Anda di halaman 1dari 10

FITRIANO HANIWIEKO 1102011108 SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan asam basa LO 1.1 Definisi asam dan basa LO 1.2 Klasifikasi asam dan basa LO 1.3 Fungsi asam dan basa LO 1.4 Mekanisme kesetimbangan asam dan basa

LI 2. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan analisa gas dan darah LO 2.1 Cara melakukan pemeriksaan analisa gas darah LO 2.2 Nilai normal analisa gas darah

LI 3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan asam dan basa LO 2.1 Klasifikasi gangguan asam dan basa LO 2.2 Etiologi gangguan keseimbangan asam dan basa LO 2.3 Patofosioogi gangguan keseimbangan asam dan basa LO 2.4 kompensasi tubuh terhadap gangguan keseimbangan asam dan basa

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan asam basa

LO 1.1 Definisi asam dan basa Definisi Asam Basa Bronsted-Lowry


Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara terpisah mendefinisikan asam-basa sebagai berikut:

Asam adalah donor proton dan sebaliknya basa disebut sebagai aseptor proton Kemudian teori ini lebih dikenal sebagai teori asam basa Bronsted-Lowry sebagai penghargaan bagi mereka berdua. Konsep asam basa Bronsted-Lowry tidak menentang konsep asam-basa Arrhenius akan tetapi bisa dikatakan sebagai perluasan dari konsep tersebut. Ion hidroksida dalam konsep Arrhenius tetap menjadi basa dalam konsep Bronsted-Lowry disebabkan ion hidroksida dapat menerima H+ (aseptor proton) untuk membentuk H2O. Definisi asam-basa menurut Arrhenius Menurut Arrhenius pada tahu, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+). basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida. Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-. Definisi asam-basa menurut sistem pelarut (solvent) Definisi ini diterapkan pada pelarut yang dapat terdisosiasi menjadi kation dan anion (autodisosiasi). Asam adalah suatu kation yang berasal dari reaksi autodisosiasi pelarut yang dapat meningkatkan konsentrasi kation dalam pelarut. Basa adalah suatu anion yang berasal dari reaksi autodisosiasi pelarut yang dapat meningkatkan konsentrasi anion pelarut.

LO 1.2 Jenis-jenis asam-basa Asam Lemah Asam lemah adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdosisasi tidak sempurna). Asam karnonat dalam air hanya akan teriodisiasi sebagian menjadi ion H+ dan HCO3Asam Kuat

Asam kuat adalah asam yang berdiosisasi sempurna dalam air. HCL dalam air ajan berdiosisasi seluruhnya menjadi ikon H+ dan ion CL- . Ion H+ yang terbentuk akan diikat oleh molekul air Basa Lemah Basa lemah adalah basa yang hanya terdiosiasi sebagian dalam air atau suatu persenyawaan yang tidak sempurna dengan ion hidrogen dalam larutan air. Reaksi asam lemah dan basa lemah dalam air merupakan reaksi kesetimbangan. Banyak senyawa biokoimia yang mempunyai gugus fungsi bersifat asam lemah atau basa lemah, misalnya gugus karbpoksil, gugus amino, gugus posfat sekunder pada protein, asam nukleat dan ko-enzim. Basa Kuat Bsa kuat adalah persenyawaan yang beridosiasi secara sempurna dalam larutan air. NaoH dala air akan berdiosiasi seluruhnya menjadi ion Na+ Oh- . Ion OH- yang terbentuk akan bereaksi dengan ion H+ dari air. Reaksi asam basa kuat berlangsung dalam satu arah

LO 1.3 Fungsi asam dan basa Pengaturan Konsentrasi ion-ion hidrogen yang essensial untuk fungsi normal sel Mempertahankan fungsi sel agar berjalan dengan normal

LO 1.4 Mekanisme kesetimbangan asam dan basa Terdapat Tiga Lini Pertahanan Terhadap Perubahan PH 1. Sistem Dapar (penyangga) Kimiawi Sistem dapar kmiawi adalah campuran suat larutan dua senyawa kimia yang meminilmalkan perubahan PH ketika asam atau basa ditambahkan atau dikeluarkan dari larutan tersebut. Terdapat empat system dapar dalam tubuh: a. Sistem Dapar Asam Karbonat; Bikarbonat Sistem dapar ini sangat penting sebagai buffer di CES untuk menyagga PH yang ditimbilkan oleh penyebab di luar fluktasi H2CO3 penghasil CO2. Sistem dapar ini sangat efektif karena H2CO3 dan HCO3 banyak ditemukan di CES sehingga system ini dapat cepat menahan perubahan PH. CO2 + H2O = H2CO3 = H +HCO3 Ketika H baru di tambahkan ke plasma, reksi di atas terdorong ke sisi kiri persamaan. Karena berikatan dengan HCO3 maka H ekstra tadi tidak lagi berkontribusi pada keasaman cairn tubuh begitu juga sebaliknya. Tetapi mekanisme ini tidak bisa bekerja jika peningkatan atau penurunan PH di sebabkan oleh fluktuasi H2CO3.

b. Sistem Dapar Hemoglobin Kemoglobin menyangga H yang dihasilkan dari CO2 yang diproduksi secara metabolis dalam transit antara jaringan dan paru. Sebagian besar H yang dihasilkan di tingkat jaringan akan terikat oleh HB dan tidak lagi berkontribusi dalam keasaman cairan tubuh c. Sistem Dapar Protein Protein adalah penyangga yang baik karena mengandung gugus asam dan basa yang dapat menyerahkan atau menerima H. Secara kuantitatif system protein sangat berperan penting pada CIS, karena jumlahnya relative banyak di CIS. d. Sistem Dapar Fosfat Na2HPO4 + H = NaH2PO4 + Na Fosfat yang dieksresikan mendapar urin selagi terbentuk dengan mengeluarkan dari larutan H yang di eksresikan dari cairan tubulus. 2. Sistem Pernapasan Untuk Mengatur PH Ketika H arteri meningkat akibat metabolic, pusat pernapasan di batang otak terangsang untuk meningkatkan ventilasi paru, sehingga lebih banyak CO2 dihembuskan keluar sehingga H2CO3yang di tambahkan ke cairan tubuh berkurang maka pembentukan H pun berkurang. Begitu juga sebaliknya. Sistem pertahanan PH melalui pernapasan merupakan system lini kedua pertahanan PH. 3. Siatem Urine Untuk Mengatur PH Ketika Ph menurun, ginjal mengeluarkan lebih banyak ion hidrogen dan mereabsorbsi lebih banyak ion bikarbonat Ketika PH meningkat, ginjal mengeluarkan sedikit ion hidrogen dan mereabsorbsi sediki ion bikarbonat

LI 2. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan analisa gas dan darah LO 2.1 Cara melakukan pemeriksaan analisa gas darah Nilai Analisis Gas Darah (AGD) biasa disebutkan dalam pH, pO2, pCO2, HCO3-, BE, dan SaO2. Nilai-nilai ini memberikan gambaran homeostasis dari kesetimbangan asam basa, perbedaan basa, dan oksigenasi darah. AGD bisa didapatkan dari arteri, vena, maupun kapiler. Namun yang umum digunakan adalah darah arteri. Interpretasi AGD secara praktis mutlak diperlukan terutama di ruang emergensi. Berikut pendekatan praktis langkah demi langkah menggunakan metode Henderson-Hasselbach.LO

2.2 Nilai normal pH PCO2 PO2 HCO3 : 7, 35-7, 45 : 35-45 mmHg : 80-100 mmHg : 22-26 mEq/L TCO2 BE saturasi O2 : 23-27 mmol/L : 0 2 mEq/L : 95 % atau lebih

LI 3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan asam dan basa LO 2.1 Klasifikasi gangguan asam dan basa 1. Asidosis Respiratorik Adalah akibat dari retensi abnormal CO2 karena hipoventilasi. Karena C)2 yang keluar dari paru lebih sedikit daripada normal maka pembentukan H pun bertambah PH <7,35 (Normal =7,35-7,45) dan PaCO2 > 45 mmHg (Normal=40 mmHg)

2. Asidosis Metabolik Gangguan sistemik yang dicirikan dengan adanya peningkatan primer kadar bikarbonat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan PH (Peningkatan H+) PH<7,35 (normal=7,35-7,45) dan HCO3 <22 mEq?L (Normal-22-26 mEq/L)

3. Alkalosis respiratorik Pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat hiperventilasi, sehingga CO2 yang keluar terlalu banyak maka kadar H berkurang PH >7.45 (normal=7,35-7,45) dan PaCO2 <35mmHg (normal=40mmHg)

4. Alkalosis Metabolik Gangguan sistemik yang dicirikan dengan adanya peningkatan primer kadar bikarbonat sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan Ph Ph>7,45 (Normal=7,35-7,45) dan HCO3>26 mEq/L (normal=22-26 mEq/L)

LO 2.2 Etiologi gangguan keseimbangan asam dan basa

5. Asidosis respiratorik Etiologinya: -Hipoventilasi alveolar -Kelainan pada paru -Penekanan pada pusat pernafasan -Kelainan susunan saraf pusat (obat-obatan, stroke) -Kelainan pada jalan nafas -Kelainan pada parenkim paru -Kelainan neuromuskolar pernafasan -Obesitas

6. Asidosis Metabolik Etiologinya: -Asiodosis tubulus ginjal Karena adanya gangguan ekskresi ion hidrogen atau reabsorbsi bikarbonat dalam tubulus ginjal atau keduanya -Asidosis karena diare Menyebabkan hilangnya bikarbonat dalam jumalh besar dari tubuh -Asidosis karena muntah Pada awalnya muntah mengeluarkan sebagian besar asam dan menyebabkan kecenderungan ke arah alkalosis, karena getah lambung bersifat asam. Pada keadaan

lanjut, memuntahkan isi dari traktus gastrointestinal yang lebih lanjut, menyebabkan hilangnya bikarbonat sama seperti diare -Asidosis karena Diabetes Melitus Pada penderita DM, glukosa tidak dapat dipakai secara efektif untuk sumber energi tubh, sehingga tubuh memakai lemak untuk menghasilkan energi. Pada akhornya akan terbentuk asam asotoasteat dan 3-Hidroaksibutirat yang merupakan asam kuat. Sekresi benda keton yang terus menerus dapat menghabiskan cadangan dapar tubuh dengan meningkatnya PH tubuh -Asidosis karena penyerapan asam Terjadi pada kasus keracunan asam. Beberapa racun yang dapat menyebabkannya adala h aspirin dan metil aklohol -Asidosis karena gagal ginjal kronis Pada keadaan perfusi ginjal yang berkurang, terjadi penurunan sekresi amonia dan asam fosfat yang pada akhirnya merupakan produksi bikarbobat leh sel tubulus ginjal -Olahraga

7. Alkalosis Respiratorik Etiologinya: -Hiperventilsi yang disebabkan oleh kecemasan, demam dan stress emosional -Pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan -Hipoksia karena tekanan udara yang rendah di dataran tinggi -Anemia berat -Gagal jantung kongestif -Tumor otak

8. Alkalosis Metabolik Etiloginya: -Alkalosis karena diuretik

Semua diuretik menyebabkan peningkatan aliran cairan dalam tubulus ginjal, hal ini menyebabkan tingginya reabsorbsi natrium. Karena reabsorbsi natrium berpasangan dengan pengeluaran ion hidrogen, maka semakin banyak ion natrium yang diserap,semakin banyak ion hidrogen yang dieskresikan -Alkalosis karena kelebuhan aldosteron Peningkatan aldosterin akan meningkatkan reabsporbsi natriumm sehingga akan menningkatan pula sekresi ion hidrogen -Alkalosis karena muntah -Alkalosis karena obat -Alkalosis ginjal dan edokrin -Pemakaian antasid berlebihan

LO 2.3 Patofosiologi gangguan keseimbangan asam dan basa Bila terjadi penurunan pH atau terjadi penambahan keasaman, bikarbonat akan mengompensasinya. Namun, cadangan bikarbonat menjadi menjadi berkurang dan apabila produksi asam masih terus berlanjut maka buffer tidak mampu untuk mengompensasi dan timbullah asidosis metabolik. (Asmadi 2008)(Teknik procedural keperawatan: konspep dan aplikasi kebutuhan dasar klien). Alkalosis metabolik biasanya dimulai dengan meningkatnya asam dari lambung atau ginjal. Tetapi, ekskresi bikarbonat pada konsentrasi plasma yang tinggi biasanya begitu cepat, sehingga tidak akan berkepanjangan, kecuali jika reabsorpsi bikarbonat diperbesar atau alkali terus dibentuk dengan kecepatan yang tinggi. Secara klinis, menetapnya alkalosis metabolik paling sering disebabkan oleh perangsangan reabsorpsi bikarbonat oleh defisit volume klorida. Selama deplesi volume, konservasi ginjal dari natrium, lebih diutamakan daripada mekanisme homeostatic lainnya, seperti koreksi alkalosis. Karena pada alkalosis suatu fraksi besar dari natrium plasma berpasangan dengan bikarbonat, reabsorpsi lengkap dari natrium yang difiltrasi membutuhkan reabsorpsi bikarbonat saja. Alkalosis terus berlangsung sampai deplesi volume diperbaiki dengan pemberian natrium klorida. Ini mengurangi kebutuhan

tubuler akan natrium dan menyediakan klorida sebagai anion alternative untuk reabsorpsi dengan natrium. .(Harrison)(Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam)

LO 2.4 kompensasi tubuh terhadap gangguan keseimbangan asam dan basa

A. Kompensasi Alkalosis Respiratorik Sistem dapar kimiawi membebaskan H untuk menambah keasaman Sewaktu H turun pada saat hiperventilasi, dua dari perangsang kuat untuk ventilasi lenyap Ginjal melakukan kompensasi dengan menahan H dan mengekskresi HCO3 lebih banyak

B. Kompensasi Asidosis Respiratorik

Daparkimiawi menyerap kelebihan H Ginjal menahan HCO3 yang difiltrasi dan menambahkan HCO3 baru ke plasma

C. Kompensasi Asidosis Metabolik Penyangga menyerap kelebihan H Paru mengeluarkan lebih banyak CO2 Ginjal mengeksresikan H lebih banyak

D. Kompensasi Alkalosis Metabolik Sistem Dapar kimiawi segera melepaskan H Ventilasi berkurang sehingga CO@ tidah banyak keluar Ginjal akan menahan H dan mengeksresikan HCO3 lebih banyak

DAFTAR PUSTAKA Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 11 Jakarta: EGC 2011

Darwis D, Munajat Y, Nur MB, Madjid SA, Siregar P, Aniwidyaningsih, W, dkk. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010 Siregar P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006 : 529-37 Brenner R, Rector H, Livine AS. The Kidney. 7th ed. Pennsylvania: Elsevier; 2004: 7751064 Shea MA, Hammil GB, Curtis HL, Szczech AL, Schulman AK et al. Medical Cost of Abnormal Serum Sodium Levels. J Am Soc Nephrol 2008; 19: 764-70, Stelfox TH, Ahmed BS, Khandwala F, Zygun D, Shahpory R, Laupland K. The Epidemiology of Intensive Care Unit-acquired hyponatremia and Hyperatremia in Medicalsurgical Intensive Care Units. Critical Care. 2008; 12 (6): 1-8

Anda mungkin juga menyukai