Gawat Darurat Khusus
Gawat Darurat Khusus
Angka kejadian cenderung meningkat Penatalaksanaan multidisiplin Tujuan : menurunkan mortalitas dan morbiditas
Karakteristik Luka Bakar meliputi kedalaman luka bakar dan luas luka bakar Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi : 1. Luka Bakar Derajat I Luka bakar sangat dangkal Bentuk : warna merah pada kulit dan nyeri Sembuh 2. Luka Bakar derajat II Luka bakar dangkal Bentuk : lepuh dan nyeri Sembuh (jika tanpa komplikasi) 3. Luka Bakar Derajat III Luka bakar dalam Bentuk : kulit seperti kertas perkamen, tidak nyeri Sembuh dengan cacat
Patokan 9 9%
9%
Front 18%
Bebaskan korban dari sumber trauma Hentikan proses kebakaran Lepaskan pakaian korban, jam, cincin, ikat pinggang Dinginkan bagian tubuh yang terbakar dengan air mengalir, jangan air es! Luka bakar kimia lakukan irigasi dengan air Selimuti dengan penutup yang bersih
Airway management and c-spine control Identifikasi penyebab : - sumbatan intraluminar sekret, benda asing, lidah jatuh - penyempitan dinding lumen spasme, edema mukosa - penekanan pada dinding lumen tumor ekstralumen
Mekanisme bernapas tergantung pada otak sebagai pusat dan thoraks (parenkim paru, pleura, costae, otot dan syaraf pernapasan, elastisitas kulit Biomekanik trauma atau adanya ko-morbid Identifikasi dan atasi sesuai penyebab
Gejala Subjektif
Gejala Objektif
Hoarseness, snorring, gargling, gelisah Dispneu, retraksi otot pernapasan, sianosis Analisis gas darah serial Foto thoraks 24 jam pasca luka bakar
Adanya cedera inhalasi dengan atau tanpa distress pernapasan, tindakan terbaik adalah melakukan intubasi, krikotiroidotomi atau trakeostomi, dilanjutkan dengan perawatan saluran napas yang tepat
B.Resusitasi tanpa syok, luka bakar < 25 % TBSA atau tanpa keterlambatan < 2 jam Kebutuhan cairan di dasarkan pada formula Baxter dengan rumus : 4 cc x kg BB x % luas luka bakar
Setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama, 16 jam ke 2 diberikan sisanya Ingat ! formula tersebut hanya perkiraan sehingga memerlukan penyesuaian sesuai dengan status penderitanya
Anamnesis :
Pemeriksaan penunjang
Ukur berat dan tinggi badan Nilai kembali luas luka bakar dan lokasi Nilai kedalaman/derajat luka bakar Nilai adanya penyulit/cedera lain Nilai adanya ko-morbiditas lain
Luka dicuci air bersih mengalir, keringkan dan selimuti Berikan profilaksis tetanus Analgetik tidak nefrotoksik/hepatotoksik Antibiotika spektrum luas, tidak nefrotoksik/hepatotoksik (kontroversi)
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas dengan karakteristik respon yang berlebihan terhadap berbagai rangsang. Asma akut berat : perburukan serangan asma secara progresif berupa sesak nafas,mengi, dada berat,dapat menyebabkan kematian Patofisiologi * Kontraksi otot polos bronkus * Hiperreaktifitas bronkus * Proses peradangan saluran nafas
Anamnesis : Sesak nafas berulang didahului paparan alergen (debu,udara,obat,aktivitas dll) Sesak disertai batuk dan atau mengi Biasanya ada riwayat alergi Tanyakan frekuensi dan lamanya serangan dalam sehari, seminggu,sebulan dan setahun Tanyakan obat yg biasa dipakai
KU : kesadaran normal/ menurun, gelisah, takipneu/bradipneu Kerja otot2 bantu nafas, dada empisema Stridor ekspirasi, eksperium diperpanjang, mengi ( wheezing) Auskultasi : suara dasar melemah, wheezing difus, eksperium memanjang, silent chest (dalam keadaan berat) Pulsus paradoksus
1. Pemeriksaan faal paru - Menunjukan derajat obstruksi - Spirometer - Peak Flow Meter (APR=Arus Puncak Ekspirasi ) - Variabilitas nilai APE > 20% - Pada saat serangan terdapat obstruksi pada keadaan normal faal paru dapat normal 2. Pemeriksaan laboratorium Darah : Eosinofilia (5-15% total leukosit) Kadar Ig E serum meningkat Sputum : Eosinofil, spiral Cursman, kristal Charcot Leyden
3. Pemeriksaan Radiologi - Normal atau kiperinflasi - Komplikasi: Pneumotorak, pneumonia 4. Tes provokasi bronkus - Menunjukan adanya hipereakifitas bronkus : - beban kerja - Udara dingin, inhalasi alergen spesifik 5. Analisa Gas Darah 6. Pemeriksaan EKG
Berbicara
Tidak Sedang sering pada saat ekspirasi < 100 < 10 mmHg
Biasa ada
Biasa ada
keras
Sangat keras
APC
> 80%
60 80 %
< 60 %
PaO2
Normal
> 60 mmHg
< 60 mmHg
PaCO2
< 45 mmHg
< 45 mmHg
> 45 mmHg
SaO2%
> 95 %
91 95 %
<90 %
Gejala tiap hari, sering eksaserbasi, sering malam hari Aktivitas fisik terbatas FEV1 atau APE < 60%, variasi APE atau FEV1 > 30%
STEP 3 PERSISTEN SEDANG
Gejala saat aktivitas dan tidur, malam > 1x seminggu Tiap hari menggunakan 2-agonis kerja pendek FEV1 atau APE 60 - 80%, variasi APE atau FEV1 > 30%
STEP 2 PERSISTEN RINGAN
Gejala > 1 x seminggu, tetapi tdk lebih 1x sehari Gejala mengganggu aktivitas tidur FEV1 atau APE > 80%, variasi APE atau FEV1 20-30%
STEP 1 INTERMITEN
Gejala < 1 x seminggu, gejala singkat, gejala malam < 2 x perbulan FEV1 atau APE > 80%, variasi APE atau FEV1 <20%
DERAJAT BERATNYA ASMA (GINA 2002)
1. 2.
3.
4. 5. 6. 7.
Oksigen : - Kecepatan 2-10 l/menit - Target saturasi O2>95% Bronkodilator Agonis beta 2 hirup - Melalui nebulizer setiap 15 20 menit - Injeksi tidak dianjurkan Bronkodilator Antikolinergik - Dapat diberikan kombinasi dengan agonis beta 2 - Dosis 250 500 ug Kortikosteroid : 40 60 mg perhari Efinefrin atau adrenalin : 0,3 ml subcutan tiap 20 menit 3 kali Aminofilin : bolus 0,5 mg/kgbb dosis pemeliharaan 0,5-0,6 mg/kgbb/jam drip Obat lain : tergantunng indikasi - antibiotik, mukolitik dll
Infeksi KEJANG Akut sesaat Cerebral (selama kejang tak sadar) Kronik berulang
Gg metabolik Gg elektrolit Gg kardiovaskuler Keganasan Malformasi Keracunanbahan toksik Withdrawl obat Epilepsi : - umum / general - partial - tak terklasifikasi
Tipe kejang
anak Tonik Klonik Tonik klonik Mioklonik neonatus Subtle Klonik fokal / multifokal Tonik Mioklonik
Kejang status
1. Serangan kejang lebih dari 30 menit 2. Di antara dua serangan kejang tanpa pulihnya kesadaran Etiologi 1. Infeksi intrakranial 2. Gangguan metabolik / elektrolit 3. Hipoksi Iskemik
4. Ensefalopathi
5. Hiperpireksi
Phenobarbitone 20 mg/kgBB
Refractory status conv.
5 mg/kgBB
PICU Anestesi
Diazepam 0,3 0,5 mg/KgBB (> 2 mg/menit) Kejang 5 Phenytoin 10 mg/kgBB (> 25 mg/menit) Kejang (+) Kejang (+) Kejang (-) Diazepam 1 jam 0,3 0,5 mg/kgBB Piridoksin 100 mg Phenytoin 5 mg/kgBB Oral Phenytoin 10 mg/kgBB/hr Diazepam drip 5 7 mg/kgBB/hr PICU Diazepam drip 10 24 mg/kgBB/hr Kejang (-) 5- 20
Kejang (-)
Phenobarbital 8 10 mg/kgBB/hr
24 jam
Phenobarbital 5 mg/kgBB/hr
Insidensi Intoksikasi cenderung Tanpa sengaja/ sengaja (percobaan bunuh diri) Obat antidotum hanya tertentu keracunan berat Penanganan tidak ke antidotum Simtomatis & Suportif Terapi suportif (hipotermi, pernafasan, sirkulasi, cegah absorbsi > lanjut, keseimbangan cairan & elektrolit)
Lakrimasi, muntah, diare, kram perut, spasme bronkhus, miosis, bradikardi, salivasi >>, keringat >>. Severe diaphoresis dehidrasi hipovolemia Syok Fasikulasi otot (gerakan otot dari satu fiber), tremor, kelemahan. Paralisis otot pernafasan Meninggal Peningkatan tekanan darah dan nadi
C. Efek SSP
- Pemberian O2
Kalau bahan toksik dimakan <4 jam,lavase lambung Atropine: 0,5-2 mg iv bolus (1 amp: 0,25 mg), diulang secara teratur sesuai kebutuhan. (Berat bisa s/d 100 mg). Pelihara jalan nafas, bila perlu dg ventilator Sebagian besar gejala klinis yang penting menentukan terus tidaknya atropin : menetapnya wheezing atau bronchorrhea. Atropin berperan pada efek muskarinik tapi tidak pada efek nikotinik. Kulit yang terkena dicuci dengan sabun dan air Bila ada kejang, beri diazepam 10mg iv
gastritis. Mungkin disebabkan oleh peningkatan osmolar gap. Osmolar gap sedikitnya 10 mosm/l yang menetap konsentrasi toksik dari metanol Setelah 30 jam : asidosis metabolik, anion gab berat, gangguan penglihatan, kebutaan, kejang, koma, meninggal
Bisa oral atau intravena Oral: Pharmaceutical grade ethanol (96% USP). Catatan: belum ada di pasaran Parenteral: Etanol 5% dalam larutan Dextrose; 10% dalam 5% larutan dextrose. Dianjurkan kadar minimal BB 70 kg dewasa dalam 24 jam pertama: 3 bottles (10% ethanol, masing-masing 1 liter) Asidosis, beri Natrium bikarbonat 5 g peroral tiap 30 mnt sampai urin jadi alkalis Pemberian nutrisi dalam porsi kecil tapi sering, interval 3-4 jam
Asam folat, mampu menkonversi as format C02 + H20, dosis rasional : 50 mg iv tiap 4 jam. Dekontaminasi: Lavase lambung, Norit. Hemodialsis: asidosis metabolik berat. somolar gap > 10 mosm/l, serum methanol concentration > 40 mg/dl. Ethanol infusion must be increased during dialysis. Beri cairan 4 l/hr oral/iv untuk mempertahankan pengeluaran urin yg adekuat
Mekanisme toksisitas A. Depresi Sistem Saraf Pusat B. Hipoglikemi disebabkan oleh kegagalan glukoneogenesis Dosis Toksik : kadar > 100 mg/dl hambat glukoneogenesis hipoglikemia. Kadar > 300 mg/dl sebabkan koma
Intoksikasi:
Intoksikasi ringan sedang : euforia, Gangg koordinasi ringan, ataksia, nystagmus, pengambilan keputusan & refleks keliru. Kehilangan hambatan sosial, perilaku agresif. Hipoglikemi. Intoksikasi berat: koma, depresi pernafasan, aspirasi paru. Pupil kecil. Temperatur, tekanan darah, nadi
Kecanduan Etanol kronik Perdarahan Gastrointestinal dari gastritis, ulkus peptikum, Mallory Weiss Syndrome, varises esofagus, pankreatitis, hepatitis, sirosis, encefalopati hepatikum, hipokalemi, hipofosfatemi, hipomagnesemi, defisiensi tiamin (Wernicks enchephalopathy), ketoasidosis alkoholik, penurunan daya tahan thd infeksi.
Antidotum
Naloxone 2-5 mg iv
Dekontaminasi:
lavage lambung jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan baru saja terjadi (< 30-45 menit). Norit tidak efisien menyerap etanol tapi bisa diberikan bila difikirkan ada toksin lain yang ikut terminum.
Gejala Bau nafas khas(pahit), respirasi cepat dan dalam,kemudian jadi pelan & dangkal Nadi kecil&lemah, mata membelalak, pupil midriasis Kejang/paralisis otot,kulit lembab & dingin Tindakan Amankan jalan nafas, oksigen dengan respirator Segera inhalasi amylnitrit 15-30 dtk tiap 35 mnt Na nitrit 300 mg dalam 10cc aqua destilat berikan pelan-pelan, jangan>5cc/menit Thiosulfat 25% 50cc iv diberikan dlm waktu>10 menit
Tindakan Atasi muntah yang hebat dengan klorpromazin 25-100mg im atau metoclopramid,dapat diulang tiap 4 jam Penderita diistirahatkan, hentikan makan minum sampai muntah berhenti selama 4 jam, beri makan cair 12-24 jam, kemudian diit biasa Infus RL bila dehidrasi, bila diare tidak perlu diberi obat diare
Gejala
: riwayat Hirup Gas Gejala Umum Keracunan Batuk,serak, sesak, rasa terbakar Tindakan : Tindakan Umum + Kepala >> tinggi, Beri O2 konsentrasi tinggi
Semua Gigitan
Gejala Lokal : # Bekas gigitan # Luka-Extremitas
REAKSI pada : Syaraf Darah & Jantung
HATI 2 !!
Gejala Umum: Demam,Lemah Mual-muntah Gangguan nafaskejang,N cepat & kecil
1. 2.
Ular tak berbisa Bentuk kepala Segi 4 panjang Gigi taring Gigi kecil be
3.
4.
Bekas gigitan Luka halus sepanjang 2 luka gigitan lengkungan bekas gigitan utama akibat gigi taring, luka cepat membengkak, merah kebiruan, nyeri>> Pupil Round pupil Elips pupil
TINDAKAN UMUM + Tangkap ular/tahu jenis ular Jika mungkin,cuci luka dengan air bersih/hangat dan sabun Pasang ikatan di proximal Luka ??? Angkat Bekas setinggi Jantung Penderita tenang & Istirahat Tindakan di RS ABC Insisi&bersihkan luka
Derajat besarnya bisa pada gigitan ular : Derajat Bisa Luka gigit Nyeri Edema/Eritem Gx Sistemik 0 0 + +/<3cm/12jam 0 I +/+ + 3-12cm/12jam 0 II + + +++ 12-25cm/12jam + Neurotoksik, mual, pusing, syok III + + +++ >25cm/12jam ++ Syok, petechie ,ekimosis IV +++ + +++ >ekstremitas ++ Ggn faal ginjal, koma,bleeding
Anti Bisa Ular -Merupakan antibodi yang diciptakan dari serum darah kuda yang diinjeksi bisa ular ttt Spesifik untuk tiap tipe ular (monovalent) -Indonesia : Polivalent -Harus skin test terlebih dahulu -Tidak digunakan untuk derajat 0-I. Derajat II 3-4 ampul. Derajat III 5-15 ampul -Diberikan IV 3-5 ampul/D5% 500cc per drip, jika gejala parah dapat ditambah 6-8 ampul -Dosis IV dititrasi menurut respon terapi (Gx lokal-sistemik dan Keluhan membaik), tidak berdasarkan berat badan penderita
PERLU RJP CEPAT & TERLATIH TINDAKAN : Selamatkan dr Air Selalu curiga Fr. Cervikal A B C,Beri O2 & Monitor Hangatkan?? Cegah HipoT BAWA KE RS
TINDAKAN :
1. Proteksi diri & lingk 2. A B C 3. Pindah ke T4 Teduh 4. Buat Pendinginan - buka pakaian,kompres - guyur, rendam
BAWA KE RS