Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Mengembangkan kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah dan sederhana karena banyak pertanyaan yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Melalui kurikulum yang sesuai dan tepat, maka diharapkan sasaran dan tujuan pendidikan akan dapat tercapai secara maksimal. Demikian juga dalam proses belajar mengajar guru diharapkan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan kurikulum yang terdapat di sekolah. Guru harus membuat strategi belajar yang cocok dengan minat dan bakat peserta didik. Keberhasilan dari implementasi kurikulum di sekolah dalam strategi belajar sangat bergantung pada cara guru memilih dan menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karena tidak semua metode cocok digunakan dalam penerapan pengajaran di kelas. Oleh karena itu, terdapat beberapa atau suatu metode yang hanya cocok jika digunakan pada pembelajaran tertentu. Maka, dalam menelaah kurikulum dapat ditinjau dari materi pokok apa yang diajarkan pada satu angkatan di sekolah, tinjauan filosofi, tinjauan psikologi belajar, bentuk tagihan/evaluasi belajar, juga otoritas guru dalam mengubah kurikulum. Selanjutnya dapat dilihat perbedaan yang mendasar antara KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan KB (Kurikulum Berbasis) Karakter.

Hitung Dagang, mata pelajaran yang dienyam oleh peserta didik kelas X (sepuluh) Jurusan Akuntansi SMKN 14 Jakarta dipilih sebagai bahan observasi untuk menelaah perbedaan kurikulum tersebut. Meski sebenarnya, mata pelajaran tersebut hanya terhitung sebagai mulok (muatan lokal) karena mata pelajaran lain yang terkait dengan ekonomi telah dibahas oleh kelompok lain yang juga melakukan observasi pada jurusan yang sama.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah berdasarkan tinjauan filosofi, tinjauan psikologi belajar, evaluasi yang diterapkan, otoritas yang jika dimiliki guru untuk mengubah kurikulum, serta adanya pembaharuan dalam bidang kurikulum dengan lahirnya KB Karakter setelah KTSP, terdapat perbedaan yang mendasar di dalamnya pada kelas X (sepuluh) Akuntansi SMKN 14 Jakarta?

1.3 Tujuan Observasi

Berikut adalah tujuan dalam melakukan observasi:


1. mengenal profil SMKN 14 Jakarta secara keseluruhan; 2. mengenal profil kelas pada SMKN 14 Jakarta, berupa rombongan

belajar;
3. mengetahui materi pokok yang diajarkan pada satu angkatan; 4. mengetahui tinjauan filosofi atas materi tersebut; 5. mengetahui tinjauan psikologi belajar dalam pembelajaran materi

tersebut;
6. mengetahui bentuk evaluasi yang dilakukan guru pada mata

pelajaran tsb;

7. mengetahui mengenai ada tidaknya otoritas guru dalam mengubah

kurikulum; serta
8. mengetahui perbedaan yang mendasar antara KTSP dengan KB

karakter.

1.4 Manfaat Observasi

Berikut adalah manfaat yang diperoleh dari hasil observasi:


1. 2.

memperkaya wawasan dan pengetahuan akan kurikulum; mengenal Kompetensi Dasar dan Indikator yang dibuat mengenal metode dan media yang digunakan guru dalam

oleh guru;
3.

menyampaikan materi, cara yang dilakukan dalam mengorganisasi bahan ajar, kegiatan dalam mengapersepsi materi, serta pemberian reward dan punishment guru terhadap siswa;
4. 5.

mengetahui bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru; mengetahui mengenai ada tidaknya otoritas guru dalam mengetahui perbedaan yang mendasar antara KTSP dengan

mengubah kurikulum; dan


6.

KB Karakter.

BAB II HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

Lokasi yang dipilih sebagai tempat untuk melakukan observasi mengenai kurikulum pada salah satu mata pelajaran di sebuah sekolah menengah kejuruan adalah SMKN 14 Jakarta yang bertempat di Jalan Percetakan Negara IIA, Johar Baru, Jakarta Pusat. Selanjutnya mata pelajaran Hitung Dagang dipilih untuk dilakukan observasi. Berikut adalah beberapa butir pertanyaan yang disajikan kepada para narasumber, yakni Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi SMKN 14 Jakarta: 1. Bagaimana profil sekolah secara keseluruhan? (sejarah, letak, prestasi sekolah, jumlah siswa, total guru, sarana & prasarana, dll) 2. Bagaimana profil kelas rombongan belajar? (jumlah kelas 1 angkatan, jumlah murid 1 angkatan, dan jumlah murid tiap kelas)
3. Apa saja materi pokok yang diajarkan pada satu angkatan?

4. Bagaimana tinjauan filosofinya? (TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus) melalui Kompetensi Dasar dan Indikator tiap materi pokok) 5. Bagaimana tinjauan psikologi belajar?

(metode-metode belajar apa yang dipakai oleh guru, media pembelajaran apa yang sering dipakai, bagaimana guru mengorganisasi bahan ajarnya, bagaimana cara/kegiatan mengapersepsi materi, bagaimana cara memberi reward dan punishment)
6. Bagaimana bentuk tagihan/evaluasi belajarnya? 7. Apakah guru punya otoritas untuk mengubah kurikulum? 8. Apakah perbedaan yang mendasar dari kurikulum KTSP dan KB Karakter

dalam contoh khusus satu angkatan? Berikut adalah jawaban dari hasil observasi dengan teknik wawancara yang telah dilakukan:
1. Profil Sekolah Secara Keseluruhan a. Sejarah Singkat1

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 14 Jakarta yang dulu bernama Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri 11 Jakarta berdasarkan SK Mendikbud No. 97/UKKU.3/1969 tertanggal 2 Juni 1969, resmi didirikan. SK Mendikbud No. 0036/0/1997 tertanggal 07 Maret 1997 resmi menjadikan perubahan nama SMEA Negeri 11 menjadi SMK Negeri 14 Jakarta (Kelompok Bisnis dan Manajemen). Selanjutnya pada tahun 1999 nama Kelompok Bisnis dan Manajemen berubah menjadi Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. SMK Negeri 14 Jakarta menjadi salah satu Sekolah Unggulan di Jakarta, sentral Green School Jakarta Pusat, bersertifikat ISO 9001:2000, dan kini telah menjadi sekolah berRSBI. b. Lokasi Sekolah SMKN 14 Jakarta Jalan Percetakan Negara IIA, Johar Baru, Jakarta Pusat 10560.

Sejarah Singkat SMKN 14 Jakarta (http://www.smkn14jkt.com/smk/ diakses pada 30 April 2012)

c. Prestasi Sekolah2

i. Bidang Manajemen
1. Sertifikat ISO 9001:2008, 2. Nominasi

RSBI

(Rintisan

Sekolah

Bertaraf

Internasional), dan
3. Kawasan Green School.

ii. Tingkat Nasional


1. Debat Bahasa Inggris Juara I (LKS Semarang: Juara

2004, Bali: 2005);


2. Marketing Juara I (LKS Bandung: 2006, Makasar:

2007);
3. Juara I dan Juara Umum Lomba Tari Aceh se-

Jabodetabek;
4. Piala Bergilir Gubernur NAD: Univ. Paramadina

(2003);
5. Juara

Umum

PBB

Indah-PASKIBRA

se-

Jabodetabek selama 2 tahun berturut-turut;


6. Piala Bergilir Gubernur DKI Jakarta (2004-2006);

dan
7. Juara

Lomba

Musikalisasi,

Marawis,

dan

Kaligrafi se-DKI Jakarta (2007).


d. Jumlah siswa3 sebanyak 864 orang. e. Total guru4 sebanyak 45 orang. f. Sarana dan Prasarana5

Berikut adalah sarana dan prasarana yang terdapat di SMKN 14 Jakarta.


2

Ibid.

Hasil wawancara dengan Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta. 4 Hasil wawancara dengan Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.
5

Sarana dan Prasarana SMKN 14 Jakarta (http://www.smkn14jkt.com/smk/ diakses pada 30 April 2012)

Gedung Sekolah Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Lab. Bahasa Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Lab. Komputer Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Aula Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Masjid Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Tempat Parkir Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Lapangan Upacara Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Lapangan Olahraga Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Kantin Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

Perpustakaan Sumber: http://www.smkn14jkt.com/smk/

2. Profil Kelas Rombongan Belajar6

Terdapat 9 kelas dalam 1 angkatan yang terdiri dari 3 kelas jurusan Akuntansi, 3 kelas jurusan Administrasi Perkantoran, dan 3 kelas jurusan Pemasaran. Jumlah siswa dalam 1 kelas adalah 32 siswa dan jumlah siswa dalam 1 angkatan adalah 288 siswa.
3. Materi Pokok yang Diajarkan pada Satu Angkatan7

Materi pokok pada 1 angkatan dengan jurusan Akuntansi kelas X adalah Akuntansi Dasar. Namun, karena telah dilakukan observasi oleh

Hasil wawancara dengan Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.
7

Hasil wawancara dengan Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.

kelompok lain, maka mata pelajaran Hitung Dagang diambil meski terbilang mulok dalam materi pokok angkatan tersebut.
4. Tinjauan Filosofi

Mata pelajaran yang dilakukan observasi adalah Hitung Dagang. Namun, karena mata pelajaran ini hanya mulok, maka tidak terdapat TIU maupun TIK yang secara khusus dibuat oleh pemerintah seperti mata pelajaran lain pada umumnya. Mata pelajaran ini dipilih karena mata pelajaran Akuntansi telah dilakukan observasi oleh kelompok lain yang juga melakukan observasi pada jurusan yang sama. Lagi pula, hanya mata pelajaran inilah yang masih erat kaitannya dengan bidang ekonomi. Akan tetapi, Kompetensi Dasar & Indikator dari mata pelajaran ini dapat diperoleh dari guru mata pelajaran Hitung Dagang di sekolah tersebut, yakni: Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dalam mata pelajaran Hitung Dagang adalah mengerjakan perhitungan harga pembelian barang dan harga pokok penjualan barang.8 Indikator Berikut adalah indikator dari mata pelajaran Hitung Dagang, yaitu: 1. memahami perdagangan barang dan jasa, 2. memahami istilah-istilah dalam perdagangan barang dan jasa, 3. melakukan perhitungan harga pembelian barang, serta 4. melakukan perhitungan harga pokok penjualan barang.9 Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Indikator yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa TIU (Tujuan Instruksional Umum) & TIK (Tujuan Instruksional Khusus) dari mata pelajaran Hitung Dagang pada kelas X Akuntansi SMKN 14 Jakarta adalah sebagai berikut:
8

Hasil wawancara dengan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.
9

Hasil wawancara dengan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.

Tujuan Instruksional Umum Siswa dapat mengerjakan perhitungan harga pembelian barang dan harga pokok penjualan barang. Tujuan Instruksional Khusus
1. Siswa dapat memahami perdagangan barang dan jasa, 2. Siswa dapat memahami istilah-istilah dalam perdagangan barang

dan jasa,
3. Siswa dapat melakukan perhitungan harga pembelian barang, serta 4. Siswa dapat melakukan perhitungan harga pokok penjualan barang.

5.

Tinjauan Psikologi Belajar10 Metode belajar yang digunakan oleh guru dalam mengajar adalah

ceramah dengan kombinasi metode active learning sebanyak 40% dengan cara menunjuk salah seorang siswa untuk maju ke depan mengerjakan soal di papan tulis. Media pembelajaran yang biasa digunakan adalah Ms. Power Point dengan laptop, LCD, dan papan tulis. Guru mengorganisasi bahan ajarnya dengan membuat sebuah modul berisi soal-soal yang telah dirangkum dari buku-buku untuk bahan ajar Hitung Dagang yang banyak dijual di pasaran. Selain itu untuk buku pedoman siswa dianjurkan untuk membelinya di toko-toko buku, tidak membeli di sekolah, terlebih dari guru. Berikut adalah apersepsi materi yang dilakukan:
1. melakukan absensi selama 5 menit, 2. berdoa, dan 3. melakukan tes di awal sebelum memulai pembelajaran dengan 1-2

soal untuk me-review materi pada pertemuan sebelumnya. Reward yang diberikan kepada siswa berupa nilai dan punishment tidak ada. Hanya saja, jika nilai siswa belum memenuhi KKM, guru akan memanggil siswa tersebut dan menawarkan untuk melakukan remedial.

10

Hasil wawancara dengan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.

10

6.

Bentuk Tagihan/Evaluasi Belajar11 Bentuk tagihan atau evaluasi yang dilakukan adalah dengan

melakukan tes formatif pada saat UTS (Ujian Tengah Semester), tes sumatif pada saat UAS (Ujian Akhir Semester), dan ulangan harian dengan rentang pada setiap 2 bab berupa esai dan/atau pilihan ganda.
7.

Otoritas Guru Dalam Mengubah Kurikulum Guru tidak memiliki otoritas untuk mengubah kurikulum, yang

memiliki otoritas adalah sekolah.12 Sekolah memiliki otoritas dalam manajemen berbasis sekolah. Secara khusus hal-hal yang didesentralisasikan adalah yang secara langsung berhubungan dengan para peserta didik, seperti keputusan tentang program pendidikan, alokasi waktu, dan kurikulum.13 Menurut Caldel dan Spinks dalam Asas-asas Kurikulum, beberapa hal yang menjadi otoritas sekolah dalam MBS, yaitu: Pengetahuan (knowledge), otoritas keputusan yang berkaitan dengan kurikulum, tujuan, dan sasaran pendidikan. b. Teknologi (technology), otoritas mengenai sarana dan prasarana dalam pembelajaran. c. Kekuasaan (power), kewenangan dalam membuat keputusan. d. Material (material), kewenangan mengenai penggunaan fasilitas, pengadaan, dan perawatan alat-alat sekolah. e. Manusia (people), kewenangan atas keputusan mengenai sumber daya manusia, pengembangan profesionalisme, dan dukungan terhadap proses pembelajaran. f. Waktu (time), kewenangan mengalokasikan waktu.
a.

11

Hasil wawancara dengan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.
12

Hasil wawancara dengan Dra. Endang Pratiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.
13

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, h. 123.

11

Keuangan (financial), kewenangan dalam mengalokasikan dana pendidikan.14 Menurut para ahli sosiologi pun perubahan terjadi dalam tiga fase,
g.

yakni:
1. Fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan yang

dilancarkan dengan menjelaskan sifat, tujuan, dan luas perubahan yang ingin dicapai; 2. Fase legitimasi, yaitu saat orang menerima ide tersebut; dan 3. Fase kongruensi, ketika orang mengadopsinya, menyamakan pendapat hingga selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak lagi terdapat perbedaan nilai antara penerima dan pencetus perubahan.15 Untuk mencapai kesamaan pendapat, berbagai cara dapat dilakukan. Sebagai contoh, melalui motivasi intrinsik dengan janji kenaikan gaji/pangkat, memperoleh kredit, juga paksaan keras maupun halus dengan menggunakan otoritas maupun indoktrinasi. Membangkitkan motivasi intrinsik pun dapat dilakukan dengan bersikap ramah, akrab, penuh kesabaran, pengertian, dan mengajak turut serta dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan permasalahan bersama. Perubahan akan lebih berhasil bila para guru turut merasakan kekurangan dalam keadaan, sehingga timbul hasrat untuk memperbaiki demi kepentingan bersama, bukan dengan paksaan. Menjadikan perubahan sebagai masalah yang dipecahkan bersama dengan melibatkan semua pihak dalam perumusan masalah, pengumpulan data, pengujian alternatif, serta pengambilan kesimpulan berdasarkan percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap dalam hati para guru.16 Maka benar adanya otoritas dalam mengubah kurikulum tidak berlaku hanya bagi guru yang bersifat personal, melainkan pada seluruh elemen sekolah dengan melibatkan guru di dalamnya.

14

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, h. 123. Ibid., h. 124. Ibid.

15

16

12

8.

Perbedaan Mendasar Antara Kurikulum KTSP Dan KB KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru karena mereka banyak dilibatkan, diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.17 Dalam struktur kurikulum yang merupakan bagian dari standar isi dijelaskan bahwa komponen kurikulum pendidikan umum dan pendidikan kejuruan mencakup mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri, sedangkan pada pendidikan khusus, di samping komponen tersebut juga terdapat program khusus. Dengan demikian, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus.18

Karakter Dalam Contoh Khusus Satu Angkatan

Lain halnya pada pendidikan karakter yang ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Dalam upaya pembentukan karakter yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia tentu tidak hanya
17

E. Mulyasa, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010, h. 8-9.
18

Ibid., h. 270.

13

dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah. Akan tetapi, juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan. Pembisaan tersebut bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif), akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) serta bersedia untuk melakukan suatu perbuatan/tindakan (aspek psikomotorik) mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat. Perencanaan pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan pada dasarnya adalah melakukan penguatan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Karena pelaksanaan dan penilaian dalam pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, melainkan juga sikap perilaku yang kemudian dapat membentuk akhlak mulia seperti yang diharapkan dalam upaya pembangunan nasional.19 Maka, KTSP merupakan wewenang desentralisasi pemerintah kepada sekolah sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, serta karakteristik peserta didik untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Sedangkan KB Karakter merupakan upaya pembentukan karakter yang dilakukan melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan seharihari. Bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif), akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) serta bersedia melakukan suatu tindakan/perbuatan (aspek psikomotorik) mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat. Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang cukup signifikan sebagai pusat pembudayaan.

19

Rizka Safriyani. KTSP dan Pendidikan Karakter (rizkasafriyani.files.wordpress.com diakses pada 30 April 2012)

14

Sebagai contoh, pada mata pelajaran Hitung Dagang nilai karakter yang ditanamkan di dalamnya, salah satunya adalah kejujuran. Seperti yang tertera pada poin ke-2 dari 18 Karakter Bangsa20 berikut: 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Toleran dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi

Sikap dan

tindakan yang menghargai agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas yang diselesaikan dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki sebelumnya.
20

Hasil wawancara dengan Fendi Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Hitung Dagang kelas X Jurusan Akuntansi pada tanggal 20 April 2012 di SMKN 14 Jakarta.

15

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama antara hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang telah dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif

yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

16

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menjadikan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, baik dalam masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), dan negara. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya serta mengembangkan berbagai upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan.

17

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa selain Akuntansi, Hitung Dagang pun merupakan pelajaran yang terkait dengan ekonomi dalam pelajaran di sekolah menengah kejuruan. Sebenarnya mata pelajaran ini sudah sangat jarang ditemukan di sekolah pada umumnya. Pada tingkat selanjutnya pun bukan mata pelajaran Hitung Dagang yang diajarkan, melainkan Akuntansi Perbankan di sekolah ini. Maka, tidak heran apabila tidak terdapat TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus) yang secara khusus dibuat pemerintah karena mata pelajaran ini hanya merupakan mulok. Namun masih terdapat Kompetensi Dasar & Indikator dalam RPP yang dibuat oleh guru, yang juga merupakan Tujuan Instruksional Umum & Tujuan Instruksional Khusus dari mata pelajaran tersebut. Pada tinjauan psikologi belajar, cukup memudahkan bagi siswa maupun guru dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) karena memanfaatkan TI (Teknologi Informasi) sebagai media berupa Ms. Power Point. Lagi pula, tidak dilakukan praktik jual buku di sekolah untuk menyerap bahan ajar yang diperlukan siswa. Kegiatan mengapersepsi materi pun cukup sederhana dan bersifat umum. Namun, cukup mencakup tujuan yang diinginkan dengan melakukan absensi terhadap kehadiran siswa, berdoa, dan melakukan tes untuk me-review materi pada pertemuan sebelumnya dengan 1 hingga 2 butir soal. Reward dan punishment bersifat santai dan terbuka. Seperti reward yang diberikan dalam bentuk nilai atas pencapaian KKM bahkan di atas rata-rata. Sedangkan pada punishment yang sebenarnya dapat dikatakan tidak ada karena guru tersebut hanya melakukan penawaran remedial pada siswa dengan nilai yang belum memenuhi KKM. Tagihan evaluasi belajar pun cukup umum dan bersifat berkala, yakni dengan melakukan ulangan harian setiap 2 bab. Guru merupakan bagian dari
18

elemen sekolah. Oleh karena itu, tidak memiliki otoritas dalam mengubah kurikulum. Akan tetapi, sekolah yang berwenang atas hal tersebut. Perbedaan yang mendasar antara KTSP dengan KB Karakter adalah pada KTSP sekolah berwewenang dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Hal tersebut dapat berupa muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri. Sedangkan KB Karakter merupakan upaya pembentukan karakter yang dilakukan melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan seharihari, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun luar sekolah. Bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif), akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) serta bersedia melakukan suatu tindakan/perbuatan (aspek psikomotorik) mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat. Sebagai contoh, mata pelajaran Hitung Dagang melalui Karakter Kejujuran yang ditanamkan, diharapkan para siswa dapat mengimplementasikannya ke dalam kehidupan bermasyarakat dengan memulai dari mata pelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
19

Mulyasa, E. (2010). KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sebuah Panduan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. (2008). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter (KBK) (berbagi pengalaman mengikuti MGMP). (t.thn.). Dipetik April 30, 2012, dari http://dc179.4shared.com/doc/VOeZWFuX/preview.html Safriyani, R. (t.thn.). KTSP dan Pendidikan Karakter. Dipetik April 30, 2012, dari rizkasafriyani.files.wordpress.com Sarana dan Prasarana. (t.thn.). Dipetik April 30, 2012, dari SMKN 14 Jakarta: http://www.smkn14jkt.com/smk/ Sejarah Singkat. (t.thn.). Dipetik April 30, 2012, dari SMKN 14 Jakarta: http://www.smkn14jkt.com/smk/

LAMPIRAN

20

Profil Narasumber

Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat, Tanggal Lahir Alamat Status Agama Personal Kontak e-mail Pendidikan Perjalanan Karier Kegiatan Kemasyarakatan

: Fendi Nugroho, S.Pd. : Fendi Nugroho : Jakarta, 25 Oktober 1988 : Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur : Belum Menikah : Islam : (021) 94432133 : fendi_nugroho1@yahoo.co.id : Sarjana Pendidikan, di Fakultas ekonomi, UNJ : Mengajar sejak tahun 2010 di SMKN 14 Jakarta :-

21

Anda mungkin juga menyukai