Anda di halaman 1dari 5

Rabu, 27 Februari 2013 | 10:59 WIB <a Skandal Hambalang Anas Urbaningrum Tuding SBY Intervensi Kasusnya?

Penulis : Sandro Gatra | Sabtu, 23 Februari 2013 | 17:36 WIB Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum memberikan keterangan pers di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu ( 23/2/2013). Dalam jumpa pers tersebut, Anas menyatakan mundur sebagai Ketua Umum setelah ditetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. TERKAIT:

Demokrat Gorontalo: Anas Tersangka, Itu Kecelakaan Anas Urbaningrum Mundur, Momentum Bersih-bersih bagi Demokrat Anas Urbaningrum Berterima Kasih kepada Majelis Tinggi Anas Akan Cerita Panjang soal Kongres Demokrat Demokrat Akan Jadi Partai Santun atau Sadis?

JAKARTA, KOMPAS.com Anas Urbaningrum akhirnya angkat bicara, Sabtu (23/2/2013) siang, terkait penetapannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain menyatakan mundur sebagai Ketua Umum DPP Demokrat, Anas juga melayangkan tudingan ada pihak yang mengintervensi proses hukum terhadap dirinya. Sejak awal kasus Hambalang mencuat, Anas mengaku yakin tidak akan terjerat. Ia merasa apa yang disampaikan M Nazaruddin hanya tuduhan yang tidak akan terbukti. Keyakinan itu, menurut Anas, muncul setelah melihat independensi dan profesionalisme KPK. "Karena saya yakin KPK tidak bisa ditekan opini dan hal-hal lain di luar opini, termasuk tekanan dari kekuatan sebesar apa pun itu," kata Anas, saat jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (23/2/2013). Namun, ia mengaku mulai berpikir akan terjerat ketika ada desakan agar KPK memperjelas status hukum dirinya. Anas tak menyebut dari siapa desakan itu. Hanya saja, seperti diketahui, di sela-sela kunjungan ke luar negeri, Presiden yang juga Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sempat mengomentari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat tinggal 8,3 persen. Ketika itu, Presiden meminta KPK segera menuntaskan berbagai kasus secara tepat dan jelas. "Jika salah katakan salah, jika benar katakan benar, termasuk kasus Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang mendapat sorotan luas masyarakat, tetapi KPK belum menentukan putusannya," kata SBY.

Anas mengatakan, "Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK ketika ada semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya. Kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah. Ketika ada desakan seperti itu, saya baru mulai berpikir janganjangan...," katanya. Ia lalu mengaku semakin yakin akan menjadi tersangka setelah diminta berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK. Anas tak menyebut siapa yang memintanya itu. Hanya saja, diketahui bersama bahwa SBY selaku Ketua Majelis Tinggi pernah menyebut hal itu ketika memutuskan mengambil alih kewenangan partai. "Ketika saya dipersilakan lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK, berarti saya sudah divonis punya status hukum tersangka. Apalagi, saya tahu beberapa petinggi Demokrat yakin betul, hakul yakin pasti minggu ini Anas jadi tersangka," kata Anas. Anas lalu mengaitkan dengan bocornya draf surat perintah penyidikan (sprindik) atas namanya. "Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa dipisahkan. Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh, sangat terkait erat. Itulah faktanya, itu rangkaian kejadian, dan tidak butuh pencermatan yang terlalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan, masyarakat umum dengan mudah membaca dan mencermati itu," papar Anas. Dari uraian itu, apakah Anas menuduh SBY mengintervensi kasus yang menjeratnya? Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Satu persatu pentolan Partai Demokrat (PD) terseret arus deras kasus korupsi.Mulai dari angelina sondakh, menyusul kemudian Andi Mallarangeng dan terakhir adalah anas urbaningrum sebagai tersangka kasus yang sama.

JAKARTA, KOMPAS.com Kendati menyebut ada desain besar operasi kriminalisasi terhadap dirinya terkait penetapannya sebagai tersangka atas skandal Hambalang, mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengaku tak merasa dizalimi. "Karena politisi itu tidak boleh mengeluh. Ibu saya mengatakan, ada konsekuensi dari posisi, sikap, dan tindakan politik. Jadi, pemimpin tidak boleh mengeluh," kata Anas pada wawancara dengan RCTI, Rabu (27/2/2013). Sementara itu, ketika ditanya apakah Anas masih percaya dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono setelah kasus Hambalang, dia mengatakan, hubungan antarmanusia bersifat dinamis.

"Prinsip yang saya pegang teguh bahwa yang muda harus menghormati yang senior. Saya memegang teguh hal ini sebagai prinsip-prinsip etik saya. Pada saat yang sama, yang senior juga harus sayang dan membimbing yang muda. Ini transaksi yang adil," katanya. Jadi, Anda masih percaya dengan SBY? "Saya harap begitu," jawab Anas. Belum puas, pembawa acara bertanya kepada Anas, dari angka 1-100, berapa tingkat kepercayaan Anas kepada SBY. Merespons pertanyaan ini, Anas hanya mengatakan, "Saya tidak lulus pelajaran Matematika." Sampai 50 persen? "Ya, biarlah dinamika ini terus meluncur secara alamiah. Tetapi, sekali lagi, saya adalah orang yang selalu berharap ada kebaikan-kebaikan, kemaslahatan-kemaslahatan," ucap Anas

- Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum akhirnya harus menghadap tim penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Anas akan dimintai keterangan seputar kasus korupsi proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang, Bogor. Nama Anas sering dikait-kaitkan dalam kasus ini. Adalah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang sering menuding mantan bosnya itu terlibat dalam kasus korupsi proyek senilai Rp1,2 triliun itu. Tudingan-tudingan yang pernah dilontarkan Nazar kepada Anas antara lain: 1. Merancang proyek Hambalang Nazaruddin menyatakan proyek Hambalang ini pertama kali dibahas dalam sebuah rapat yang digelar di Kementerian Negara Pemuda dan Olaharaga pada Januari 2010. Pertemuan itu dihadiri Menpoa Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, dan Ketua Komisi Olahraga Mahyuddin. Menurut Nazar pertemuan itu diatur oleh Anas. 2. Menerima jatah proyek Nazaruddin menuding Anas menerima jatah proyek Hambalang. Dana itu pun digunakan Anas dalam Kongres Partai Demokrat 2010. Saat itu Anas berhasil terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat. 3. Pengurusan sertifikat Hambalang

Anas saat menjabat Ketua Fraksi Demokrat pernah meminta anggotanya, Ignatius Mulyono, melobi Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan mengurus sertifikat Hambalang. "Ya, saya diminta bantuan untuk mengurus tanah Kemenpora karena kebetulan mitra kerja Komisi II adalah BPN," kata Ignatius kepada VIVAnews, 17 November 2011. Menurutnya, permintaan itu disampaikan langsung oleh Anas yang saat itu masih duduk sebagai Ketua Fraksi Demokrat dalam sebuah pertemuan yang digelar di ruangan Ketua Fraksi. "Saat itu ada Pak Nazaruddin dan Pak Nazar juga meminta hal yang sama kepada saya," ujarnya. 4. Istri Anas ikut proyek Nazar Athiyyah Laila, istri Anas Urbaningrum, sudah pernah diperiksa KPK. Pemeriksaan Athiyyah terkait posisinya sebagai mantan komisaris dan pemegang saham PT Dutasari Citralaras, perusahaan yang menjadi subkontraktor dalam proyek Hambalang. 5. Kedekatan Anas dengan Mahfud Suroso Nazaruddin menuding Anas berteman baik dengan Mahfud Suroso, pemilik PT Dutasari. Mahfud disebut sebagai kurir penyerahan uang Rp100 miliar. Mahfud sendiri membantah sebagai teman dekat Anas. "Oh, salah kalau saya teman Anas, umurnya saja sudah beda. Wong, saya lahir tahun berapa, Anas tahun berapa," ujarnya. Seperti diketahui, proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang, Bogor, menjadi perhatian publik karena proyek raksasa itu kerap disebut Nazaruddin. Menariknya, saat diusut KPK, sejumlah bangunan roboh. Tanahnya pun ambles. Ketua KPK Abraham Samad sudah berjanji bahwa dalam 1-2 pekan lagi kasus ini akan meningkat ke penyidikan. "Tunggulah satu-dua minggu ini kemungkinan besar kasus ini akan ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan. Kalau sudah ditingkatkan ke penyidikan tentunya sudah ada tersangka," katanya di gedung DPR, Jakarta, 20 Juni 2012. KPK bahkan telah menyatakan menduga Anas ikut terlibat dalam kasus Hambalang. Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan secara terbuka bahwa dalam proses penyelidikan Hambalang, Ignatius Mulyono mengaku telah diperintah Anas untuk menyelesaikan sertifikat tanah Hambalang. "Kalau Mas Bambang Widjojanto sudah sampaikan itu kepada publik, itu benar. Karena Mas Bambang salah satu pimpinan KPK, ya berarti itu benar," ujar Abraham Samad di kantor KPK, Jakarta, 30 April 2012.

Anas beberapa kali telah membantah terlibat dugaan korupsi proyek senilai Rp1,2 triliun itu. "Tidak betul (saya mengatur soal Hambalang). Memangnya saya calo tanah. Memangnya saya calo sertifkat?" ujar Anas beberapa waktu yang lalu. Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum itu juga membantah perihal pertemuan-pertemuan yang dsebut untuk mengurus proyek Hambalang. Sebaliknya, Anas menganggap semua tudingan tersebut adalah bentuk skenario-skenario politik untuk mengkaitkan dirinya dalam kasus hukum. "Anda semua mengikuti bagaimana kasus wisma atlet. Dari awal saya sudah divonis bersalah. Tetapi, putusan hakim sudah jelas dan itulah yang terjadi. Saya kira sama saja seperti kasus Hambalang. Sebab, dalam kasus wisma atlet terbukti tidak benar," kata Anas.

Anda mungkin juga menyukai