Refer at
Refer at
Oleh :
PENDAHULUAN
q
Peritonitis
adalah
salah
satu
dari
penyebab
terjadinya gawat abdomen atau akut abdomen yang menyerang rongga peritoneum.
q
Penyebab yang sering terjadi adalah jika infeksi pada organ intraabdomen tidak segera di tangani akan berjalan dan menetap dan mengakibatkan abses.
2/26/13
Data
WHO
yang
dikembangkan
oleh
Goverment Medical College and Hospital kasus peritonitis disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
289
duodenum
59 45
abdomen
41 20
FIG.1034Front view of the thoracic and abdominal viscera.a.Median plane.b b.Lateral planes.c c.Trans tubercular plane.d d.Subcostal plane.e e.Transpyloric plane. 2/26/13
1. Peritoneum visceral menutupi usus dan mesenterium. 2. Peritoneum dan parietal melapisi dengan dinding fascia
abdomen muscular.
berhubungan
Peritoneum membentuk
adalah
2/26/13
selaput rongga
serosa perut
yang yang
lapisan
PEMBAGIAN PERITONEUM
1.Kantung besar (rongga perut umum), diwakili dalam merah dalam diagram diatas. 2.Kantung kecil (bursa omentum), diwakili dengan warna biru. 3.Omentum minus (gastrohepatic) terlampir pada kurvatura minor dari lambung dan hati. 4.Omentum yang lebih besar (gastrocolic) tergantung dari kurva yang lebih besar dari perut dan loop turun di depan usus sebelum melengkung ke belakang untuk melampirkan usus besar melintang.
2/26/13
ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal Appendisitis yang meradang dan perforasi Tukak peptik (lambung / dudenum) Tukak thypoid Tukak disentri amuba / colitis
2/26/13
Terkontaminasi
disertai pembentukan
Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
3.
Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan
Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi
5. 6.
Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Dialisa peritoneal(pengobatan 2/26/13 mengakibatkan peritonitis. gagal ginjal) sering
PATOFISIOLOGI
Invasi oleh bakteri Reaksinya peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Absesterbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadisatu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Jika defisit cairan tidak dikoreksisecara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapatmemulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa keperkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karenatubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensicairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikutmenumpuk. Oedem disebabkan olehpermeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum danlumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal danoedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitonealmenyebabkan hipovolemia. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebihlanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usahapernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunanperfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaanperitoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitisumum. Aktivitasperistaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik usus kemudianmenjadi atoni dan meregang Cairan dan elektrolit hilang kedalamlumen usus 2/26/13 dehidrasi, syok, gangguan sirkulasidan oliguria
KLASIFIKASI
2/26/13
Peritonitis
Primer disebabkan
oleh penyebaran infeksi oleh bakteri dari kelenjar darah dan getah bening ke peritoneum. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Appendicitis akut fokal (peradangan lokal) Appendicitis supuratif (pembentukan nanah) Appendicitis Gangrenosa (kematian jaringan apendiks) Perforasi (bocornya dinding apendiks ) Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat 2/26/13 berbahaya, dan mengancam jiwa
2/26/13
Tipe appendicitis menurut onset (perjalanan penyakit) Appendicitis akut (mendadak). Gejala appendicitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan. Appendicitis akut dibagi lagi menjadi : 1. Appendicitis Akut Katarhalis. Bila terjadi obstruksi, sekresi mukosa menumpuk dalam lumen apendiks, terjadi peninggian tekanan dalam lumen, tekanan ini mengganggu aliran limfe, mukosa apendiks jadi menebal, edem dan kemerahan. 2. Appedicitis Akut Purulenta Tekanan dalam lumen yang terus bertambah yang disertai edema, menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan thrombus. 3. Appendicitis Akut Gangrenosa Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu terutama bagian ante mesentrial yang peredarannya paling minimal, hingga terjadi infrak dan ganggren. 4. Appendicitis Perforata Bila apendiks yang sudah ganggren itu pecah, terjadilah perofasi. 5. Appedicitis Infiltrat yang Fixed Perforasi yang terjadi pada daerah ganggren sehingga nanah dan produksi infeksi mengalir ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis generalisata serta abses sekunder. Appendicitis Abses Bila masa lokal yang terbentuk berisi nanah. Appendcitis Kronis. Gejala appendicitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana 2/26/13 terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi umum Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Demam dengan temperatur >38C Takikardia
Pada inspeksi ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended. Auskultasi bising usus akan melemah atau menghilang (silent abdomen) Palpasi Nyeri tekan dan defans muskular. Perkusi pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani.
2/26/13
Rectal Toucher :
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium GDA (analisa glukosa dan gas darah) : alkaliosis respiratori dan asidosis mungkin ada. Leukosit > 20.000. hemokonsentrasi. Eritrosit mungkin meningkat, menunjukkan
Hemoglobin dan hematokrit bisa rendah bila terjadi kehilangan darah. Protein / albumin serum : menurun karena penumpukkan cairan (di intraabdomen) Elektrolit serum : hipokalemia mungkin ada X ray Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral) didapatkan : - Distensi usus dan ileum - Usus halus dan usus besar dilatasi - Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma
2/26/13
penghisapan nasogratrik
3.
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis.
4.
KOMPLIKASI
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal. 2. Abses peritoneal 3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas. 4. Sepsi
2/26/13
Lampiran
1). Peritonitis difus due-to appendicitis perforasi Nama Umur Diagnosa pra bedah Diagnosa pasca bedah : : Tn. L 55thn : : Difus peritonitis due-to appendicitis perforasi Sesuai
2).
Appendicitis Abses Nama Umur Diagnosa pra bedah Diagnosa pasca bedah
: :
2/26/13
2/26/13