Anda di halaman 1dari 5

Nama Jurusan

Cepen I

: Nur Amila Ikhlas : Office Management

Masa Depan Pak, Jaka boleh kuliah gak? Jaka merasa sudah waktunya pertanyaan itu disuarakan. Masa penghabisan di bangku SMA sudah di depan mata. Sedangkan pertanyaan itu sudah dirumuskan oleh hatinya yang tak pernah nyata bersuara. Percayakan sama bapakmu ini, Jaka. Kamu gak perlu khawatir. Kamu memang harus kuliah. Kata bapaknya. Senyum di sela kata-katanya itu selalu bisa menentramkan hati Jaka yang gulana. Memangnya duit bapak cukup? Kamu harus percaya, pasti ada jalan. Harta orang tua gak bakal habis jika dipakai untuk membiayai pendidikan anaknya. Dani bahkan sudah siap-siap duit ratusan juta, pak. Dia merasa gak yakin dengan kemampuannya. Biar duit yang bekerja katanya. Kamu gak perlu mikir duit. Biar bapak yang mikir. Kamu rajinkan lagi belajarmu ya. Percayakan pada otak. Jangan pada duit. Tapi otak Jaka dan otak Dani sama, pak. Dari dulu rankingnya juga selalu atas bawah. Mending kalau atas bawahnya di lima besar. Bapak kan tahu ranking jaka terbaik cuma di peringkat 23. Otak kamu belum telambat untuk dibikin lebih pandai kan? Masih ada waktu Jaka. Itulah senjatamu. Sudah sana, buka bukumu! Semangat Jaka kembali tersulut. Dia betekad untuk bisa berkuliah di tempat bapaknya itu bekerja. Bapaknya sudah belasan tahun bekerja sebagai tukang parkir di fakultas Teknik di sebuah Universitas Negeri ternama. Mimpi-mimpi bapaknya agar anaknya bisa menjadi

mahasiswa telah tertanam sejak bapaknya bekerja di lingkungan kampus. Tempat para intelektual itu menuntut ilmu. Mimpi itu juga tumbuh di benak Jaka sejak kecil.

Cerpen II Masuk Kedokteran Mahal Dapet berapa jadinya, Dan? Tujuh ratus lima puluh pa. Ga bisa kurang lagi. Jawab Dani. Udah naik lagi ya? Iya pa. Makin gila-gilaan aja harganya. Tahun lalu, untuk fakultas Kedokteran, tujuh ratus lima puluh itu udah kisaran maksimal. Masih bisa turun. Tapi tahun ini, jumlah segitu udah minimalnya. Maksimalnya sampai delapan ratus. Papa Dani geleng-geleng kepala mencerna nominal sebanyak itu. Tapi dijamin aman kan? Dijamin aman pa, DP nya bisa sepuluh persen dulu. Sisanya kalau udah diterima. Sistemnya juga aman kok pa. Berlapis gitu. Jadi Dani sendiri gak tahu siapa yang bakal jadi Joki ntar. Dani cuma ketemu sama makelarnya. Ya sudah, pokoknya kamu atur sendiri. Jangan sampai kena tipu lho ya. Beres, pa. Di mata Dani, sudah terbayang fakultas Kedokteran yang sudah dimimpikannya sejak sepuluh persen DP itu diserahkan. Mimpi yang menurut Dani harus dikejar meski hal itu berimbas pada

papanya yang harus mengeluarkan dana tujuh ratus juta rupiah. Toh papanya juga gak sulit mengumpulkan uang sejumlah itu. Sepuluh persennya sudah kepegang. Katanya dalam hati. Uang muka sepuluh persen dirasa sebagai cicilan nasib baik juga.

Cerpen III RESIKO Ada enam orang di ruangan tertutup itu. Si koordinator sudah memulai koordinasinya sejak lima belas menit yang lalu. Kita masih memakai sistem tahun lalu karena belum ada sistem yang lebih baik dari itu. kata koordinator, Jadi nanti ada lima master yang akan mendampingi pasien. Randa tahu betul istilah master-pasien itu. Master adalah sebutan untuk joki dan pasien adalah sebutan untuk klien. Sudah tahun ketiga dia jadi master. Sudah tahu betul seperti apa sistem tahun lalu yang dimaksud koordinator. Meski kalian sudah pada ngerti, pada hapal, saya perlu review lagi biar kalian tambah mantap. Kata koordinator, Terutama untuk Dado sama Tengku yang baru tahun lalu jadi master. Dua orang yang disebut namanya manggut-manggut. Yang lain tetap menyimak. Kalian berlima nanti ikut masuk ke ruang ujian sebagai peserta ujian resmi. Alat komunikasi sudah siap terpasang rapi seperti saat technical meeting kemarin sore. Kalian kerjakan soal-soal itu sebaik-baiknya. Lalu kirimkan jawaban ke saya. Jawaban yang terkumpul di saya akan saya analisis. Kesamaan jawaban terbanyak saya anggap sebagai jawaban yang benar. Jawaban itulah yang akan saya kirimkan ke pasien. Tentu saja pasien juga telah dilengkapi alat komunikasi tersembunyi. Untuk mengantisipasi adanya perbedaan kode soal, tolong tuliskan juga kode soal yang kalian pegang. Jadi saat saya nanti tiba-tiba dihadapkan dengan lima jawaban yang seluruhnya berbeda, itu artinya kalian memegang lembar soal yang berbeda. Solusinya gini, nanti akan saya suruh si pasien menuliskan kode soal yang sesuai dengan kode soal salah satu master senior. Meskipun berbeda dengan soal yang dipegang pasien, itu gak masalah karena komputer hanya men-scan kode soal yang ditulis di lembar jawaban. Komputer tidak akan mencocokkan antara lembar jawaban dan lembar soal yang dibawa pasien. Beberapa tahun lalu saya pakai cara

seperti itu dan berhasil. Hal itu boleh dilakukan daripada kita tidak profesional dengan memberikan jawaban yang asal atau perkiraan saja. Ada yang mau ditanyakan dulu? Tidak ada suara, satu dua menggelengkan kepala. Koordinator melanjutkan, Pasien kita tahun ini total tujuh orang. Untuk pembagian fee, meskipun sudah saya tegaskan di awal, sekedar mengingatkan lagi saja, bahwa lima puluh persen total uang yang masuk adalah bagian saya. Sedangkan lima puluh persen sisanya dibagi rata untuk kalian berlima. Bagian saya besar karena risiko yang saya tanggung juga besar. Saya ujung tombak. Saya orang yang langsung berhubungan dengan pasien. Mereka mengenal saya. Sedangkan kalian para master, tetap terjaga identitasnya karena mereka tidak akan pernah bertemu muka dengan kalian. Ada yang keberatan? Tidak ada suara. Air muka mereka menyetujui. Sedangkan bagian kalian berlima, lanjut koordinator, akan dibagi sama rata. Tidak peduli mana master senior mana yang junior. Sekian briefing dari saya. Sesi diskusi saya buka. Beberapa orang mulai diskusi dengan sesamanya. Randa tidak butuh lagi diskusi. Dia sudah meluluskan belasan pasien sepanjang kariernya. Dialah master senior.

Anda mungkin juga menyukai