Anda di halaman 1dari 19

Anis Sholeh Ba'asyin

SULUK KESEIMBANGAN

Ya Allah,
jadikan hamba air
sembunyi di kerendahan
jadikan hamba tanah
berdiam dalam kesunyian
jadikan hamba udara
memfanakan keberadaan
jadikan hamba api
menerima penolakan!

Ya Allah,
bila kemuliaan disepelekan
bila kesabaran dihinakan
bila kekuasaan dituankan
bila kesombongan diberhalakan
ubah hamba
jadi bah jadi gempa jadi badai jadi kebakaran
sampai keadilan ditubuhkan
sampai keseimbangan dikembalikan!

2003

2
SULUK JAMAN AKHIR

‫بسم ال لرحمن الرحئم‬


‫ب فنتصر‬ ٌ ‫ن مخلو‬
ّ ‫ربّ ا‬
‫وجبر قلبى المنكسر‬
‫واجمح شمل المندثر‬
‫انك انت الرحمن المقتدر‬
‫اكفنى يا كا فى ونهن العبدامفتقر‬
‫وكفى با ل وليا وكفى با ل نصير‬
‫ان الشرك لضلم عضيم‬
‫وما ال يريد ضلما للعباد‬
‫فقطع د ابرالقوم الزين ضلمو‬
‫و ا لحمد ل رب ا لمين‬
Jaman wis akhir, jaman wis akhir
bumi porak-poranda, langit menganga
udaranya tercemar, laut merana
tanah-air diacak, api menyala
warisannya dikuras, gelap pandangan
orang nabrak tatanan, racun di tanam
dunia tanpa aturan, semua dimakan
rezim pikiran sesat, yang penting menang
memburu bayang-bayang, lintang pukang

Jaman wis akhir, jaman wis akhir


pohon-pohonnya tumbang, gundul hutannya
hewan-hewannya hilang, oleng timbangan
limbah dimana-mana, hidup terancam
benihnya diperkosa, sakit menikam
tipuan dibiakkan, cacat mendekam
disandera masa depan, gali kuburan
burung-burung bertapa, sendiri di ujung senja
daun-daun berdoa, tenggelam di cakrawala
Jaman wis akhir, jaman wis akhir

2007

3
SULUK PINTU TERKUNCI

Kuketuk pintu itu beribu kali


tak juga jawaban diberi
kugedor pintu itu berjuta kali
tak juga kau peduli.
Bermilyar kali kita mencoba bertegur sapa
bermilyar kali kita mencoba tukar bicara
tapi pintumu tetap tak terbuka
Kita cuma bersaing suara
membisingkan udara dengan kata
membisingkan udara dengan kata
Kuketuk pintu itu beribu kali
kugedor pintu itu berjuta kali
Bermilyar sudah isyarat disampaikan
bermilyar sudah tanda dikibarkan
tapi kau terus sibuk dengan impian
membangun pintu demi pintu
yang kau kira menyelamatkan.
yang kau kira menyelamatkan.
Kuketuk pintu itu beribu kali
kugedor pintu itu berjuta kali

Kuketuk pintu beribu kali


kugedor pintu berjuta kali
tak juga kau peduli (2x)
Benteng-benteng yang kau bangun, betapapun kokoh kau bayangkan
betapapun indah berhias taman
tak menyelamatkanmu dari kenistaan.
Pintu-pintunya yang terkunci, membuatmu diasingkan kenyataan
dan, pada saatnya, kamu akan diludahi masa depan
Kamu akan diburu huruf-huruf yang kamu semburkan
akan ditelikung jejak-jejak yang kamu torehkan.
Tanah akan berontak dan membuatmu kalang kabut

4
laut akan melecehkan proyek-proyek masa depan
gunung akan mempertontonkan kekerdilan nalarmu
sementara udara akan menjepit napasmu
dan orang mulai menyumpahi caramu mengemudikan gelombang.

Kemana kau akan berlari?


Kepada para perancang yang ongkang-ongkang di luar sana?
Percayalah, mereka akan tunggang langgang
membiarkanmu sendirian dimangsa kekerasan

Kuketuk pintu itu beribu kali


kugedor pintu itu berjuta kali

Kuketuk pintu beribu kali


kugedor pintu berjuta kali
tak juga kau peduli (2x)
Apalagi yang akan dibanggakan?
Gedung-gedung, rencana-rencana, kemudahan-kemudahan?
Kenyamanan, keserbamewahan, sarana, teknologi, ilmu pengetahuan?
Bahkan sejak dulupun ini selalu berulang
jadi tak perlu membusungkan dada atas kemajuan
karena kerapuhan dan kekerdilan tak bisa disembunyikan.

Apakah lupa yang kamu andalkan?


Jangan terlalu percaya!
Lupa cuma beredar pada manusia, yang gampang terpikat perubahan warna
Kuketuk pintu beribu kali
kugedor pintu berjuta kali
tak juga kau peduli (2x)
Tapi tidak daun-daun,
tidak udara, tidak air, tidak tanah, tidak cahaya
catatannya tak terhapus apa saja
dan akan memburumu tanpa jeda.

Kuketuk pintu itu beribu kali


kugedor pintu itu berjuta kali

Sudahlah, kamu cuma memutar cerita yang sudah bosan dikisahkan

5
betapapun segenap tenaga dikerahkan
sejarah tak bisa dihadang
betapapun segenap rekayasa disebarkan
(Hasbunallah wa ni’mal wakiil 3x, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir) 2x
matahari tak bisa ditutupi tangan.
Kamu akan termangu
kaget oleh kenyataan yang dadakan menikam,
sementara pintu yang kau agungkan tak menjaga dari kepastian
(Hasbunallah wa ni’mal wakiil 3x, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir) 2x
bahkan jadi sembilu yang menusuk dari belakang.

Kuketuk pintu itu beribu kali


tapi kau selalu terbirit pergi
kugedor pintu itu berjuta kali
tapi kau malah memaki-maki.
(Hasbunallah wa ni’mal wakiil 3x, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir) 1x

Kuketuk pintu itu beribu kali


kugedor pintu itu berjuta kali

Kuketuk pintu itu beribu kali


tak juga jawaban diberi
kugedor pintu itu berjuta kali
tak juga kau peduli.
(Hasbunallah wa ni’mal wakiil 3x, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir) 3x
(Ya Allah, ya Allah, ya Allah, ya Allah, ya Allah) 2x

Ah, teruslah bermimpi


teruslah menari sampai kau kaget sendiri
ketika bangun, rumahmu sudah dicuri!
(Ya, Allah)
(Hasbunallah wa ni’mal wakiil 3x, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir) 1x

Pati, 2007

6
PANTUN JADI-JADIAN

Ini pantun jadi-jadian


ditulis karena penat oleh kehidupan
Makin hari makin tidak karuan
benar salah cuma soal kekuasaan
Wong bodo kalah karo wong pinter
Wong pinter kalah karo wong bejo
Wong bejo kalah karo wong nekad
Wong nekad kalah karo wong edan!
Negeri ini suka bercanda
pemimpinnya makin lucu saja
Rakyat diajari taat aturan
pemimpinnya malah ugal-ugalan.
Ada asap ada api,
lumpur panas jangan dianggap mimpi
obral janji ya obral janji
kalau ditagih, jangan dibayar janji lagi!
Ini negeri aneh tapi nyata
penduduknya dua macam saja
Yang satu pontang panting cari kerja
yang satunya ongkang-ongkang nilep uang negara.
Kali ilang kedunge
pasar ilang kumandange
pemimpin ilang wirange
negara ilang regane
Ini pantun pelipur lara
karena koran dan tivi bikin sakit hati saja
Kalau jualan aset jadi urusan utama
mbok pemimpinnya jadi bakul saja!
Jadi pemimpin gampang saja
syaratnya paling cuma dua:
pertama, uang harus punya
yang kedua, malu tidak punya!

7
Demokrasi ya demokrasi
tapi mbok jangan asal bunyi
Korupsi ya korupsi
tapi mbok jangan habis-habisan begini!
Kalau orang gila bicara,
yang dengar bisa ikut gila
Kalau situ dituntut jaksa,
bilang sakit habis perkara!
Jaman akhir, banyak yang nelangsa
bicara boleh saja, didengar urusan lainnya
Kalau tak percaya, periksa para penguasa
apa kupingnya masih nempel di kepala!
Jangan suka salah sangka
demokrasi bukan rakyat yang kuasa
Kalau hutan dan tambang dijarah seenaknya
memang situ mau apa!
Ling molang maling gemblung
royokan balung gemblung
ling molang maling gemblung
balapan sinting gemblung
Dari Sabang sampai Merauke
berjajar maling-maling
sambung menyambung menjadi satu
namanya pasar maling
Para maling bersekongkol
menyandera masa depan
Nilai diputarbalikkan
jadi saham perdagangan.

2006

8
SULUK KECELIK
Kukira kau yang kutunggu
kukira kau yang kurindu
ternyata kau juga penipu
ternyata kau juga pemalsu

Dulu musuhku satu


kini musuhku beribu
dulu kutahu musuhku
kini musuhku tak tentu

Ya Allah, terbakar bumiMu


ya Rabbi, terpanggang hambaMu
nafsu yang memimpinku
lapar yang memilinku

Kukira waktu sudah berlalu


kukira jamannya sudah baru
ternyata wajahnya tetap itu
ternyata gilanya makin menggebu

Sekarang engkau marah pada cermin itu


wajah yang nongol tak lagi kau kenali
beribu kali kau pandang beribu kali kau pangling
gambarnya asing dan membuatmu gamang
Berulang kau ganti cermin atau kau pecahkan
gambar-gambarnya tak juga hilang
meneror kamu sampai ke impian.
Kau bayangkan para malaikat akan menyelamatkan keadaan
dan kini terkaget-kaget kau lihat kenyataan
gerombolan iblislah yang kembali mengangkangi kekuasaan

Kukira kau sang pembaru


kukira kau sang penyeru
ternyata kau cuma penyaru
ternyata kau cuma peniru

9
Dulu musuhku satu
kini musuhku beribu
dulu kutahu musuhku
kini musuhku tak tentu

Ya Allah, terbakar bumiMu


ya Rabbi, terpanggang hambaMu
nafsu yang memimpinku
lapar yang memilinku

Kukira ku buru surgaMu


kukira ku takut nrakaMu
ternyata kudekap apiMu
ternyata kutolak cahyaMu

2007

10
SULUK KIAMAT ALIAS BERSAMA KITA GILA

Bersama kita gila


membangun kiamat
rontokkan hutan nggangsir tambang
gelisahkan laut marahkan udara
bumi oleng
dan babak belur kita diayunnya

Bersama kita gila


merancang neraka
ngrampok masa depan habiskan harapan
berhalakan impian kobarkan dendam
bumi membara
dan terpanggang kita ditengahnya

Kiamat, kita pembangunnya


neraka, kita perancangnya
jangan tuding pelaku lainnya
agar bisa jadi pahlawannya.

Bersama kita gila


sambil merasa sebaliknya. (8x, fade out)

2007-2008

11
SULUK MONTANG-MANTING

Kubaca angin
kubaca gelombang
kubaca matahari
kubaca rembulan
kubaca mimpi
kubaca harapan
wajahMu terhampar sunyi di ufuk kenyataan
mata buta kami tak membacanya
hati nista kami tak kuasa menyapanya

Di ujung kegelapan
orang berbaris berpedang
menarikan kegilaan
menorehkan dendam
Pembangunan dirancang bukan demi kebutuhan
tapi karena proyek harus diciptakan
dan para pemimpin butuh lebih banyak simpanan
Ya Allah! Ya Rabbi!

Awan berarak
daun berserak
ranting berderak
wajah ngungun letih mendongak
langit sesak gambar congkak
bumi letih merangkak

Ini negeri makin tidak jelas cita-citanya


fakta fiksi gampang dipertukarkan
akal sehat dihajar habis-habisan
kebenaran ditelikung kepentingan
otak bangsa diimpor dari negeri khayalan
roda kehidupan diputar oleh mesin pinjaman
kekayaan dikuras demi mimpi semalam

12
Ya Allah ya Robbi
ini makin gila
takut bayangan
nyawa dipertaruhkan

Ya Allah ya Robbi
akal sehat dimana
demi impian
nyebar ketakutan

Kalaulah engkau cari kuasa


kalaulah engkau ingin digdaya
kenapa kami jadi tumbalnya
kenapa kami yang nanggung biayanya

Ya Allah ya Robbi
ini pemimpin apa
untuk omong kosong
rakyat dikorbankan

Ya Allah ya Robbi
ini mau dibawa kemana
bencana tak henti
malah membangun kehancuran

Kalaulah engkau cari kuasa


kalaulah engkau ingin digdaya
kenapa kami jadi tumbalnya
kenapa kami yang nanggung biayanya

Kalaulah nuklir tak berbahaya


kalaulah nuklir aman belaka
pasanglah di rumahmu saja
jadikan hiasan ruang tamumu saja

2007

13
SULUK MABUK SEGALA JURUSAN

Karena tiap kata kamu rampok maknanya


karena tiap bahasa kamu preteli pengertiannya
karena tiap tanda kamu kubur isyaratnya
maka kami memilih lupa!

Karena tiap pikiran kamu perdayai bentuknya


karena tiap mimpi kamu kurung batasnya
karena tiap langkah kamu hadang arahnya
maka kami memilih lupa!

Karena tiap kami ucapkan satu kata, kamu bombardir dengan ribuan wacana
karena tiap kami gerakkan satu tangan, kamu cegat dengan ribuan tandingan
karena tiap kami tuntut satu perubahan, kamu serbu dengan ribuan keributan
maka kami memilih lupa!

Karena kamu babat hutan, sedang kami makan asapnya


karena kamu ludaskan warisan, sedang kami kebagian sakitnya
karena kamu manfaatkan jabatan, sedang kami membayar hutangnya
maka kami bilang: prek!

Kamu bilang keadilan, kami bilang: prek!


Kamu bilang kemakmuran, kami bilang: prek!
Kamu bilang kesejahteraan, kami bilang: prek!
Kamu bilang kemajuan, kami bilang: prek!

Kami bilang: prek! (4x)

Kamu bilang pembangunan, kami bilang: prek!


Kamu bilang pemerataan, kami bilang: prek!
Kamu bilang penyetaraan, kami bilang: prek!
Kamu bilang pembaruan, kami bilang: prek!
Kamu bilang keadilan, kami bilang: prek!
Kamu bilang kemakmuran, kami bilang: prek!
Kamu bilang kesejahteraan, kami bilang: prek!

14
Karena kamu ugal-ugalan
kami mabuk habis-habisan
menenggak tuntas anggur yang kamu tuangkan!
Kami kutuk catatan
kami sumpahi ingatan
kami ludahi kesadaran.

Karena udara kamu penuhi pesan, jalanan kami banjiri makian


karena ruang kamu penuhi iklan, lorong-lorong kami sumpal kebencian
karena berita kamu penuhi tipuan, selokan-selokan kami sampahi dendam
kami mabuk habis-habisan!

Bukit-bukit kami longsorkan


sungai-sungai kami luapkan
dan kami ejek kamu di pojok-pojok jalan!

Kami mabuk habis-habisan


kami melayang-layang
kami terbang
sampai daun terakhir ditemukan
sampai gurun tandus penghabisan!

Pohon-pohon kami sikat


tambang-tambang kami curi (5X)
dan kami palak kamu tiap pemilihan!

Anginnya marah
lautnya tumpah
gunungnya balapan bubrah

Tanahnya rekah
udara gerah
langitnya jadi memerah

Semua dijarah
semua diperah
buminya meradang marah
2005-2006

15
SULUK SUNYI

1.
Atau langit yang enggan terbuka?
Atau rembulan yang belum purnama?
Atau matahari yang masih menutup mata?
Atau gerhana yang selalu bertahta?
Atau bumi yang tersesat jalannya?
(Ke rumah para Nabi memulai) 4x

2.
Berlayar di samudra sunyi tak bertepi,
berperahu mati.
Tanda-tanda tak berbunyi,
bahasa tak bisa diwadahi.
Menggigil sendiri.
Tak tahu dimana batas menanti.
tak ada jejak ditapaki,
gelap dan cahaya hilang arti.
Berlayar di samudra sunyi tak bertepi,
ke rumah para nabi mulai.

3.
Langit berawan membuat mata tak jernih memandang,
bukan kebutaan yang disesalkan, tapi bayangan yang menyesatkan
bukan ilmu atau kejahilan yang mengacaukan, tapi prasangka yang menggelincirkan
bukan iman atau kekafiran yang membingungkan, tapi citra yang menjerumuskan
Haihata, haihata,
seumur-umur kita tipu kebenaran!

4.
Kemiskinan, kelaparan, anak-anak keleleran di pinggir jalan
akan merampok surga yang kau bayangkan
dalam nyenyak ketidak adilan

16
5.
Pergilah!
Ke subuh yang siap membuka cahaya
ke angin yang siap meneteskan hujan
ke tanah yang siap melahirkan bunga
Pergilah!

6.
Ya, bagaimana jadi udara bila menolak sirna?
Ya, bagaimana jadi tanah bila menolak terurai?
Ya, bagaimana jadi samudra bila menolak cair?
Ya, bagaimana jadi cahaya bila menolak luluh?

7.
Ya Rabbi bil Musthofa, baligh ma qashidana
Tanggal tinggal tunggal
yang tak dibutakan kerinduan
dibutakan keasingan
yang tak mabuk anggur
mabuk racun
yang tak dikaramkan cahaya
dikaramkan kegelapan
yang tak luruh pada dzat
luruh pada af’al
Tanggal tinggal tunggal
segenap permainan
bukan ukuran
Tanggal tinggal tunggal
(Tanggal tinggal tunggal)
segenap permainan
bukan ukuran
Ya Rabbi bil Musthofa, baligh ma qashidana (Akhir 2x)
(Tanggal tinggal tunggal) Akhir 4x

17
8.
Aku ingin dipeluk
sampai tumpas tubuh
sampai tandas jiwa
tak tersisa
Aku ingin dipeluk
sampai lunas aku
sampai habis kau
tak tertinggal
Aku ingin dipeluk
sampai sunyi
mati

2003.

18
SULUK LUKA

Ada luka berdarah-darah


muncrat dari akal sehat
ada luka berdarah-darah
ngendon di jantung gelisah
ada luka berdarah-darah
nyungsep ke bilik rahasia.

Begitu suntuk kau tuang bara


atas nama apa saja
sambil merangkai lupa
ada luka berdarah-darah
ngintip dari lubuk pertapa!

Pati, 2007

19

Anda mungkin juga menyukai