 80 68.8 6.2 12.40 0.89 16.55 27.37 18.83 0.34 1.66 0.70 0.10 3.78 1.36 0.10 2.52 78.24 45.00 3 33.75 26.41 51.84 -1.00
0.00 0 31 27.7 83 70 7 13.40 0.90 16.63 27.84 19.48 0.35 1.59 0.67 0.10 4.26 1.34 0.12 3.03 93.88 45.00 0 39.75 37.32 56.56 -56.56
61.63 5 30 27.8 91 71.8 6.4 14.60 0.91 16.65 27.99 20.10 0.39 1.51 0.63 0.10 5.09 1.39 0.11 3.81 114.44 45.00 5 29.25 33.47 80.97 -19.34
21.00 2 31 28.5 91 67.8 6 15.20 0.94 16.80 29.18 19.78 0.39 1.58 0.73 0.10 5.34 1.45 0.13 4.02 124.54 45.00 2 36.75 45.77 78.77 -57.77
171.87 14 30 28.3 51 74.5 5.2 15.30 0.93 16.76 28.83 21.47 0.22 1.35 0.58 0.10 3.01 0.75 0.10 2.36 70.94 45.00 14 9.75 6.92 64.02 107.85
261.43 17 31 27.4 46 78 5.5 15.20 0.89 16.55 27.37 21.35 0.20 1.33 0.49 0.10 2.67 0.68 0.08 2.07 64.10 45.00 17 3.00 1.92 62.17 199.26
Evapotranspirasi potensial 8 Radiasi matahari 9 A 10 B 11 ea 12 ed = h x ea 13 F1 = Ax(0.18+(0.55xS))/(A+0.27) 14 F2 = AxB(0.56-(0.092x(ed^0.5)))/(A+0.27) 15 F3 = (0.27)(0.35)(ea-ed)/(A+0.27) 16 Koefisien refleksi 17 E1 = F1x(1-r)xR 18 E2 = F2x(0.1+(0.9xS)) 19 E3 = F3x(k+0.01w) 20 Ep = E1-E2+E3 21 Epm = Hr x Ep Evapotranspirasi terbatas 22 Exposed surface 23 jumlah hari hujan 24 E/Epm = (m/20)(18-n) 25 E 26 E aktual = Epm - E Water surplus 27 P-Ea k=
1.00 (mm/hari) (mm/bulan) (mm/bulan) (m;%) (n) (%) (mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan)
L2A001076 L2A001084
100
351.90 200.00 0.00 199.26 0.30 59.78 0.85 0.100 32.88 55.83 88.70 23.03 36.75 139.48 0.00 176.23 22.64 1.490
L2A001076 L2A001084
101
Seperti telah dijabarkan pada BAB II.3. tentang pasang surut, diketahui bahwa di lokasi studi yaitu di sekitar Sungai Tenggang di Kec. Genuk dan sekitarnya termasuk ke dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian tunggal, dengan nilai F = 1,30. Untuk perhitungan selanjutnya yang menggunakan data pasang surut harian, digunakan data pasang surut harian tunggal.
4.3.2. Perhitungan Muka Air Laut Rata-Rata (MLR)
Permukaan laut rata-rata (mean sea level), yang di sini disingkat sebagai MLR atau dalam bahasa Inggris dengan MSL, merupakan permukaan air laut yang dianggap tidak dipengaruhi oleh keadaan pasang surut. Permukaan tersebut umumnya digunakan sebagai referensi ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Pada tugas akhir ini, MLR digunakan sebagai acuan dari data di lapangan yang menggunakan ketinggian MLR sebagai titik referensi. Data MLR yang digunakan adalah data MLR sejati selama 5 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai 2005. MLR dihitung dari rata-rata ketinggian muka air laut selama waktu pengamatan. Setelah diperhitungkan, tinggi MLR selama 5 tahun adalah 95 cm. Jadi pada perhitungan selanjutnya, titik 0 cm dari data geometri Proyek Normalisasi Sungai Tenggang sama dengan ketinggian 95 cm.
L2A001076 L2A001084
102
2001
126 (tgl 14) 120 (tgl 11) 126 (tgl 9) 124 (tgl 4) 137 (tgl 29) 122 (tgl 1,2,26) 110 (tgl 10)
2002
136 (tgl 7) 140 (tgl 28) 141 (tgl 2) 195 (tgl 9) 222 (tgl 23) 232 (tgl 19) 230 (tgl 6) 230 (tgl 14) 226 (tgl 8) 234 (tgl 15) 240 (tgl 29,30) 237 (tgl 26)
2003
236 (tgl 25) 236 (tgl 17) 136 (tgl 26) 135 (tgl 22) 132 (tgl 12) 132 (tgl 7) 115 (tgl 13) 110 (tgl 26,30) 116 (tgl 6) 122 (tgl 5,25) 131 (tgl 30) 126 (tgl 1)
2004
123 (tgl 24) 115 (tgl 19) 123 (tgl 16) 139 (tgl 14) 134 (tgl 1,12,14) 146 (tgl 8,9) 143 (tgl 6) 129 (tgl 29,31) 133 (tgl 29) 140 (tgl 23) 135 (tgl 21) 134 (tgl 18)
2005
132 (tgl 16) 110 (tgl 19) 143 (tgl 30) 152 (tgl 3,4,31) 152 (tgl 27) 131 (tgl 15) 128 (tgl 21) 128 (tgl 16) 128 (tgl 13,14) 132 (tgl 12) 130 (tgl 8)
Dari data APTPT yang telah diketahui tersebut Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT) terjadi pada tanggal 29 November 2002 dan 30 November 2002 pada ketinggian 240 cm. Maka ketinggian tanggul utama ditambah tinggi jagaan 50 cm adalah 290 cm 3 m. Sedangkan untuk tanggul antara yaitu tanggul yang memisahkan satu tambak dengan tambak yang lain adalah = APTPT ditambah tinggi jagaan 30 cm = 270 cm 2,7 m
103
2001
74.11 74.45 74.89 75.13 80.49 78.08 72.97
2002
88.44 88.91 91.88 134.70 163.28 173.61 180.43 186.65 190.71 187.89 184.51 185.85
2003
184.70 139.11 74.89 77.55 84.18 78.58 68.14 66.77 68.89 71.23 70.80 72.47
2004
70.96 65.03 73.84 80.09 83.64 83.03 88.26 77.98 83.11 78.78 78.62 73.42
2005
75.19 67.08 80.80 94.43 92.84 85.82 70.82 73.16 72.42 77.50 74.03
5245.11 = 97,11 cm 11
Jadi dapat ditentukan elevasi dasar pelataran tambak adalah 97,11 cm 40 cm = 57,11 cm 60 cm
4.3.5. Perencanaan Elevasi Dasar Saluran Luar (Saluran Sekunder dan Drainase)
Untuk menentukan elevasi dasar saluran luar, maka terlebih dahulu harus ditentukan kedalaman parit keliling dan kedalaman saluran pembagi air. Kedalaman parit keliling (bila dihitung dari muka dasar pelataran tengah) harus sama dengan kedalaman dasar pelataran tengah itu bila dihitung dari permukaan air pasang rata-rata. Sedangkan kedalaman saluran pembagi air yang baik ialah 15 cm lebih rendah daripada kedalaman parit keliling. Sedangkan kedalaman saluran luar yang baik adalah 10 cm lebih rendah daripada kedalaman saluran pembagi air (Slamet Soeseno, 1988). Untuk itu ditentukan kedalaman atau elevasi parit keliling adalah 60 cm 40 cm = +20 cm. Sedangkan dasar saluran luar ditentukan berada 20 cm dibawah parit keliling sehingga elevasi dasar saluran sekunder = +0 cm.
104
menghendaki agar selalu terdapat perbedaan tinggi tekanan (head) antara tambak dan saluran. Untuk itu diperlukan tinggi tekanan yang lebih besar di saluran daripada di tambak agar air dapat mengalir ke dalam tambak. Untuk menentukan ketinggian air pada saluran sekunder yang nantinya akan masuk ke dalam tambak, maka data yang digunakan adalah data Air Pasang Terendah (APR) dari data pasang surut yang ada selama kurun waktu 5 tahun. Dengan menggunakan data air pasang terendah (APR), maka dengan air pasang yang paling minimum, air dari saluran sekunder sudah dapat memenuhi kebutuhan air dalam tambak. Data Air Pasang Terendah (APR) dari tahun 2001 sampai 2005 ditampilkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Data Air Pasang Terendah (APR)
TAHUN BULAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2001
90 (tgl 10) 86 (tgl 18) 86 (tgl 3) 86 (tgl 11,25) 91 (tgl 8) 94 (tgl 21) 89 (tgl 3)
2002
112 (tgl 10,25) 102 (tgl 19,22) 102 (tgl 20) 136 (tgl 30) 146 (tgl 1) 198 (tgl 11) 207 (tgl 14) 207 (tgl 30) 196 (tgl 26) 196 (tgl 9) 201 (tgl 8) 203 (tgl 18)
2003
203 (tgl 21) 92 (tgl 28) 94 (tgl 9) 82 (tgl 6) 93 (tgl 3) 90 (tgl 26) 81 (tgl 22) 77 (tgl 18) 80 (tgl 30) 82 (tgl 12) 81 (tgl 11) 88 (tgl 15)
2004
84 (tgl 3) 91 (tgl 9) 89 (tgl 25) 93 (tgl 9) 98 (tgl 6) 102 (tgl 30) 109 (tgl 11) 91 (tgl 23) 97 (tgl 19) 89 (tgl 17) 95 (tgl 25) 88 (tgl 9)
2005
94 (tgl 19,20)
85 (tgl 28) 86 (tgl 1,12) 108 (tgl 9) 108 (tgl 19) 93 (tgl 29) 85 (tgl 14) 88 (tgl 10,22) 83 (tgl 7) 94 (tgl 3) 87 (tgl 29)
Dari data APR yang ada, diketahui bahwa APT paling rendah adalah pasang yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 2003 pada ketinggian pasang 77 cm. Untuk data input pada perhitungan HECRAS nantinya, data yang akan dimasukkan adalah data APR pada saat air laut mulai pasang pada tanggal 18 Agustus 2005 mulai pukul 01.00. Untuk perhitungan menggunakan program HEC-RAS, data pasang surut tanggal 18 Agustus 2005 digunakan sebagai data input di muara Sungai Tenggang dan muara Sungai Sringin sebagai data Ketinggian Aliran (Stage Hidrograf). Data Pasang Surut yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 2003 ditampilkan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.2
L2A001076 L2A001084
105
Gambar 4.2. Grafik Pasang Surut tanggal 18 Agustus 2003 Hendri Setiawan Jahiel R. Sidabutar L2A001076 L2A001084
106
Keterangan Titik Bebas Banjir / Tanggul Utama Tinggi Pematang Antara Dasar Saluran Sekunder Dasar Pelataran Dasar Saluran Drainase 3,00 m 2,70 m 0,00 m 0,60 m 0,00 m
L2A001076 L2A001084
107
pada saat pasang maupun surut, pergantian air dapat dilakukan setiap saat, saat pasang datang. Dari data-data yang telah ditentukan diatas diketahui bahwa elevasi dasar pelataran adalah -2,40 cm dan ketinggian air max rencana adalah -60 cm, maka ketinggian air dalam tambak adalah 2,40 cm 60 cm = 180 cm 1,8 m Kebutuhan air yang harus dilayani oleh saluran pasok dihitung dengan cara berikut ini : Untuk kebutuhan air per 1 hektar tambak dengan kedalaman air 1,80 m, maka kebutuhan volume air untuk 1 hektar tambak adalah : Vol = 10 % x 10.000 m x 1,80 m = 1800 m
L2A001076 L2A001084