Anda di halaman 1dari 15

Studi Kasus

Penggunaan Pestisida Pertanian yang Bertentangan dengan konsep Ekologis yaitu Palemahan dalam Tri Hita Karana
MATA KULIAH AGAMA HINDU

Disusunoleh:
Gusti Ngurah Ketut Budiarta (Agroekoteknologi/125040200111001) Putri Ayu Muniati (Agroekoteknologi/125040201111198) Yonita Cahya Ratri (Agroekoteknologi/125040201111083) IGA Angga Prasetya B (Agribisnis/125040100111046) I Gusti Ayu Ade Anggi Wijaya (Agribisnis/125040101111061) Devitha Saraswatie (Agribisnis/125040101111210)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama telah merupakan bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Kuantitas dan kualitas makanan terus meningkat sesuai dengan perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia.Namun pada setiap usaha pertanian manusia selalu mengalami gangguan berupa binatang yang ikut memakan tanaman yang diusahakannya. Karena itu binatang-binatang pesaing dan pemakan tanaman tersebut kemudian dianggap sebagai musuh manusia atau hama. Oleh karena keberadaannya di pertanaman yang merugikan dan tidak diinginkan, sejak semula manusia selalu berusaha untuk membunuh dan memusnahkan hama dengan cara apapun yang diciptakan oleh manusia. Mula-mula manusia membunuh hama dengan cara-cara sederhana misalnya fisik mekanik. Namun dengan semakin luasnya daerah pertanian dan bertambahnya penduduk cara-cara sederhana tersebut tidak mampu membendung peningkatan populasi dan keganasan hama. Pestisida akhirnya dikenalkan dan diperjualkan kepada petani. Pengendalian dengan menggunakan pestisida membuat konsep pengendalian hama yang berdasar pada pengetahuan biologi dan ekologi semakin ditinggalkan, sebab pada permulaannya pestisida menunjukan hasil yang mengagumkan dalam efektivitas dan efisiensinya mengendalikan hama. Namun penggunaan pestisida sangat bertetangan dengan konsep Palemahan dalam Tri Hita Karana.Dimana konsep tersebut menekankan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.Konsep ekologi yang tercermin dalam ajaran agama Hindu ini menjelaskan bahwa untuk mencapai kebahaagiaan dan keharmonisan salah satu caranya adalah dengan menjaga lingkungan.Penggunaan pestisida membuat banyak orang melupakan hakekat dan sifat pestisida sebenarnya karena tertutupi oleh keberhasilan pestisida. Bagaimanapun pestisida merupakan bahan racun pembunuh hama yang juga dapat membunuh organisme lain yang bukan hama di ekosistem. Padahal komponen ekosistem yang bukan hama sebetulnya yang terbanyak dijumpai di lingkungan pertanian, termasuk di dalamnya binatang ternak, margasatwa termasuk manusia sendiri. Organisme bukan hama tersebut juga dapat terbunuh oleh pestisida bersama-sama dengan hamanya. Manusia juga lupa bahwa setiap organisme yang telah mampu hidup di muka bumi sampai saat ini telah memiliki daya tahan terhadap segala bentuk tekanan lingkungan termasuk juga pestisida, melalui seleksi alam.
2

Dari

fenomena-fenomena

diataslah

yang

melandasi

penyusun

mengangkat

permasalahan tentang penggunaan pestisida yang bertentangan dengan konsep ekologis. Meski pestisida awalnya mampu memusnahkan hama, namun dampaknya bagi lingkungan bahkan manusia sangat berbahaya, karena pestisida bersifat racun. Konsep ekologis yang tercermin dari ajaran palemahan dalam Tri Hita Karana seyogyanya menjadi pedoman dalam berusaha tani. Pestisida bukanlah satu-satunya cara sebab cara dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem tanpa pestisida merupakan metode yang sederhana namun juga bersahabat dengan lingkungan.

1.2.Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui definisi pesstisida b. Untuk mengetahui dampak pestisida c. Untuk mengetahui penjelasan keharmonisan dengan alam d. Untuk mengetahui bagaimana cara pandang dalam bertani yang tetap mengindahkan aspek ekologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemahaman tentang Pestisida Pestisida merupakan substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama. Yang dimaksud hama bagi petani adalah luas, yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. (Sudarmo, 1990) Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama.Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu. Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : 1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2. Memberantas rerumputan 3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan 4.Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak 5. Memberantas atau mencegah hama-hama air 6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian 7.Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.

Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia (2008) mendefinisikan pestisida sebagai berikut :

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.

2.2. Pembagian Pestisida Menurut Sasaran Menurut Kementrian Pertanian (2011), ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:

a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida.Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E. b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin. c. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua. d. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin. e. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik
5

(membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan).Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21. f. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P. g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron. h. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60. i. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate. j. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. k. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma. l. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC. m. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator. n. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin. o. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB. p. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon. q. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).

2.3. Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):
a.

Racun perut Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi seranggaserangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.

b.

Racun kontak Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida. Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.

c.

Racun gas Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan ruangan tertutup.

2.4. Konsep Tri Hita Karana Tri Hita Karana berasal dari kata Tri yang berarti tiga, Hita yang berarti kebahagiaan dan Karana yang berarti penyebab.Dengan demikian Tri Hita Karana berarti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan.(Wasista, 2011).Pembagian Tri Hita Karana adalah Parahyangan, Pawongan, serta Palemahan. Adapun penjelasan masing-masing komponen itu seperti dijelaskan oleh Wasista, 2011 yaitu: 1. Hubungan baik manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu umat Hindu wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu :

- Dengan bersembahyang dan melaksanakan yadnya.


7

- Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempattempat suci. - Dengan melaksanakan Yoga Samadhi. - Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. 2. Hubungan baik manusia dengan manusia lainnya Sebagai mahluk social, umat Hindu tidak dapat hidup menyendiri.Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan harmonis.Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh, saling menghargai, saling mengasihi dan saling membingbing.Hubungan antar keluarga dirumah tangga harus harmonis.Hubungan dengan masyarakat lainya juga harus harmonis. Hubungan baik ini akan menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang aman dan damai akan menciptakan Negara yang tenteram dan sejahtera.

3. Hubungan baik manusia dengan lingkungannya. Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu.Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya.Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya.Oleh karena itu umat Hindu harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya.Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak.Lingkungan harus selalu bersih dan rapi.Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak.Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam.Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia. 2.5. Konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) Banyak ahli yang mendefinisikan PHT secara berbeda.Namun secara prinsip dari sekian banyak definisi PHT tidak banyak perbedaannya hanya masing-masing ahli memberikan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari PHT. Sebagai contoh Smith (1978) menyatakan PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT

adalah pemilihan, perpaduan, dan penerapan pengendalian hama yang didasarkan pada perhitungan dan penaksiran konsekuensi-konsekuensi ekonomi, ekologi, dan sosiologi. Dari definisi-definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa PHT tidak hanya mencakup pengertian tentang perpaduan beberapa teknik pengendalian hama, tetapi dalam penerapannya PHT harus memperhitungkan dampaknya baik yang bersifat ekologis, ekonomis, dan sosiologis sehingga secara keseluruhan kita memperoleh hasil yang terbaik. a. Unsur-unsur dasar PHT 1. Pengendalian alami 2. Pengambilan sampel 3. Aras ekonomik 4. Ekologi dan Biologis b. Komponen PHT 1. Pengendalian Kultur Teknis 2. Pengendalian Hayati 3. Pengendalian Kimiawi 4. Pengendalian dengan varietas tahan 5. Pengendalian fisik dan mekanik 6. Pengendalian dengan peraturan (Untung, 1993)

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pemahaman Petani tentang Pengelolaan Hama Petani kita umumnya mendefinisikan pengelolaan hama pada upaya pemusnahan hama untuk melindungi tumbuhan sehingga tumbuhan budidayanya mampu berproduksi dan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Salah satu metode yang digunakan adalah pestisida. Petani mengetahui bahwa pestisida mampu membunuh hama tanaman dengan cara instan dan cepat tanpa memerlukan upaya yang besar. Namun dari pemahaman itulah timbul fenomena kerusakan alam, keseimbangan ekosistem yang semakin tidak harmonis.Itu mencerminkan adanya hubungan yang tidak harmonis antara manusia dengan

lingkungan.Banyak makhluk hidup mati, yaitu musuh-musuh alami dari hama itu sendiri yang sebenarnya mengendalikan populasi hama juga ikut mati. Petani berpikir bahwa pestisida merupakan satu-satunya cara dan semua hama dan permasalahan mampu diatasi dengan pestisida. Alhasil banyak petani kita yang menggunakan Pestisida.Pemahaman tentang perhitungan dosis dan konsentrasi pada pestisida yang minim membuat petani menggunakan pesstisida secara bebas.Padahal pestisida merupakan racun yang mampu membunuh segala makhluk hidup yang tidak resisten terhadapnya. 3.2. Kesadaran akan Kualitas Lingkungan Hidup dan Kaitannya dengan Konsep Palemahan Dalam ajaran agama Hindu kita dikenalkan pada ajaran Tri Hita Karana atau tiga penyebab atau keharmonisan salah satunya adalah Palemahan yang merupakan ajaran tentang bagaimana kita memegang keharmonisan hubungan dengan lingkungan sehingga memperoleh kebahagiaan.Konsep itulah yang kini tidak sesuai dengan penerapannya pada bidang pertanian yang masih menggunakan pestisida dalam pertanian. Penggunaan pestisida memang sangat berpengaruh besar pada dunia pertanian, mampu menghasilkan panen yang pasti dan merupakan cara instan. Namun implementasinya ke lingkungan merupakan hal yang sangat berbahaya, bagaikan menebar racun pada hamparan ladang.Pada akhirnya ekosistem menjadi tidak seimbang, rantai makanan pada ekosistem menjadi tidak
10

kompleks.Maka tidak jarang kita sering menemui fenomena meledaknya populasi hamabahkan seperti meledaknya serangga tomcat yang baru-baru ini menggegerkan masyarakat Indonesia salah satunya adalah karena pertanian yang tidak sehat. Serangga tomcat merupakan Predator dari serangga hama. Dan ketika makanannya habis akibat pestisida maka terjadi ledakan populasi sebab antar populasi tidak terjadi keseimbangan. Meskipun program pembangunan telah menunjukan hasilnya dalam meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat, namun karena keterbatasan daya dukung lingkungan maka kegiatan berbagai program pembangunan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup.Salah satunya yang berbahaya adalah tersebarnya banyak jenis bahan pencemar baik di dalam tanah, air maupun udara dan dimana saja sehingga kualitas lingkungan kita semakin menurun. Pestisida sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan.Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan maka residu yang ditinggalkan di lingkungan yang menjadi masalah. Dari banyak hasil monitoring ditunjukan bahwa saat ini residu pestisida hamper ditemukan di setiap tempat di lingkungan sekitar kita. Temuan-temuan tersebut merupakan indikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu dikendalikan. Apabila tidak dikendalikan semakin lama akan terjadi akumulasi kandungan pestisida di lingkungan yang dapat mencapai kadar mematikan. Pestisida pada lingkungan pertanian juga menimbulkan beberapa dampak yang membahayakan dari sudut pandang peledakan populasi hama serta ketidakefisienan pestisida ketika digunakan secara terus menerus yaitu sebagai berikut a. Munculnya Ketahanan Hama terhadap Pestisida Karena hama terus menerus mendapat tekanan oleh pestisida maka melalui proses seleksi alam spesies hama mampu membentuk strain yang lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang sering digunakan petani. b. Timbulnya Resurjensi Hama Dampak pestisida yang dirasakan petani adalah timbulnya resurjensi hama atau peristiwa meningkatnya populasi hama setelah hama tersebut memperoleh perlakuan pestisida tertentu. Dengan adanya sifat resurjensi ini penggunaan pestisida tidak hanya sia-sia tetapi malahan sangat membahayakan.

11

c. Letusan hama kedua Setelah perlakuan pestisida tertentu secara intensif ternyata hama sasaran utama memang dapat dikendalikan, tetapi kemudian yang muncul sebagai hama adalah serangga lain yng sebelumnya dianggap bukan hama.

Konsep pengendalian dengan cara pestisida memang sangat berbahaya dan tidak selamanya pestisida bersifat menguntungkan. Keuntungan hanya bersifat sesaat sedangkan dampaknya bersifat permanen. Dan dalam ajaran agama Hindu pun kita telah diajarkan bagaimana kita mampu memperlakukan lingkungan secara baik bukan hanya

mengeksploitasinya.

3.3. Keseimbangan Ekosistem (konsep PHT) dan palemahan sebagai Solusi Pengendalian Di dalam konsep palemahan kita mengenal adanya keharmonisan antara manusia dengan alam atau lingkungan. Itu berarti manusia harus berusaha menjaga kelestarian ekosistem dengan cara tidak membunuh , tidak merusak atau bahkan mencemari seperti halnya pestisida. Implementasi ajaran palemhan dalam pertanian dapat kita lihat pada metode PHT atau pengelolaan hama terpadu. PHT merupakan cara-cara pengendalian hama dengan melakukan pendekatan ekologis yaitu dengan memanfaatkan komponen-komponen alami seperti musuh alami hama, varietas tahan, fisik mekanik dan sebagainya. Penggunaan pestisida tidak dianjurkan dalam PHT. Pestisida bukan satu-satunya jalan keluar, melainkan jalan terakhir ketika pengendalian yang lain sudah tidak mampu mengendalikan hama dan hama sudah melebihi ambang ekonomi. Cara-cara PHT sangat selaras dengan ajaran agama Hindu dimana kondisi alam semesta maupun lingkungan telah diciptakan selaras dan saling berkaitan. Di dalamnya terjadi hubungan timbal balik maupun peristiwa makan dan dimakan yang mampu menahan populasi suatu organisme agar stabil.

12

Beberapa cara-cara atau komponen PHT (Pengelolaan Hama Terpadu) antara lain : a. Pengendalian secara bercocok tanam Bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan pembiakan hama sehingga dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan peningkatan kerusakan tanaman. b. Pengendalian dengan tanaman tahan hama Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman (varietas) yang tahan atau toleran terhadap serangan hama c. Pengendalian hayati Pengendalian hama yang lebih mengutamakan berjalannya pengendalian alami khususnya pengendalian hama yang dilakukan oleh berbagai musuh alami serangga, yang berperan sebagai predator, parasite dari serangga hama sehingga mampu menekan populasi hama. d. Pengendalian Fisik dan Mekanik Pengendalian dilakukan dengan mematikan hama yang menyerang dengan tangan atau dengan bantuan peralatan. e. Pengendalian Kimiawi Merupakan pengendalian yang tidak dianjurkan sebab satu-satunya cara yang menggunakan bahan-bahan kimia bersifat racun.

13

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah mengenai kaitan pestisida dan palemahan ini adalah sebagai berikut :

a. Pemahaman petani tentang pestisida masih rendah, petani masih menganggap bahwa pestisida merupakan satu-satunya jalan keluar dalam pengendalian hama. b. Perlu adanya pendekatan ekologis yang merupakan cerminan dari konsep palemahan sehingga pengendalian hama tetap efektif dan tidak berdampak negatif pada lingkungan. c. Cara-cara pengendalian hama yang baik dan bersinergis dengan alam yaitu PHT (Pengendalian Hama Terpadu), dimana dalam konsep ini diberikan pemahaman bahwa pestisida bukanlah satu-satunya cara pengendalian.

4.2.

Saran Adapun saran yang diberikan pada makalah ini adalah sebagai berikut : a. Perlu adanya kerjasama penyuluhan antara dinas pertanian dengan penyuluh agama, sehingga selain pemahaman secara teoritis petani juga menddapat pemahaman dari sudut pandang agama hindu.

14

DAFTAR PUSTAKA
Bottrel, D. G. 1979. Integrated Pest Management. Washington D. C. : Council of Environ. Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Penggunaan Pestisida. Jakarta:Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Kementrian Pertanian. Runia, Yodenca. 2008. Tesis: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Universitas Dipenogoro.

Semarang. Dipublikasikan (112 Hal). Diakses 31 Desember 2012. Sartono.2011 . Racun Dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika. Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sudarmo, Subiyakto. 1990. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius. Smith, R. F. 1978. Distory and Complexity of Integrated Pest Management. Dalam Pest Control Strategies. S. H. Smith dan D. Pimmentel (ed.). New York : Acad. Press. Untung, Kasumbogo. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: UGM Press. Wasista, I Ketut. 2011. Tri Hita Karana. http://suryadistira.blogspot.com/2008/10/tri-hitakarana.html. (online). Diakses pada 29 Desember 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • ITS Paper 25986 2308100050 2308100054 Paper
    ITS Paper 25986 2308100050 2308100054 Paper
    Dokumen5 halaman
    ITS Paper 25986 2308100050 2308100054 Paper
    IntanFakhrunNi'am
    Belum ada peringkat
  • Gusti Ngurah Ketut Budiarta
    Gusti Ngurah Ketut Budiarta
    Dokumen1 halaman
    Gusti Ngurah Ketut Budiarta
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Bahan Untuk Rapat Minggu 20 April 2014
    Bahan Untuk Rapat Minggu 20 April 2014
    Dokumen1 halaman
    Bahan Untuk Rapat Minggu 20 April 2014
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum
    Laporan Praktikum
    Dokumen40 halaman
    Laporan Praktikum
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Docdsdfgabc
    Docdsdfgabc
    Dokumen1 halaman
    Docdsdfgabc
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Surat Dokter Unisma
    Surat Dokter Unisma
    Dokumen1 halaman
    Surat Dokter Unisma
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Theme Skripsi
    Theme Skripsi
    Dokumen4 halaman
    Theme Skripsi
    Nafisa W' Pascal
    Belum ada peringkat
  • Tugas Stela
    Tugas Stela
    Dokumen3 halaman
    Tugas Stela
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Tahan
    Tahan
    Dokumen2 halaman
    Tahan
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luar
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Mekper
    Cover Mekper
    Dokumen1 halaman
    Cover Mekper
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Tanah
    Cover Tanah
    Dokumen2 halaman
    Cover Tanah
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luar
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Individu BIOKIM
    Cover Individu BIOKIM
    Dokumen1 halaman
    Cover Individu BIOKIM
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Botani
    Cover Botani
    Dokumen1 halaman
    Cover Botani
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Botani
    Cover Botani
    Dokumen1 halaman
    Cover Botani
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Nmiut
    Cover Nmiut
    Dokumen1 halaman
    Cover Nmiut
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi Klimat
    Kisi Kisi Klimat
    Dokumen1 halaman
    Kisi Kisi Klimat
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Uts Agama
    Uts Agama
    Dokumen3 halaman
    Uts Agama
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Cover Botani
    Cover Botani
    Dokumen2 halaman
    Cover Botani
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Punya Ngurah
    Punya Ngurah
    Dokumen1 halaman
    Punya Ngurah
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi Klimat
    Kisi Kisi Klimat
    Dokumen1 halaman
    Kisi Kisi Klimat
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi Klimat
    Kisi Kisi Klimat
    Dokumen1 halaman
    Kisi Kisi Klimat
    Ngurah Budiarta
    Belum ada peringkat