Renungan TTG Agungnya Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

www.alhujjah.

com 1

,,-| >| = ,.,
RENUNGAN TENTANG AGUNGNYA KEDUDUKAN ILMU
~- '~ -~= -=- ' - ~ _= `~ `- - ~~=
Tulisan ringkas (?) ini anggap saja sebagai pengetuk hati para ikhwah penuntut ilmu
agama, yang mungkin sedang terlena sehingga mereka kurang menyadari agungnya
kemuliaan jalan ilmu yang sedang mereka tempuh, bahkan malah menyibukkan diri dan
memberikan perhatian besar pada kebanggaan-kebanggaan duniawi yang semu dan
rendah, yang hanya sepantasnya dilakukan oleh orang-orang awam yang jauh dari
bimbingan ilmu. Padahal kalau seandainya mereka benar-benar menyadari tingginya
kedudukan ilmu ini niscaya mereka tidak akan menoleh sedikitpun pada kebanggaan-
kebanggaan semu tsb. Oleh karena itulah Allah memerintahkan orang-orang yang
berilmu untuk berbangga dan merasa cukup dengan kemuliaan ilmu yang mereka miliki,
yang itu jauh lebih baik dan mulia dibandingkan semua kemewahan duniawi yang
berlomba-lomba dikumpulkan oleh kebanyakan manusia, Allah berfirman:
% / !# Fq/ 797 #m= z $i g
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
(orang-orang yang berilmu) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu
adalah lebih baik dari apa (kemewahan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)" (QS
Yunus:58).
Ketika menerangkan ayat ini Ibnul Qayyim berkata: Sungguh Allah telah
memerintahkan kepada orang-orang yang berilmu untuk merasa bangga (gembira)
dengan (ilmu) yang Allah anugrahkan kepada mereka, dan Allah nyatakan bahwa
anugrah tsb sungguh lebih baik daripada (kemewahan dunia) yang dikumpulkan oleh
(kebanyakan) manusia, dalam firmannya kemudian beliau menyebutkan ayat tsb di atas
dan beliau menambahkan:Karunia Allah (dalam ayat ini) ditafsirkan (oleh para ulama
ahli tafsir) dengan keimanan, sedangkan Rahmat Allah ditafsirkan dengan Al Qur-
an, yang keduanya (keimanan dan Al Qur-an) adalah ilmu yang bermanfaat dan
amalan shaleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk dan agama yang benar
(yang dibawa oleh Rasulullah seperti yang Allah sebutkan dalam QS Ash Shaff: 9),
dan keduanya adalah ilmu dan amal yang paling agung
1
.
Di antara agungnya keutamaan ilmu yang mungkin bisa menjadi renungan bagi kita
semua adalah apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim sewaktu beliau menerangkan
makna hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (no.6502) bahwa Allah
berfirman: (( Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah
menyatakan perang (permusuhan) kepadanya, )), bahwa pewaris para Nabi (orang-
orang yang berilmu) adalah pimpinan para wali (kekasih) Allah
2
. Hal ini sangat jelas
sekali, karena dalam Al Qur-an Allah sendiri yang menjelaskan dua sifat utama yang
dimiliki para wali-Nya, yaitu keimanan dan ketakwaan, dalam firman-Nya:
& ) $9& !# z = t %!# ## #%2 )G


1
Kitab Miftahu daaris saaadah (1/227, cet. Daaru ibnil Qayyim dan Daaru ibni Affaan, Penyunting:
Sykh Ali Hasan Al Halaby).
2
Kitab Miftahu daaris saaadah (1/262).

www.alhujjah.com 2

Ketahuilah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa (QS Yunus:62-63).
Dan kedua sifat ini (iman dan takwa) tidak akan mungkin didapatkan kecuali dengan
ilmu, karena Iman itu hakikatnya adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan shaleh
seperti ucapan Ibnul Qayyim di atas , sebagaimana Takwa salah satu rukun utamanya
adalah ilmu yang bermanfaat
3
.
Oleh karena agungnya kedudukan orang-orang yang berilmu inilah, Allah
menjadikan kecintaan dan penghormatan kepada mereka sebagai bagian dari agama dan
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah , sebagaimana ucapan seorang sahabat
besar yang mulia Ali bin abi Thalib : Mencintai orang yang berilmu adalah (termasuk)
agama (ibadah) untuk mendekatkan diri kepada Allah
4
, bahkan lebih dari pada itu,
Allah menjadikan sikap membenci, mencela atau menghinakan orang yang berilmu
karena ilmu agama yang mereka bawa, bukan karena tingkah laku atau kepribadian
mereka semata-mata sebagai perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan salah satu
perbuatan yang bisa membatalkan keislaman seseorang
5
, berdasarkan Firman-Nya:
9 F9' 9)9 $) $2 == 4 % !$/& G# &! F. J@
#G? % n. / 3) 4
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah
mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-
main saja, Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu
berolok-olok?, Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu telah menjadi kafir sesudah
beriman (QS At Taubah 65-66).
Demikian juga karena agungnya kedudukan mereka, Allah menjadikan hati orang-
orang yang beriman senantiasa dipenuhi rasa cinta dan penghormatan terhadap orang-
orang yang berilmu, karena Allah jika mencintai seorang hamba maka Dia akan
menjadikan semua makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi mencintai hamba tsb.
Dalam hadits yang shahih riwayat Imam Al Bukhari (no. 3037, 5693 dan 7047) dan
Imam Muslim (no. 2637-157) dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: Jika
Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman:
Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia!, maka Jibrilpun mencintai
hamba tsb, kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit (para malaikat):
Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka kalian cintailah dia!, maka penduduk
langitpun mencintainya, kemudian dijadikan bagi hamba tsb penerimaan (kecintaan
dalam hati) pada penduduk bumi. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka karena keridhaan
mereka terhadap orang yang menuntut ilmu, dan sesungguhnya semua makhluk yang ada

3
Lihat kitab Manhajul Anbiyaa fii tazkiyatin nufuus (hal.100), tulisan Sykh Salim bin Ied Al Hilaly.
4
Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Hilyatul auliya (1/79-80) dan Al Khatiib Al Bagdaady dalam
Al Faqiih wal mutafaqqih (1/49-50) dan dishahihkan oleh Al Khatiib sendiri, Ibnu Abdil Barr, Ibnu
Katsir dll.
5
Lihat keterangan Sykh Muhammad Hamid Al Faqiy dan Sykh Bin Baz ttg masalah ini pada catatan kaki
kitab Fathul Majid (hal. 417, cet. Dar Ibnu Hazm).

www.alhujjah.com 3

di langit dan di bumi, sampai ikan di dalam lautan benar-benar akan (memanjatkan doa)
memintakan pengampunan (kepada Allah) untuk orang yang berilmu
6
.
Kecintaan dan penghormatan yang Allah jadikan bagi orang-orang yang berilmu
ilmu, adalah kecintaan dan penghormatan yang benar-benar murni bersumber dari dalam
hati manusia, lain halnya dengan penghormatan manusia kepada orang yang memiliki
harta atau kekuasaan misalnya, yang hanya berupa penghormatan dalam bentuk lahiriyah,
yang bahkan terkadang diiringi dengan kebencian dalam hati. Sehingga wajar kalau kita
dapati para ulama ahlus sunnah demikian dicintai dan dihormati oleh orang-orang yang
shaleh, bahkan setelah mereka wafatpun mereka tetap dipuji dan selalu didoakan dengan
kebaikan, padahal banyak di antara mereka yang tidak memiliki harta atau kekuasaan
duniawi. Hal ini dikarenakan adanya suatu keistimewaan yang Allah jadikan pada ilmu
agama, yaitu kemampuan dan kekuatan untuk menundukkan dan menguasai hati
manusia, sehingga menjadikan hati mereka tunduk kepada orang yang membawa ilmu
tsb, yang semua ini tidak ada pada harta atau kekuasaan duniawi. Oleh karena itulah
dalam banyak ayat Al Qur-an
7
Allah menamakan dalil-dalil ilmiyah dari Al Qur-an
dan Sunnah dengan nama Sulthan (sesuatu yang memiliki kekuatan dan kemampuan
menundukkan), berkata Ibnu Abbas : Semua (lafazh) sulthan dalam Al Qur-an
(artinya) adalah Hujjah (dalil/argumantasi ilmiyah dari wahyu Allah )
8
.
Sebagai penutup, untuk memperjelas dan melengkapi keterangan di atas, kami akan
bawakan beberapa atsar (riwayat) dari biografi para ulama Ahlus sunnah, yang
menunjukkan kepada kita besarnya kecintaan dan penghormatan manusia kepada orang-
orang yang berilmu, yang bahkan melebihi penghormatan mereka kepada orang-orang
yang memiliki harta dan kekuasaan duniawi:
- Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya (1/559) (no.817) dari
Amir bin Waatsilah bahwa Naafi bin Abdil Haarits yang dijadikan oleh Umar bin Al
khaththab sebagai gubernur wilayah Mekkah pernah menemui Umar di daerah
Asfan, maka Umar bertanya kepadanya: Siapa yang engkau jadikan penggantimu
memimpin penduduk lembah itu (Mekkah)? Naafi berkata: Ibnu Abza
9
. Umar bertanya
(lagi): Siapa Ibnu Abza itu? Naafi berkata: (Dia adalah) salah seorang bekas budak dari
kalangan kami. (Maka) Umar berkata: Engkau menjadikan seorang bekas budak yang
memimpin mereka? Naafi berkata: (Aku memilih dia karena) dia adalah seorang yang
(ahli) membaca Al Qur-an dan memiliki ilmu tentang syariat islam. (Maka) Umar
berkata: Ketahuilah, sungguh Nabi pernah bersabda: Sesungguhnya Allah akan
meninggikan (derajat) suatu kaum dengan kitab (Al Qur-an) ini
10
dan akan merendahkan
(derajat) kaum lainnya dengan kitab ini
11
(pula).
- Dalam kitab Siyaru alaamin nubala (2/437) Imam Adz Dzahaby membawakan
sebuah Atsar dari Abu Salamah bahwa suatu hari Ibnu Abbas bangkit menuju ke arah

6
Hadits hasan Riwayat Ahmad (5/196), Abu Dawud (no. 3641 dan 3542), At Tirmidzi (no. 2682) dll,
dengan sanad yang saling menguatkan, sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (1/160).
7
Lihat misalnya QS Yunus:68, QS An Najm:23, QS Ash Shaaffaat:156 dll.
8
Lihat kitab Miftahu daaris saaadah (1/243-244).
9
Nama lengkapnya Said bin Abdir Rahman bin Abza Al Khuzai maulaahum Al Kuufy, beliau adalah
seorang dari kalangan Tabiin yang tsiqah (terpercaya) dalam meriwayatkan hadits (Lihat kitab Taqriibut
tahdziib hal. 188, cet. daaru Ibni Rajab).
10
Yaitu dengan mengimani, mengagungkan dan mengamalkan kandungan maknanya secara ikhlas (kitab
Faidhul Qadiir 2/302).
11
Yaitu dengan tidak mengimani dan mengamalkan kandungannya (ibid).

www.alhujjah.com 4

Zaid bin Tsabit kemudian memegang (menuntun) hewan tunggangan beliau, maka
Zaid berkata: Menyingkirlah wahai putra paman Rasulullah ! Ibnu Abbas pun berkata:
Sungguh beginilah (cara) kami memperlakukan orang-orang yang berilmu dan lebih
senior di antara kami.
- Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ibnul Jauzy dalam kitab beliau Shifatush shafwah
(2/212) dalam biografi seorang Imam besar dari kalangan Tabiin, Atha bin Abi Rabah,
dari Ibrahim bin Ishak Al Harby dia berkata: Atha bin Abi Rabah dulunya adalah
seorang budak (berkulit) hitam milik seorang wanita penduduk Mekkah, (bentuk)
hidungnya seperti kacang tanah. (Suatu hari) Amirul muminin (khalifah) Sulaiman bin
Abdil Malik bersama dua putranya datang menemui beliau (untuk bertanya tentang
masalah manasik haji), kemudian duduklah mereka bertiga menghadap beliau yang (pada
waktu itu) sedang melakukan shalat (sunnah), setelah selesai shalat (barulah) beliau
menghadap kearah mereka, maka tidak henti-hentinya mereka bertanya kepada beliau
tentang manasik haji, sampai (akhirnya) beliau memunggungi mereka, kemudian
Sulaiman bin Abdil Malik berkata kepada kedua putranya: Berdirilah, maka mereka pun
berdiri, lalu dia berkata: Wahai kedua putraku, janganlah kalian malas dalam menuntut
ilmu, karena sungguh aku tidak bisa melupakan (bagaimana) hinanya kita di hadapan
budak (berkulit) hitam ini.
- Atsar yang diriwayatkan diriwayatkan oleh Imam Abul Hajjaj dalam kitab beliau
Tahdziibul kamaal (5/169, cet. muassatur risaalah) dalam biografi Imam Atha bin
Abi Rabah, dari Al Ashmai dia berkata: (Suatu hari) Atha bin Abi Rabah masuk (ke
istana menemui) Abdul Malik bin Marwan (Khalifah) yang (pada waktu itu) sedang
duduk di atas singgasananya dan di sekelilingnya para pembesar dari setiap suku,
kejadian ini (berlangsung) di Mekkah ketika Abdul Malik (menunaikan ibadah) haji di
masa pemerintahannya. Maka ketika Abdul Malik melihat Atha, dia (langsung) berdiri
(menyambut) dan mengucapkan salam kepadanya, (bahkan) kemudian dia mendudukkan
Atha bersamanya di atas singgasana, lalu dia duduk dihadapan Atha dan berkata
kepadanya: Wahai Abu Muhammad (Atha), apa keperluanmu? Maka Atha berkata:
Wahai Amirul muminin, bertakwalah kepada Allah di tanah haram Allah (Mekkah) dan
tanah haram Rasul-Nya serta perhatikanlah kemakmurannya. Bertakwalah kepada
Allah terhadap keturunan (para sahabat) Muhajirin dan Anshar, karena sesungguhnya
dengan sebab merekalah engkau (bisa) mencapai kedudukan ini. Bertakwalah kepada
Allah terhadap para pejuang islam yang berjihad di garis perbatasan, karena
sesungguhnya mereka adalah benteng (pelindung) kaum muslimin. Perhatikanlah
keadaan kaum, karena engkau sendirilah yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang
mereka. Bertakwalah kepada Allah terhadap orang-orang ada di depan pintumu (yang
ingin menemuimu), janganlah engkau melalaikan mereka dan menutup pintumu di
hadapan mereka (tidak mau menemui mereka). Maka Abdul Malik menjawab: Akan aku
lakukan. Kemudian Atha bangkit dan (ingin) pergi, tapi Abdul Malik menahannya dan
berkata: Wahai Abu Muhammad, yang engau minta tadi adalah kebutuhan orang lain dan
kami telah penuhi kebutuhan itu, kebutuhanmu sendiri apa? Maka Atha berkata: Aku
tidak punya kebutuhan apapun kepada makhluk. Kemudian dia keluar, lalu Abdul Malik
berkata: Ini adalah kemuliaan (yang sesungguhnya), ini adalah kedudukan tinggi (yang
sebenarnya).
- Atsar yang juga diriwayatkan oleh Imam Adz Dzhaby dalam Siyaru alamin nubala
(8/384) dalam biogarafi seorang Imam besar dari kalangan Atbaut tabiin, Abdullah bin

www.alhujjah.com 5

Al Mubarak, dari Asyats bin Syubah Al Mishshiishy dia berkata: (Suatu hari Khalifah)
Harun Ar Rasyid berkunjung ke (daerah) Ar Raqqah, (kemudian datang Abdullah bin Al
Mubarak), maka orang-orang pun berlarian di belakang Abdullah bin Al Mubarak
sehingga sandal-sandal mereka terlepas dan debu beterbangan. Maka (ketika itu) budak
wanita (yang telah mempunyai anak) dari Harun Ar Rasyid menengok dari bangunan
tinggi pada sebuah istana (yang terbuat dari) papan dan berkata: Ada apa? Orang-orang
pun menjwab: (Ada) seorang yang berilmu (Abdullah bin Al Mubarak) dari Khurasan
(baru) datang. Maka wanita tsb berkata: Demi Allah, inilah kerajaan (kekuasaan yang
sebenarnya), bukan (seperti) kekuasaan Harun Ar Rasyid yang tidak mampu
menghimpun manusia kecuali (dengan bantuan) para prajurit dan pengawal.
- Atsar
12
yang diriwayatkan oleh Imam Abul Hajjaj Al Mizzy dalam kitab beliau
Tahdziibul kamaal (5/169) dalam biografi Imam Atha bin Abi Rabah, dari
Muhammad bin Muslim Az Zuhry dia berkata: Aku (pernah) datang menemui (khalifah)
Abdul Malik bin Marwan, lalu dia bertanya: Dari mana engkau datang wahai Zuhry?
Aku menjawab: Dari Mekkah. Dia bertanya (lagi): Siapa yang engkau tinggalkan (di
sana) memimpin Mekkah dan penduduknya? Aku menjawab: Atha bin Abi Rabah. Dia
berkata: (Apakah) dia dari (kalangan) orang Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang
bekas budak? (Maka) aku menjawab: (Dia) dari kalangan bekas budak. Dia berkata
(lagi): Dengan apa dia memimpin mereka? Aku menjawab: Dengan agama (ketaatan
beribadah) dan riwayat (pengetahuan tentang hadits Nabi ). (Maka) dia berkata:
Sesungguhnya orang yang taat beribadah dan memiliki pengetahuan tentang hadits Nabi
memang pantas untuk memimpin (manusia), siapakah yang memimpin penduduk
Yaman? Aku menjawab: Thaawus bin Kaisan. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia dari
(kalangan) orang Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang bekas budak? (Maka) aku
menjawab: (Dia) dari kalangan bekas budak. Dia berkata (lagi): Dengan apa dia
memimpin mereka? Aku menjawab: Dengan apa yang dimiliki Atha. (Maka) dia
berkata: Sungguh dia pantas untuk itu, siapakah yang memimpin penduduk Mesir? Aku
menjawab: Yazid bin abi Habiib. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia dari (kalangan) orang
Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang bekas budak? (Maka) aku menjawab: (Dia)
dari kalangan bekas budak. Dia bertanya (lagi): Siapakah yang memimpin penduduk
Syam? Aku menjawab: Makhul. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia dari (kalangan) orang
Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang bekas budak? (Maka) aku menjawab: (Dia)
dari kalangan bekas budak, (dulunya) dia seorang budak dari (suku) Nauby kemudian
dibebaskan oleh seorang wanita dari (suku) Hudzail. (Kemudian) dia bertanya: Siapakah
yang memimpin penduduk Jazirah? Aku menjawab: Maimun bin Mihran. Dia bertanya
(lagi): (Apakah) dia dari (kalangan) orang Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang
bekas budak? Aku menjawab: (Dia) dari kalangan bekas budak. Dia bertanya (lagi):
Siapakah yang memimpin penduduk Khurasan? Aku menjawab: Adh Dhahhak bin
Muzahim. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia dari (kalangan) orang Arab (asli) atau dari
(kalangan) orang-orang bekas budak? Aku menjawab: (Dia) dari kalangan bekas budak.
(Kemudian) dia bertanya (lagi): Siapakah yang memimpin penduduk Bashrah? Aku
menjawab: Al Hasan Al Bashry. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia dari (kalangan) orang
Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang bekas budak? Aku menjawab: (Dia) dari

12
Sanad atsar ini sangat lemah, karena ada seorang perawinya yang bernama Al Walid bin Muhammad Al
Muwaqqary, Ibnu Hajar mensifatinya sebagai seorang yang matruk (ditinggalkan riwayatnya), Lihat kitab
Taqriibut tahdziib (hal. 539).

www.alhujjah.com 6

kalangan bekas budak. (Akhirnya) dia berkata: Celaka engkau, lalu siapa yang memimpin
penduduk Kufah? Aku menjawab: Ibrahim An Nakhai. Dia bertanya (lagi): (Apakah) dia
dari (kalangan) orang Arab (asli) atau dari (kalangan) orang-orang bekas budak? Aku
menjawab: (Dia) dari (kalangan) orang Arab (asli). (Maka) dia berkata: Celakah engkau
Wahai Zuhri, engkau telah membuatku merasa lega (dengan ucapanmu yang terakhir),
demi Allah sungguh orang-orang bekas budak akan memimpin orang-orang Arab (Asli)
di negeri (Arab) ini sehingga (nantinya) mereka akan berceramah di atas mimbar-mimbar
dan dan orang-orang arab (duduk mendengarkan) di bawah mimbar. (Maka) akupun
berkata: Wahai Amirul muminin, (semua itu sebabnya) tidak lain adalah diin (agama),
barangsiapa yang menjaganya maka dia akan menjadi pemimpin (umat), dan barangsiapa
yang tidak menghiraukannya maka dia akan direndahkan.
-~' - ~~= '-= =' -~= -=- ' ~~=~ '---- _= '- ~ - _- .
Madinah, 7 Shafar 1428 H (24 feb 2007)
Abdullah bin Taslim Al Buthany

Anda mungkin juga menyukai