Anda di halaman 1dari 6

Hukum Asal Adat dan Ibadah

USHUL FIQIH QOWAIDU AL FIQHIYYAH LI FAHMI AN NUSHUUSHI ASY SYARIYYATI (Kaedah-Kaedah Fiqih Untuk Memahami Nash Nash Syari) KARYA AL ALLAMAH AR ROBBANI ABDURRAHMAN BIN NASHIR AS SADI Rahimahullah (Wafat 1376 Hijiriyah)

(PEMBAHASAN 22)
Asal (hukum islam) di dalam adat (kebiasaan) kita adalah Ibahah (mubah) Sehingga datang yang memalingkan Ibahah itu. (PEMBAHASAN 23)

Tidaklah suatu perkara disyariatkan Selain yang telah disebutkan dalam syariat (islam) kita

Penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi rohimahullah: 22 dan 23 Dua ushul ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah dalam kitab beliau. Disebutkan pula bahawa ushul yang digunakan Imam Ahmad rohimahullah membangun madzhabnya iaitu:
1. Bahawa asal (hukum) dalam adat (kebiasaan) adalah ibahah (mubah). Maka tidaklah adat (kebiasaan) diharamkan kecuali yang telah datang pengharamannya. 2. Dan bahawa asal (hukum) dalam ibadah adalah tidak disyariatkan kecuali yang Allah dan Rasul-Nya shalallahualaihi wa salam telah mensyariatkan.

Maka adat adalah apa apa yang manusia biasa melakukannya dari
berbagai makanan atau cara makan, berbagai minuman dan cara minum, berbagai macam model pakaian, berbicara, dan segala tindakan yang biasa dilakukan. Maka tidak diharamkan dari adat itu kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya shalallahualaihi wa salam. Pengharaman itu boleh dengan nash yang shorih (jelas), atau masuk dalam keumuman (hukum), atau qiyas yang shohih. Jika tidak ada (pengharaman) maka seluruh adat (kebiasaan) adalah halal. Dalil kehalalan itu adalah

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (Al Baqarah: 29)

Adapun Ibadah, Allah menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya. Allah telah menjelaskan dalam kitab-Nya (Al Quran) dan melalui lisan Rosul-Nya tentang berbagai macam bentuk ibadah untuk beribadah dengan bentuk ibadah itu. Allah taala telah memerintahkan agar mengikhlaskannya pada Allah taala. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah dengan bentuk ibadah itu dengan ikhlas, amalnya akan diterima. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah dengan selainnya amalnya tertolak.seperti yang telah disampaikan Rosulullah shalallahualaihi wa salam: [1] Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka amal itu tertolak

Dan orang yang melakukan hal itu termasuk dalam firman Allah taala: Apakah mereka mempunyai sembahansembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (Asy Syuuraa: 21)

Anda mungkin juga menyukai