Anda di halaman 1dari 16

1

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Kubis (Brassica oleracea var. capitata, L.) adalah jenis sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan karena mengandung mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Mineral yang terkandung dalam kubis antara lain adalah kalsium, besi, fosfor, dan sulfur (Direktorat Tanaman Sayuran, Tanaman Hias dan Aneka Tanaman, 2002). Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam, dan memperlancar buang air besar (Pracaya, 2003). Vitamin yang terkandung dalam kubis diantaranya vitamin C, B1, B2, dan provitamin A. Vitamin-vitamin tersebut berperan sebagai zat pengatur dan pelindung yang sangat penting dalam tubuh serta menjaga kesehatan badan (Sunarjono, 2004). Prospek pengembangan budidaya kubis cukup cerah. Daya tarik komoditas ini, selain dapat dikembangkan di daerah tropis Indonesia, juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Rukmana, 1994). Menurut Badan Pusat Statistik 2012 Produksi kubis di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 menghasilkan produktivitas sebesar 20,3 ton/ha, tahun 2010 sebesar 20,51 ton/ha dan tahun 2011 sebesar 20.88 ton/ha. Hal ini sangat bertolak belang dengan luas area tanam yang semakin menurun, pada tahun 2009 luas area tanam seluas 67.793 hektar, tahun 2010 seluas 67,531 hektar dan tahun 2011 seluas 65,323 hektar.

Menurut FAO (2004) produktivitas tanaman kubis di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan rata-rata produktivitas kubis dunia. Sementara itu, produktivitas di empat negara produsen lainnya yang ternyata juga masih belum optimal. Berikut ini adalah beberapa negara yang produktivitas kubisnya jauh melampaui produkuktivitas kubis di lima negara produsen kubis terbesar (China, India, Russian fed. USA dan Indonesia) seperti berikut : > 30 ton/ha : Australia, Cyprus, Republic Ceko, Hondarus Mexico, Netherlands, Selandia Baru, Norwegia, Palestina, Polandia, Slovenia, Afrika Selatan dan Spanyol. > 40 ton/ha > 50 ton/ha : Austria, Belgia, Jepang, Kuwait, Swedia dan Uzbekistan. : Jerman, Irlandia, Korea Utara dan Saudi Arabia.

Upaya dalam meningkatkan hasil tanaman yang tinggi dapat tercapai bila faktor-faktor yang menunjang pertumbuhan tanaman dalam keadaan optimum. Salah satu unsur hara yang tergolong dalam unsur hara makro utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman adalah kalium. Kalium diperlukan tanaman untuk berbagai fungsi fisiologis, termasuk didalamnya adalah metabolisme karbohidrat, aktivitas enzim, regulasi osmotic, efisiensi penggunaan air, serapan unsur nitrogen, sintesa protein dan translokasi asimilat. Kalium juga mempunyai peranan dalam meningkatkan ketahanan terhadap penyakit tanaman tertentu dan perbaikan kualitas hasil tanaman (Mc kenzie 2001, IIED 2002). Berdasarkan uraian diatas maka salah satu usaha untuk meningkatkan hasil kubis, yaitu dengan pemberian pupuk (K) KCl dengan dosisi yang tepat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kubis.

1.2.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan kalium (K) KCl pada pertumbuhan dan hasil tanaman kubis. 1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :


Diduga dengan perlakuan pupuk (K) KCl dengan dosis tertentu dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kubis

Dalam ilmu tumbuhan menurut Rukmana (1994) tanaman kubis kepala diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio Sub divisio Kelas Famili (suku) Genus (marga) Spesies (jenis) : Spermatophyta (tanaman berbiji) : Angiosspermae (biji berada di dalam buah) : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah) : Cruciferae : Brassica oleraceae : Brassica oleracea var. capitata, L.

Menurut Cahyono (2002), kubis merupakan tanaman sayuran semusim (annual) berbentuk perdu, artinya pertumbuhan vegetatif dan generatif terjadi pada tahun/musim yang sama. Tanaman tersebut hanya dapat berproduksi satu kali dan setelah itu akan mati. Sistem perakaran pada kubis relatif dangkal, perakarannya tunggang dan akar serabut, akar tunggang bergerak kedalam tanah sedangkan akar serabutnya bergerak horizontal (20 - 30 cm). Batang tanaman kubis umumnya pendek kurang lebih 30 cm dan banyak mengandung air (herbaceous), batang tersebut berwarna hijau, tebal dan lunak namun cukup kuat. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam - macam, antara lain putih (forma alba), hijau (forma viridis), dan merah keunguan (forma rubra). Pada awal daunnya yang

berlapis lilin tumbuh lurus, daun - daun berikutnya tumbuh membengkok menutupi daun - daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang - cabang, berdaun kecil - kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5 - 10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2 - 4 mm, berwarna cokelat kelabu (Cahyono, 2002).
2.2.

Syarat Tumbuh

Di Indonesia pada umumnya banyak ditanam didataran tinggi 1000 2000 meter dpl, meskipun baru-baru ini telah ditemukan varietas yang tahan panas di dataran rendah yang mempunyai ketinggian 100-200 m dpl. Tekstur tanah yang baik untuk budidaya tanaman kubis adalah tanah pasir sampai berat, tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis adalah tanah gembur, banyak mengandung humus dengan pH berkisar antara 6-7. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kubis adalah lempung berpasir. Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kubis sering mengalami hambatan terserang akar bengkak atau Club root yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya, pada tanah-tanah basa atau atau alkalis (pH diatas 6,5), tanaman kubis sering terserang penyakit kaki-hitam blackleg akibat cendawan Phoma linglam. Tanah demikian perlu pengolahan terlebih dahulu, yakni dengan pemberian kapur pertanian yang mengandung belerang (S) untuk tanah basa.

Keaadaan iklim yang cocok untuk tanaman kubis (dataran tinggi) adalah daerah yang relative lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80-90%, dengan suhu berkisar antara 15oC - 20oC, serta cukup mendapatkan sinar matahari, sedangkan untuk tanaman kubis (dataran rendah) diperlukan suhu berkisar antara 20oC 30oC. Kubis yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 25oC, terutama varietas-varietas dataran tinggi akan gagal membentuk crop. Demikian pula tempat penanaman yang memiliki sinar matahari (terlindung), pertumbuhan tanaman kubis kurang baik dan mudah terserang penyakit; dan pada waktu masih kecil sering terjadi pertumbuhannya terhenti (stgnasi, etiolasi) (Rukmana, 1994).
2.3.

Jenis Kubis

Menurut Rukmana (1994), Tanaman kubis mempunyai cukup jenis cukup banyak. Lima jenis di antaranya sudah umum dibudidayakan didunia, yaitu: Kubis krop atau kol, kubis telur (B.o.L. var. capitata.). jenis kubis ini memiliki ciri-ciri daun-daunnya dapat saling menutup satu sama lain membentuk crop (telur). Kubis-daun atau kubis-stek (B.o.L. var. achephala L.). jenis ini ditandai dengan daun-daunnya tidak dapat membentuk krop, sehingga dikenal dengan nama kubis Kale. Kubis-umbi (B.o.L. var. gongylodes L.) atau popular disebut Kohlrabi. Kubis jenis kubis ini memiliki ciri pada pangkal batangnya dapat membentuk umbi yang bentuknya bulat sampai bundar. Umbi-umbi dan daun-daunnya enak dijadikan lalap atau sayur.

Kubis-tunas atau kubis babat (B.o.L. var. gemmifera L.) atau popular disebut Brussels Sprout. Ciri-ciri jenis kubis ini adalah tunas samping kiri dan kanan sampai kebagian atas (pucuk) dapat membentuk krop kecil berdiameter antara 2,5 5,0 cm; sehingga dalam 1 batang (pohon) terdiri atas puluhan krop kecil. Kubis-bunga (B.o.L. var. botrytis L.) dan brokoli (B.o.L. var. botrytis sub var. cymosa L.). kubis-bunga mempunyai ciri-ciri dapat membentuk masa bunga (curd) yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan; sedangkan masa bunga brokoli berwarna hijau atau hijau-kebiruan. Diantara 5 jenis kubis tersebut diatas, hanya kubis-krop dan kubis-bunga saja yang paling banyak ditanam dibudidayakan di Indonesia.

Gambar 1. Jenis-jenis kubis, (A dan B) B.o.L. var. achephala L, (C) B.o.L. var. botrytis L, (D) B.o.L. var. gongylodes L, (E) B.o.L. var. gemmifera L, (F) B.o.L. var. botrytis sub var. cymosa L, (G) B.o.L. var. capitata.
2.4.

Pengaruh K (Kalium) terhadap Tanaman

Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi tanaman , karena unsur ini terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis

antara lain, (1) aspek biofisik, kalium berperan dalam pengendalian tekanan osmotic dan tugor sel serta stabilitas pH, dan (2) aspek biokimia, kalium berperan dalam aktivitas enzim pada sintesis karbohidrat dan protein, serta meningkatkan translokasi fotosintat ke luar daun (Marschner, 1995). Jakson dan volk (1968) mengungkapkan bahwa kalium berperan dalam metabolism air dalam tanaman, mempertahankan tugor, membentuk batang yang lebih kuat dan berpengaruh terhadap hasil. Disamping itu kalium berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan respirasi. Rukmi (2011) menambahkan bahwa unsur kalium bekerja sebagai katalisator dan tidak dapat digantikan oleh yang unsur yang lain pada reaksi pengubahan fosfofenol piruvat menjadi asam piruvat oleh enzim pirufat kinase pada fase anaerob. Unsur K berperan memperkuat jaringan sclerenchym. Kalium dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu (Fageria et al, 2009). Dengan demikian, adanya pemberian K dapat terbentuknya senyawa lignin yang lebih kuat dan dapat melindungi tanaman dari gangguan dari luar. Tanaman memerlukan kalium dalam jumlah yang tinggi yaitu berkisar antara 50-300 kg/ha/ musim tanam (Laegraid et al, 1999). Kebutuhan K setara dengan kebutuhan N, bahkan pada beberapa tanaman serapan K lebih tinggi dibandingkan N seperti padi lahan sawah dan kering (Fageria et al, 2001). Serapan unsur hara essensial pada tanaman kubis seperti berikut : Table 1. Serapan Unsur Hara Tanaman Kubis Hasil Serapan N Serapan P Serapan K 22,40 ton/ha 147,70 kg/ha 17,90 kg/ha 121,10 kg/ha

Serapan Ca 22,40 kg/ha Serapan Mg 9,30 kg/ha Serapan S 51,20 kg/ha Serapan Co 0,047 kg/ha Serapan Mn 0.0112 kg/ha Serapan Zn 0,093 kg/ha Sumber : Madjid, A. 2009 Pupuk K yang banyak digunakan di Indonesia yaitu kalium klorida (KCl). Menurut Anas, D (1999) rekomendasi pupuk P dan K pada tanaman kubis sebagai berikut: Tabel 2. Rekomendasi Pupuk pada Tanaman Kubis

10

III.

METODELOGI PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di desa Tosari Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Pada ketinggian tempat 1200 m dpl, waktu pelaksanaannya dimulai bulan September 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. 3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah trey pembenihan, benih kubis-kepala varietas Green Coronet, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, ZA, SP36, KCl. Alat-alat yang digunakan antara lain : alat untuk mengolah tanah, alat tanam, alat ukur berat, alat ukur panjang, alat siram, alat semprot pestisida, pH meter (model kertas). 3.3. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang masing masing diulang dengan 6 (enam) ulangan, perlakuan yang diujikan adalah dosis pupuk K (KCl) yan terdiri dari 4 level yaitu : K1 K2 K3 K4 : Pupuk K 7,5 : Pupuk K 9 gr/tanaman gr/tanaman (250 kg/ha) (300 kg/ha) (350 kg/ha) (400 kg/ha)

: Pupuk K 10,5 gr/tanaman : Pupuk K 12 gr/tanaman

11

3.4.

Pelaksanaan Penelitian

3.1.1. Media Semai Media semai yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1 ; 1 kemudian dibuatkan tempat persemaian (petakan kecil) dengan ukuran 4m x 1,5m.
3.1.2. Persemaian Benih

. Benih yang akan disemai di pelihara selama 1,5 bulan dengan penyiraman setiap pagi dan sore hari agar kelembaban terjaga dan pertumbuhan tanaman normal. Pada umumnya keperluan benih untuk lahan 1 hektar sekitar 150-200 gram. 3.1.3. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dialakukan dengan membajak ataupun mencakul sampai kedalaman 30-40 cm. Tanah yang telah dibajak dibiarkan 1 sampai 2 minggu. Selanjutnya dibuat petakan-petakan dengan ukuran 2 m x 1,8 m sebanyak 24 petak dan tinggi petakan 30 cm dengan jarak antar petak 50 cm. Bersama dengan pembuatan petakan, dilakukan pemberian pupuk kandang ayam yang diberikan sebanyak 7,2 kg.petak (20 ton/ha).
3.1.4. Penanaman / Transplanting

Setelah bibit memiliki 4 helai daun atau sekitar umur 1,5 bulan setelah semai, bibit siap ditanam. Penanaman dilakukan pada pagi hari untuk menghindari bibit yang baru ditanam layu.dengan menggunakan jarak tanam 50 cm x 60 cm dan jumlah bibit perlubang tanam sebanyak 1.

12

3.1.5. Pemeliharaan
Penyulaman tanaman dilakukan 7 hari setelah pindah tanam dan pada

waktu sore hari., penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal, diganti dengan tanaman sisa persemaian yang usianya sama. Penyiraman dilakuakan setiap hari sekali, apabila kondisi tanah masih lembab penyiraman dilakukan pada sore hari dikhawatirkan dengan kondisi yang lembab bila di tambahkan air akan menimbulkan ekosistem bagi hama dan penyakit.
Penyiangan

dapat dilakukan bersamaan dengan pendangiran atau

penyiraman. Penyiangan dilakukan apabila terdapat rumput atau tanaman lain yang mengganggu dengan cara dicabut.
Pendangiran dapat dilakukan 2 minggu sekali, hal ini dilakukan untuk

menggemburkan tanah dengan cara membolak balik dan mengaduk tanah untuk memperbaiki aerasi tanah dan drainase tanah.
Pemupukan diberikan 4 kali yaitu dengan cara benamkan disekeliling

tanaman kubis, dengan dosis 250 Kg/Ha Urea, 300 Kg/Ha SP36. Waktu pemberian pupuk urea jangan sampai pupuk terkena langsung pada tanaman karena jika hal tersebut terjadi maka tanaman akan mengalami kematian atau daunnya bisa gosong karena kandungan pupuk nitrogen pada pupuk urea tinggi.

13

3.1.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada pelaksanaan penelitian pecegahan penyakit pada tanaman kubis dilakukan dengan pengolahan lahan yang optimal dan apabila masih terserang serangangan hama dan penyakit yang tidak bisa dikendalikan dengan cara mekanis maka disemprot dengan menggunakan pestisida. 3.5. Parameter Pengamatan

3.1.1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai batas bagian tanaman tertinggi. Pengamatan dilakukan mulai umur 7 hari setelah tanam sampai 49 hari setelah tanam, dengan interval 7 hari sekali. 3.1.2. Jumlah Daun Per Tanaman Jumlah Daun yang dihitung adalah daun yang membuka sempurna dan berwarna hijau. Pengamatan dilakukan mulai umur 7 hari setelah pindah tanam / transplanting sampai 49 hari setelah tanam, dengan interval 7 hari sekali. 3.1.3. Diameter Kubis Mengukur diameter krop kubis pada waktu panen.
3.1.4. Berat Segar Tanaman

Berat keseluruhan tanaman, ditimbang pada saat panen dengan kondisi tanaman sudah dibersihkan dari kotoran. 3.1.5. Berat Kering Tanaman Berat kering tanaman keseluruhan ditimbang setelah dioven selama 2 x 24 jam dengan temperatur 80 0C.

14

3.1.6. Berat Segar Per Petak dan Per Hektar Berat keseluruhan tanaman per petak, ditimbang pada saat panen dengan kondisi tanaman sudah dibersihkan dari kotoran. 3.6. Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis dengan Analisis Ragam. Bila hasil Analisis Ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan BNJ 5%.

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Tanaman Sayur http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=23

Sayuran.

Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Direktorat Tanaman Sayuran, Tanaman Hias dan Aneka Tanaman. 2002. Profil komoditas Kubis. Direktorat Jendral Bina Produksi Horltikultura. Jakarta. pp.30 Fageria, N.K. and H.R Gheyi. 1999. Efficient Crop Production. Campina Grande, Brazil : Federal University of Paraiba in FAGERIA, N.K. 2009. The Use of nutrient in Crops Plant. CRC press Taylor an Francis Group, boca Raton London New York. Fageria, N.K, M.P.B. Fihlo and J.H.C. Da Costa. 2001. Potassium use efficiency in common bean genotype. J. Plant Nutr. page 24: 1937-1945. Fageria, N.K, M.P.B. Fihlo, and J.H.C Da Costa. 2009. Potassium in the Use of nutrient in Crop Plants.CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton, London, New York. p:131-163 IIED International Institute for Environment and Development. 2002. Potash Case Study. Information Supplied by the International Fertilizer Industry Association. Http://www.iied.org./mmsd/mmsd_pdfs/obs_ifa.pdf. Jacson, W. J. Volk. 1968. Role of Potassium in Photosynthesis and respiration.Madison, Wisconsin, U.S.A. p.109-145 Leagreid, M, O.C.Bocman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture, fertilizers and the Environment. CABI Publishing in Association with Norsk Hydro ASA. Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/.

16

McKenzie. R. 2001. Potassium Fertilizer Aplication in Crop Production. Http://www.agric.gov.ab.ca/universal-pages/inclueds/dochearder.map. Marchner, H. 1995. Measrement and assessment of soil potassium. Int. Potash Inst IPI Res. Tropics No.4 Pracaca. 2003. Kol Alias Kubis. PT Penebar Swadaya, Jakarta. pp.96 Rukmana, R. 1994. Bertanam Kubis. Kanisius. Yogyakarta. pp.69 Rukmi, 2011. Peranan Unsur kalium dalam Proses Respirasi. Universitas Muria Kudus. Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. PT Penebar Swadaya, Jakarta. pp. 58.

Anda mungkin juga menyukai