Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah Anugerah paling besar dari Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang harus dipelihara dan dididik agar tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang sehat, berakhlak dan berguna bagi keluarga, agama,
nusa dan bangsa. Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi
Indonesia melalui Kepres No. 36 tahun 1990, yang dimaksud dengan anak
adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan .
Anak termasuk didalamnya Anak berkebutuhan Khusus (ABK)
merupakan salah satu aset bangsa yang dapat menentukan kelangsungan
hidup bangsa, jika Anak-anak tersebut diberi akses untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Mereka dapat berperan serta memberikan
kontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Sebaliknya, jika mereka
mengalami berbagai hambatan untuk mendapatkan layanan dalam tumbuh
kembangnya, maka dikemudian hari mereka akan menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat dengan biaya sosial yang cukup tinggi. ABK
menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas umum akibat
keterbatasan fisik maupun mental mereka. Pengasuhan anak berkebutuhan
khusus (ABK) memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang
lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya.
Di Provinsi Sulawesi Tengah, anak dan pemenuhan hak anak adalah
salah satu dari 36 rencana aksi yang dicanangkan oleh Gubernur untuk
periode kepemimpinan 2017-2021. Pemenuhan hak anak secara umum
dan ABK secara khusus juga termuat sebagai salah satu strategi dan arah
kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 1


Provinsi Sulawesi Tengah
(RPJMD) 2017-2021. Oleh karena itu, dari siklus perencanaan,
permasalahan anak dan ABK pada khususnya adalah salah satu bahan
pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan sosial
masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan demikian, penanganan
permasalahan ABK sudah sesuai dengan arah pembangunan yang akan
ditempuh oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah selama 5 tahun
mendatang.
Permasalahan sekarang adalah, seperti apa sesungguhnya ABK di
Provinsi Sulawesi Tengah dan permasalahannya ? Untuk menjawab
pertanyaan ini maka Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengarahkan kepada instansi-instansi pemerintah dan
non pemerintah yang menangani isu anak dan ABK di Provinsi Sulawesi
Tengah untuk menyusun Buku Profil Anak Berkebutuhan Khusus. Ini
merupakan strategi tepat, mengingat data-data tentang ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah belum tercatat dan terkumpul secara baik. Olehnya
diharapkan buku Profil ini dapat menjabarkan secara sistematis dan rinci
tentang informasi mengenai anak berkebutuhan khusus, menuangkan
analisis mendalam mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh anak berkebutuhan khusus, mulai dari akar masalahnya hingga
rekomendasi dan solusi yang mungkin dilakukan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi atau
sebagai basis data tentang kondisi dan keadaan ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah secara menyeluruh diberbagai bidang, baik dari sisi
jumlah , fasilitas layanan (pendidikan, kesehatan, sosial, dll ), serta
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang lainnya, serta diharapkan
dengan penyusunan profil ABK ini akan memperbaiki skenario

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 2


Provinsi Sulawesi Tengah
pembangunan manusia di Propinsi Sulawesi Tengah dan mempercepat
penanganan isu kritis terhadap ABK.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya data dan informasi menyangkut ABK, baik dari aspek


keluarga, pendidikan, kesehatan, dan aspek lainnya yang berkaitan
dengan ABK.

b. Sebagai bahan masukan untuk perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan daerah yang peduli anak khususnya terhadap
ABK.

C. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 4, Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
e. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
g. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
h. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 8 Tahun 2011
Tentang Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Perempuan dan
Anak

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 3


Provinsi Sulawesi Tengah
i. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 9 Tahun 2011
Tentang Perlindungan dan Kesejahteraan Anak
j. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
k. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 63 Tahun 2013
Tentang Pelaksanaan Perda Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Perempuan dan Anak
l. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 17 Tahun 2014
Tentang Rencana Aksi Daerah Pencegahan, Penanganan dan
Rehabilitasi Korban Perdagangan Perempuan dan Anak
m. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak di Provinsi Sulawesi
Tengah
n. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Mekanisme Pelayanan P2TP2A Terhadap Perempuan dan
Anak Korban Tindak Kekerasan
o. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 31 Tahun 2016
Tentang Pembiayaan Pengarusutamaan Hak Anak di Provinsi Sulawesi
Tengah

D. SUMBER DATA
- Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah
- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Sulawesi Tengah
- Lembaga Perlindungan Anak Non Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah.
- Lembaga masyarakat yang menyelenggarakan layanan terhadap anak

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 4


Provinsi Sulawesi Tengah
E. SISTIMATIKA PENULISAN
Buku ini akan menyajikan informasi dalam enam bab. Masing-masing bab
membahas konten sebagai berikut:
Bab I Menyajikan latar belakang, dasar pemikiran, tujuan dan
sumber data untuk penyusunan buku profil
Bab II Menyajikan jumlah anak berkebutuhan khusus di Sulawesi
Tengah beserta lembaga/yayasan pendampingnya,
permasalahan yang kerap dialami oleh anak berkebutuhan
khusus dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menanganinya
Bab III Menyajikan bentuk-bentuk pendampingan, penanganan dan
tanggung jawab yang dapat diberikan kepada anak-anak
berkebutuhan khusus, baik dari elemen sekolah, masyarakat,
orang tua dan pemerintah
Bab IV Menyajikan data dan analisis data terkait anak berkebutuhan
khusus dari sudut pandang kesehatan, pendidikan, layanan
sosial dan juga prestasi-prestasi yang dicapai oleh anak
berkebutuhan khusus di Sulawesi Tengah
Bab V Menyajikan bentuk-bentuk kebijakan yang sudah ada dan akan
disusun, yang menyentuh isu anak berkebutuhan khusus serta
bagaimana kebijakan-kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan
Bab VI Memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam dokumen
serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan upaya-
upaya penanganan permasalahan anak berkebutuhan khusus.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 5


Provinsi Sulawesi Tengah
BAB II
KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

A. Definisi dan Permasalahan Umum ABK


1.1. Beberapa Definisi dan Pengertian Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)

Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) atau sering pula disebut Anak


Luar Biasa (ALB) adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam
beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka
yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam
mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal,
meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat,
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan
emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi,
dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan
penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran dan Rizzo,
1979).
Banyak para ahli mendefinisikan tentang ABK diantaranya
menurut Heward (2006) berpendapat bahwa ABK adalah anak yang
mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi
ataupun fisik.
Frieda Mangunsong dalam buku "Psikologi dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus" ( 2009), juga menyatakan bahwa ABK atau
Anak Luar Biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak
normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik,
fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan
berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas;
sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 6


Provinsi Sulawesi Tengah
belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk
pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.
Dalam Wikipedia, ABK adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik Anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik
(Heward, 2006 ). Demikian pula menurut Bachri, 2010, ABK diartikan
sebagai individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda
dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada
umumnya. Secara lebih khusus anak berkebutuhan khusus
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar
standar normal yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengalami
kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan. Kekhususan yang mereka miliki menjadikan ABK
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan
potensi dalam diri mereka secara sempurna (Hallan dan Kauffman 1986,
dalam Hadis, 2006).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diberikan oleh para
tokoh di atas, ABK dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki
karakteristik fisik, intelektual, maupun emosional, di atas atau di bawah
rata-rata inividu pada umumnya.
Adapun anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat
perhatian guru menurut Kauff dan Hallahan (dalam Bandi, 2006), antara
lain tunagrahita, Kesulitan belajar (learning disability), hiperaktif (ADHD
dan ADD), tunalaras, tunawicara, tunanetra, autis, tunadaksa, tunaganda
dan anak berbakat.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 7


Provinsi Sulawesi Tengah
a). Tunagrahita atau Retardasi Mental
Menurut PP No.72 tahun 1991, anak tunagrahita diartikan sebagai
anak - anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata - rata anak
pada umumnya. Bandi (2006) secara lebih lengkap mendefinisikan
tunagrahita sebagai individu yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidak
mampuan dalam adaptasi prilaku, yang muncul dalam masa
perkembangan. Payne & Payton (1981) berpendapat bahwa skor
IQ seseorang tunagrahita adalah 70. Bandi juga menyatakan
bahwa Anak Tunagrahita bukan penyakit yang harus diobati
secara medis. Tunagrahita juga bisa menjadi bagian dari satu
kondisi disabilitas seperti halnya pada kasus sindrom down
(Hildebrand, 2000).

b). Kesulitan belajar (learning disability)


Kesulitan belajar adalah Kesulitan dalam memproses informasi,
khususnya dalam matematika dan konsep kebahasaan
(Hildebrand, 2000). National Joint Committee on Learning
Disability(NCLD), suatu kelompok yang terdiri dari perwakilan
beberapa organisasi profesional, mendefinisikan kesulitan belajar
sebagai suatu istilah umum yang mengacu pada beragam
kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai
dan menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, berfikir, atau kemampuan matematis (Smith,
2006). Kesulitan belajar dibagi menjadi 2, yaitu kesulitan belajar
umum (learning disability)dan kesulitan belajar khusus (spesific
learning disability). Kesulitan belajar umum ditunjukkan dengan
prestasi belajar rendah untuk semua pelajaran. Sedangkan
kesulitan belajar khusus ditujukan pada siswa yang berprestasi

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 8


Provinsi Sulawesi Tengah
rendah dalam bidang akademik tertentu, seperti membaca,
menulis, dan kemampuan matematika.

c). Hiperaktif (ADHD dan ADD)


Hiperaktivitas adalah salah satu aspek dari Attention Deficit
with/without Hyperactivity Disorder(ADD/HD) atau yang dikenal
dengan istilah Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH). ADHD/GPPH mencakup gangguan pada tiga aspek, yaitu
sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsivitas.Apabila
gangguan hanya terjadi pada aspek yang pertama, maka
dinamakan Gangguan Pemusatan Perhatian atau Attention Deficit
Disorder(ADD) (Mangunsong, 2009). Hiperaktif bukan suatu
penyakit, tapi gejala yang terjadi disebabkan faktor kerusakan otak,
kekacauan emosi,atau retardasi mental (Solek, 2004 dalam Bandi,
2006). Anak yang mengalami hiperaktif mengalami masalah dalam
memfokuskan peratian, mengatur tingkat aktivitas, dan perilaku
penghambat (Sousa, 2003 dalam Semiawan dan Mangunsong,
2010 ). Hiperaktif adalah gangguan belajar yang sifatnya umum
pada anak maupun orang dewasa.

d). Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras
biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Lebih lanjut
Mangunsong (2009) menjelaskan, ada tiga perilaku utama yang
tampak pada seorang anak dengan kelainan perilaku menyimpang,
yaitu: agresif, suka menghindar diri dari keramaian, dan sikap
bertahan diri. Slavin (2006) melihat bahwa karakteristik anak
tunalaras adalah sebagai berikut (a) Kurang mampu dalam

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 9


Provinsi Sulawesi Tengah
belajar. Ketidak mampuan ini bukan karena faktor intelektual,
sensori, atau faktor kesehatan. (b) Tidak mampu membangun atau
memelihara hubungan interpersonal yang baik dengan guru atau
teman sebaya, dan (c) Seringkali menampakkan perilaku yang tidak
sopan.

e). Tunarungu
Hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen yang dimiliki seseorang disebut Tunarungu, dan dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
sebagai berikut :
1. Gangguan pendengaran sangat ringan (15- 40dB), tidak dapat
mendengar percakapan berbisik dalam keadaan sunyi pada
jarak dekat.
2. Gangguan pendengaran sedang (40-60dB), tidak dapat
mendengarkan percakapan normal dalam keadaan sunyi pada
jarak dekat.
3. Gangguan pendengaran berat (60-90dB), hanya mampu
mendengarkan suara yang keras pada jarak dekat seperti
suara vakum cleaner.
4. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 90dB), hanya
dapat mendengarkan suara yang sangat keras seperti suara
gergaji mesin dalam jarak dekat (Alexander Graham Bell
Asocition for the Deal adn Hard of Hearing, 2011 dalam
Slavin, 2006).
Setiap anak yang mengalami gangguan pendengaran seringkali
mengalami beberapa masalah lain, seperti gangguan bahasa.
Walaupun memiliki potensi yang sangat tinggi dan cara berfikir
kreatif visualnya juga tinggi, apabila kemampuan berbahasanya
kurang, maka perkemangan kognitif, prestasi akademik, dan

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 10


Provinsi Sulawesi Tengah
kemampuan sosialpun akan terpengaruh (Semiawan dan
Mangunsong,2010).

f). Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra
menurut Kaufman dan Hallahan (2006) adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.

g). Autis
Mayoritas gangguan autisme di sebabkan karena abnormalitas di
otak (Coleman dalam Ormrod, 2008). Karakteristik umum dari
gangguan ini ditandai dengan adanya gangguan dalam kognisi
sosial (misalnya kemampuan mempertimbangkan perspektif orang
lain), kemampuan sosial, dan interaksi sosial (Baron dalam Ormrod,
2008). Anak-anak dengan autisme seringkali menunjukkan sifat-
sifat kelainan yang bisa diidentifikasi sejak sebelum umur 3 tahun
(Semiawan dan Mangunsong, 2010), diantara sifat-sifat tersebut
antara lain:
a. Tidak tangggap terhadap orang lain
b. Gerakan diulang-ulang seperti bergoyang, berputar, dan memilin
tangan, menghindari kontak mata dengan orang lain
c. Tetap dalam kebiasaan (Smith,2006).
Ciri-ciri sifat tersebut baru bisa dikatakan sebagai perwujudan
autisme apabila terjadi dalam intensitas yang tinggi.
Beberapa ahli diantaranya Sousa (2003) (dalam Semiawan dan
Mangunsong, 2010) mengelompokkan autis menjadi 4 tipe sebagai
berikut:

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 11


Provinsi Sulawesi Tengah
a. Tipe Kanner, yaitu tipe klasik atau juga disebut autisme
infantil, ditandai oleh ciri: menghindar kontak mata, lamban
berbicara, perilaku mengulang, dan kemungkinan retardasi
mental.
b. Sindrom asperger (SA), yaitu perkembangan perilaku
menentang yang spectrum. Cirinya adalah defisit sosial,
namun perkembangan kognisi, dan bahasa relatif normal,
serta minat yang mendalam dalam idiosynkretis.
c. Perkembangan perilaku menentang tanpa tanda-tanda lain,
kecuali dalam perkembangannya anak ini tidak memenuhi
gejala - gejala tersebut sebelum umur 3 tahun. Kadang kala
klasifikasi ini digunakan apabila kondisi ini muncul meskipun
tidak terlalu berat dan tidak konsisten, sehingga tipe ini kurang
diperkirakan sebagai tipe kenner.
d. Tipe regresif/epileptis, tipe ini ditandai dengan ketidak
mampuan memahami orang lain, input sensori yang tidak
menentu, bacaan EEG yang tidak normal, retardasi mental
dan tingkat kecerdasan tinggi.

h). Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah :
a. Ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas
fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi
b. Sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 12


Provinsi Sulawesi Tengah
c. Berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan
tidak mampu mengontrol gerakan fisik (Haris, 2006).

i). Tunaganda
Istilah ini digunakan untuk menyebut anak-anak yang mengalami
cacat ganda atau lebih dari satu. Misalnya seorang anak yang
mengalami kelainan pengelihatan ringan, mungkin juga
memerlukan bantuan khusus yang berkaitan dengan penyesuaian
sosial dan intelektual (Syamsul, 2010).

j). Anak Berbakat


Gifted adalah sebutan lain yang biasa digunakan untuk menyebut
anak-anak berbakat dengan IQ di atas 135 dengan kreativitas,
motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi. Selanjutnya Winner
(2003) mendefinisikan gifted sebagai kemampuan atau bakat yang
sangat tinggi dalam satu atau lebih pada bidang tertentu, seperti
musik, matematika, sedemikian rupa sehingga membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensi
itu sepenuhnya.

k). Gangguan Bicara dan Bahasa


Kelainan berbicara dan bahasa merupakan kategori terbesar kedua
diantara anak-anak, setelah kesulitan belajar (Smith, 2006).
American Speec -Language Hearing Association (ASHA)
mendefinisikan kelainan bicara sebagai kemunduran artikulasi
pengucapan suara, kefasihan, dan atau bunyi suara, yang
termasuk kedalam kategori gangguan bicara antara lain:
a. Gangguan artikulasi, kelainan ini merupakan kesulitan dalam
menghasilkan suara yang menyusun kata. Ada 4 jenis
kelainan artikulasi yaitu: penggantian (subtitution),

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 13


Provinsi Sulawesi Tengah
penghilangan (omission),penambahan (addition),dan
penyimpangan (distortion).
b. Gagap (stuttering), apabila cara bicara seorang anak
didominasi oleh ketidak lancaran tertentu meski pada usia
yang sangat muda, maka kemungkinan anak tersebut
mengalami kelainan bicara. Indikasi paling umum untuk
mengenali gangguan kelancaran bicara biasanya adalah
adanya ucapan gagap. Gagap dicirikan dengan adanya
pengulangan suku kata, pemanjangan suku kata, dan terbata-
bata (Smith, 2006). Penyebab kegagapan belum
terpecahkan. Alasannya, menurut (Silverman,1995) mungkin
pada dasarnya tidak ada penyebab tunggal bagi kelainan
artikulasi ini . Pada beberapa kasus, faktor keturunan
merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan
(Andrews., 1991 dalam Smith, 2006), adapula bukti yang
menyatakan bahwa gagap disebabkan oleh cidera otak dan
masalah emosi (Gagnon dan Ladouceur,1992).
c. Bicara nyerocos (cluttering), kelainan ini menurut
(Smith,2006), menyangkut ucapan yang begitu cepat
sehingga sangat berantakan yang mengakibatkan kata-kata
dan ide bercampur aduk dan membingungkan.

Agar anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus mampu


berkembang optimal, motivasi diri bukanlah faktor tunggal. Lebih dari
itu, keluarga (terutama orangtua) berperan besar dalam perkembangan
ABK sedari dini. Sikap penerimaan terhadap kondisi anak yang
ditunjukkan dengan perhatian, menghargai keunikan anak, memahami
dan berempati terhadap emosi anak, serta mendukung minat dan bakat
anak merupakan faktor utama yang berperan dalam proses tersebut.
Jika sikap penerimaan sudah ditunjukkan oleh keluarga terlebih

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 14


Provinsi Sulawesi Tengah
orangtua, proses pengasuhan akan berlangsung secara optimal. Santrok
(2007) berpendapat bahwa pendidikan salah satu faktor yang
menentukan tingkat penerimaan orang tua terhadap anak.
Pendapat ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa
penerimaan orangtua dapat ditingkatkan melalui program intervensi yang
tepat, yang didalamnya terdapat proses pembelajaran yang mampu
membuka wacana orangtua tentang kondisi anak.

1.2. Permasalahan Umum ABK


Kita ketahui bersama bahwa ABK merupakan anak yang terlahir
ataupun sebab lainnya yang memerlukan penanganan khusus karena
mereka memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Dalam peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 10 Tahun 2011,
dijelaskan ABK adalah anak yang mengalami keterba-
tasan/keluarbiasaan baik fisik, mental, intelektual, sosial maupun
emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak
lain seusianya.
Uraian diatas jelas memberi gambaran bahwa perhatian dan
penanganan khusus baik dari pemerintah maupun swasta serta
masyarakat secara umum sangat dibutuhkan, olehnya profil ABK ini
sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran seputar ABK. Adapun
masalah yang dihadapi dalam rangkaian penyusunan ini diantaranya
adalah :
1. Adanya perbedaan dalam menggunakan istilah dan kriteria
terhadap ABK yang berdampak pada belum adanya program yang
bersifat terpadu, oleh beberapa instansi yang terkait ( Dinas

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 15


Provinsi Sulawesi Tengah
Pendidikan, Kesehatan, Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan
Dan Anak ).
2. Belum adanya data serta profil ABK yang lengkap yang disajikan
oleh lembaga yang berwenang (mis, BPS), sehingga dapat
memudahkan penyediaan layanan yang dibutuhkan oleh ABK.
3. Bank Dunia menyebutkan bahwa populasi ABK diseluruh dunia
mencapai 10 persen dan 85 % nya berusia <15 tahun, jumlah yang
cukup besar, namun data riel ABK di wilayah kami terbatas pada
anak-anak yang berada dalam penanganan lembaga pendidikan
baik negeri maupun swasta, serta Dinas Sosial.
4. Terbatasnya sarana/prasarana yang tersedia serta tenaga terampil
(medis dan non medis) dalam penanganan dan pelayanan
terhadap ABK.
5. Minimnya kegiatan sosialisasi dan advokasi yang dilakukan oleh
Dinas/lembaga terkait tentang ABK sehingga terdapat hambatan
dalam pola pikir masyarakat disertai masih adanya anggapan
sebagian masyarakat tentang mitos bahwa ABK merupakan
kutukan, membawa kesialan atau petaka dan aib bagi keluarga.
Anggapan tersebut menimbulkan tindakan diskriminasi bagi ABK
berupa penelantaran, pemasungan, dll.

B. Tindakan Yang Dilakukan


Guna meminimalisir permasalahan yang menyangkut ABK serta
memudahkan pelayanan dan penanganan terhadap ABK, pemerintah
kerjasama beberapa pihak telah melakukan beberapa upaya diantaranya
melakukan pembukaan dan pendirian sekolah, layanan kesehatan dan
pemberian alat bantu bagi mereka yang membutuhkan.
Di Bidang Pendidikan seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tengah telah memilki sekolah SLB baik negeri maupun yang dikelola
oleh swasta seperti terlihat pada grafik dan tabel berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 16


Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar berikut memberi gambaran bahwa SLB negeri secara
keseluruhan telah ada di kabupaten/kota sedangkan SLB milik swasta
baru terdapat di 3 (tiga) kabupaten/kota masing-masing Kota Palu,
Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai.

Grafik 2.1
Jumlah SLB Negeri dan Swasta
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 ( data diolah kembali)

Selanjutnya tabel dibawah ini memperlihatkan jumlah SLB serta


jumlah murid baik laki-laki maupin perempuan. Terdapat 4 Kabupaten
dan kota yang memiliki jumlah murid ABK diatas seratus anak masing-
masing kota Palu 402 anak, Kabupaten Sigi 177 anak, Kabupaten Poso
146 anak dan Kabupaten Banggai sebanyak 101 anak. Kabupaten yang
memiliki jumlah ABK terkecil adalah Kabupaten Banggai Laut hanya
sebanyak 32 orang anak. Lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 17


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.1.
Jumlah SLB dan Murid Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016/2017

No Kabupaten/ Jumlah Sekolah Jumlah Murid Total


(unit) (orang)
Kota (L+P)
Negeri Swasta L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Palu 2 2 251 151 402
2 Sigi 2 - 107 70 177
3 Donggala 1 - 40 30 70
4 Parimo 1 - 52 30 82
5 Poso 1 2 103 43 146
6 Tojo Una-una 1 - 34 11 45
Morowali
7 1 - 32 15 47
Utara
8 Morowali 1 - 25 19 44
9 Banggai 1 1 58 43 101
Banggai
10 1 - 18 17 35
Kepulauan
11 Banggai Laut 1 - 23 9 32
12 Toli-Toli 1 - 59 34 93
13 Buol 1 - 46 16 62
Total 15 5 1.336
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 (data diolah kembali)

Data di atas memperlihatkan bahwa terdapat 9 Kabupaten yang hanya


memiliki 1 SLB, 2 Kabupaten memilki 2 SLB dan 2 kabupaten lainnya memilki
3 SLB serta Kota Palu yang memilki 4 SLB, dengan klsifikasi SLB milik
Pemerintah (negeri sebanyak 15 unit dan Swasta sebanyak 5 unit).

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 18


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 2.2
Daftar SLB Dan Jumlah Murid
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun Ajaran l016/2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 ( data diolah kembali)

Jumlah terbanyak yang memiliki SLB dengan jumlah murid


terbanyak adalah Kota Palu, hal ini dimungkinkan karena Palu
merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah penduduk
terbanyak dan terpadat.
Dilihat dari data terpilah maka 71.88 L balut. P 48,57 bangkep

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 19


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 2.3
Persentase Jumlah Murid Per Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 ( diolah kembali)

C. Jumlah ABK di Provinsi Sulawesi Tengah

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki penduduk usia anak ( 0 18 )


tahun yang tersebar di 13 Kabupaten/Kota sebanyak 1.048.368 orang
anak, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 537.459 orang dan
perempuan 510.909 orang. Kabupaten/Kota terbanyak penduduk usia
anak terdapat di Kabupaten Parimo 172.265 orang terdiri dari laki-laki
88.273 orang dan perempuan 83.992 orang, selanjutnya diikuti oleh Kota
Palu sebanyak 125.756 orang anak dan yang paling sedikit jumlah anak
adalah kabupaten Banggai yaitu hanya sebanyak 27.275 orang anak
jelasnya lihat Tabel 2.3 Penduduk Usia Anak Menurut Kelompok Umur
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016, (BPS, Sulteng, 2016).
Sumber Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial
menyebutkan bahwa jumlah kecacatan di Provinsi Sulawesi Tengah
pada kelompok (1,2,3) yaitu rumah tangga individu dengan kondisi
kesejahteraan dibawah 30 % terendah di Indonesia sebesar 12.057

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 20


Provinsi Sulawesi Tengah
orang disabilitas dengan kelompok umur 0 s/d 60 tahun keatas yang
tersebar diseluruh kabupaten/kota yang ada. Jumlah terbanyak terdapat
di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 2009 orang dan angka terendah
di Kabupaten Buol sebanyak 622 orang, hal ini terlihat pada tabel
Dari jumlah tersebut dapat terlihat bahwa jumlah terbesar berada
pada kelompok usia 15 45 tahun sebanyak 5.031 orang terdiri dari
laki - laki 2.935 orang dan perempuan 2.106 orang, angka terendah
berada pada kelompok usia 0-15 tahun sebanyak 2.041 orang dengan
jumlah laki-laki 1.162 orang dan perenpuan 879 orang. Lengkapnya
dapat terlihat dalam tabel 2.4

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 21


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.3
Penduduk Usia Anak Menurut Kelompok Umur
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
Kab/Kota Total Total
laki- Peremp
0-5 6-12 13-15 16-18 laki 0-5 6-12 13-15 16-18 uan 0-5 6-12 13-15 16-18 Total

Kota Palu 20.381 20.457 10.205 12.454 63.497 19.629 19.124 10.295 13.211 62.259 40.010 39.581 20.500 25.665 125.756

Donggala 19.988 21.318 8.614 8.199 58.119 19.375 20.118 8.098 7.574 55.165 39.363 41.436 16.712 15.773 113.284
Sigi 14.60 5.315 6.484 6.501 42.460 13.304 14.392 5.951 5.853 39.500 27.464 29.707 12.435 12.354 81.960
Parigi 30.514 32.373 13.081 12.305 88.273 29.465 30.490 12.315 11.722 83.992 59.979 62.863 25.396 24.027 172.265
Moutong
Poso 13.969 14.805 6.089 5.984 40.847 13.399 13.774 5.739 5.477 38.389 27.368 28.579 11.828 11.461 79.236
Tojo Una- 9.745 10.579 4.093 3.784 28.201 9.621 10.064 3.812 3.476 26.973 19.366 20.643 7.905 7.260 55.174
una
Banggai 21.136 22.570 9.470 9.434 62.610 19.999 21.318 8.891 8.859 59.067 41.135 43.888 18.361 18.293 121.677
Banggai 7.228 8.033 3.154 2.813 21.228 7.161 7.829 2.925 2.573 20.488 14.389 15.862 6.079 5.386 41.716
Kepulauan
Banggai 5.017 4.925 1.953 1.943 13.838 4.909 4.799 1.879 1.850 13.437 9.926 9.724 3.832 3.793 27.275
Laut
Toli-toli 14.469 15.743 6.443 6.597 43.252 13.853 14.774 6.028 6.174 40.829 28.322 30.517 12.471 12.771 84.081

Buol 10.637 12.025 4.657 4.338 31.657 10.671 11.398 4.375 4.052 30.496 21.308 23.423 9.032 8.390 62.153

Morowali 7.641 7.912 3.174 2.941 21.668 7.157 7.345 2.928 2.737 20.167 14.798 15.257 6.102 5.678 41.835
Morowali 7.964 7.833 3.049 2.963 21.809 7.545 7.390 2.739 2.473 20.147 15.509 15.223 5.788 5.436 41.956
Utara
182.849 193.888 80.466 80.256 537.459 176.088 182.815 75.975 76.031 510.909 358.937 376.703 156.441 156.287 1.048.36
8
Sumber : BPS Sulawesi Tengah Tahun 2016

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 22


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.4
Data Kecacatan Pada Kelompok (1,2,3)* Di Provinsi Sulawesi Tengah

Jumlah Orang Disabilitas


Nama Kode Usia 0-dibawah Usia 45-dibawah
TOTAL
Kabupaten Kabupaten 15 Usia 15-dibawah 45 60 Usia 60+
P L P L P L P L
BANGGAI KEPULAUAN 01 50 69 142 216 94 99 166 168 1004
BANGGAI 02 55 81 200 293 106 143 222 233 1333
MOROWALI 03 64 77 154 229 64 92 121 126 927
POSO 04 81 103 268 350 124 151 127 123 1327
DONGGALA 05 85 137 232 307 76 115 148 126 1226
TOLI-TOLI 06 52 69 144 218 75 80 125 124 887
BUOL 07 37 56 101 140 44 68 99 77 622
PARIGI MOUTONG 08 131 204 362 521 125 209 204 253 2009
TOJO UNA-UNA 09 65 82 110 168 44 79 80 84 712
SIGI 10 73 88 272 354 131 150 130 153 1351
KOTA PALU 71 56 75 121 189 46 70 48 54 659
JUMLAH 749 1041 2106 2985 929 1256 1470 1521 12057
Sumber : Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial, 2016

*) Rumah tangga individu dengan kondisi kesejahteraan


dibawah 30 % terendah di Indonesia

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 23


Provinsi Sulawesi Tengah
Dari data tersebut di atas dapat menimbulkan pertanyaan dan
menarik untuk dikaji yaitu mengapa jumlah anak usia 0-15 tahun lebih
kecil dari yang berusia 15 tahun keatas ? Jawabannya adalah
kemungkinan masih adanya kepercayaan ditengah masyarakat terhadap
mitos tentang anak yang dilahirkan dengan cacat bawaan membawa
kesialan, aib bagi keluarga dan sebagainya sehingga mereka tidak
dicatatkan ataupun dimasukkan dalam lembaga layanan untuk ABK yang
ada. Sebaliknya jumlah yang besar berada diusia produktif juga dapat
diprediksi jawabannya adalah mungkin pada saat itu karena keluarga
telah terbebani baik secara fisik dan finansial dengan keberadaan ABK,
atau bisa jadi karena kesadaran keluarga, sehingga mereka terpaksa
harus mengakses layanan pendidikan atau layanan sosial dan kesehatan
yang ada untuk memudahkan/meringankan beban keluarga.
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan
asal-usul, status social - ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang,
termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan
dalam UUD 1945 pasal 31. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh
pendidikan dijamin penuh

tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan


atau anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik


yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental social dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut
mampu mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan
mengadakan interaksi dengan lingkungan social di sekitarnya. Namun
kenyataannya jumlah anak berkebutuhan khusus di Sulawesi Tengah yang
berjumlah 11.196 orang yang tersebar di 13 kabupaten dan kota (BPS,

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 24


Provinsi Sulawesi Tengah
2015) yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya masih sangat
sedikit seperti yang terdata pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017 ABK yang mengikuti Pendidikan di
sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) baik Negeri maupun Swasta di seluruh
Kabupaten dan Kota sebanyak 1.336 orang. Jumlah tersebut tersebar di 15
SLB Negeri dan 5 SLB Swasta. Kota Palu sebagai ibukota Provinsi memiliki
SLB terbanyak yaitu 4 sekolah terdiri dari 2 SLB Negeri dan 2 SLB swasta
yang menampung peserta didik sebanyak 402 orang dengan sebaran di
seluruh jenis ketunaan dan berada dikelas 1 s/d kelas 12. Terdapat
beberapa Kabupaten yang hanya memiliki 1 SLB masing-masing
Kabupaten Parimo, Donggala, Tojo Una-una, Morowali, Morowali Utara,
Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Toli-Toli dan Buol dengan total peserta
didik 510 orang .

Dilihat dari jumlah kecacatan maka angka terbesar terdapat pada


jenis kecacatan kategori C ( Tuna Grahita Ringan) sebanyak 579 anak
terdiri dari laki-laki 365 orang dan perempuan 214 orang, disusul Tuna
Rungu/Wicara (kategori B) sebanyak 271 terdiri dari anak laki-laki 149
orang dan perempuan 122 orang dan angka terkecil yaitu Syndrom 2 anak
laki-laki dan perempuan. Selajutnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 25


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.5.
ABK Yang Bersekolah Sesuai Jenis Kecacatan dan Kelas
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016/2017
La
Jenis
mba Syn
Kab/ Ketuna AU
No. A B C C1 D D1 E G n dro Total
Kota an TIS Bel m
/kelas
ajar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1. Palu 1 8 10 10 1 1 30
2 1 5 24 10 2 3 45
3 2 3 19 14 2 3 43
4 5 27 17 3 3 55
5 1 7 26 8 4 1 3 50
6 3 7 10 6 1 2 29
7 4 10 16 5 2 1 38
8 1 7 12 10 1 1 32
9 2 8 8 2 3 23
10 2 6 13 3 3 27
11 2 2 14 4 1 23
12 1 7 3 2 13

Total Kota Palu 18 69 186 85 29 1 1 0 19 0 0 408

2. Sigi 1 1 5 3 1 10
2 1 4 2 2 1 10
3 5 9 1 15

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
4 5 12 1 18
5 2 12 3 17
6 1 3 11 1 2 18
7 1 4 13 1 3 22
8 3 10 2 1 16
9 2 6 1 2 1 12
10 2 4 11 3 1 1 22
11 1 2 5 1 9
12 2 2 3 1 8

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 26


Provinsi Sulawesi Tengah
Total Kab. Sigi 8 38 99 2 10 3 16 177
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
3. Donggala 1 1 3 4
2 5 1 1 7
3 1 1 1 2 5
4 1 4 4 1 3 13
5 2 1 2 5
6 2 4 6
7 1 1 2 4
8 1 5 6 12
9 1 4 5
10 3 1 4
11 1 1 2
12 1 1
Total Kab. Donggala 4 20 30 2 8 1 3 68
Parigi
4. 1 3 1 1 2 7
Moutong
2 1 1
3 2 2
4 3 1 4
5 1 1 2
6 2 9 1 1 13
7 1 1 9 1 12
8 4 9 1 14
9 1 4 1 6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
10 2 6 8
11
12 2 9 2 13
Total Kab. Parigi
2 19 50 5 6 82
Moutong
5. Poso 1 1 5 12 1 19
2 7 4 11
3 5 2 9
4 2 1 6 2 4 15
5 1 4 1 9
6 2 3 2 4

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 27


Provinsi Sulawesi Tengah
7 2 5 7 12
8 3 3
9 2 1 3
10 2 4 6
11 1 1 2
12
Total Kab. Poso
7 16 53 6 11 93
Tojo
6. 1 2 3 1 6
Una-una
2 1 3 1 1 1 7
3 1 1 2
4 2 2 1 2 7
5 1 2 3 6
6 1 2 1 2 6
7 1 1 3 5
8 1 1 2
9 1 1
10 2 1 3
11
12
Total Kab. Tojo Una-una
2 13 4 6 5 1 14 45
Morowali
7. 1 2 1 1 2 2 8
Utara
2 1 6 1 1 9
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
3 1 1 4 6
4 1 2 2 5
5 2 6 8
6 1 1
7 1 2 3
8
9 1 1
10
11 2 2 2 6
12
Total Kab. Morut 7 9 20 8 1 2 47

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 28


Provinsi Sulawesi Tengah
8. Morowali 1 1 11 21 5 38
2 6 6
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total Kab. Morowali
1 11 21 5 6 44

9. Banggai 1 4 2 6
2 4 4
3 5 5
4 1 6 7
5 1 2 7 1 11
6 2 1 1 4
7 4 2 2 8
8 1 4 2 7
9 2 2 4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
10 1 2 3 2 8
11 2 1 1 4
12 2 2
Total Kab. Banggai
7 15 37 1 5 1 2 2 70
Banggai
10 1 2 2
Kepulauan
2 1 1 2 2 1 2 1 10
3 2 4 2 8
4 2 1 2 5
5 1 1 1 1 1 5
6

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 29


Provinsi Sulawesi Tengah
7 1 1 1 3
8
9
10 1 1 2
11
12
Total Kab. Bangkep
1 6 11 6 5 3 2 1 35
Banggai
11. 1 5 6 11
Laut
2 4 2 6
3 5 5
4 4 4
5 3 3
6 3 3
7
8
9
10
11
12
Total Kab. Balut
5 10 17 32

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

12. Tolitoli 1 1 7 3 1 12
2 2 2 6 1 1 1 1 3 17
3 2 2 2 1 1 8
4 1 2 4 1 1 2 1 12
5 2 5 2 9
6 1 2 1 1 5
7 2 3 1 2 8
8 2 1 3
9 1 2 3 1 1 8
10 1 2 3
11 2 1 3

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 30


Provinsi Sulawesi Tengah
12 2 1 1 1 5
Total Kab. Toli-toli
4 17 34 13 8 1 3 2 4 7 93

13 Buol 1 1 3 4
2 1 4 1 1 7
3 2 2 2 1 7
4 1 1 3 5
5 1 2 1 4
6 4 1 1 5
7 1 1
8 2 4 4 10
9 1 1 4 6
10 5 6
11 1 2 3
12 1 1 2 4
Total Kab.Buol 2 11 18 2 8 20 1 62
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 (data diolah kembali)

D. Jumlah Yayasan

Keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sangat diharapkan, hal ini


disebabkan oleh karena keterbatasan pemerintah dan kompleksnya
penanganan yang harus dilakukan terhadap ABK, karena ABK dianggap
berbeda dengan anak normal. Mereka dianggap sosok yang tidak
berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani. Pandangan ini tidak
sepenuhnya benar sangat merugikan anak-anak berkebutuhan khusus
secara realistis, dengan melihat apa yang dapat dikerjakan oleh masing-
masing anak. Setiap anak mempunyai kekurangan namun sekaligus
mempunyai kelebihan. Oleh karena itu, dalam memandang anak
berkebutuhan khusus, kita harus melihat tiga hal, yaitu dari segi
kemampuan, segi ketidakmampuan, serta segi kebutuhannya.

Di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat beberapa lembaga sosial dan


organisasi penyelenggara pendidikan maupun layanan lainnya yang
dibutuhkan oleh ABK seperti daftar dalam tabel 2.6 berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 31


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.6.
Daftar Lembaga Sosial yang Melakukan Pelayanan untuk ABK
Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah
No Nama Lembaga/Organisasi Jenis Pelayanan Jumlah Peserta Didik
(orang)

1 SLB ABCD Muhammadiyah Pendidikan formal 172


Palu ketunaan ABCD

2 SLB Bakti Putra Palu Pendidikan formal 32


ketunaan ABC

3 SLB C Hosana GKST Tentena Pendidikan formal 37


Poso ketunaan C

4 SLB Raudatul Bahara Poso Pendidikan formal 51


ketunaan
ABCD,autis dan
Syndrom

5 Himpunan Wanita Karya (berada Pendidikan Non 148


di Kota Palu, Kabupaten Formal (mengajarkan
Donggala, Sigi, Parimo dan keterampilan)
Poso)

Sumber : Himpunan Wanita Disabilitas, Provinsi Sulawesi Tengah, 2017

Terdapat pula 2 Lembaga layanan khusus/spesialis untuk terapi


ABK dan baru berada di kota Palu sebagai ibu kota provinsi, kedua
lembaga ini adalah milik yayasan perseorangan/keluarga. Jenis layanan
yang diberikan terbatas pada layanan untuk Autis, Terapi ADHD
(Gangguan Fokus Konsentrasi dan Hiperaktif), Terapi Gangguan
Pendengaran, Terapi Speech Deley (Lambat Bicara), dan Down syndrom

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 32


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.7.
Pelayanan Khusus/Spesialis Bagi ABK yang Dilakukan Oleh
Lembaga Masyarakat
Jumlah Peserta Didik
No Nama Lembaga/Organisasi Jenis Pelayanan
(orang)

1 Klinik Cahaya Nurani Autis 39


Terapi ADHD
(Gangguan Fokus 3
Konsentrasi dan
Hiperaktif)
Terapi Gangguan
4
Pendengaran

Terapi Speech Deley


6
(Lambat Bicara)

Terapi Down
2
Syndrom
Total 54
Baruga Anak Bunda Ceria School
2 (Baruga ABC) Yayasan Yoto Autis 6
Djanggola
Terapi Gangguan
3
Pendengaran
Total 9
Total ( 1 + 2 ) 63
Sumber : Data Primer ( diolah )

Dari ke lima lembaga sosial kemasyarakatan dan dua lembaga


yang memberikan pelayanan khusus/ spesialis yang turut berkontribusi
serta peduli untuk memberikan layanan terhadap ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah, secara keseluruhan dapat menampung sebanyak 503
orang ABK. Adapun lembaga yang memberikan layanan khusus/
spesialis yang keduanya terdapat di kota Palu telah melayani ABK
sebanyak 63 orang anak dengan jumlah ABK yang diterapi terbanyak
adalah penderita Autis yaitu sebanyak 45 orang dan penderita lambat
bicara sebanyak 6 orang dan terapi down syndrom hanya 2 orang.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 33


Provinsi Sulawesi Tengah
BAB III

PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNG JAWAB

A.PENANGANAN

a. Layanan Medis

Anak dengan kecatatan memiliki beragam permasalahan disabilitas


yang memerlukan penanganan dalam jangka waktu lama bahkan mungkin
seumur hidupnya, serta pengobatan dan perawatan dengan biaya yang cukup
mahal. Olehnya dalam pelayanan kesehatan yang digariskan oleh
Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), anak dengan kecacatan digolongkan
dalam kategori Anak Berkebutuhan Khusus, bersama dengan anak korban
kekerasan dan anak korban perdagangan orang (TTPO), anak berhadapan
dengan hukum di Lapas/Rutan, anak jalanan, anak dari golongan
minoritas/terisolasi/terasing yang memerlukan penanganan secara khusus.

Dalam program Bina Kesehatan Perlindungan Anak, pelayanan


kesehatan terhadap ABK merupakan bagian dari pembinaan kesehatan anak
secara keseluruhan. Arah kebijakan pembinaan kesehatan ABK difokuskan
pada upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup anak
dalam rangka pemenuhan hak-hak anak berkebutuhan khusus. Dengan
begitu, operasional pelayanan kesehatan ABK melekat pada perangkat
layanan kesehatan di berbagai tingkatan di daerah masing-masing.

Di tingkat pelayanan dasar, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas)


melakukan pembinaan kesehatan ABK melalui pelayanan secara
komprehensif, dengan pendekatan terhadap kelompok sasaran di institusi,
seperti di SLB/Sekolah Inklusi, Panti, Lapas/Rutan, Rumah
Singgah/Shelter/Rumah Aman, dan di kelompok masyarakat seperti
Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat (RBM), pada kelompok

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 34


Provinsi Sulawesi Tengah
minoritas/terisolasi/terasing, kelompok/yayasan peduli Autis, Down Syndrome,
dan sebagainya. Pelayanan di tingkat rujukan meliputi rujukan medis dan non
medis. Pelayanan rujukan medis, dilakukan secara berjenjang dalam sistem
rujukan nasional. Misalnya, pada kasus korban kekerasan terhadap anak
(KTA), korban dapat dirujuk ke PPT/PKT di RSUD/RS Polri/RS Swasta.
Sedangkan bagi anak berkelaianan/dengan kecacatan dapat dirujuk ke divisi
tumbuh kembang anak Rumah Sakit dan Klinik Tumbuh Kembang Anak.
Sementara itu, dalam Rencana Strategi Nasional Kesehatan turut
ditetapkan indikator program penanganan kekerasan terhadap perempuan
(KtP) dan kekerasan terhadap anak (KtA), yakni setiap kabupaten/kota
sedikitnya memiliki 2 (dua) Puskesmas yang mampu melakukan tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) dan Kekerasan terhadap
Perempuan (KtP), serta minimal 2 Puskemas di setiap kabupaten/kota bagi
Kekerasan Terhadap Anak (KtA). Adapun gambaran tentang ketersediaan
pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar dan di tingkat rujukan bagi
ABK di Sulawesi Tengah, dengan kriteria mampu tata laksana pelayanan
pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan (KtP) dan
kekerasan terhadap anak (KtA), sebagai berikut :

Tabel 3.1
Daftar Puskesmas dan Rumah Sakit
yang Memberikan Pelayanan Tata Laksana Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PP-Ktp/A)
s/d Desember Tahun 2016

No. Kabupaten/Kota Jml Nama Rumah


PKM PKM Sakit
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Banggai Kepulauan 13 Tataba (belum dilatih)
Lolantang
Tiankung Utara
2. Banggai Laut 5 Banggai RS Banggai
Matanga
Lokotoy
Lipulalongo
3. Banggai 24 Bunta RSU Luwuk

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 35


Provinsi Sulawesi Tengah
Tangeban
Toili II
Simpong
4. Morowali 9 Lantula Jaya RSUD Morowali
Wosu
Bahomotofe
5. Morowali Utara 12 Pandauke RSU Kolonedale
Molino
6. Poso 21 Matiandaya RSUD Poso
Malei
Kawua

(1) (2) (3) (4) (5)

7. Donggala 13 Tambu RSUD Kabelota


Lalundu
8. Tolitoli 14 Dondo RSU Mokopido
Ogodeide
9. Buol 11 Momunu RSUD Buol
Bokat
Bunobogu
Boilan
10. Parigi Moutong 21 Parigi RS Anuntaloko
Kasimbar
Mepanga
11. Tojo Unauna 13 Ampana Timur RSU Ampana
Wakai
Matako
12. Sigi 19 Kinovaro RSU Torabelo
Banpres
13 Kota Palu 12 Singgani RSU Anutapura
Talise
Kamonji
Total PKM Sulteng 187 RSUD Undata
RS Bhayangkara
Palu
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat


(PKM) yang telah mampu melaksanakan tatalaksana pelayanan Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PP-Ktp/A) di
Sulawesi Tengah sebanyak 187 PKM dan kesemuanya telah memenuhi indikator

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 36


Provinsi Sulawesi Tengah
pelayanan kesehatan bagi ABK dengan rata-rata jumlah di masing-masing
kabupaten/kota berjumlah 2-3 Puskemas.

Selanjutnya PKM yang telah mampu melaksanakan tatalaksana


Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) di Sulawesi Tengah, adalah
sebagai berikut:

Tabel 3. 2
Daftar Puskesmas PKRE/PKRT Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017

No. Kabupaten/Kota Puskesmas Jumlah Keterangan


(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kota Palu Kamonji 4 Dilatih Tahun 2014
Sangurara Dilatih Tahun 2014
Singgani Dilatih Tahun 2015
Pantoloan Dilatih Tahun 2015
2. Kabupaten Sigi Biromaru 4 Dilatih Tahun 2014
Tinggede Dilatih Tahun 2014
Marawola Dilatih Tahun 2015
Kaleke Dilatih Tahun 2015
3. Kabupaten Donggala Toaya 4 DilatihTahun 2014
Malei Dilatih Tahun 2014
Ogoamas Dilatih Tahun 2015
Lembasada Dilatih Tahun 2015
4. Kabupaten Parigi Sumbersari 5 Dilatih Tahun 2014
Moutong Mepanga Dilatih Tahun 2015
Lambunu DilatihTahun 2015
Parigi Dilatih Tahun 2015
Parigi Dilatih Tahun 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
5. Kabupaten Poso Mapane 6 Dilatih Tahun 2014
Pendolo Dilatih Tahun 2014
Tambarana Dilatih Tahun 2015
Tagolu Dilatih Tahun 2015
Tentena Dilatih Tahun 2015
Kayamanya Dilatih Tahun 2015
6. Kabupaten Tojo Unauna Ampana Timur 6 Dilatih Tahun 2014
Ampana Barat Dilatih Tahun 2014
Uekuli Dilatih Tahun 2015
Tete Dilatih Tahun 2015

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 37


Provinsi Sulawesi Tengah
Matako Dilatih Tahun2015
Marowo Dilatih Tahun 2015
7. Kabupaten Morowali Bungku 3 Dilatih Tahun 2014
Bahonsuai Dilatih Tahun 2014
Lantulajaya Dilatih Tahun 2014
8. Kabupaten Banggai Saiti 3 Dilatih Tahun 2014
Sinorang Dilatih Tahun 2014
Bualemo Dilatih Tahun 2015
9. Kabupaten Banggai Totikum 4 Dilatih Tahun 2014
Kepulauan Bulangi Dilatih Tahun 2014
Mansamat Dilatih Tahun 2015
Salakan Dilatih Tahun 2015
10. Kabupaten Tolitoli Lamapsio 4 Dilatih Tahun 2014
Kota Dilatih Tahun 2014
Baolan Dilatih Tahun 2015
Galang Dilatih Tahun 2015
11. Kabupateb Buol Gadung 4 Dilatih Tahun 2014
Bokat Dilatih Tahun 2014
Momunu Dilatih Tahun 2015
Biau Dilatih Tahun 2015
12. Kabupaten Banggai Lokotoy 3 Dilatih Tahun 2014
Laut Banggai Dilatih Tahun 2014
Matanga Dilatih Tahun 2015
13. Kabupaten Morowali Petumbea 4 Dilatih Tahun 2014
Utara Beteleme Dilatih Tahun 2014
Kolonodale Dilatih Tahun 2015
Baturube Dilatih Tahun 2015
Total PKM PKRE 58 Puskesmas
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng Tahun 2017

Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) yang telah mampu melaksanakan


tatalaksana Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang telah
memenuhi target indikator di setiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah
berjumlah 58 Puskesmas dimana setiap kabupateb/kota telah memiliki PKM/
PKRE berjumlah 3 hingga 6 unit layanan.
Informasi lebih lengkap tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) yang
telah mampu melaksanakan tatalaksana Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRE) yang telah memenuhi target indikator di setiap kabupaten/kota
di Provinsi Sulawesi Tengah dapat terlihat pada tabel 3.2 diatas.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 38


Provinsi Sulawesi Tengah
Layanan medis bagi ABK di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya bagi
ABK dilakukan dengan menggandeng institusi pendidikan maupun organisasi
berbasis masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Pihak Puskemas berkerja
sama dengan SLB dan sekolah inklusi di wilayahnya. Di sekolah, pihak
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan berkala seperti layaknya di
sekolah umum, tetapi pelayanan kesehatan di SLB maupun sekolah inklusi
dilakukan dengan tetap memperhatikan ketunaan serta kebutuhan spesifik anak,
seperti pelayanan imunisasi, pemberian vitamin, hingga pembinaan Unit
Kesehatan Sekolah (UKS). Tabel 3.3 berikut menjelaskan tentang sejumlah PKM
beserta SLB binaannya.
Tabel 3.3
Rekapituasi PKM Beserta SLB Binaannya
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulteng Tahun 2015

No. Kabupaten/Kota PKM Nama SLB

(1) (2) (3) (4)


1. Kabupaten Banggai PKM Luwuk Utara SLB Negeri Luwuk
2. Kabupate Banggai PKM Simpang Raya SLB Padamu Negeri
3. Kabupaten Banggai PKM Salakan SLB Negeri Salakan
Kepulauan
4. Kabupaten Buol PKM Biau SLB Negeri Buol
5. Kabupaten Buol PKM Paleleh SLB Negeri Paleleh
6. Kabupaten Morowali Utara PKM Mapane SLB Negeri Molino
7. Kabupaten Parigi Moutong PKM Parigi SLB Negeri Parigi

8. Kabupaten Poso PKM Tentena SLB C Hosana GKST


Tentena
9. Kabupaten Poso PKM Kawua SLB Negeri Poso
10. Kabupaten Tojo Unauna PKM Ampana Kota SLB Negeri Tojo
Unauna
11. Kabupaten Tolitoli PKM Baolan SLB Negeri Tolitoli

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 39


Provinsi Sulawesi Tengah
12. Kabupaten Sigi PKM Marawola SLB Negeri Marawola
13. Kabupaten Sigi PKM Biromaru SLB Biromaru
14. Kabupaten Donggala PKM Tompe SLB Negeri Dalaka
15. Kota Palu PKM Kawatuna SLB Bhakti Putra Palu
16.. Kota Palu PKM Kamonji SLB ABCD
Muhammadiyah
17. Kota Palu PKM Bulili SLB Negeri 2 Palu
18. Kota Palu PKM Pantoloan SLB Negeri 1 Palu

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015

Khusus bagi akses pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN), masih banyak anak ABK khususnya penyandang disabilitas,
tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Hal ini diakibatkan karena banyak
ABK yang tidak terdata dan tidak memiliki identitas diri, berupa Akta Lahir. Tidak
adanya KIS membuat ABK memiliki akses yang terbatas pada pelayanan medis
yang murah dan terjangkau baik di tingkat layanan dasar (Puskesmas) maupun
di tingkat rujukan seperti rumah sakit.

b. Layanan Pendidikan

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang


No.20 Tahun 2003) pasal 32 disebutkan bahwa Pendidikan Khusus (pendidikan
luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Berbeda dengan layanan pendidikan umum lainnya, bagi ABK ada dua bentuk
layanan penyelenggaraan pendidikan bagi mereka yakni ; bentuk layanan
pendidikan segregasi dan bentuk layanan pendidikan integrasi (terpadu). Kedua
layanan ini lahir dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan tumbuh

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 40


Provinsi Sulawesi Tengah
kembang ABK, bahwa keduanya hadir untuk memenuhi hak ABK dalam
pendidikan.
1) Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang
terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan
khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain ABK
diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Ada empat bentuk pelayanan pendidikan dengan sistem segregasi yaitu:
a) Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan bentuk sekolah yang paling
tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan
sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan
diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. Pada
awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini berkembang sesuai
dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja) sehingga ada SLB untuk tuna
netra (SLB-A), SLB untuk tuna rungu (SLB-B), SLB untuk tuna grahita (SLB-C),
SLB untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras (SLB-E). Di setiap SLB
tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar dan tingkat lanjut. Sistem
pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi.
Selain SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula yang
mendidik lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk
Anak tuna rungu dan tuna grahita. SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tuna netra,
tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang
ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 41


Provinsi Sulawesi Tengah
Di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat penyelenggaraan sekolah mulai
dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam
satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah yaitu SLB ABCD Muhammadiyah
Palu dengan jumlah murid 172 orang anak dengan jumlah guru sebanyak 26
orang.

Tim Survey awal kunjumgan ke Kadis P3A Provinsi Sulawesi Tengah


SLB ABCD Muhammadiyah Palu memimpin kunjungan Peserta
RAKORNIS DP3A se Sulawesi Tengah
ke SLB ABCD Muhammadiyah Palu

Penulis ditengah murid ABK dan dua diantara murid


SLB ABCD Muhammadiyah Palu
Foto 3.1.
Rangkaian Kegiatan Saat Kunjungan
ke SLB ABCD Muhammadiyah Palu

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 42


Provinsi Sulawesi Tengah
b) Sekolah Luar Biasa Berasrama

Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa


yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB bersrama tinggal di
asrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan
sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan
tingkat lanjut, serta unit asrama. Bentuk satuan pendidikannya pun juga sama
dengan bentuk SLB di atas. Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan
program pembelajaran yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama
merupakan tempat pembinaan setelah anak selesai belajar di sekolah. Selain itu,
SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik yang
berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput. Di
Provinsi Sulawesi Tengah SLB berasrama baru terdapat di Kota Palu yaitu SLB
ABCD Muhammadiyah dengan daya tampung sebanyak 35 orang anak

c) Kelas Jauh / Kelas Kunjung


Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk
memberi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh
dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan kelas jauh /kelas kunjung merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar serta
pemerataan kesempatan belajar. ABK tersebar di seluruh pelosok tanah air,
sedangkan sekolah-sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat
terbatas di kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas
kunjung menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas
di kelas tersebut berasal dari guru SLB-SLB di dekatnya. Mereka berfungsi
sebagai guru kunjung (itenerant teacher). Kegiatan admistrasinya dilaksanakan
di SLB terdekat tersebut. Di Provinsi Sulawesi Tengah, secara resmi belum
tercatat pada Dinas Pendidikan namun dalam prakteknya ada beberapa guru
yang mengajar ABK di beberapa keluarga (Home Scalling).

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 43


Provinsi Sulawesi Tengah
2) Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu / Integrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak normal dalam satu atap. Sistem pendidikan
integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu yakni sistem pendidikan yang
membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan
anak lainnya. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian,
keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah siswa
keseluruhan. Selain itu dalam satu kelas hanya satu jenis kelainan. Hal ini untuk
menjaga beban guru kelas tidak terlalu berat, dibanding jika guru harus melayani
berbagai macam kelainan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh ABK, di
sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat
berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah atau anak
berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu GPK juga berfungsi sebagai
pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus.
Ada dua bentuk layanan pendidikan dengan sistem integrasi:
a). Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada
ABK untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak. Sekolah tetap
menggunakan kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan,
serta sistem pembelajaran reguler untuk semua peserta didik. Jika ada peserta
didik tertentu mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan, maka
konsekuensinya peserta didik itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan
sistem yang dituntut di sekolah reguler. Dengan kata lain pendidikan terpadu
menuntut anak yang harus menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan
sekolah reguler. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara
lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 44


Provinsi Sulawesi Tengah
kebutuhan individual anak. Sedangkan keuntungannya adalah anak
berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan wajar.
b). Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhannya, diusahakan
dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan
kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan
kata lain pendidikan inklusi mensyaratkan pihak sekolah yang harus
menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta
didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Keuntungan dari sekolah
inklusi ABK maupun anak lainnya dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai
dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan kebutuhan
pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi
penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah pihak sekolah dituntut melakukaan
berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan
yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.
Pendidikan inklusi di Provinsi Sulawesi Tengah telah dirintis pada 16
Desember 2014 dimulai dengan pendeklarasian Pendidikan Inklusi di Halaman
Kantor Gubernur dengan menerbangkan 13 burung merpati sebagai symbol
kebebasan anak-anak ABK yang dapat berintegrasi dengan anak lainnya dalam
satu sekolah. Hingga saat ini telah terdapat beberapa sekolah inklusi seperti
terlihat dalam grafik 3.1 sebagai berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 45


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 3.1
Jumlah SD Inklusi Menurut Kabupaten/Kota
Se Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, 201

Penerapan Pendidikan Inklusi ini dijalankan dengan serius oleh


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Bahkan tersirat harapan besar yang
terungkap pada tema kegiatan Pendidikan Inklusi yang digelar pada 13 Februari
2015, yakni Melalui Pendidikan Inklusi Kita Wujudkan Sulawesi Tengah sebagai
Provinsi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Grafik diatas menunjukkan bahwa SD inklusi terbanyak berada di Kota
Palu sebagai ibukota Provinsi yakni sebanyak 20 sekolah dan terbanyak kedua
adalah Kabupaten Banggai 15 sekolah. Masih terdapat Kabupaten lainnya yang
belum menjalankan program tersebut seperti Kabupaten Morowali Utara hal ini
dimungkinkan karena daerah tersebut baru saja dimekarkan dari wilayah
induknya yaitu Kabupaten Morowali, dan ada 6 kabupaten yang masing-masing
baru memiliki satu sekolah inklusi. Foto berikut adalah kunjungan Kepala Dinas

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 46


Provinsi Sulawesi Tengah
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di salah satu sekolah inklusi
di Kota Palu.

Foto 3.2
Suasana Belajar Di Kelas Inklusi SDN 15 Palu
Selain SD inklusi terdapat pula sekolah SMP inklusi meskipun jumlahnya
tidak sebanyak jumlah SD, hal ini terlihat dalam grafik 3.2 sebagai berikut :
Grafik 3.2
Jumlah SMP Inklusi Menurut Kabupaten/Kota
Se Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, 2017


( diolah kembali)

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 47


Provinsi Sulawesi Tengah
Data diatas memperlihatkan bahwa Kabupaten Banggai memiliki SMP
inklusi terbanyak di Provinsi Sulawesi Tengah yakni 20 sekolah sedangkan Palu
sebagai ibukota provinsi baru memiliki 5 sekolah inklusi tingkat SMP, dan
terdapat 3 kabupaten yang belum memiliki SMP inklusi sedangkan 8 Kabupaten
lainnya sudah memilikinya meskipun baru satu sekolah.
Jenjang pendidikan SMA inklusi jumlahnya masih sangat terbatas dan
masih terdapat 6 kabupaten yang belum memilikinya, dan jumlah terbanyak
berada di Kota Palu yakni 7 sekolah dari total 14 SMA inklusi yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.5
Jumlah Sekolah Inklusi Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sulawesi Tengah dan Berbagai Tingkatan Pendidikan
Tahun 2017

No. Kabupaten/Kota Jumlah SD Jumlah SMP Jumlah SMA


(1) (2) (3) (4) (5)
1. Palu 20 5 7
2. Sigi 6 1 2
3. Donggala 1 1 -
4. Parigi Moutong 4 - 1
5. Poso 1 - 1
6. Tojo Unauna 1 - -
7. Morowali Utara - 1 -
8. Morowali 2 1 1
9. Banggai 1 1 1
10. Banggai Kepulauan 15 20 -
11. Banggai Laut 1 1 -
12. Tolitoli 2 1 -
13. Buol 1 1 1
Total 55 33 14
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi SulawesiTengah, 2016.
Data diatas menunjukkan bahwa seluruh jenjang pendidikan sekolah
inklusi mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA secara umum telah dilaksanakan
meskipun sebarannya belum merata. Jenjang pendidikan SD sebanyak 55
sekolah, SMP 33 sekolah dan SMA baru terdapat 14 sekolah.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 48


Provinsi Sulawesi Tengah
c. Layanan Fisik

Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak


Penyandang Disabilitas khususnya pasal 9 menyatakan bahwa; Agar
penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan berpartisipasi secara
penuh dalam semua aspek kehidupan, Negara-Negara Pihak harus mengambil
kebijakan yang sesuai untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas
dasar kesetaraan dengan yang lainnya, terhadap lingkungan fisik, transportasi,
informasi, dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi dan
komunikasi, serta terhadap fasilitas dan layanan lainnya yang terbuka atau
tersedia untuk publik, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan

Demikian pula dalam pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang


Penyandang Disabilitas yang mulai berlaku sejak tanggal 15 April 2016,
menyatakan Hak Aksesibilitas untuk penyandang disabilitas meliputi hak (a)
Mendapatkan aksesibilitas dan manfaat fasilitas publik dan (b) Mendapatkan
akomodasi yang layak sebagai bentuk aksesibilitas bagi individu. Olehnya,
penyandang disabilitas, termasuk ABK sepatutnya mendapatkan akses dan
manfaat dari fasilitas publik, namun kenyataannya ABK belum sepenuhnya dapat
merasakan kemudahan akses dan mendapatkan manfaat dari fasilitas publik di
sekitarnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang ada belum
mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas, yang notabene memiliki
keterbatasan dalam ruang dan geraknya.

Khusus di Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 2014 telah terdapat


Peraturan Daerah (Perda) Nomor 18 tahun 2014 tentang Perlindungan Dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas sebagai wujud pengejawantahan atas
Undang-Undang dan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Pasal-pasal
dalam Perda dimaksud dengan jelas termuat pasal-pasal yang mengatur
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Serta Penyediaan Aksesibitas
Penyandang Disabilitas termasuk ABK, diantara pasal tersebut menyatakan

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 49


Provinsi Sulawesi Tengah
bahwa Pasal 8 Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas serta penyediaan
aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas dapat berbentuk: (a) fisik; dan (b) non
fisik. Bentuk Fisik diatur dalam Pasal 9 yaitu (1) Pemenuhan hak Penyandang
Disabilitas serta penyediaan aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas
berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dilaksanakan pada
sarana dan prasarana umum meliputi:

a. aksesibilitas pada bangunan umum;


b. aksesibilitas pada jalan umum;
c. aksesibilitas pada pertamanan dan permakaman umum;
d. aksesibilitas pada angkutan umum;
e. aksesibilitas pada sarana keagamaan;
f. aksesibilitas pada sarana pendidikan; d
g. aksesibilitas pada sarana ketenagakerjaan.
Kesemua indikator diatas diuraikan secara jelas dalam pasal 10 s/d
pasal 15 seperti diantaranya akses pada bangunan umum harus
menyediakan :
1. Tanda;
2. Akses ke, dari dan di dalam bangunan berupa jalur penghubung
dan pedestrian yang dilengkapi dengan jalur pemandu dan jalur
peringatan;
3. Pegangan rambat;
4. Pintu, tangga khusus untuk bangunan bertingkat;
5. Tempat parkir dan tempat naik turun penumpang;
6. Toilet;
7. Tempat minum;
8. Tempat telepon; dan
9. Peringatan darurat.
Dari berbagai kriteria tersebut, hanya sedikit di antaranya terealisasi di
Provinsi Sulawesi Tengah. Di Kota Palu misalnya, sebagai ibu kota provinsi,
sebagian besar Gedung Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) dan Rumah Sakit

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 50


Provinsi Sulawesi Tengah
milik pemerintah telah mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas. Seperti
penyediaan akses jalan masuk jalur kursi roda dan penyediaan besi pegangan
khusus di koridor sebagai penuntun bagi tunanetra.

Foto 3.3
Akses Jalan Untuk Kaum Disabilitas di Puskesmas dan RS Undata

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 51


Provinsi Sulawesi Tengah
Di bandara Sis Al-Djufri Mutiara Palu telah disiapkan ruang dan akses

jalan khusus untuk penyandang disabilitas seperti terlihat dalam foto 3.4 berikut

Foto 3.4
Fasilitas Untuk Kaum Disabilitas Di Bandara Sis Al-Djufri Mutiara Palu

Fasilitas di Bandara bandara Sis Al-Djufri Mutiara Palu juga telah


memberikan ases kemudahan bagi penyandang disabilitas, mulai dari
menyediakan akses jalan masuk bagi pemakai kursi roda, hingga menyediakan
ruangan khusus bagi anak. Ketersediaan fasilitas tersebut juga terkait dengan
kesiapan mewujudkan Kota Palu sebagai Kota Layak Anak, dimana fasilitas
publik seperti Bandara diwajibkan sebisa mungkin ramah anak.

Demikian pula beberapa Hotel besar telah menyiapkan lahan parkir


khusus untuk penyandang disabilitas agar mereka mudah mengakses tempat
parkir dan akses tempat naik turun penumpang.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 52


Provinsi Sulawesi Tengah
Foto 3.5
Lokasi Parkir di Hotel Mercure Palu

Fasilitas publik seperti Bandara juga telah memberikan ases kemudahan


bagi penyandang disabilitas, mulai dari menyediakan akses jalan masuk bagi
pemakai kursi roda, hingga menyediakan ruangan khusus bagi anak.
Ketersediaan fasilitas tersebut juga terkait dengan kesiapan mewujudkan Kota
Palu sebagai Kota Layak Anak, dimana fasilitas publik seperti Bandara
diwajibkan sebisa mungkin ramah anak.

Masih minimnya aksesibilitas yang tersedia di Sulawesi Tengah bagi


penyandang disabilitas, termasuk bagi ABK, boleh jadi karena masih lemahnya
regulasi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Provinsi
Sulawesi Tengah belum memiliki Peraturan Daerah yang spesifik mengatur
tentang penyandang disabilitas/Anak Berkebutuhan Khusus, meski dalam UU
No. 8 Tahun 2016 tentang Peyandang Disabilitas pasal 97 (1) dinyatakan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin infrastruktur yang mudah
diakses oleh Penyandang Disabilitas.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 53


Provinsi Sulawesi Tengah
B. PENDAMPINGAN

Keberadaan orang tua sebagai pendamping bagi anak berkebutuhan


khusus memiliki makna yang sangat berarti bagi proses perlindungan dan
tumbuh kembang anak. Baik buruknya perilaku dan juga mampu tidaknya anak
dalam melakukan sesuatu sangat bergantung dari bagaimana pola asuh yang
diterapkan oleh orangtuanya. Oleh karena itu pengetahuan dan peningkatan
kapasitas orangtua dan keluarga dalam mendampingi anak berkebutuhan
khusus sejak dini akan memberikan dampak signifikan dalam merawat,
memelihara, mendidik dan meramu bakat atau potensi yang dimiliki setiap anak
berkebutuhan khusus demi kemandiriannya dimasa depan. Beberapa hal yang
harus dipahami oleh orang tua dan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan
khusus di dalam hal pendampingan yaitu:

1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa


yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu, orang tua,
keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan anak tersebut
dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas, kecewa, khawatir, marah,
menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta putus asa yang berlarut-
larut.
2. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain
dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan potensi
yang dimiliki. Untuk itu, orang tua, keluarga, dan masyarakat wajib
bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek
kehidupan, seperti bersosialisasi di lingkungan, berekreasi, dan
berkegiatan lain yang bertujuan memperkenalkan anak berkebutuhan
khusus dengan kehidupan di luar rumah.
3. Orang tua dan keluarga wajib memberikan pendampingan di bidang
agama masing-masing, pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 54


Provinsi Sulawesi Tengah
4. Orang tua dan keluarga perlu mempunyai keterampilan dalam merawat
dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus melalui pelatihan-
pelatihan.
5. Orang tua, keluarga perlu konsisten dan bersikap terbuka terhadap
lingkungan sekitar dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
6. Orang tua, keluarga harus mempunyai kemampuan teknis dan
menstimulasi sedini mungkin perkembangan anak berkebutuhan khusus
di rumah dan lingkungannya.
Diperlukan kerja keras dan tantangan yang banyak dalam mengasuh anak
berkebutuhan khusus, apalagi orangtua juga berurusan dengan banyak tekanan
lainnya di tempat kerja maupun di lingkungannya. Lebih lagi terkadang kondisi
masyarakat masih kurang mendukung perkembangan anak dengan kebutuhan
khusus, akan tetapi meskipun terdapat beragam rintangan dan kesulitan sudah
selayaknya orangtua sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk
perkembangan dan pertumbuhan anak berkebutuhan khusus.

Banyak anak mengalami kesulitan belajar dan oleh karenanya memiliki


kebutuhan pendidikan khusus pada saat mereka sedang menempuh
pendidikannya. Sekolah harus mencari cara agar berhasil mendidik semua anak,
termasuk mereka yang memiliki kekurangan dan kecacatan yang parah.
Terdapat suatu konsensus international bahwa anak dan remaja yang
memiliki kebutuhan pendidikan khusus seyogyanya tercakup dalam perencanaan
pendidikan yang dibuat untuk anak pada umumnya. Hal tersebut telah membawa
kita pada konsep sekolah inklusi. Tantangan yang dihadapkan pada sekolah
inklusi adalah bahwa sekolah harus mengembangkan suatu pedagogi yang
berpusat pada diri anak, yang mampu mendidik semua anak, termasuk mereka
yang memiliki kekurangan dan kedisabilitasan yang parah. Keuntungan dari
sekolah semacam ini bukan hanya mampu memberikan pendidikan yang
berkualitas kepada semua anak; penyelenggaraan sekolah tersebut juga
merupakan langkah yang sangat penting dalam membantu mengubah sikap

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 55


Provinsi Sulawesi Tengah
diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah dan menciptakan masyarakat
yang inklusif.
Perubahan dalam pandangan sosial merupakan suatu keharusan. Sudah
terlalu lama permasalahan yang dihadapi para penyandang disabilitas
diperparah oleh sikap negatif masyarakat yang perhatiannya lebih difokuskan
pada kedisabilitasannya bukan pada potensinya. Salah satu karakteristik
terpenting dari sekolah inklusi adalah satu komunitas yang kohesif, menerima
dan responsif terhadap kebutuhan individual siswa. Untuk itu, Sapon-Shevin
mengemukakan lima profil pembelajaran disekolah inklusi, yaitu:

1. Pendidikan inklusi berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang


hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. Guru
mempunyai tanggungjawab menciptakan suasana kelas yang
menampung semua anak secara tulus dengan menekankan suasana dan
perilaku sosial yang menghargai perbedaan yang menyangkut
kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sebagainya.
Pendidikan inklusi berarti penerapan kurikulum yang multilevel dan
multimodalitas.
2. Mengajar kelas yang heterogen memerlukan perubahan pelaksanaan
kurikulum secara mendasar. Pembelajaran di kelas inklusi akan bergerser
dari pendekatan pembelajaran kompetitif yang kaku, mengacu materi
tertentu, ke pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerja
sama antar siswa, dan bahan belajar tematik.
3. Pendidikan inklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk
mengajar secara interaktif. Perubahan dalam kurikulum berkaitan erat
dengan perubahan metode pembelajaran. Model kelas tradisional di mana
seorang guru secara sendirian berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan
semua anak di kelas harus bergeser dengan model antar siswa saling
bekerjasama, saling mengajar dan belajar, dan secara aktif saling
berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap pendidikannya sendiri dan

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 56


Provinsi Sulawesi Tengah
pendidikan teman-temannya. Semua anak berada di satu kelas bukan
untuk berkompetisi melainkan untuk saling belajar dan mengajar dengan
yang lain.
4. Pendidikan inklusi berarti penyediaan dorongan bagi guru dan kelasnya
secara terus menerus dan penghapusan hambatan yang berkaitan
dengan isolasi profesi. Meskipun guru selalu berinteraksi dengan orang
lain, pekerjaan mengajar dapat menjadi profesi yang membutuhkan kerja
sama tim. Aspek terpenting dari pendidikan inklusi adalah pengajaran
dengan tim, kolaborasi dan konsultasi, dan berbagai cara mengukur
keterampilan, pengetahuan, dan bantuan individu yang bertugas mendidik
sekelompok anak. Kerja sama antara guru dengan profesi lain dalam
suatu tim sangat diperlukan, seperti dengan para professional, ahli bina
bicara, konselor, guru pembimbing khusus, dan sebagainya. Oleh karena
itu, untuk dapat bekerjasama dengan orang lain secara baik memerlukan
pelatihan dan dorongan secara terus menerus.
5. Pendidikan inklusi berarti melibatkan orang tuas secara bermakna dalam
proses perencanaan. Keberhasilan pendidikan inklusi sangat bergantung
kepada partisipasi aktif dari orang tua pada pendidikan anaknya, misalnya
keterlibatan mereka dalam penyusunan Program Pengajaran Individual
(PPI) dan bantuan dalam belajar di rumah.
Dengan demikian pendidikan inklusif merupakan alat yang paling efektif
untuk membangun solidaritas anak penyandang kebutuhan khusus dengan
teman-teman sebayanya. Pengiriman anak secara permanen ke sekolah luar
biasa atau kelas-kelas khusus atau unit khusus di sebuah sekolah reguler,
seyogyanya merupakan suatu pengecualian. Yang direkomendasikan hanya
pada kasus-kasus tertentu dimana terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di
kelas reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan atau sosial anak, atau
bila hal tersebut diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan atau
kesejahteraan anak-anak lain di sekolah itu.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 57


Provinsi Sulawesi Tengah
ABK sebagai salah satu bagian dari masyrakat indonesia dinilai sebagai
pihak yang rentan dengan kekerasan, baik secara fisik maupun secara psikis.
Potensi kekerasan terhadap ABK ini juga bisa dipicu dengan kurangnya
pemahaman masyarakat dalam menangani anak dengan kebutuhan berbeda
dibanding dengan anak pada umumnya. Oleh karena itu dalam penanganan
anak berkebutuhan khusus bukan hanya orangtua dan keluarga yang
memerlukan pengetahuan dalam pendampingan anak berkebutuhan khusus
tetapi masyarakat juga dituntut kepeduliannya untuk ikut berperan aktif dalam
penanganan ABK demi kemandirian masa depan anak.

C. TANGGUNG JAWAB
1. Orang tua/keluarga

Anak merupakan anugrah terindah dari Allah SWT, karena itu menjadi tanggung
jawab orangtua dan keluarga untuk memelihara, mendidik dan membesarkan
anak-anaknya agar menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna demi
masa depannya. Orang tua diharapkan dapat melakukan fungsi pembelajar
pertama bagi anak untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan, membiasakan
perilaku yang baik, memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
memelihara kesehatan jasmani dan rohani, memberikan kemampuan untuk
belajar, dan mengembangkan kepribadian yang mantap dan mandiri.
Keluarga merupakan lingkungan pembelajaran primer yang dialami oleh
setiap individu. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dikenal
oleh anak dan baru sesudah itu individu mengenal dan memasuki lingkungan
teman sebaya atau peer group, lingkungan sekolah, perkumpulan, organisasidan
lain sebagainya. Oleh karena itu keluarga harus mampu memberikan contoh
pendidikan yang terbaik bagi anak, terutama bagi keluarga yang memiliki anak
berkebutuhan khusus. Di dalam memberikan pendidikan pada anak
berkebutuhan khusus, orang tua dan keluarga membutuhkan bantuan dari orang
lain yang memiliki kemampuan yang dalam hal ini adalah lembaga pendidikan.
Hubungan yang baik antara ketiga elemen ini akan meningkatkan efektivitas di

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 58


Provinsi Sulawesi Tengah
dalam program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan
remaja berkebutuhan khusus. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
anak di sekolah akan dapat dikuasai dengan baik jika orangtua dan keluarga
bisa melatihnya kembali dirumah. Hal ini dilakukan karena keterbatasan indera
yang dimiliki anak berkebutuhan khusus dan proses berpikirnya yang kadang
lambat.
Di SLB ABCD Muhammadiyah terdapat program untuk orangtua murid
(Parenting Class) bagi orangtua murid yang menjaga anaknya yaitu para
orangtua diberi kesempatan untuk membuat jajanan selama waktu menunggu
dan hasilnya dijual kembali untuk anak-anak mereka saat waktu istirahat.

2. Masyarakat
Sebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan untuk hidup
berkelompok secara bersama-sama yang didasari oleh pemahaman bahwa
manusia hidup secara bermasyarakat. Setiap manusia memilki hak yang sama
untuk tumbuh, berkembang, diterima dan menjalankan peran-peran tertentu
dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai peran dan tanggung jawab untuk
mendukung tumbuh kembangnya anak berkebutuhan khusus. Sikap masyarakat
yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan segala keterbatasannya
akan membawa dampak positif bagi perkembangan kemampuan sosialnya.
Selain itu perlindungan terhadap anak berkebutuhan khusus dari perlakuan
tindak kekerasan dan diskriminasi merupakan bentuk dari tanggung jawab
masyarakat selain hal tersebut diatas.

3. Pemerintah
Dalam UU No 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas telah diatur
dengan jelas mengenai tanggung jawab pemerintah di dalam pelaksanaan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas. Terdapat 22 hak penyandang disabilitas
yang diatur di dalamnya di antaranya adalah hak bebas dari stigma, hak
pendidikan, hak pekerjaan, kewirausahaan, hak aksesibilitas dan hak pelayanan

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 59


Provinsi Sulawesi Tengah
publik. Beberapa hal yang wajib dilakukan pemerintah dalam pemenuhan hak
tersebut adalah:
- Hak bebas dari stigma, pemerintah wajib melindungi penyandang
disabilitas dari pelecehan, penghinaan dan pelabelan negatif terkait
kondisi disabilitasnya.
- Hak pendidikan, pemerintah wajib menyelenggarakan dan memfasilitasi
pendidikan untuk penyandang disabilitas disetiap jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Termasuk didalamnya
pendidikan inklusif dan pendidikan khusus.
- Hak pekerjaan, kewirausahaan, pemerintah wajib melakukan rekrutmen,
pelatihan kerja,penempatan kerja, keberlanjutan kerja dan pengembangan
karier yang adil dan tanpa deskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
- Hak aksesibilitas, pemerintah wajib menyediakan infrastruktur yang
mudah di akses oleh penyandang disabilitas.
- Hak pelayanan publik, pemerintah wajib memberikan dukungan dan
sarana layanan secara lebih luas dan mudah di akses oleh penyandang
disabilitas.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 60


Provinsi Sulawesi Tengah
BAB IV
DATA

A. HAK SIPIL DAN KEBEBASAN

Negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas


kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi,
perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi, karena Anak dari sisi
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, Negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak, karena anak dari sisi perkembangan
fisik dan psikis manusia merupakan pribadi yang lemah, belum dewasa
dan masih membutuhkan perlindungan.
Salah satu hak anak yang paling vital dan wajib dipenuhi adalah
masalah Hak Sipil dan Kebebasan. Hak sipil bagi anak salah satunya
adalah hak untuk mendapatkan pengakuan dalam hal ini disebut Identitas.
Identitas seorang anak harus diberikan sejak kelahirannya dalam bentuk
akta kelahiran. Pencacatan kelahiran anak tidak hanya terbatas pada
anak yang sah, tetapi anak yang tidak sah secara hukum positif maupun
hukum adat, artinya anak yang dilahirkan harus mendapatkan identitas,
tanpa melihat status perkawinan kedua orang tuanya bahkan tidak
diketahui keberadaan
orang tuanya.

Pencatatan kelahiran anak menghasilkan akta kelahiran anak yang


merupakan dokumen resmi (otentik) yang dapat memberikan banyak
kegunaan, seperti:

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 61


Provinsi Sulawesi Tengah
1. Sebagai bukti usia kelahiran anak, merupakan langkah utama yang
penting dan berguna bagi perlindungan anak dari eksploitasi dan
berbagai pelanggaran yang berkaitan dengan usia termasuk
perekrutan untuk menjadi anggota militer, keterlibatan anak di dalam
konflik bersenjata, perlindungan terhadap buruh anak dan pernikahan
dini.
2. Dalam konteks kehidupan masyarakat dan bernegara akta kelahiran
berguna untuk memberikan status hukum yang jelas tentang asal usul
seseorang. Tanpa adanya akta kelahiran tersebut, anak akan
menemui sejumlah kesulitan di kemudian hari saat tumbuh dewasa,
misalnya : sulit masuk sekolah, sulit mencari pekerjaan, sulit menikah
atau kesulitan dalam sengketa pewarisan di pengadilan.
3. Pencatatan kelahiran berguna bagi pemerintah, sebagai informasi
awal yang dapat dijadikan semacam basic tool (perangkat dasar), agar
pemerintah dapat bekerja efisien dalam merencanakan berbagai hal
yang terkait dengan kesejahteraan anak, seperti : sekolah, pelayanan
kesehatan maupun berbagai pelayanan lain untuk memenuhi
kebutuhan warganya.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)


Tahun 2016, tentang jumlah kepemilikan akta kelahiran usia 0 18
menunjukkan bahwa 67.21 persen anak telah memiliki identitas namun
masih terdapat 32,79 persen anak belum memilikinya. Adapun data
jumlah kepemilikan akta kelahiran menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tengah jelasnya terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 62


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4.1
Persentase Jumlah Kepemilikan Akta Kelahiran Usia 0 - 18 Tahun
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2016

Ya Tidak
No Kabupaten/Kota Ya Tidak
L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kota Palu 77,73 22,27 78,34 77,12 21,66 22,88
2 Donggala 40,03 59,97 39,28 40,82 60,72 59,18
3 Sigi 59,76 40,24 56,52 63,26 43,48 36,74
4 Parigi Moutong 58,09 41,91 60,02 56,02 39,98 43,98
5 Poso 83,79 16,21 81,81 85,87 18,19 14,13
6 Tojo Una-una 84,30 15,70 82,11 86,56 17,89 13,44
7 Banggai 67,15 32,85 65,08 69,39 34,92 30,61
Banggai
8 64,62 35,38 65,76 63,47
Kepulauan 34,24 36,53
9 Banggai Laut 51,32 48,68 52,56 49,99 47,44 50,01
10 Toli-toli 69,97 30,03 71,32 68,56 28,68 31,44
11 Buol 80,55 19,45 81,02 80,07 18,98 19,93
12 Morowali 85,20 14,80 84,09 86,41 15,91 13,59
13 Morowali Utara 80,05 19,95 77,99 82,35 22,01 17,65

Total 67,21 32,79 66,80 67,65 33,20 32,35


Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah (diolah dari SUSENAS, Maret 2016)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 66,80 persen dari total jumlah
anak laki-laki yang tercatat jumlah kelahirannya telah memiliki akta kelahiran,
namun masih terdapat 33,20 persen belum memiliki akta kelahiran,
sedangkan bagi anak perempuan yang memiliki akta kelahiran mencapai
67,65 persen dan 32,35 persen belum memiliki akta kelahiran.
Dilihat menurut kabupaten/kota, usia anak laki-laki yang terbanyak
memiliki akta kelahiran terdapat di Kabupaten Morowali sebesar 84,09
persen dan terkecil di Kabupaten Donggala 39,28 persen, sedangkan untuk
usia anak perempuan yang memiliki akta kelahiran terbanyak di Kabupaten
Tojo Una-una sebesar 86,56 persen sementara yang terendah usia anak

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 63


Provinsi Sulawesi Tengah
perempuan yang memiliki akta kelahiran di Kabupaten Donggala 40,82
persen. Jika dilihat anak yang belum memiliki akta kelahiran yang tertinggi
adalah kabupaten Donggala, baik untuk laki-laki maupun perempuan
masing-masing 60,72 persen, dan 59,18 persen. Angka terendah terdapat di
kabupaten Morowali untuk laki-laki 15,91 persen dan perempuan terdapat di
kabupaten Tojo Una-una sebesar 13.44 persen.

B. DATA PENDIDIKAN ( FORMAL, INFORMAL DAN NON FORMAL) DAN


JUMLAH GURU/TU SERTA PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN
KEGIATAN SENI BUDAYA.
Jumlah ABK di Provinsi Sulawesi Tengah sampai saat ini masih
belum mempunyai data yang valid, namun melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 menunjukan bahwa
Jumlah ABK yang bersekolah berdasarkan Jenjang Pendidikan adalah
sebagai berikut:

1. Pendidikan Formal

a. Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN)

Jumlah ABK yang bersekolah di SLB Negeri yang terdapat di


Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 1005 orang
dengan perincian masing-masing; SDLB 617 orang siswa, SMPLB
sebanyak 225 orang siswa dan SMALB sebanyak 163 orang siswa,
seperti tergambar pada grafik berikut ini :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 64


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 4.1
Jumlah Siswa ABK Menurut Jenjang Pendidikan
Di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017

Jenjang Pendidikan

SDLBN 617
SMPLBN 225
163
SMALBN

100 200 300 400 500 600 700

Jumlah Siswa (orang)

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017


( diolah kembali )

Selanjutnya grafik 4.2 memberikan informasi tentang banyaknya siswa ABK


di Provinsi Sulawesi Tengah menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin
sebagai berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 65


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 4.2
Jumlah siswa SDLB, SMPLB dan SMALB menurut jenis kelamin
Di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017

Laki - Laki
500 Perempuan

400

300

200

100

50

SDLB SMPLB SMALB


Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017
( diolah kembali )

Secara umum terdapat kurang lebih 11 jenis ketunaan bagi ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah, dari data yang ada maka penderita terbanyak adalah Tuna
Grahita Ringan (C) yaitu sebanyak 579 orang dengan penderita terbanyak
adalah Laki-laki (369 orang) disusul oleh Tuna Rungu/Wicara sebanyak 271
orang dan jumlah penderita terkecil adalah Sydrom sebanyak 2 orang. Secara
keseluruhan dapat terlihat pada tabel 2.5 dan Grafik 4.3 berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 66


Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 4.3
Jumlah siswa ABK menurut jenis ketunaan di Sulawesi Tengah
Tahun 2017

350
300
250
200
150 Jumlah L
100
Jumlah P
50
0

Sumber : Tabel 2.5 halaman 14 (data diolah kembali)

Keterangan :
A :Tuna Netra D :Tuna Daksa Ringan
B :Tuna Rungu/Wicara D1:Tuna daksa sedang
C :Tuna Grahita Ringan E :Tuna Laras
C1 :Tuna Grahita Sedang G :Tuna Ganda

b. Inklusif

Sesuai amanat Undang undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan


Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional Bab 2 pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga Negara
mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang
bermutu. Dalam hal ini termasuk didalamnya adalah Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK).
Sistem pendidikan inklusi memberikan kesempatan belajar pada
ABK bersama dengan anak anak pada umumnya, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan nyata sehari hari.
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 67


Provinsi Sulawesi Tengah
menyatukan ABK dengan anak anak normal pada umumnya untuk
belajar. Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh sebab itu inti dari pendidikan
inklusi adalah hak azazi manusia atas pendidikan.
Tabel di bawah ini menunjukan jumlah sekolah dan siswa
berdasarkan jenjang pendidikan inklusi di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2016. Dari tabel 4.2 terlihat bahwa di tingkat SD, baik jumlah
sekolah maupun murid terbanyak terdapat di Kota Palu yaitu sebanyak 20
sekolah yang melayani murid ABK sebanyak 376 orang sedangkan di
tingkat SMP terdapat di Kabupaten Banggai Kepulauan 20 sekolah yang
melayani murid ABK sebanyak 320 orang dan untuk jenjang pendidikan
SMA 7 sekolah yang melayani murid ABK sebanyak 170 orang.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 68


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4.2
Jumlah Sekolah dan Siswa Inkulsi Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi SulawesiTengah
Tahun 2017
No Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah Jumlah Total
SD/ SMP/ SMA/ Siswa
Jumlah Jumlah Jumlah ABK
Siswa siswa Siswa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)_
1. Kota Palu 20/376 5/54 7/170 600
2. Sigi 6/73 1/13 2/82 168
3. Donggala 1/12 1/14 - 26
4. Parigi Moutong 4/60 - 1/20 80
5. Poso 1/12 - 1/13 25
6 Tojo Una una 1/13 - - 13
7. Morowali Utara - 1/13 - 13
8. Morowali 2/17 1/4 1/5 26
9. Banggai 1/14 1/4 1/5 23
10. Banggai Kepulauan 15/226 20/320 - 546
11. Banggai Laut 1/11 1/14 - 25
12. Toli toli 2/27 1/12 - 39
13. Buol 1/10 1/14 1/4 28

Total Jumlah Sekolah/Siswa 55/779 33/462 14/299 1.612


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017

c. Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal menurut pasal 1 ayat 12 Undang undang


Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang
diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, khususnya pasal 1
ayat 31 menyebutkan bahwa Pendidikan Nonformal adalah jalur

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 69


Provinsi Sulawesi Tengah
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Penyelenggaraan pendidikan nonformal diatur
dalam pasal 26 Undang undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, dan juga pasal 100 ayat 1 peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan, meliputi: penyelenggaraan satuan pendidikan formal dan
penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal.
Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas Indonesia (HWDI)
Cabang Palu, merupakan sebuah lembaga yang melakukan kegiatan
pembinaaan bagi kaum disabilitas termasuk ABK dan lebih dikhususkan
untuk kaum wanita. Kegiatan dimaksud berupa pelatihan dan
keterampilan menjahit, membuat/merangkai bunga, membuat kue, dan
sebagainya disesuaikan dengan minat dan kemampuan mereka. Sampai
saat ini HWDI cabang Palu telah melakukan pembinaan bagi 148 orang
dengan 5 jenis keterampilan masing-masing; menjahit, bordir, memasak,
keterampilan daur ulang, salon.

2. Jumlah Guru Dan Tenaga Administrasi atau Tata Usaha SLB di


Provinsi Sulawesi Tengah.

Baik guru maupun Tenaga Administrasi atau Tata Usaha


merupakan salah satu motor penggerak dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar di sebuah institusi pendidikan termasuk SLB, sehingga
ketersediaan tenaga guru dan tenaga administrasi sangatlah dibutuhkan.
Di Provinsi Sulawesi Tengah terlihat gambaran tentang ketersediaan para
tenaga guru dan tenaga administrasi seperti dalam tabel berikut :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 70


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4. 3
Daftar Guru / Pegawai Sekolah Luar Biasa (SLB)
Provinsi Sulawesi Tengah

Sekolah Jenis Kelamin


No Kabupaten / Kota Guru Pegawai
Guru Pegawai / TU
L P L P
1 Kota Palu 29 3 7 22 3
. SLB Negeri 1 19 3 3 16 3
. SLB Negeri 2 8 3 5
. SLB Bakti Putra 2 1 1

2 Kabupaten Buol 11 7
. SLB Negeri Buol 11 7 3 8 3 4

3 Kabupaten Sigi 2
. SLB Biromaru 2 1 1

4 Kabupaten Donggala 2
. SLB Negeri Dalaka 2 1 1

5 Kabupaten Parigi 7
. SLB Negeri Parigi 7 3 4

6 Kabupaten Poso 20 3
. SLB Negeri Poso 14 2 4 10 1 1
. SLB C Hosana GKST
6
Tentena 1 1 5 1

7 Kabupaten Tojo Una-una 12


. SLB Negeri Tojo Una-una 12 1 3 9 1

8 Kabupaten Morowali Utara 2

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 71


Provinsi Sulawesi Tengah
. SLB Negeri Malino 2 2

9 Kabupaten Morowali 2
. SLB Negeri KTM Morowali 2 1 1

10 Kabupaten Banggai 11
. SLB Negeri Luwuk 10 4 6
. SLB Negeri Sumber Mulya 1 1

11 Kabupaten Banggai Laut 4


. SLB Negeri Salakan 2 1 1
. SLB Negeri Adean 2 1 1

12 Kabupaten Tolitoli 14
. SLB Negeri Tolitoli 14 2 3 11 2
Sumber data : Dinas Pendididkan dan Pengajaran Provinsi Sulawesi Tengah, 2017.

Dari Tabel tersebut diatas maka terlihat bahwa penyebaran jumlah


guru dan tenaga Administrasi di Sekolah-sekolah Luar Biasa
penyebarannya tidak merata, karena beberapa kabupaten yang jumlah SLB
nya sama tapi jumlah gurunya berbeda.
Total jumlah guru 116 orang terdapat 61 orang berjenis kelamin
perempuan sisanya sebanyak 55 orang adalah guru laki-laki hal ini
menggambarkan bahwa profesi guru untuk SLB lebih banyak adalah guru
perempuan dibandingkan dengan guru laki-laki. Selanjutnya dilihat dari
tenaga Administrasi atau Tata Usaha, maka dari seluruh kabupaten/Kota di
provinsi Sulawesi Tengah hanya terdapat 16 orang tenaga administrasi
dan terlihat bahwa ada 9 kabupaten yang tidak mempunyai tenaga tata
usaha di SLB sehingga para guru berperan juga sebagai Tenaga tata
usaha atau staf administrasi.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 72


Provinsi Sulawesi Tengah
C. KESEHATAN (JASMANI DAN ROHANI)

Anak dengan kebutuhan khusus perlu dikenal dan diidentifikasi dari


kelompok anak pada umumnya, oleh karena mereka memerlukan
pelayanan yang bersifat khusus. Pelayanan tersebut dapat berbentuk
pertolongan medik, latihan-latihan therapeutic, maupun program pendidikan
khusus, yang bertujuan untuk membantu mereka mengurangi
keterbatasannya dalam hidup bermasyarakat.
Dalam Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak Berkebutuhan
Khusus yang diterbitkan oleh Kementerian RI dan menjadi rujukan
pelayanan kesehatan yang diasup oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah, diterangkan bahwa pelayanan kesehatan anak dengan kecacatan
dilakukan secara komprehensif, diuatamakan pada upaya pengobatan dan
pemulihan kesehatan secara terpadu, dengan upaya peningkatan dan
pencegahan.

Paket program kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat responsif


terhadap permasalahan kesehatan anak dengan kecacatan, dapat
mengantisipasi kebutuhan sesuai dengan proses tumbuh kembang anak.
Kegiatan yang dilakukan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, antara lain:

1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kesehatan


reproduksi, gizi, dan pencegahan penularan penyakit dengan menggunakan
media yang dimengerti anak.

2. Imunisasi

3. Pengobatan

4. Rehabilitasi

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 73


Provinsi Sulawesi Tengah
a. Pelayanan Kesehatan Anak dengan Kecatatan di SLB

Pelayanan kesehatan bagi anak penyandang cacat di SLB diawali


dengan deteksi dini pada saat penerimaan siswa baru baik di SLB,
sekolah inklusi maupun sekolah umum. Pelayanan kesehatan berkala
dilakukan sama seperti yang dilaksanakan di sekolah-sekolah umum
yaitu enam bulan sekali. Khusus untuk SLB, pelayanan kesehatan
insidentil sebaiknya dilakukan sebulan sekali, karena anak dengan
kecacatan berisiko tinggi terhadap penyakit disbanding anak normal di
sekolah umum dan rawan bertambah parah kecacatannya serta
ketergantungannya pada orang lain. Penanganan kasusnya disesuaikan
dengan tingkat keparahan kecatatan serta melihat tanda-tanda untuk
masing-masing jenis kecacatan. Pada kondisi anak dengan kecacatan
yang membutuhkan pelayanan rujukan dapat dilakukan rujukan kuratif
dan rehabilitative ke Puskesmas atau langsung ke rumah sakit. Untuk
lebih jelasnya dapat merujuk ke Pedoman Pelayanan Kesehatan pada
Sekolah Luar Biasa bagi petugas kesehatan.

Tabel 4.4
Paket Pelayanan Kesehatan Anak dengan Kecacatan di SLB
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017
No. Sasaran Paket Pelayanan Keterangan
(1) (2) (3) ($)
1 Anak Pra Sekolah a. SDIDTK (Stimulasi, Pelayanan
(TK/PAUD) Deteksi dan Intervensi dini kesehatan
Tumbu Kembang) Anak disesuaikan
b. Pelayanan kesehatan dengan kondisi
insidentil murid
c. UKGS
d. Pemberian Vitamin A
e. P3K, P3P
2. Anak usia sekolah a. Penjaringan kesehatan
a. SDLB b. Pemeriksaan kesehatan
b. SMPLB berkala
c. SMALB c. Pelayanan kesehatan
insidentil
d. UKGS
e. Imunisasi, P3K, P3P
f. Konseling
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2017

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 74


Provinsi Sulawesi Tengah
Adapun pelayanan kesehatan kepada anak dengan kecacatan di Provinsi
Sulawesi Tengah dilakukan bersama pihak Puskemas dengan SLB yang berada
di wilayah kerjanya, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5
Daftar Puskesmas Yang Melakukan Pembinaan
Dan Layanan Kesehatan Pada SLB
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017
No Kabupaten/Kota Puskesmas/PKM
(1) (2) (3)
1 Kota Palu PKM Kawatuna
PKM Kamonji
PKM Bulili
PKM Pantoloan
2 Kabupaten Sigi PKM Marawola
PKM Biromaru
3 Kabupaten Donggala PKM Tompe
4 Kabupaten Poso PKM Tentena
PKM Kawua
5 Kabupaten Parigi Moutong PKM Parigi
6 Kabupaten Tojo Unauna PKM Ampana Kota
7 Kabupaten Banggai PKM Luwuk Utara
PKM Simpang Raya
8 Kabupaten Banggai PKM Salakan
Kepulauan
9 Kabupaten Buol PKM Biau
PKM Palele
10 Kabupaten Tolitoli PKM Baolan
11 Kabupaten Morowali Utara PKM Mapane
Total 18
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2017

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 75


Provinsi Sulawesi Tengah
b. Pelayanan Kesehatan Anak Dengan Kecacatan Melalui Rumah Bersama
Masyarakat (RBM)
Terbatasnya pelayanan rehabilitasi medik institusi yang selama ini
baru berada pada tingkatan institusi rumah sakit, serta penyebaran tenaga
yang kurang merata akan memperbesar kesenjangan antara kebutuhan
pelayanan rehabilitasi medik dengan pelayanan yang tersedia.

Integrasi dan reintegrasi terhadap kehidupan normal merupakan


keaadan yang dibutuhkan oleh seorang dengan kecacatan, untuk dapat
mencapai kualitas hidup yang diinginkan. Berkaitan dengan hal tersebut,
telah dikembangkan konsep pelayanan rehabilitasi bersumber daya
masyarakat (RBM) dengan rujukan pelayanan dasar di tingkat Puskesmas
serta pelayanan rujukan spesialistik rumah sakit. Dengan semakin
banyaknya jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM),
yang tumbuh di tingkat desa seperti Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos
Layanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), dan
lain-lain akan semakin memperkuat Puskesmas sebagai koordinator
pelayanan kesehatan di tingkat dasar.
Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi medik, dibuat strategi
pelayanan secara berjenjang dari masyarakat, Puskesmas dan rumah sakit
sesuai dengan kebijakan, standar, SOP yang tersedia. Pelayanan
Rehabilitasi Medik di Puskesmas yang dilaksanakan dengan konsep
pelayanan kolistik, komprehensif meliputi upaya rehabilitasi medik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative, yang dimulai dari pelayanan medik dasar.
Di Provinsi Sulawesi Tengah Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM)
yang telah mampu melaksanakan tatalaksana pelayanan Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PP-Ktp/A) di
Sulawesi Tengah sebanyak 187 PKM dan kesemuanya telah memenuhi
indikator pelayanan kesehatan bagi ABK dengan rata-rata jumlah di masing-
masing kabupaten/kota berjumlah 2-3 Puskemas (lihat Tabel 3.1)

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 76


Provinsi Sulawesi Tengah
Demikian pula dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) yang telah
mampu melaksanakan tatalaksana Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
(PKRE) yang telah memenuhi target indikator di setiap kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Tengah berjumlah 58 Puskesmas dimana setiap
kabupaten/kota telah memiliki PKM/ PKRE berjumlah 3 hingga 6 unit layanan,
(lihat Tabel 3.2).

D. SOSIAL ( LAYANAN, BANTUAN, AKSEBILITAS, FASILITAS)

Dalam Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi


Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)Penyandang Disabilitas termasuk
mereka yang mengalami keterbatasan mental, fisik, intelektual, dan sensorik
dalam jangka waktu lama. Ketika berhadapatan dengan berbagai hambatan
yang dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat
berdasarkan prinsip keseteraan.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak
Disabilitas. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
penanganan Pelayanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka.
Diantara Berbagai bantuan sosial yang diperuntukan bagi ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota antara lain :

1. Pemberian Bantuan Alat Bantu Fisik berupa;


a. Tongkat/Kruk
b. Tongkat Netra

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 77


Provinsi Sulawesi Tengah
c. Kursi Roda
d. Hearing Aid (Alat Bantu Dengar)
2. Bantuan Peningkatan Gizi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus :
a. Beras
b. Gula
c. Susu
d. Kacang Hijau
e. Telur
Melalui Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah telah diberikan berbagai
macam bantuan bagi ABK khususnya dan masyarakat umum yang berkebutuhan
khusus. Adapun jenis bantuan yang diterima berupa Bantuan fisik (kursi roda,
tongkat, hearing aid, puzzle) serta bantuan pemenuhan Gizi. Berikut data
tentang penerima bantuan per jenis kelamin menurut kabupaten/kota sebagai
berikut :

Grafik 4.4
Persentase Penerima Bantuan Menurut Jenis Kelamin
Kabupatn/Kota Se Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, 2017 (diolah kembali)

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 78


Provinsi Sulawesi Tengah
Persentase penerima terbanyak terdapat di Kabupaten Poso dengan total
penerima sebanyak 136 orang dengan persentase perjenis kelamin masing-
masing untuk perempuan 48,53 persen dan laki-laki 51,47 persen, dan penerima
bantuan terkecil adalah Kabupaten Banggai, selanjutnya grafik 4.4 menjelaskan
tentang Penerima Bantuan Sosial Menurut Jenis Bantuan Pada Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016. Bantuan peningkatan gizi untuk ABK
merupakan bantuan dengan jumlah terbanyak diberikan disusul bantuan lainnya
seperti tertera dalam tabel 4.4 berikut :

Grafik 4.5
Penerima Bantuan Sosial Menurut Jenis Bantuan Pada Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2016

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, 2017 (diolah kembali)

Terdapat pula Bantuan Program Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas


Berat (ASPDB) sebesar Rp. 300.000 (tiga ratus ribu rupiah) per bulan untuk
seumur Hidup dengan tehnis penerimaan dilakukan setiap 3 bulan (per tri
wulan). Untuk Provinsi Sulawesi Tengah baru terdapat 8 Kabupaten/Kota yang
menerima bantuan ASPDB tersebut dengan total penerima sebanyak 504

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 79


Provinsi Sulawesi Tengah
Penyandang Disabilitas Berat. Penerima ASPDB terbanyak berasal dari
Kabupaten Poso sebesar 136 orang dengan penerima laki-laki sebanyak 70
orang dan perempuan 66 orang sedangkan jumlah penerima terkecil terdapat di
Kabupaten Banggai masing-masing laki-laki 1 orang dan penerima perempuan 2
orang, lebih jelasnya terlihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6
Daftar Jumlah Penerima Bantuan Langsung Tunai per Orang/Bulan
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
JUMLAH JENIS KELAMIN
NO KET
KAB/KOTA ORANG L P
1 2 3 4 5 6
1 KOTA PALU 96 57 39
2 PARIGI MOUTONG 117 67 50
3 POSO 136 70 66
4 DONGGALA 95 58 37
5 TOJO UNA-UNA 32 21 11
6 BANGGAI KEPULAUAN 15 8 7
7 SIGI 10 6 4
8 BANGGAI 3 1 2
JUMLAH 504 288 216
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, 2017 (diolah kembali)

Berikut beberapa foto ABK yang mendapat bantuan baik bantuan fisik,

ASDPB maupun bantuan peningkatan gizi :

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 80


Provinsi Sulawesi Tengah
Foto 4.1
Anak Berkebutuhn Khusus Dengan Disabilitas Berat

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 81


Provinsi Sulawesi Tengah
Foto 4.2
Bantuan Pemenuhan Gizi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Foto 4.3
Penyerahan Bantuan Pada Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Disaksikan
Oleh Ketua PKK Prov. Sulawesi Tengah Hj.Zalzulmida A. Djanggola,SH.CN

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 82


Provinsi Sulawesi Tengah
E. KEBERHASILAN DAN PRESTASI ABK DI PROVINSI SULAWESI

TENGAH.

ABK dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki karakteristik


fisik, intelektual, maupun emosional, di atas atau di bawah rata-rata individu
pada umumnya. Secara lebih khusus anak berkebutuhan khusus
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah
atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar
normal yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengalami kesulitan dalam
meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun aktivitas pendidikan.
Kekhususan yang mereka miliki menjadikan ABK memerlukan pendidikan
dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi dalam diri mereka secara
sempurna (Hallan dan Kauffman 1986, dalam Hadis, 2006).

ABK dapat berprestasi manakala mendapatkan bimbingan dan arahan


yang disesuaikan dengan bakat, kemauan dan kemampuan ditengah
keterbatasan yang mereka miliki. Hal ini terbukti bahwa mereka mampu dan
bisa seperti terlihat dalam beberapa gambar atau foto mereka dengan
prestasi masing-masing baik di tingkat Provinsi maupun Nasional.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 83


Provinsi Sulawesi Tengah
Foto 4.4
ABK Dengan Prestasi Di Tingkat Provinsi Dan Nasional Menurut Jenis
Kegiatan Dan Jenis Lomba
Rizky Rahmat
Juara I Lomba Melukis SDLB Tkt. Provinsi Sulteng. 2014
Juara I Lomba IT SMPLB Tkt. Provinsi Sulteng. 2016
Asal Sekolah : SLB Negeri 1 Palu

Muhammad Riski
Juara I Lomba Menyanyi SDLB/SMPLB Tkt. Provinsi Sulteng. 2015
Asal Sekolah : SLB ABCD Muhammadiyah Palu

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 84


Provinsi Sulawesi Tengah
Giovano Sancu
Juara I Lomba Menyanyi SDLB/SMPLB Tkt. Provinsi Sulteng. 2014
Juara III Lomba Menyanyi SDLB/SMPLB Tkt. Nasional 2014
Juara I Lomba Memainkan alat Music SDLB/SMPLB Tkt. Provinsi
Sulteng. 2014
Asal Sekolah : SLB Negeri Poso

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 85


Provinsi Sulawesi Tengah
Ely Sabriani
Juara I Lomba Karya Ilmiah SMALB/SMA Inklusi Tkt. Provinsi Sulteng.
2014
Juara I Lomba Karya Ilmiah SMALB/SMA Inklusi Tkt. Nasional 2014
Asal Sekolah : SMA I Muhammadiyah Palu (Sekolah Inklusi)

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 86


Provinsi Sulawesi Tengah
Syafiqa Iftina
Juara I Lomba Tata Rias SMALB Tkt. Provinsi Sulteng. 2015
Asal Sekolah : SLB Negeri Marawola

Kirana Enggar Kusuma


Juara I Lomba Menari CI-BI SMP Tkt. Provinsi Sulteng. 2014
Juara II Lomba Menari CI-BI SMP Tkt. Nasional 2014
Asal Sekolah : SMP Negeri 1 Palu

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 87


Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4.5
BEBERAPA BENTUK PENGHARGAAN ATAS PRESTASI MURID/SISWA
SLB ABCD MUHAMMADIYAH BERUPA PIALA, MEDALI DAN PIAGAM

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 88


Provinsi Sulawesi Tengah
F. ABK BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) adalah yang


berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana dan
anak yang menjadi saksi tindak pidana. ( Pasal 1 UUSPPA ), maka anak
yang sedang berhadapan dengan hukum perlu pendampingan petugas
khusus. Anak dengan kasus pelanggaran hukum tetap berhak mendapat
perlindungan hukum. Kasus pelanggaran hukum dengan pelaku anak-
anak menjadi fenomena tersendiri diberbagai Negara. Penanganan yang
tepatpun masih dicari dan diteliti oleh para akademisi serta ahli
kriminologi.
Tinduk sebagai Manajer Program PUSAKA ANAK menjelaskan
bahwa anak harus mendapat proses peradilan yang cepat dan kalaupun
ditempatkan di Lembaga Permasyarakatan maka harus dalam masa
paling singkat dan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak. Namun
menurutnya hal tersebut merupakan upaya-upaya paling akhir, setelah
menempuh sejumlah mekanisme sehingga anak dijauhkan dari system
peradilan formal.
Pertanyaan kemudian adalah bagaimana dengan ABK yang
berhadapan dengan hukum ? Melalui laporan UPPA Polda Sulawesi
Tengah yang berkordinasi dengan P2TP2A Sulawesi Tengah pada tahun
2016 telah menerima laporan masyarakat tentang kasus Pelecehan
seksual dengan menggunakan alat yang mana pelaku 2 orang (usia 12
Tahun) dan korbannya (13 tahun ) baik pelaku dan korban adalah ABK
dan kesemuanya berjenis kelamin laki-laki.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 89


Provinsi Sulawesi Tengah
BAB V

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASINYA

Setiap anak memiliki potensi, karakter, bakat dan kecerdasan yang


berbeda-beda. Bahkan banyak diantaranya memiliki keterbatasan, dan banyak
pula yang memiliki keistimewaan baik secara fisik maupun psikis. Keterbatasan
yang dimiliki anak kadang membuat kita kurang dapat memahami potensi yang
mereka miliki. Tanpa kita sadari, keinginan kita terlalu berorientasi pada harapan
bahwa anak kita adalah anak yang sempurna baik fisik, psikis maupun
akademisnya.
Fakta di masyarakat menunjukkan bahwa banyak orang tua yang
memiliki anak dengan keterbatasan fisik, psikis maupun akademis, malu dengan
masyarakat sekitar sehingga banyak diantaranya mengekang anaknya agar tidak
bergaul dengan lingkungannya. Padahal, pengekangan ini justru memperparah
keadaan anak terutama tumbuhkembang dan potensinya. Sebaliknya, banyak
pula orang tua yang memiliki anak yang sempurna secara fisik dan psikis tidak
menginginkan anaknya bergaul dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik,
psikis dan intelektual (berkebutuhan khusus/penyandang disabilitas). Hal ini
dapat menyebabkan adanya jurang pemisah antara anak secara umum dengan
anak berkebutuhan khusus/penyandang disabilitas. Akibatnya, anak-anak yang
memiliki keterbatasan fisik dan psikis dipandang sebelah mata oleh masyarakat,
dianggap tidak memiliki potensi, skil dan kecerdasan serta bakat. Mereka
dianggap sebagai anak yang merepotkan masyarakat, dan masa depannya
suram. Padahal, banyak diantara anak yang berkebutuhan khusus memiliki
potensi, skil, kecerdasan dan bakat yang tidak jauh berbeda dengan anak pada
umumnya, bahkan memiliki bakat atau kecerdasan istimewa, yang memerlukan
dukungan dari semua elemen bangsa untuk memaksimalkannya.
Anak, termasuk anak yang berkebutuhan khusus memiliki 31 hak
yang perlu dijamin pemenuhannya oleh negara/ pemerintah, masyarakat, dunia
usaha serta orang tua.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 90


Provinsi Sulawesi Tengah
Kebijakan di bidang pelayanan terhadap anak yang telah diterbitkan oleh
Pemerintah Sulawesi Tengah antara lain : Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 tentang Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, yang merupakan tindak
lanjut dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014.
Selanjutnya, ada Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2011 Tentang Pencegahan
Dan Penanganan Perdagangan Perempuan Dan Anak.
Selain itu ada Peraturan Gubernur No. 26 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Perda No. 9 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Kesejahteraan
Anak ., Selanjutnya ada Peraturan Gubernur No. 46 Tahun 2015 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Dan Anak. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 18 Tahun
2014 tentang Perlindungan Dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.
Terkait Pendidikan Inklusif, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah
menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa dengan mencanangkan
Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi Penyelenggara Pendidikan Inklusif
pada Tahun 2014. Selain bentuk kebijakan berupa Peraturan Daerah dan
Peraturan Gubernur sebagaimana dikemukakan sebelumnya, beberapa
lembaga masyarakat yang terkait dengan isu perempuan dan anak telah ada,
seperti : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A), Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA), Lembaga
Perlindungan Anak (LPA), LBH APIK, Kelompok Perjuangan Kesetaraan
Perempuan Sulawesi Tengah (KPKPST), dan Lingkar Belajar untuk Perempuan
(Libu Perempuan), dan Wahana Visi Indonesia (WVI). Diakui sejauh ini,
Implementasi dari kebijakan terkait anak yang ada belumlah maksimal. Masih
perlu banyak diskusi dan kajian-kajian bersama dengan seluruh elemen
masyarakat untuk membahas lebih dalam lagi.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 91


Provinsi Sulawesi Tengah
Di Provinsi Sulawesi Tengah sampai saat ini belum ada Data khusus
yang memuat secara spesifik tentang ABK/Penyandang Disabilitas. Melalui
Penyusunan Profil ABK ini sangat diharapkan adanya kebijakan dimasa akan
datang pemerintah secara berkala membuat profil ABK agar dapat menjadi
acuan dalam perencanaan, penanganan dan pemberdayaan Anak
Berkebutuhan khusus (ABK). Sehingga kedepan bersama instansi dan lembaga
terkait akan selalu bersinergi serta lebih memantapkan pola koordinasi dalam
melakukan advokasi Penyusunan Peraturan Daerah tentang ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah.
Melihat data Anak Berkebutuhan Khusus yang ada dan disajikan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diidentifikasi hal-hal yang akan
dilakukan sebagai berikut :
1. Penyusunan data terpilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), baik yang
berada di lingkungan masyarakat maupun di lembaga-lembaga baik negeri
maupun swasta.
2. Pembangunan rumah Penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus/Penyandang Disabilitas khususnya yang belum tertampung di SLB
dan di sekolah reguler, atau lembaga layanan khusus lainnya.
3. Layanan Pendidikan : Mengupayakan dan memastikan bahwa setiap ABK
mendapatkan layanan pendidikan baik melalui Pendidikan Formal, Informal
maupun Non Formal.
4. Layanan Kesehatan : Advokasi/Fasilitasi Pemberian layanan kesehatan
melalui terapi, medis dan alternatif lainnya, serta akses jaminan kesehatan.
5. Layanan Sosial : Advokasi/Fasilitasi Pemberian layanan Sosial dan
pemberdayaan ABK seperti : bantuan dana tunai, beasiswa, Jaminan
sosial, alat bantu, dan lain-lain.
6. Menumbuhkan dan pengembangkan bakat dan minat sesuai potensi yang
dimiliki ABK agar dapat turut serta berpartisipasi dalam pembangunan.
7. Pemberian kesempatan dan lapangan kerja bagi ABK sesuai harkat,
martabat dan potensi dirinya.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 92


Provinsi Sulawesi Tengah
8. Peningkatan kapasitas dan kualitas pendamping ABK baik di lembaga
pendidikan maupun di lingkungan keluarga.
Implementasikan kebijakan yang dihasilkan nanti, menurut Teori
George C. Edwards III diperlukan setidaknya ada 4 variabel yang
mempengaruhi yaitu : (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4)
struktur birokrasi. Sedangkan Menurut Peters (1982), implementasi kebijakan
yang gagal disebabkan beberapa faktor : (1) Informasi, (2) Isi Kebijakan, (3)
Dukungan, dan (4) Pembagian potensi.
Mengacu kepada kedua pendapat tersebut, maka kebijakan terkait
penanganan dan perlindungan ABK yang akan dihasilkan, membutuhkan
kesiapan sebagai berikut :
1. Terjalinnya koordinasi dan komunikasi yang baik antar dan lintas sektor
yang terkait.
2. Tersedia sumberdaya, termasuk sumberdaya manusia, anggaran, dan
peralatan/sarana pendukung.
3. Komitmen yang kuat yang dimiliki oleh para pimpinan.
4. Tersedia informasi dan data ABK yang akurat.
5. Kejelasan isi atau tujuan dari kebijakan yang dihasilkan dalam hal
penanganan dan perlindungan ABK .
6. Adanya dukungan publik bahwa kebijakan terkait penanganan dan
perlindungan terhadap ABK sangat diperlukan keberadaannya.
7. Adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas diantara unsur-unsur
dan elemen yang terkait dengan ABK.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 93


Provinsi Sulawesi Tengah
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

ABK dengan karakteristik menyangkut fisik, intelektual, dan


emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau
berada di luar standar normal yang berlaku di masyarakat, tentunya mengalami
kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitasnya. Kekhususan yang mereka miliki menjadikan ABK memerlukan
layanan pendidikan, kesehatan dan layanan khusus lainnya serta aksesibilitas
untuk mengoptimalkan potensi dalam diri mereka secara sempurna, olehnya
Provinsi Sulawesi Tengah telah meresponnya dengan adanya Perda serta
pemenuhan sarana/prasarana khusus untuk penyandang disabilitas, masing-
masing untuk :
1. Layanan Pendidikan Di Provinsi Sulawesi Tengah secara Umum layanan
pendidikan baik formal maupun non formal Negeri ataupun milik swasta telah
tersedia dan terpenuhi yang meliputi; SDLB, SMPLB, SMALB, Sekolah Inklusi
serta Lembaga layanan khusus lainnya, meskipun ditinjau dari sisi sarana
dan prasarana masih belum terpenuhi secara maksimal demikian pula dengan
antara rasio guru dan murid .
2. Indikator untuk Layanan Kesehatan bagi ABK telah tersedia dan seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah dari Puskesmas (PKM) sampai
dengan Rumah Sakit siap melayani kaum disabilitas khususnya anak-anak,
meskipun ketersediaan alat rehabilitasi medik dibeberapa RS masih minim
demikian pula halnya dengan ketersediaan tenaga medis dan non medis /
terapis yang masih sangat kurang sehingga memperlambat proses
penanganan dan layanan yang dibutuhkan.

3. Layanan Khusus/spesialis bagi ABK masih sangat terbatas karena belum


semua kabupaten/kota mempunyai klinik atau yayasan yang menangani ABK

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 94


Provinsi Sulawesi Tengah
secara spesialis ( baru Kota Palu sebagai ibukota provinsi telah mempunyai
klinik/yayasan tersebut)

4. Layanan Sosial untuk ABK dalam bentuk Advokasi/Fasilitasi Pemberian


layanan Sosial dan pemberdayaan ABK seperti : bantuan dana tunai,
beasiswa, Jaminan sosial, alat bantu, pemenuhan dan perbaikan gizi, dan
lain-lain, telah berjalan dengan baik meskipun jangkauan pemberian bantuan
belum maksimal disebabkan karena keterbatasan dana dan fasilitas
penunjang lainnya.

5. Hak Aksesibilitas untuk penyandang disabilitas dalam UU No. 8 tahun 2016


jelas mengatur tentang aksesibilitas yang meliputi hak (a) Mendapatkan
aksesibilitas dan manfaat fasilitas publik dan (b) Mendapatkan akomodasi
yang layak sebagai bentuk aksesibilitas bagi individu. Olehnya, penyandang
disabilitas, termasuk ABK sepatutnya mendapatkan akses dan manfaat dari
fasilitas publik, namun kenyataannya ABK belum sepenuhnya dapat
merasakan kemudahan akses dan mendapatkan manfaat dari fasilitas publik
di sekitarnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang ada
belum mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas, yang notabene
memiliki keterbatasan dalam ruang dan geraknya.

Di Provinsi Sulawesi Tengah belum secara keseluruhan fasilitas


publik telah merespon amanat undang-undang No. 8 tahun 2016 tersebut
misalnya, belum tersedianya jalan Raya (trotoar) khusus bagi penyandang
disabilitas, Gedung kantor dan sekolah, taman kota yang belum ramah terhadap
kaum disabilitas serta beberapa Hotel, pasar, terminal, pelabuhan, yang baru
sebagian kecil meresponnya.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 95


Provinsi Sulawesi Tengah
4.2. Saran

1. Perlu lebih di intensivkan berbagai kegiatan pelatihan khusus untuk


penanganan ABK guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi tenaga
pendidik dan kependidikan serta tenaga Medis dan Non Medis

2. Rekruitmen tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga Medis dan


Non Medis khusus untuk ABK sangat diperlukan mengingat Rasio antara
Guru dan murid belum seimbang demikian pula rasio antara tenaga medis
dan non medis dengan pasien ABK juga belum memadai.

3. Sosialisasi dan Pendataan ABK perlu terus dilakukan agar dapat


meminimalisir diskriminasi dan keterlambatan penanganan bagi ABK.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana pada fasilitas publik diharapkan dapat


segera terpenuhi dan ramah terhadap kaum disabilitas

5. Perlu pemenuhan dan atau penambahan alat - alat medis untuk terapi dan

rehabilitasi medik bagi ABK.

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 96


Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :


Mangunsong,Frieda (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Jilid Ke satu. Jakarta: LPSP 3 Fakultas Psikologi UI.

RizkaRamadhayanti;
http://rizkaramadhayanti95.blogspot.co.id/2015/06/makalah-karakteristik-
anak-berkebutuhan.html , di unggah tanggal 2 Mei 2017
Smith, D.J. (2012). Inclusion, School for All Student. Penerjemah: Denis, E.B
andung: Penerbit Nuansa.
Smith, Chris Dukus. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Indeks. 2009
Sunaryo. (2009). Manajemen Pendidikan Inklusif. Manjpendinklusi. wordpres.

Dokumen Lainnya :

Deputi Bidang Perlindungan Anak (2012). Buku Saku Anak Berkebutuhan


Khusus, Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Naskah RPJMD Sulawesi Tengah, (2017); Bapeda Provinsi Sulawesi


Pedoman Penyusunan Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), 2016;
Terbitan Deputi Bidang Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 18 Tahun 2014;
Tentang Perlindungan Dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

Undang-undang Nomor 11 tahun 2011; Tentang Konvensi Hak-hak


Penyandang Disabilitas
Undang-Undang No. 8 Tahun 2016; Tentang Penyandang Disabilitas

Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2017 97


Provinsi Sulawesi Tengah

Anda mungkin juga menyukai