Anda di halaman 1dari 6

Kerusakan pada Perkerasan Aspal

Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat dari kegagalan fungsional dan struktural. Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder, 1975). Kerusakan pada perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat disebabkan oleh : 1. Lalulintas. Yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. 2. Air. Yang dapat berasal dari air hujan, system drainase jalan yang tidak baik, naiknya air dengan sifat kapilaritas. 3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengelolaan yang tidak baik. 4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan. 5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek. 6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik. Dalam mengevaluasi kerusakan jalan, ada beberapa hal yang perlu ditentukan : 1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya. 2. Tingkat kerusakan (distress severity). 3. Jumlah kerusakan (distress amount). Menurut Manual Pemeliharaan Jalan no : 03/MN/B/1983 dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Binamarga, kerusakan jalan terutama pada perkerasan lentur dapat dibedakan atas 6 jenis yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenisjenisnya: a. Retak (cracking)

Retak halus, retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu perkerasan, retak sambungan jalan, retak sambungan pelebaran jalan, retak refleksi, retak susut, dan retak selip. b. Distorsi (distortion) Alur, keriting, sungkur, amblas, dan jembul. c. Cacat Permukaan (disintegration) Lubang, pelepasan butir, dan pengelupasan lapisan permukaan. d. Pengausan (polished aggregate) e. Kegemukan (bleeding / flushing)
f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut deprestion)

I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapaiu m u r r e n c a n a . K e r u s a k a n p a d a p e r k e r a s a n d a p a t d i l i h a t d a r i k e g a g a l a n f u n g s i o n a l d a n struktural.Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai d e n g a n ya n g d i r e n c a n a k a n d a n m e n ye b a b k a n k e t i d a k n ya m a n a n b a g i p e n g g u n a j a l a n . Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder,1975).Kerusakan pada perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat disebabkan oleh : 1. Lalulintas. Yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. 2. Air. Yang dapat berasal dari air hujan, system drainase jalan yang tidak baik, naiknyaair dengan sifat kapilaritas.3.Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itusendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengelolaan yang tidak baik.4.Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.5.Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan di sebabkan oleh system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yangmemang jelek.6.Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.Dalam mengevaluasi kerusakan jalan, ada beberapa hal yang perlu ditentukan : 1. Jenis kerusakan

(distress type) dan penyebabnya. 2. Tingkat kerusakan (distress severity). 3. Jumlah kerusakan (distress amount). Menurut Manual Pemeliharaan Jalan no : 03/MN/B/1983 dikeluarkan oleh DirektoratJenderal Binamarga, kerusakan jalan terutama pada perkerasan lentur dapat dibedakan atas 6 jenis yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-jenisnya: a. Retak (cracking) Retak halus, retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu perkerasan, retak sambungan jalan, retak sambungan pelebaran jalan, retak refleksi, retak susut, danretak selip. b. Distorsi (distortion) Alur, keriting, sungkur, amblas, dan jembul. c. Cacat Permukaan (disintegration) Lubang, pelepasan butir, dan pengelupasan lapisan permukaan. d. Pengausan (polished aggregate) e. Kegemukan (bleeding / flushing) f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut deprestion) 1.RETAK (CRACKING) 1 Kerusakan pada Perkerasan Aspal I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akanm e n ye b a b k a n a i r p a d a p e r m u k a a n p e r k e r a s a n m a s u k k e l a p i s a n d i b a w a h n ya d a n h a l i n i merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (DepartemenPekerjaan Umum, 2007).Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiapmaterial. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yanglainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifatmaterial tersebut (Roque, 2010).Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :

a). Retak Halus (hair cracking) Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah 3 mm.Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.Kemungkinan penyebab:1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.2. Pelapukan permukaan.3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.Akibat lanjutan:a . M e r e s a p n y a a i r p a d a b a d a n j a l a n s e h i n g g a m e m p e r c e p a t k e r u s a k a n d a n menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan. b. Berkembang menjadi retak buaya ( alligator cracks ).Sehingga untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis latasir, buras. Dan dalam tahap perbaikan dapat dilengkapi dengan sitem aquaproof. Gambar 1. Jalan Retak Halus b) Retak Kulit Buaya (alligator crack) 2 Kerusakan pada Perkerasan Aspal

I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing.Lebar celah retak 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerahd i m a n a t e r j a d i r e t a k k u l i t b u a ya t i d a k l u a s . J i k a d a e r a h d i m a n a t e r j a d i r e t a k k u l i t buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.Kemungkinan penyebab:1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.2. Pelapukan permukaan.3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.Akibat lanjutan:a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan. b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibatrembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dandibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yangsesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan y a n g d i s e b a b k a n o l e h b e b a n l a l u l i n t a s h a r u s d i p e r b a i k i d e n g a n m e m b e r i l a p i s tambahan.

Gambar 2. Jalan Retak Kulit Buaya c) Retak Pinggir (edge crack) Retak ini disebut juga dengan retak garis ( lane cracks ) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang ( longitudinal cracks ) denganatau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celahyang saling sejajar. 3 Kerusakan pada Perkerasan Aspal

I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma Kemungkinan penyebab:1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenisekspansif clay pada tanah dasar .2. Sokongan bahu samping kurang baik.3. Drainase kurang baik.4 . A k a r t a n a m a n ya n g t u m b u h d i t e p i p e r k e r a s a n d a p a t p u l a m e n j a d i s e b a b terjadinya retak tepi.Akibat lanjutan:a . K e r u s a k a n menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan s e h i n g g a mengganggu kenyamanan berkendaraan. b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikandrainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix. Gambar 3. Jalan Retak Pinggir d) Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack) Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah s a m b u n g a n perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang( longitudinal cracks ) d a n b i a s a n ya t e r b e n t u k n ya p a d a p e r m u k a a n b a h u b e r a s p a l . Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.Kemungkinan penyebab:1 . P e r b e d a a n ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, a k i b a t penurunan bahu.2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan. 4 Kerusakan pada Perkerasan Aspal

Anda mungkin juga menyukai