Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien.berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat dalam setiap tindakan keperawatan dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi

masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006). Ketidak siapan pasien menghadapi karena pasien terlalu cepat dipulangkan terjadinya komplikasi pasca bedah pemulangan juga dapat terjadi

sehingga hal ini juga beresiko terhadap

setelah di rumah, dan juga dikarenakan

pemulangan yang tidak direncanakan yang dapat berakibat kepada hospitalisasi ulang (Torrance, 1997). Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Williams (2006) bahwa mayoritas pasien yang menerima informasi tentang nyeri dan manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan komplikasi pada umumnya merasakan bahwa tidak mengalami perasaan khawatir yang membuat mereka akan mengadakan kunjungan tidak rutin ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan. Sedangkan pasien yang tidak mendapat informasi tentang nyeri dan manajemen luka menurut Williams (2006) mengalami kekhawatiran yang memaksa mereka untuk melakukan kunjungan tidak rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelah dipulangkan. Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan. Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi

keperawatan yang dapat

dilakukan

adalah

discharge planning

(perencanaan kepada

pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi

pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden Hospital 2004). Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu faktor yang memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). B. Rumusan masalah 1. Pengertian Discharge planning 2. Pemberi Layanan Discharge planning 3. Penerima Discharge Planning 4. Tujuan Discharge Planning 5. Prinsip Discharge Planning 6. Proses Pelaksanaan Discharge Planning 7. Unsur-Unsur Discharge Planning 8. Cara Mengukur Discharge Planning 9. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan 10. Kriteria Pemulangan 11. Pengertian Rehabilitasi 12. Beberapa Kepentingan Dalam Rehabilitasi Kardiovaskuler 13. Program Rehabilitasi Kardiovaskuler Ini Dapat Dibagi Menjadi: 14. Fase Bagi Penderita Yang Sedang Dalam Perawatan 15. Pelaksanakan rehabilitasi kardiovaskuler 16. Pelaksana Program Rehabilitasi

C. Tujuan 1. Mahasiswa Mampu Memahami tentang Discharge planning, Tahap-tahapnya, metode pelaksanaannya, dan Kriteria Discharge planning 2. Mahasiswa Mampu memahami tentang Rehabilitasi pada pasien Kardiovaskuler dan mengetahui proses dan pelaksanaannya

BAB II PEMBAHASAN DISCHARGE PLANNING A. Pengertian Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Sedangkan Jackson (1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge

planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang

komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

B. Pemberi Layanan Discharge planning Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan

melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta

pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004). Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan

berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, bersamaan dengan fasilitas

dan memotivasi staf rumah sakit

untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning Planning Association, 2008).

(Discharge

C. Penerima Discharge Planning Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning

(Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).

D. Tujuan Discharge Planning Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi

komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008). The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan,

memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.

E. Prinsip Discharge Planning Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu :

1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana

sumber-

sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat. 2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua pasien 3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji. 4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat. 5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama. 6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim

kesehatan dengan pasien/ care giver , dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan. 7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning .

F. Proses Pelaksanaan Discharge Planning Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .

Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan berkelanjutan, kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan

pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut : a) Pengkajian 1. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan

menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver ; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, kesehatan, latar belakang budaya rintangan terhadap perawatan. 2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan sumber-sumber finansial, nilai

dan etnis, tingkat pendidikan, serta

berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan


5

alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan

petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien. 3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor

lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan,

fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian). 4. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter

pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas. 5. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan

kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu

berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya. 6. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan pembatasan. 7. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rujukan pada waktu yang berbeda. rumah). Tentukan kebutuhan

b) Diagnosa Keperawatan Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual

berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain : 1). Kecemasan. Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.

2). Tekanan terhadap care giver. Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan. 3). Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah. Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal : makan, toileting , berpakaian, mandi/kebersihan. 4). Stres sindrom akibat perpindahan. Hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di rumah.

c) Perencanaan Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),

penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul. 2) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan). 3) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam

setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi kesehatannya telah diubah.

d) Penatalaksanaan Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu

penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.

1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi kebutuhan pasien. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi memenuhi

tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.

Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga

secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alatalat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang

disebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien. 2) Penatalaksanaan pada hari pemulangan Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain : Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang Adapun dapat

berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau

kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti

tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ). Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk pasien. menyampaikan barang-barang berharga kepada

Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji dokter. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya. Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans. Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk pembayaran. follow up ke kantor

membersihkan ruangan pasien.

e) Evaluasi 1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter. 2. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah. 3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat menganjurkan perbaikan. membahayakan bagi pasien, dan

G. Unsur-Unsur Discharge Planning Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain : 1) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan. 2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi. 3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh diadakannya. 4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya. 5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan lain-lain). 6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control . 7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa pemeriksaan lain,

atau bilamana waktu akan

dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan. 8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk

menyediakan pelayanan.

H. Cara Mengukur Discharge Planning Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah

dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004). tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan Kesuksesan tindakan serta apabila pasien

perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.
10

I. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan

yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut kegiatan yang diajarkan serta abdomen untuk melakukan aktifitas atau Pasien

dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain.

dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).

J. Kriteria Pemulangan Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pasca bedah dan keluarga akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di rumah, menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah, mendiskusikan kebutuhan cairan dan nutrisi untuk pemulihan luka, menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada tenaga kesehatan, serta menggambarkan perawatan lanjutan yang diperlukan. Sedangkan Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang, pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning

menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien

mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan

keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).
11

BAB III REHABILITASI PASIEN PENYAKIT JANTUNG

A. Pengertian Rehabilitasi penyakit jantung adalah suatu ilmu & seni untuk mengembalikan penderita penyakit jantung pada tingkat aktifitas fisik & mental yang sesuai dengan kapasitas jantungnya. Melalui program rehabilitasi yang terencana maka secara fisik dan mental akan menjadi lebih kuat. Hal ini mengurangi kemungkinan serangan infark kedua dan memperbaiki kesempatan hidup (survival) Rehabilitasi kardiovaskuler yang ideal adalah merupakan program untuk mencegah terjadinya penyakit jantung, oleh karena itu harus dimulai sejak masa anakanak. Untuk penderita yang sedang dalam perawatan sebaiknya diputuskan oleh dokter yang merawatnya, yang mengenal kondisi penderita.

B. Beberapa Kepentingan Dalam Rehabilitasi Kardiovaskuler 1. Pencegahan terhadap penderita jantung dengan resiko tinggi, dimana belum terjadi infark miokard. 2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian penderita infark miokard atau pembedahan jantung. 3. 4. Memperpendek lama perawatan di rumah sakit Mengurangi biaya pengobatan

C. Program Rehabilitasi Kardiovaskuler Ini Dapat Dibagi Menjadi: 1. Progran yang membantu mengurangi kejadian infark miokard pada kelompok pendrerita risiko tinggi cardiac prone 2. Program rehabilitasi jantung untuk orang-orang yang baru mengalami serangan jantung 3. Program penderita yang sudah berobat jalan (out patient) yang sudah mengalami physical conditioning dapat mengurangi kejadian infark miokard berulang, dan mengurangi angka kematian bila terjadi serangan jantung kedua.

12

D. Fase Bagi Penderita Yang Sedang Dalam Perawatan 1. Rehabilitasi Fisik: a) Rehabilitasi pada Fase Akut (Program di Rumah Sakit): Diberikan segera setelah masa krisis dilewati (atas konsul Dokter Ahli Jantung). Diberikan selama 2-3 minggu: 1) Hari ke 2-7: bed exercise, brething exercise, gentle massage, latihan pasif/ aktif ringan untuk kelompok otot, & latihan relaksasi. 2) Hari ke 7-10: latihan diatas dilanjutkan, ditambah latihan duduk ditepi tempat tidur tanpa pertolongan, & latihan berdiri ditepi tempat tidur. 3) Hari ke 10: latihan seperti diatas, latihan lengan & tungkai secara gentle, latihan jalan 100 m. 4) Hari ke 15: latihan diatas lanjutkan, ditingkatkan dengan naik tangga, latihan tubuh & latihan berjalan lebih lama. 5) Minggu ke 3: latihan lebih ditingkatkan, naik tangga 1 lantai/ 1 tingkat rumah, latihan berjalan 400 m/keliling rumah, & home program. Latihan dari tahap pertama ke tahap berikutnya tidak boleh diteruskan bila ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Frekuensi nadi meningkat > 30x/ menit dari nadi awal atau turun > 10x/ menit dari nadi awal. 2) Ada gangguan irama jantung yang timbul selama atau sesaat setelah latihan. 3) Sesak nafas, nyeri angina dan kelelahan yang timbul selama atau setelah latihan. 4) Pucat, keringat dingin, bradikardi, hipotensi, pusing atau syncope. b) Fase di rumah (4-8 minggu): 1) General exercise: jalan naik tangga, naik sepeda tanpa tahanan, latihan Pernafasan, & latihan relaksasi. Latihan dilakukan 3 kali seminggu. 2) Health education: Konsultasi dengan Ahli Jantung, Psikolog, Gizi, masalah pekerjaan, masalah hubungan seksual. 3) Evaluasi Treadmill minggu ke 4 & minggu ke 8.

13

c) Fase lanjutan (3-6 bulan): 1. Penderita berlatih diluar atau ditempat masing-masing dengan kontrol ke bagian jantung untuk mengevaluasi dan pengawasan program yang telah dikerjakan. 2. Pada fase ini penderita sudah bisa bergabung dengan Klub Jantung Sehat. d) Fase Pemeliharaan: Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan sekunder: latihan fitness. Program seumur hidup. 2. Rehabilitasi Psikologi: Tindakan yang dapat dilakukan berupa memberikan psikoterapi, menyarankan pada keluarga untuk memberikan suasana yang tenang, konsultasi dengan Team Rehabilitasi yang lain tentang perkembangan penyakitnya.

3. Rehabilitasi Pekerjaan : Untuk menentukan jenis pekerjaan/ aktifitas fisik dikemudian hari harus dilakukan Exercise Stress Test.

E. Pelaksanakan rehabilitasi kardiovaskuler Program rehabilitasi tidak bisa dipisahkan dari program latihan fisik (exercise), oleh sebab itu kedua hal tersebut harus menjadi satu bagian kegiatan di dalam mengelola rehabilitasi kardiovaskuler. Lebih kurang 20 tahun penelitian tentang program latihan jasmani diberbagai tempat baik untuk orang normal maupun penderita penyakit jantung koroner memberikan hasil yang positif, terutama tampak perbaikan pada hemodinamik yaitu penurunan denyut nadi dan tekanan darah pada waktu istirahat maupun pada waktu latihan jasmani, gambaran iskemia pada EKG menjadi lebih ringan, makin berkurangnya aritmia yang ditimbulkan oleh latihan jasmani,

perbaikan psikologis dalam arti makin berkurangnya sifat depresi, ansietas dll. Konsep ini diterapkan pada program rehabilitasi, sehingga aktifitas fisik tidak lagi merupakan hal yang dipantang , malah pemulangan penderita dari rumah sakit dipercepat agar kemudian dapat diberikan latihan fisik yang terarah untuk mempercepat pemulihan dari sisa-sisa penyakit secara fisiologis maupun psikologis sehingga dapat berfungsi kembali di masyarakat.
14

Semua penulis sependapat bahwa rehabilitasi harus dilakukan dalam suatu wadah terorganisir, mempunyai kaitan dengan fasilitas rumah sakit (kardiologi), sehingga pengaturan dan pengawasan dapat dilakukan lebih cermat. a) Langkah-langkah yang harus ditempuh: 1. Seleksi pengelompokan anggota 2. Menentukan dosis latihan 3. Menentukan bentuk-bentuk latihan 4. Evaluasi b) Program latihan 1) Menghitung denyut nadi awal, untuk mengetahui kondisi kardiovaskuler saat itu. 2) Senam pemanasan berupa latihan peregangan disertai latihan pernafasan yang berlangsung sekitar 5-10 menit. 3) Latihan utama berupa jalan kaki, jogging, lari, bersepeda sekitar 20-30 menit, sesuai dengan dosis latihan. 4) Senam pendinginan berupa latihan pernafasan ataupun teknik-teknik relaksasi selama 5-10 menit. 5) Menghitung nadi akhir latihan Latihan minimal dilakukan 3 kali seminggu dengan teratur, dengan ketaatan latihan tiadak boleh kurang dari 70% dalam sebulan. F. Pelaksana Program Rehabilitasi Program latihan bagi penderita penyakit kardiovaskuler harus dilakukan dengan pengawasan dan monitoring yang cermat, karena itu petugas yang

melaksanakannya harus memahami masalah tersebut.Agar program ini berjalan dengan baik dibutuhkan tenaga: 1. Dokter Spesialis Jantung sebagai konsulen (1orang) 2. Dokter umum sebagai pengawas harian (1orang) 3. Perawat yang menguasai kegawatdaruratan dan menyenangi olah raga (sesuai jumlah peserta) Disamping itu diperlukan pula sarana yang memadai, diantaranya: 1. Ruangan latihan 2. Alat latihan (ergocycle, treadmill,dll) 3. Dokumen untuk monitoring dan evaluasi.
15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya. Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

B. Saran 1. Mahasiswa Dapat Mempraktekkan dan Melaksanakan Discharge Planning dengan baik dan mandiri. 2. Mahasiswa Dapat Melaksanakan Rehabilitasi Pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dengan mandiri dan benar.

16

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. http://belajar90.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengangangguan -kardiovaskuler.html 2. http://www.omdhani.info/topik/discharge-planning.html 3. http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25 4. http://id.wikipedia.org/wiki/dischargeplanning.html 5. http://www.infopenyakit.com/2008/01/rehabilitasi-penyakit-jantung-bawaan.html 6. http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/174-rehabilitasipenyakit-jantung-bawaan.html 7. http://medicastore.com/penyakit/4/rehabilitasi-pasien-kardiovaskuler.html

17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah, serta karuniaNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Discharge Planning Dan Rehabilitasi Pasien Kardiovaskuler tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas akhir Semester IV mata kuliah KARDIOVASKULER program studi S1 Keperawatan semester empat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kesalahan, oleh karena itu Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 15 Julil 2010

( Penulis )

18 ii

DAFTAR ISI

Cover Kata pengantar

i ii

Daftar isi...................................................................................................................... iii BAB I : Pendahuluan A. Latar belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan ....................................................................................................... BAB II : PEMBAHASAN DISCHARGE PLANNING A. Pengertian Discharge planning B. Pemberi Layanan Discharge planning C. Penerima Discharge Planning D. Tujuan Discharge Planning E. Prinsip Discharge Planning F. Proses Pelaksanaan Discharge Planning G. Unsur-Unsur Discharge Planning H. Cara Mengukur Discharge Planning I. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan J. Kriteria Pemulangan BAB III : REHABILITASI PASIEN KARDIOVASKULER A. Pengertian Rehabilitasi B. Beberapa Kepentingan Dalam Rehabilitasi Kardiovaskuler C. Program Rehabilitasi Kardiovaskuler Ini Dapat Dibagi Menjadi: D. Fase Bagi Penderita Yang Sedang Dalam Perawatan E. Pelaksanakan rehabilitasi kardiovaskuler F. Pelaksana Program Rehabilitasi 12 12 12 13 14 15 3 3 4 4 4 5 6 10 11 11

BAB IV : Penutup A. Kesimpulan .............................................................................................. 16 B. Saran ......................................................................................................... 16

BAB V : Daftar Pustaka ........................................................................................... 17

19 iii

MAKALAH
DISCHARGE PLANNING DAN REHABILITASI PADA PASIEN KARDIOVASKULER

iii

Oleh : HERU ADIANTORO N IM : 09.321.104

Prodi S1 Keperawatan Semester IV ( C ) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Insan Cendekia Medika


Jombang 2010
i 20

Anda mungkin juga menyukai