PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah Anugerah paling besar dari Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang harus dipelihara dan dididik agar tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang sehat, berakhlak dan berguna bagi keluarga, agama,
nusa dan bangsa. Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi
Indonesia melalui Kepres No. 36 tahun 1990, yang dimaksud dengan anak
adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan .
Anak termasuk didalamnya Anak berkebutuhan Khusus (ABK)
merupakan salah satu aset bangsa yang dapat menentukan kelangsungan
hidup bangsa, jika Anak-anak tersebut diberi akses untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Mereka dapat berperan serta memberikan
kontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Sebaliknya, jika mereka
mengalami berbagai hambatan untuk mendapatkan layanan dalam tumbuh
kembangnya, maka dikemudian hari mereka akan menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat dengan biaya sosial yang cukup tinggi. ABK
menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas umum akibat
keterbatasan fisik maupun mental mereka. Pengasuhan anak berkebutuhan
khusus (ABK) memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang
lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya.
Di Provinsi Sulawesi Tengah, anak dan pemenuhan hak anak adalah
salah satu dari 36 rencana aksi yang dicanangkan oleh Gubernur untuk
periode kepemimpinan 2017-2021. Pemenuhan hak anak secara umum
dan ABK secara khusus juga termuat sebagai salah satu strategi dan arah
kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi atau
sebagai basis data tentang kondisi dan keadaan ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah secara menyeluruh diberbagai bidang, baik dari sisi
jumlah , fasilitas layanan (pendidikan, kesehatan, sosial, dll ), serta
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang lainnya, serta diharapkan
dengan penyusunan profil ABK ini akan memperbaiki skenario
2. Tujuan Khusus
C. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 4, Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
e. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
g. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
h. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 8 Tahun 2011
Tentang Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Perempuan dan
Anak
D. SUMBER DATA
- Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
- Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah
- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Sulawesi Tengah
- Lembaga Perlindungan Anak Non Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah.
- Lembaga masyarakat yang menyelenggarakan layanan terhadap anak
d). Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras
biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Lebih lanjut
Mangunsong (2009) menjelaskan, ada tiga perilaku utama yang
tampak pada seorang anak dengan kelainan perilaku menyimpang,
yaitu: agresif, suka menghindar diri dari keramaian, dan sikap
bertahan diri. Slavin (2006) melihat bahwa karakteristik anak
tunalaras adalah sebagai berikut (a) Kurang mampu dalam
e). Tunarungu
Hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen yang dimiliki seseorang disebut Tunarungu, dan dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
sebagai berikut :
1. Gangguan pendengaran sangat ringan (15- 40dB), tidak dapat
mendengar percakapan berbisik dalam keadaan sunyi pada
jarak dekat.
2. Gangguan pendengaran sedang (40-60dB), tidak dapat
mendengarkan percakapan normal dalam keadaan sunyi pada
jarak dekat.
3. Gangguan pendengaran berat (60-90dB), hanya mampu
mendengarkan suara yang keras pada jarak dekat seperti
suara vakum cleaner.
4. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 90dB), hanya
dapat mendengarkan suara yang sangat keras seperti suara
gergaji mesin dalam jarak dekat (Alexander Graham Bell
Asocition for the Deal adn Hard of Hearing, 2011 dalam
Slavin, 2006).
Setiap anak yang mengalami gangguan pendengaran seringkali
mengalami beberapa masalah lain, seperti gangguan bahasa.
Walaupun memiliki potensi yang sangat tinggi dan cara berfikir
kreatif visualnya juga tinggi, apabila kemampuan berbahasanya
kurang, maka perkemangan kognitif, prestasi akademik, dan
f). Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra
menurut Kaufman dan Hallahan (2006) adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.
g). Autis
Mayoritas gangguan autisme di sebabkan karena abnormalitas di
otak (Coleman dalam Ormrod, 2008). Karakteristik umum dari
gangguan ini ditandai dengan adanya gangguan dalam kognisi
sosial (misalnya kemampuan mempertimbangkan perspektif orang
lain), kemampuan sosial, dan interaksi sosial (Baron dalam Ormrod,
2008). Anak-anak dengan autisme seringkali menunjukkan sifat-
sifat kelainan yang bisa diidentifikasi sejak sebelum umur 3 tahun
(Semiawan dan Mangunsong, 2010), diantara sifat-sifat tersebut
antara lain:
a. Tidak tangggap terhadap orang lain
b. Gerakan diulang-ulang seperti bergoyang, berputar, dan memilin
tangan, menghindari kontak mata dengan orang lain
c. Tetap dalam kebiasaan (Smith,2006).
Ciri-ciri sifat tersebut baru bisa dikatakan sebagai perwujudan
autisme apabila terjadi dalam intensitas yang tinggi.
Beberapa ahli diantaranya Sousa (2003) (dalam Semiawan dan
Mangunsong, 2010) mengelompokkan autis menjadi 4 tipe sebagai
berikut:
h). Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah :
a. Ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas
fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi
b. Sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik.
i). Tunaganda
Istilah ini digunakan untuk menyebut anak-anak yang mengalami
cacat ganda atau lebih dari satu. Misalnya seorang anak yang
mengalami kelainan pengelihatan ringan, mungkin juga
memerlukan bantuan khusus yang berkaitan dengan penyesuaian
sosial dan intelektual (Syamsul, 2010).
Grafik 2.1
Jumlah SLB Negeri dan Swasta
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 ( data diolah kembali)
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 ( data diolah kembali)
Kota Palu 20.381 20.457 10.205 12.454 63.497 19.629 19.124 10.295 13.211 62.259 40.010 39.581 20.500 25.665 125.756
Donggala 19.988 21.318 8.614 8.199 58.119 19.375 20.118 8.098 7.574 55.165 39.363 41.436 16.712 15.773 113.284
Sigi 14.60 5.315 6.484 6.501 42.460 13.304 14.392 5.951 5.853 39.500 27.464 29.707 12.435 12.354 81.960
Parigi 30.514 32.373 13.081 12.305 88.273 29.465 30.490 12.315 11.722 83.992 59.979 62.863 25.396 24.027 172.265
Moutong
Poso 13.969 14.805 6.089 5.984 40.847 13.399 13.774 5.739 5.477 38.389 27.368 28.579 11.828 11.461 79.236
Tojo Una- 9.745 10.579 4.093 3.784 28.201 9.621 10.064 3.812 3.476 26.973 19.366 20.643 7.905 7.260 55.174
una
Banggai 21.136 22.570 9.470 9.434 62.610 19.999 21.318 8.891 8.859 59.067 41.135 43.888 18.361 18.293 121.677
Banggai 7.228 8.033 3.154 2.813 21.228 7.161 7.829 2.925 2.573 20.488 14.389 15.862 6.079 5.386 41.716
Kepulauan
Banggai 5.017 4.925 1.953 1.943 13.838 4.909 4.799 1.879 1.850 13.437 9.926 9.724 3.832 3.793 27.275
Laut
Toli-toli 14.469 15.743 6.443 6.597 43.252 13.853 14.774 6.028 6.174 40.829 28.322 30.517 12.471 12.771 84.081
Buol 10.637 12.025 4.657 4.338 31.657 10.671 11.398 4.375 4.052 30.496 21.308 23.423 9.032 8.390 62.153
Morowali 7.641 7.912 3.174 2.941 21.668 7.157 7.345 2.928 2.737 20.167 14.798 15.257 6.102 5.678 41.835
Morowali 7.964 7.833 3.049 2.963 21.809 7.545 7.390 2.739 2.473 20.147 15.509 15.223 5.788 5.436 41.956
Utara
182.849 193.888 80.466 80.256 537.459 176.088 182.815 75.975 76.031 510.909 358.937 376.703 156.441 156.287 1.048.36
8
Sumber : BPS Sulawesi Tengah Tahun 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1. Palu 1 8 10 10 1 1 30
2 1 5 24 10 2 3 45
3 2 3 19 14 2 3 43
4 5 27 17 3 3 55
5 1 7 26 8 4 1 3 50
6 3 7 10 6 1 2 29
7 4 10 16 5 2 1 38
8 1 7 12 10 1 1 32
9 2 8 8 2 3 23
10 2 6 13 3 3 27
11 2 2 14 4 1 23
12 1 7 3 2 13
2. Sigi 1 1 5 3 1 10
2 1 4 2 2 1 10
3 5 9 1 15
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
4 5 12 1 18
5 2 12 3 17
6 1 3 11 1 2 18
7 1 4 13 1 3 22
8 3 10 2 1 16
9 2 6 1 2 1 12
10 2 4 11 3 1 1 22
11 1 2 5 1 9
12 2 2 3 1 8
9. Banggai 1 4 2 6
2 4 4
3 5 5
4 1 6 7
5 1 2 7 1 11
6 2 1 1 4
7 4 2 2 8
8 1 4 2 7
9 2 2 4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
10 1 2 3 2 8
11 2 1 1 4
12 2 2
Total Kab. Banggai
7 15 37 1 5 1 2 2 70
Banggai
10 1 2 2
Kepulauan
2 1 1 2 2 1 2 1 10
3 2 4 2 8
4 2 1 2 5
5 1 1 1 1 1 5
6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
12. Tolitoli 1 1 7 3 1 12
2 2 2 6 1 1 1 1 3 17
3 2 2 2 1 1 8
4 1 2 4 1 1 2 1 12
5 2 5 2 9
6 1 2 1 1 5
7 2 3 1 2 8
8 2 1 3
9 1 2 3 1 1 8
10 1 2 3
11 2 1 3
13 Buol 1 1 3 4
2 1 4 1 1 7
3 2 2 2 1 7
4 1 1 3 5
5 1 2 1 4
6 4 1 1 5
7 1 1
8 2 4 4 10
9 1 1 4 6
10 5 6
11 1 2 3
12 1 1 2 4
Total Kab.Buol 2 11 18 2 8 20 1 62
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, 2017 (data diolah kembali)
D. Jumlah Yayasan
Terapi Down
2
Syndrom
Total 54
Baruga Anak Bunda Ceria School
2 (Baruga ABC) Yayasan Yoto Autis 6
Djanggola
Terapi Gangguan
3
Pendengaran
Total 9
Total ( 1 + 2 ) 63
Sumber : Data Primer ( diolah )
A.PENANGANAN
a. Layanan Medis
Tabel 3.1
Daftar Puskesmas dan Rumah Sakit
yang Memberikan Pelayanan Tata Laksana Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PP-Ktp/A)
s/d Desember Tahun 2016
Tabel 3. 2
Daftar Puskesmas PKRE/PKRT Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015
b. Layanan Pendidikan
Foto 3.2
Suasana Belajar Di Kelas Inklusi SDN 15 Palu
Selain SD inklusi terdapat pula sekolah SMP inklusi meskipun jumlahnya
tidak sebanyak jumlah SD, hal ini terlihat dalam grafik 3.2 sebagai berikut :
Grafik 3.2
Jumlah SMP Inklusi Menurut Kabupaten/Kota
Se Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017
Foto 3.3
Akses Jalan Untuk Kaum Disabilitas di Puskesmas dan RS Undata
jalan khusus untuk penyandang disabilitas seperti terlihat dalam foto 3.4 berikut
Foto 3.4
Fasilitas Untuk Kaum Disabilitas Di Bandara Sis Al-Djufri Mutiara Palu
C. TANGGUNG JAWAB
1. Orang tua/keluarga
Anak merupakan anugrah terindah dari Allah SWT, karena itu menjadi tanggung
jawab orangtua dan keluarga untuk memelihara, mendidik dan membesarkan
anak-anaknya agar menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna demi
masa depannya. Orang tua diharapkan dapat melakukan fungsi pembelajar
pertama bagi anak untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan, membiasakan
perilaku yang baik, memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
memelihara kesehatan jasmani dan rohani, memberikan kemampuan untuk
belajar, dan mengembangkan kepribadian yang mantap dan mandiri.
Keluarga merupakan lingkungan pembelajaran primer yang dialami oleh
setiap individu. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dikenal
oleh anak dan baru sesudah itu individu mengenal dan memasuki lingkungan
teman sebaya atau peer group, lingkungan sekolah, perkumpulan, organisasidan
lain sebagainya. Oleh karena itu keluarga harus mampu memberikan contoh
pendidikan yang terbaik bagi anak, terutama bagi keluarga yang memiliki anak
berkebutuhan khusus. Di dalam memberikan pendidikan pada anak
berkebutuhan khusus, orang tua dan keluarga membutuhkan bantuan dari orang
lain yang memiliki kemampuan yang dalam hal ini adalah lembaga pendidikan.
Hubungan yang baik antara ketiga elemen ini akan meningkatkan efektivitas di
2. Masyarakat
Sebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan untuk hidup
berkelompok secara bersama-sama yang didasari oleh pemahaman bahwa
manusia hidup secara bermasyarakat. Setiap manusia memilki hak yang sama
untuk tumbuh, berkembang, diterima dan menjalankan peran-peran tertentu
dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai peran dan tanggung jawab untuk
mendukung tumbuh kembangnya anak berkebutuhan khusus. Sikap masyarakat
yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan segala keterbatasannya
akan membawa dampak positif bagi perkembangan kemampuan sosialnya.
Selain itu perlindungan terhadap anak berkebutuhan khusus dari perlakuan
tindak kekerasan dan diskriminasi merupakan bentuk dari tanggung jawab
masyarakat selain hal tersebut diatas.
3. Pemerintah
Dalam UU No 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas telah diatur
dengan jelas mengenai tanggung jawab pemerintah di dalam pelaksanaan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas. Terdapat 22 hak penyandang disabilitas
yang diatur di dalamnya di antaranya adalah hak bebas dari stigma, hak
pendidikan, hak pekerjaan, kewirausahaan, hak aksesibilitas dan hak pelayanan
Ya Tidak
No Kabupaten/Kota Ya Tidak
L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kota Palu 77,73 22,27 78,34 77,12 21,66 22,88
2 Donggala 40,03 59,97 39,28 40,82 60,72 59,18
3 Sigi 59,76 40,24 56,52 63,26 43,48 36,74
4 Parigi Moutong 58,09 41,91 60,02 56,02 39,98 43,98
5 Poso 83,79 16,21 81,81 85,87 18,19 14,13
6 Tojo Una-una 84,30 15,70 82,11 86,56 17,89 13,44
7 Banggai 67,15 32,85 65,08 69,39 34,92 30,61
Banggai
8 64,62 35,38 65,76 63,47
Kepulauan 34,24 36,53
9 Banggai Laut 51,32 48,68 52,56 49,99 47,44 50,01
10 Toli-toli 69,97 30,03 71,32 68,56 28,68 31,44
11 Buol 80,55 19,45 81,02 80,07 18,98 19,93
12 Morowali 85,20 14,80 84,09 86,41 15,91 13,59
13 Morowali Utara 80,05 19,95 77,99 82,35 22,01 17,65
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 66,80 persen dari total jumlah
anak laki-laki yang tercatat jumlah kelahirannya telah memiliki akta kelahiran,
namun masih terdapat 33,20 persen belum memiliki akta kelahiran,
sedangkan bagi anak perempuan yang memiliki akta kelahiran mencapai
67,65 persen dan 32,35 persen belum memiliki akta kelahiran.
Dilihat menurut kabupaten/kota, usia anak laki-laki yang terbanyak
memiliki akta kelahiran terdapat di Kabupaten Morowali sebesar 84,09
persen dan terkecil di Kabupaten Donggala 39,28 persen, sedangkan untuk
usia anak perempuan yang memiliki akta kelahiran terbanyak di Kabupaten
Tojo Una-una sebesar 86,56 persen sementara yang terendah usia anak
1. Pendidikan Formal
Jenjang Pendidikan
SDLBN 617
SMPLBN 225
163
SMALBN
Laki - Laki
500 Perempuan
400
300
200
100
50
Secara umum terdapat kurang lebih 11 jenis ketunaan bagi ABK di Provinsi
Sulawesi Tengah, dari data yang ada maka penderita terbanyak adalah Tuna
Grahita Ringan (C) yaitu sebanyak 579 orang dengan penderita terbanyak
adalah Laki-laki (369 orang) disusul oleh Tuna Rungu/Wicara sebanyak 271
orang dan jumlah penderita terkecil adalah Sydrom sebanyak 2 orang. Secara
keseluruhan dapat terlihat pada tabel 2.5 dan Grafik 4.3 berikut :
350
300
250
200
150 Jumlah L
100
Jumlah P
50
0
Keterangan :
A :Tuna Netra D :Tuna Daksa Ringan
B :Tuna Rungu/Wicara D1:Tuna daksa sedang
C :Tuna Grahita Ringan E :Tuna Laras
C1 :Tuna Grahita Sedang G :Tuna Ganda
b. Inklusif
2 Kabupaten Buol 11 7
. SLB Negeri Buol 11 7 3 8 3 4
3 Kabupaten Sigi 2
. SLB Biromaru 2 1 1
4 Kabupaten Donggala 2
. SLB Negeri Dalaka 2 1 1
5 Kabupaten Parigi 7
. SLB Negeri Parigi 7 3 4
6 Kabupaten Poso 20 3
. SLB Negeri Poso 14 2 4 10 1 1
. SLB C Hosana GKST
6
Tentena 1 1 5 1
9 Kabupaten Morowali 2
. SLB Negeri KTM Morowali 2 1 1
10 Kabupaten Banggai 11
. SLB Negeri Luwuk 10 4 6
. SLB Negeri Sumber Mulya 1 1
12 Kabupaten Tolitoli 14
. SLB Negeri Tolitoli 14 2 3 11 2
Sumber data : Dinas Pendididkan dan Pengajaran Provinsi Sulawesi Tengah, 2017.
2. Imunisasi
3. Pengobatan
4. Rehabilitasi
Tabel 4.4
Paket Pelayanan Kesehatan Anak dengan Kecacatan di SLB
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017
No. Sasaran Paket Pelayanan Keterangan
(1) (2) (3) ($)
1 Anak Pra Sekolah a. SDIDTK (Stimulasi, Pelayanan
(TK/PAUD) Deteksi dan Intervensi dini kesehatan
Tumbu Kembang) Anak disesuaikan
b. Pelayanan kesehatan dengan kondisi
insidentil murid
c. UKGS
d. Pemberian Vitamin A
e. P3K, P3P
2. Anak usia sekolah a. Penjaringan kesehatan
a. SDLB b. Pemeriksaan kesehatan
b. SMPLB berkala
c. SMALB c. Pelayanan kesehatan
insidentil
d. UKGS
e. Imunisasi, P3K, P3P
f. Konseling
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2017
Tabel 4.5
Daftar Puskesmas Yang Melakukan Pembinaan
Dan Layanan Kesehatan Pada SLB
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2017
No Kabupaten/Kota Puskesmas/PKM
(1) (2) (3)
1 Kota Palu PKM Kawatuna
PKM Kamonji
PKM Bulili
PKM Pantoloan
2 Kabupaten Sigi PKM Marawola
PKM Biromaru
3 Kabupaten Donggala PKM Tompe
4 Kabupaten Poso PKM Tentena
PKM Kawua
5 Kabupaten Parigi Moutong PKM Parigi
6 Kabupaten Tojo Unauna PKM Ampana Kota
7 Kabupaten Banggai PKM Luwuk Utara
PKM Simpang Raya
8 Kabupaten Banggai PKM Salakan
Kepulauan
9 Kabupaten Buol PKM Biau
PKM Palele
10 Kabupaten Tolitoli PKM Baolan
11 Kabupaten Morowali Utara PKM Mapane
Total 18
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2017
Grafik 4.4
Persentase Penerima Bantuan Menurut Jenis Kelamin
Kabupatn/Kota Se Provinsi Sulawesi Tengah
Grafik 4.5
Penerima Bantuan Sosial Menurut Jenis Bantuan Pada Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2016
Tabel 4.6
Daftar Jumlah Penerima Bantuan Langsung Tunai per Orang/Bulan
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
JUMLAH JENIS KELAMIN
NO KET
KAB/KOTA ORANG L P
1 2 3 4 5 6
1 KOTA PALU 96 57 39
2 PARIGI MOUTONG 117 67 50
3 POSO 136 70 66
4 DONGGALA 95 58 37
5 TOJO UNA-UNA 32 21 11
6 BANGGAI KEPULAUAN 15 8 7
7 SIGI 10 6 4
8 BANGGAI 3 1 2
JUMLAH 504 288 216
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, 2017 (diolah kembali)
Berikut beberapa foto ABK yang mendapat bantuan baik bantuan fisik,
Foto 4.3
Penyerahan Bantuan Pada Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Disaksikan
Oleh Ketua PKK Prov. Sulawesi Tengah Hj.Zalzulmida A. Djanggola,SH.CN
TENGAH.
Muhammad Riski
Juara I Lomba Menyanyi SDLB/SMPLB Tkt. Provinsi Sulteng. 2015
Asal Sekolah : SLB ABCD Muhammadiyah Palu
4.1. Kesimpulan
5. Perlu pemenuhan dan atau penambahan alat - alat medis untuk terapi dan
RizkaRamadhayanti;
http://rizkaramadhayanti95.blogspot.co.id/2015/06/makalah-karakteristik-
anak-berkebutuhan.html , di unggah tanggal 2 Mei 2017
Smith, D.J. (2012). Inclusion, School for All Student. Penerjemah: Denis, E.B
andung: Penerbit Nuansa.
Smith, Chris Dukus. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Indeks. 2009
Sunaryo. (2009). Manajemen Pendidikan Inklusif. Manjpendinklusi. wordpres.
Dokumen Lainnya :