Anda di halaman 1dari 9

TIPS PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

Tuesday, 10 July 2012 05:10

MENGENAL SADARI

Salah satu pembunuh terbesar wanita di dunia adalah kanker payudara. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%). Angka kejadian kanker payudara adalah sebesar 26 per 100.000 perempuan. Oleh karena itu para wanita diharapkan bisa mencegah terjadi kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk deteksi awal. Ini penting dilakukan karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri secara kebetulan saat memeriksa payudara sendiri. Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI merupakan suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin adanya benjolan pada payudara. SADARI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan payudara dan sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita. Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebasar 25-30%. Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita untuk melakukan SADARI SADARI sangat penting karena dapat menemukan secara dini adanya benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara. Bagi wanita yang sudah berpengalaman dalam melakukan SADARI, mereka dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari 1 cm. Dengan demikian bila ternyata benjolan tersebut ganas dapat di obati dalam stadium dini dan kemungkinan sembuh juga lebih besar.

Pemeiksaan payudara sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapamelindungi anda dari resiko kanker payudara
MANFAAT SADARI

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membantu melakukan deteksi dini adanya kelainan pada payudara (Suddart & Brunner 2003)
WAKTU DILAKUKAN SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-10 dari hari pertama haid, ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak. Pada wanita normal, American Cancer Society menganjurkan wanita yang berusia diatas umur 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan. Selain SADARI untuk deteksi dini kanker payudara pada usia 35-40 tahun dengan melakukan mammografi. Benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mammografi. Sedangkan untuk wanita di atas usia 40 tahun ditambah dengan melakukan pemeriksaan payudara dengan dokter ahli.
SIAPA SAJA YANG DIANJURKAN MELAKUKAN SADARI :

1. Wanita yang telah berusia 20 tahun 2. Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak 3. Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun 4. Wanita yang tidak menikah 5. Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun) 6. Wanita yang menopause lambat 7. Pernah mengalami trauma pada payudara 8. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker payudara 9. Wanita yang tidak menyusui 10. Pernah operasi payudara atau kandungan 11. Pernah mendapat obat hormonal yang lama 12. Cenderung kelebihan berat badan
CARA PEMERIKSAAN SADARI

Menurut Sukardja (2000) SADARI dilakukan dalam 3 tahap yaitu : 1. Melihat payudara 2. Memijat payudara 3. Meraba payudara

http://www.dokterku-online.com/index.php/article/78-tips-pemeriksaan-payudara-sendiri-sadari-

Agar Kanker Payudara tidak Datang Lagi


Sabtu, 08 September 2012, 07:58 WIB

Komentar : 0

akiavintage.com

Simbol kanker payudara A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID, Ada kekhawatiran yang selalu menghantui para mantan penderita kanker payudara. Mereka cemas, kanker payudara itu muncul lagi (kambuh). Adalah wajar jika mantan penderita kanker payudara didera kekhawatiran seperti itu. Sebab, kekambuhan itu memang dimungkinkan. Karena itu, seperti dikatakan dokter Zubairi Djoerban SpPD KHOM, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI, setiap pasien kanker payudara yang telah selesai menjalani pengobatan harus terus memeriksakan dirinya secara teratur agar bisa segera mengetahui bila muncul tanda-tanda kekambuhan. ''Mendeteksi kekambuhan pada tahap awal menjadi penting karena hasil pengobatannya akan lebih baik dibandingkan hasil pengobatan kekambuhan yang sudah lanjut.'' Kanker payudara yang kambuh (residif), kata Zubairi, adalah kanker yang muncul kembali setelah dinyatakan remisi dengan pengobatan. Dan perlu Anda tahu, kanker yang kambuh tak selalu ditandai oleh adanya benjolan, tetapi dapat berupa sesak nafas atau nyeri pada tulang. Kekambuhan juga tak harus terjadi di tempat yang sama. Tapi dapat juga terjadi pada kelenjar getah bening, jaringan sekitar payudara, bahkan organ-organ yang jauh seperti paru-paru, hati, dan tulang.

''Prinsipnya kanker payudara dikatakan kambuh bila ditemukan kembali sel kanker dengan jenis yang sama,'' ungkap Zubairi dalam sebuah seminar tentang kanker payudara di Jakarta, beberapa waktu berselang. Mengapa kanker bisa kambuh? Tentang hal ini Zubairi menjelaskan, kekambuhan itu mungkin karena pada waktu pengobatan sebelumnya ada sebagian kecil sel kanker yang tidak musnah. Sel-sel itu juga tidak dapat dibasmi oleh sistem pertahanan tubuh kita. Karena jumlahnya hanya sedikit, sel-sel kanker itu semula tak terdeteksi dan tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. Tapi kemudian, sel-sel kanker itu berkembang biak dan menyebar ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah atau getah bening. ''Setelah cukup banyak barulah menimbulkan tanda dan dapat dideteksi,'' terang dokter yang juga punya perhatian besar pada penyakit HIV/AIDS ini. Untuk mengantisipasi kemungkinan kekambuhan itulah, setiap pasien dianjurkan memeriksakan diri secara teratur, baik memeriksa sendiri di rumah atau rutin ke dokter setiap periode tertentu. Jika timbul tanda atau gejala kekambuhan maka harus segera dipastikan apakah gejala itu karena kanker atau bukan. ''Bila pasien sesak nafas misalnya, harus dipastikan apakah itu karena penyebaran sel-sel kanker payudara ke paru-paru atau akibat kondisi medis lain,'' lanjut ketua Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia ini. Bila memang kanker, harus juga dipastikan apakah itu merupakan kekambuhan. Karena dapat saja orang menderita lebih dari satu kanker. ''Harus dipastikan juga apakah pertumbuhan kanker masih terbatas di payudara atau telah menyebar ke jaringan atau organ lain.'' Pengobatan utama pada kanker payudara residif, menurut Zubairi, adalah dengan kemoterapi. Bisa juga dikombinasikan dengan radioterapi atau terapi hormonal. Operasi jarang dilakukan pada kanker yang residif, namun tindakan pembedahan diserti atau tanpa radioterapi harus dipertimbangkan pada kasus residif lokal. ''Karena residif lokal masih ada tempat operasi. Tapi kalau tempatnya jauh dan banyak yang sudah menyebar, buat apa dioperasi.'' Selain pengobatan secara medis, upaya penyembuhan bagi penderita kanker payudara kambuhan juga perlu ditunjang oleh rasa optimisme dari pasien dan dukungan dari keluarga serta lingkungan terdekat.
Reporter : Nina Chairani Redaktur : Endah Hapsari

http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/09/04/m9tfyd-agar-kanker-payudaratidak-datang-lagi

KTI Kebidanan Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Kelas III


Thursday, September 20th 2012. | Skripsi / Thesis

KTI Kebidanan Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Kelas III Salah satu pembunuh terbesar perempuan di dunia adalah kanker payudara. Sekitar 8 9% wanita di seluruh dunia memiliki resiko kanker payudara. Bahkan data statistik menyebutkan, setiap tahunnya satu juta wanita terdeteksi sebagai pasien baru penyakit ini dan sekitar 372 pasien meninggal dunia. Di dunia kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah kanker paru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun jumlah kasus-kasus baru kanker di dunia sekitar 1.150 ribu orang, sebanyak 10 persen karena kanker payudara. Di kebanyakan negara maju insiden kanker payudara jauh lebih tinggi: 100 kasus baru per 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat jumlah penderita yang terdiagnosis kanker payudara tahun lalu diperkirakan mencapai 250.000, sebanyak 40.000 diantaranya meninggal dunia. Di Asia sebenarnya penderita kanker payudara masih rendah, 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker mulut rahim. Kanker payudara merupakan kanker tersering dijumpai di rumah sakit kanker Dharmais, 40 persen pasien yang berobat ke RS Dharmais karena ada kekambuhan, adapun yang terdiagnosis kasus kanker payudara baru umumnya pada stadium lanjut, hanya 13, 4 persen yang terdiagnosis pada stadium I atau II. Karena angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun,

dan yang paling tinggi kelompok usia 45 66 tahun (dr Samuel) Haryono SpB (K) Onk, (RSKD) Di Propinsi Lampung laporan pertahun rumah sakit (RS) seluruh propinsi Lampung data penderita penyakit kanker payudara dari tahun 2005-2006 terdapat 3672 orang penderita kanker payudara (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007). Kanker payudara pantas dikatakan sebagai penyakit yang menakutkan bagi perempuan. Tingginya jumlah kasus kanker payudara diduga karena perempuan kurang waspada terhadap perubahan payudaranya. Sehingga menyebabkan kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal, deteksi dini dan peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai, dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian karena kanker payudara. Berdasarkan data pra survey berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMAN ZZZ tentang masalah SADARI terdapat 16 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. persoalannya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai masa remaja untuk mendeteksi segala kelainan atau keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri SMA kelas III ini yang mempunyai jumlah siswa 243 orang yang terdiri dari siswa perempuan 157 orang dan siswa laki-laki 86 orang (Data SMAN 1 Kalirejo 2009).

B. Rumusan Masalah Dari permasalahan tersebut di atas, maka penulis mengemukakan masalah yaitu belum diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada Remaja Putri Kelas III di SMAN ZZZ. C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu : Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja putri kelas III tentang SADARI di SMAN ZZZ. b. Diketahuinya gambaran prilaku remaja putri kelas III di SMAN ZZZ c. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ. D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah pengetahuan remaja putri kelas III SMAN 1 Kalirejo Lampung Tengah tentang prilaku SADARI 2. Bagaimanakah prilaku remaja putri kelas III di SMAN ZZZ tentang SADARI 3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan prilaku SADARI pada remaja putri kelas III di SMAN ZZZ. E. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi ruang lingkup yang di teliti, yaitu : 1. Jenis penelitian : Deskriptif korelasi 2. Subyek Penelitian : Siswi (remaja) kelas III SMA 3. Obyek penelitian : Perilaku SADARI 4. Lokasi penelitian : SMAN ZZZ 5. Waktu penelitian : 6 7 Januari 2009 F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan bermanfaat sebagai sumber pemikiran dan bahan masukan untuk meningkatkan prilaku SADARI. 2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah kepustakaan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 3. Bagi Siswi SMAN ZZZ Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi kelas III di SMAN ZZZ,dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara. 4. Bagi Tenaga dan Instansi Kesehatan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini tenaga kesehatan dapat lebih memaksimalkan upaya pemberian pendidikan kesehatan berupa penyuluhan khususnya bagi remaja putri dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan mengenai SADARI salah satu caranya adalah memberikan leaflet dan memasang poster mengenai SADARI. Sehingga remaja putri dapat tahu dan mengerti serta memahami pentingnya melakukan SADARI sejak dini dengan harapan dapat mendeteksi adanya kelainan pada payudara. 5. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam menerapkan ilmu kebidanan yang didapat selama pendidikan.

http://www.omarif.com/kti-kebidanan-perilaku-sadari-pada-remaja-putri-kelas-iii/

Anda mungkin juga menyukai