Anda di halaman 1dari 11

NAMA NIM MATA UJI DOSEN PENGASUH

: GUSTIANI : 06101010018 : KEWIRAUSAHAAN : Drs. ICENG HIDAYAT, M.Sc

UJIAN AKHIR SEMESTER KEWIRAUSAHAAN

1. Enterpreneurship memiliki makna yang luas : a. Jelaskan makna entrepreneurship menurut Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. dalam bukunya Perkembangan Kreativitas dan entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional ! b. Jelaskan perbedaan makna pada nomer satu dengan pendapat Prof. Rhenald Kasali, Ph.D sesuai dengan yang ada pada bukunya! Jawab :

a). Makna Entrepreneurship menurut Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Dalam kutipan bukunya Perkembangan Kreativitas dan entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional dimana dikatakan bahwa entrepreneurship merupakan suatu sikap berani dalam mengambil keputusan sehingga perbuatannya melahirkan berbagai jenis kemungkinan (opportunity) yang apabila dilaksanakan akan menghasilakan suatu perubahan (2011:76). Pribadi-pribadi yang menginginkan suatu perubahan inilah yang dinamakan seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur adalah pribadi yang mampu berpikir kritis yang tidak puas dengan keadaan yang berlalu. Mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik dan lebih maju. Pemikiran mereka dan terlebih-lebih perbuatan mereka, yaitu para entrepreneur merupakan orang-orang pionir yang berani mengambil risiko itu tidak diperhitungkan oleh seseorang entrepreneur karena dia tidak menguasai metodologi, namun dia yakin akan sesuatu yang akan dicapainya. Inilah manusia-manusia entrepreneur yang memiliki sikap entrepreneurship. Seorang entrepreneur, tulis Tilaar, merupakan perwujudan dari keberhasilan seseorang menerapkan cara berpikir kritis dan berpikir kreatif. Pada dasarnya, entrepreneur adalah orang-orang tidak puas terhadap kenyataan mapan. Hakikat seorang entrepreneur merupakan pionir pembaharuan jaman. Segala kemajuan peradaban manusia bertumpu pada cara berpikir kritis, cara berpikir kreatif-inovatif yang menghasilkan hal-hal baru di tengah masyarakat, sebagaimana pula lahirnya modernisasi dan globalisasi saat ini. Dalam berpikir menumbuhkan suatu kreatifitas dalam berpikir, seorang entrepreneur

harus memiliki pola pikir kritis dengan pemikiran seluas-luasnya atau tak tebatas (out of the box) dan kemampuan untuk melihat kesempatan dan ruang untuk melakukan perbaikan setiap saat guna menumbuhkan kreatifitas untuk menciptak suatu inovasi yagn inspiratif dalam berwirausaha. Prof. Tilaar menegaskan bahwa sikap entrepreneurship bukan hanya di dunia bisnis, melainkan lebih luas dari itu yaitu di semua segi kehidupan untuk berubah. Pendidikan, selain mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, juga pendidikan harus mempunyai tujuan yang lebih dari mempersiapkan seseorang pekerja yang produktif. Mengingat pentingnya peran

pendidikan tersebut, maka investasi modal manusia melalui pendidikan di negara berkembang sangat diperlukan walaupun manfaat dari investasi ini baru dapat dirasakan setelah puluhan tahun. Pendidikan merupakan sarana strategis dalam pengembangan kreativitas dan entrepreneurship. Prof.Tilaar mengupayakan agar lembaga pendidikan mampu mencetak wirausahawan (entrepreneur) yang berjiwa entrepreneursip sebagai upaya pembebasan anak manusia. Tapi sayang, Tilaar juga mencatat masih terdapat banyak kelemahan dalam lembaga pendidikan yang ada sekarang ini. Lembaga pendidikan sekarang ini, tulis Tilaar, masih merupakan wilayah yang dicengkeram kekuatan politik dominan. Karena itu, untuk menanamkan suasana kondusif bagi persemaian cara berpikir kritis dan berpikir kreatif, lembaga pendidikan sudah seharusnya menengok kembali ajaran Teori Kritis dan Postmodernisme, keduanya merupakan landasan bagi pendidikan transformatif. b). Dalam kutipan bukunya yang brjudul Wirausaha Muda Mandiri, Prof. Rhenald Kasali, Ph.D , mengungkapakan bahwa entrepreneurship merupakan suatu sikap (pola pikir) seorang wirausaha (entrepreneur) yang gigih dan tekun dalam berwirausaha. Seperti yang dikemukakan dalam bukunya melalui kisah-kisah inspiratif para wirausahaan (entrepreneur) muda dalam membangun, memperthanakan, dan

mengembangkan bisnis mereka sehingga mencapai kesuksesan. Prof. Rhenald menegaskan bahwa kunci kesuksesan adalah terus berlatih. Semakin sering berlatih maka jaminan untuk sukses semakin nyata. Dari sinilah dapat dipahami betapa pentingnya latihan yang terus menerus dan pantang menyerah oleh mereka yang ingin terjun dalam dunia bisnis. Memulai suatu bisnis haruslah dengan niat dan tekat yang kuat. Kerja keras sangat diperlukan. Di dunia bisnis akan banyak resiko yang bakal dihadapi, jadi kesabaran sangatlah diperlukan. Hadapi masalah dan rintangan dengan kepala dingin. Suatu masalah sebenarnya merupakan peluang usaha. Ambil hikmah, keberhasilan muncul dari kegagalan. Berkat kegigihan para entrepreneur dalam kisa-kisa inspiratifnya, dimana usaha yang semula hanya biasa saja kemudian berkembang

menjadi usaha yang mampu memberikan suatu perubahna besar bagi dirinya dan lingkungan disekitarnya bahkan mengikuti pangsa globalisasi dunia. Berbeda dengan makna entrepreneursip yang diungkapakan oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. dalam bukunya Perkembangan Kreativitas dan entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional, dimana makna entrepreneurship lebih ditekankan pada sikap berpikir kritis dan kreatif yang harus dimiliki oleh suatu entrepreuner guna menciptakan suatu inovasi dalam berwirausaha. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Prof. Rhenald dimana beliau menggambarkan seorang entrepreneur tidak perlu terlalu banyak berpikir apa yang harus dilakukan, yang penting kita tahu ke mana arah kita melaju dan tanpa menyerah terus meluncur secara konsisten. Untuk itu seorang wirausahawan (entrepreneur) harus melakukan reinvestasi. Harus berfikir kalau bisnis itu adalah menciptakan suatu nila/pencitraan (creating value) dan bukan hanya menciptakan suatu produk (creating product). Baginya, tujuan orang berwirausaha bukan untuk menjadi kaya, karena kaya hanyalah akibat, bonus. Prof. Rhenald menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang hanya menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama dalam berwirausaha adalah bentuk pengkhiatan terhadap kewirausahaan. Entrepreneur harus memilliki sikap jujur dan bertanggung jawab. Saat menghadapi rintangan, kita tidak harus jalan lurus namun bisa mencari alternatif yang memungkinkan terus meluncur hingga pada akhirnya akan sampai pada tujuan kita. Namun, ada kesamaan pola pikir antara pendapat kedua Profesor yang menggeluti bidang yang sama ini, yakni pakar entrepreneur dimana Prof.Rhenald mengungkapakan bahwa untuk menciptakan bisnis yang hebat dan tahan lama, berpikir seluas-luasnya adalah jalan terbaik yang dapat kita lakukan. Berfikir out of box inilah yakni dengan tidak berfikir hanya pada satu titik. Barulah kita mulai memikirkan pendapatan, laba, biaya, dan efesiensi untuk menciptakan keteraturan dalam bisnis kita. Karena bagaimana pun, tujuan akhir dari seorang entrepreneur adalah mendatangkan keuntungan yang memberikan manfaat baik bagi dirinya sendiri, karyawan, maupun masyarakat secara keseluruhan.Sama seperti halnya yagn diungkapakan oleh Prof.Tilaar diperlukan pola pikir kritis dengan pemikiran out of the box dan kemampuan untuk melihat kesempatan dan ruang untuk melakukan perbaikan setiap saat guna menumbuhkan kreatifitas untuk menciptak suatu inovasi yagn inspiratif dalam berwirausaha.

2. Pendidikan melalui kurikulum selalu berubah sesuai dengan perkenbangan ilmu dan teknologi. Jelaskan perubahan yang terjadi pada : a. Peran guru b. Makna guru efektif c. Keprofesionalan guru Jawab :

a.) Pendidikan melalui kurikulum selalu berubah seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemajuan IPTEK yang berkelanjutan terus harus diimbangi oleh perubahan yang berkelanjutan pula dalam isi yang diajarkan kepada semua jenjang pendidikan. Untuk itu, guru sebagai pendidik memiliki pengaruh besar terhadap perannya dalam dunia pendidikan sesuai dengan perubahan kurikulum tersebut. Guru memiliki peran besar di dalam proses pembelajaran pada setiap pergantian kurikulum. Setidaknya ada empat aspek kompetensi guru yang perlu diperhatikan :. 1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar; kompetensi pedagogik. 2) Kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena guru sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. jika tidak, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa. 3) Kompetensi sosial. Guru sebaiknya memiliki kompetensi sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki komptensi yang memadai, baik terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya. 4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya. Seperti pada slogan pendidikan: Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso dan Tutwuri handayani Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Perubahan kurikulum yang berubah seiring dengan perkembangan IPTEK menjadikan guru sebagai factor penting dalam implementasi kurikulum. Karena bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas. Murray Printr mencatat peran guru dalam taraf implementasi kurikulum adalah sebagai berikut : 1) Guru sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu

dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian. 2) Guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetaou juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers. 3) Peran guru sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai

pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. 4) Peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk

mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study. Di samping itu, perubahan lain dari peran seorang pendidik dalam proses pembelajaran mengubah sebuah paradigma dimana guru yang tadinya sebagai penyampai pengetahuan dan pengalihan pengetahuan dan pengalih keterampilan, serta merupakan satu-satunya sumber belajar, sering dengan perubahan kurikulum sesuai perkembangan IPTEK, guru akan bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi dan meng-upgrade pengetahuan mereka dengan mengikuti berbagai macam seminar, loka karya, workshop, bahkan dari berbagai buku mengenai metode pembelajaran dan mengetahui metode apa yang tepat digunakan

didalam pembelajaran dengan karakter siswa yang beragam sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir siswa dan hasil yang akan dicapai oleh siswa itu sendiri. Di sinilah peran guru sebagai model/figur/teladan bagi siswa.

b). Menurut Michael Marland (1990: 13-14), seorang guru dapat dikatakan efektif apabila ia memiliki sikap penuh perhatian dan pantang menyerah, penjelasannya mudah di pahami, serat mampu mengelola kelas dengan baik. Clara R. Pudji Jogyanti (1988: 62) berpendapat bahwa efektif adalah guru yang dapat meningkatkan seluruh kemampuan siswa ke arah yang lebih positif melalui pengajarannya. Dengan kata lain guru efektif itu adalah guru yang mampu mendayagunakan (empowering) segala potensi yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai tujuan pemelajaran. Seiring dengan berubahnya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK, makna dari kefektifitasan seorang guru pun lebih dieksplorasi. Dimana sebelumnya dikatakan bahwa guru efektif merupakan guru yang mampu mendayagunakan segala potensi yang ada di dalam maupun di luar dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti degan berubahya kurikulum, seorang guru efektif dituntut selalu mawas diri dan terus melakukan perbaikan-perbaikan kompetensi. Oleh sebab itu, untuk menjadi guru efektif perlu waktu, usaha, dan kerja keras yang diiringi dengan tekad yang kuat dan semangat pembaruan. Guru efektif merupakan guru yang tepat guna, guru yang mampu selalu mengikuti arus perkembangan globalisasi, mampu mngembangkan pengetahuannya. Sealain itu, seorang guru efekti merupakan guru yang demokratis, diman seorang guru memilih metode pembelajaran dialogis. Guru dan murid secara bersama-sama sebagai subyek dalam proses belajar. Proses belajar menjadi proses pencarian bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Untuk mencapai kondisi pembelajaran seperti itu, membutuhkan adanya gerakan pembaharuan pembelajaran. Dari pembelajaran tradisional-statis/monoton ke pembelajaran aktif-kreatif dan menyenangkan. Menurut Paulo Freire pembelajaran statis dan tradisional berupa pembelajaran "gaya bank". Secara sederhana Freire menyusun antagonisme pembelajaran "gaya bank" seperti ini: guru mengajar - murid belajar; guru tahu segalanya - murid tidak tahu apa-apa; guru berpikir - murid dipikirkan; guru bicara - murid mendengarkan; guru mengatur - murid diatur; guru memilih dan memaksakan pilihannya - murid menuruti; guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru; guru memilih apa yang akan diajarkan - murid menyesuaikan diri.

c). Guru yang profesional adalah guru yang memiliki visi sebagai pembaharu perubahan atau agent of change. Gagasan ini yang menghendaki suatu sikap keprofesionalan seorang guru yang peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, pembaharuan serta

perekmbangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan perubahan kurikulum. Pengaruh dari perubahan kurikulum menuntut keprofesionalitasan seorang guru untuk senantiasa mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya hingga apa yang diberikan kepada peserta didiknya tidak lagi terkesan ketinggalan zaman. Bahkan tidak sesederhana itu saja, ciri guru ideal di era globalisasi seperti saat ini perlu tampil sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator dan

dinamisator secara sekaligus dan integral dalam mencerdaskan anak didiknya. Salah satu indikator utama unggul tidaknya suatu sekolah adalah ditentukan faktor mutu gurunya. Guru dituntut memiliki profesionalisme dibidangnya. Artinya guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarnya, namun seluruh komponen yang berkaitan dengan pendidikan harus ada pada diri para guru itu sendiri. Hal itu pula didasarkan atas asumsi bahwa persoalan peningkatan mutu pendidikan tentu bertolak pada karakter seorang pendidik. Tidak mudah menjadi seorang pembaharu perubahan (agent of changes), jika seorang guru tidak memiliki horizon visi dan inspirasi dalam menjalankan amanat pendidikannya. Guru sebagai ujung tombak pendidikan tidak lain adalah menjadi pemimpin (leader) bagi diri sendiri dan bagi peserta didiknya sehingga mereka bersama-sama mampu membangun sebuah tatanan baru sesuai dengan cita-cita dan harapannya. Pandangan ini mengandaikan bahwa dalam diri individu ada potensi untuk berkembang. Untuk itu setiap individu guru memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Guru merupakan leader dan pembaharu perubahan pendidikan karena tanpa keterlibatan guru setiap usaha untuk memperbarui dunia pendidikan akan gagal. Dalam setiap pembaruan sekolah, inisiatif perubahan yang tidak menyentuh kehidupan guru tidak akan mengubah banyak hal. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaharuan secara terus menerus konsep belajar sepanjang hayat (long life education) perlu dijadikan acuan bagi guru. Guru sebagai seorang pendidik harus memahami tugas dan fungsinya, sebagai guru yang profesional kemampuan untuk merespons perubahan harus dimiliki guru, kualitas atau mutu pembelajaran harus disesuaikan dengan permintaan pasar dan kemajuan zaman tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dan mengeyampingkan nilai-nilai yang ada. Di tengah berbagai macam kebijakan pendidikan yang memangkas kreatifitas dan profesionalitas guru, ada dua cara yang serentak mesti dilakukan oleh guru agar tetap bisa bertahan dalam kinerja profesionalnya. Pertama, bersikap kritis atas berbagai macam kebijakan pendidikan pemerintah yang menindas otonomi dan

profesionalitasnya. Kedua, bersikap kritis terhadap diri sendiri agar tidak semakin diperalat sebagai kepanjangan tangan birokrat, melainkan menemukan kembali kebebasan dan otonominya sebagai pembaharu perubahan. Michael G. Fullan yang

dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa education changes depends on what teachers do and think. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaruan dalam sistem pendidikan sangat bergantung pada penguasaan kompotensi guru. Sejalan dengan tantangan hidup global, peran dan tanggung jawab guru pada saat sekarang dan akan datang sangatlah kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuain penguasan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif mengembangkan proses pembelajaran. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang di dunia luar. Di masa depan guru bukan satu-satunya orang lebih pandai dari siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara professional. Kalau hal ini terjadi guru akan kehilangan kepercayaan dari siswanya, orang tua maupun masyarakat. 3. Teacherpreneurship menjadi sangat penting di massa yang akan datang ,. Jelaskan alasan dan maksudnya ! Jawab :

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga pendidik berkualitas yang semakin ketat. Hal inilah yang mendorong tercetusnya suatu istilah Teacherpreneurship. Dimana Teacherpreneurship merupakan suatu kepribadian dari para pendidik (teacherpreneus) yang berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi, kepemimpinan, penerbitan, kebijaksanaan, penelitian dan kewiraswastaan. Dalam peradaban yang makin kompetitif ini tuntutan untuk semakin profesional dan memiliki kompetensi yang handal adalah sebuah keharusan. Jika tidak maka akan tergerus roda zaman, terutama guru sebagai agen of change bagi siswanya, diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menghadapi tuntutan hidup di masa depannya kelak (life skill). Karena itulah sangat dibutuhkan teacherpreneurship. Di masa mendatang Teacherpreneurship menjadi bagian terpenting dalam bidang pendidikan. Dimana seorang guru tidak lagi hanya terfokus pada bidang pengajaran, namun guru sebagai teacherpreneur yang berjiwa teacherspreneurship harus memiliki pengetahuan

mendalam tentang bagaimana untuk mengajar, kritis dan kreatif dalam menghadapi perkembangan arus globalisasi sehingga terciptanya suatu pembaharuan dalam dunia pendidikan. Mengakui masalah dalam bidang pendidikan dan menggunakan pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian untuk mengatur, membuat dan mengelola usaha untuk mencapai hasil akademik yang positif bagi siswa. Kita akan melihat bagaimana guru nantinya mengambil profesi mereka di sekolah terkemuka, misalnya melakukan penerbitan media dalam berbagai bentuk, memfasilitasi pengembangan profesional, melakukan tindakan-proyek penelitian, menjual sumber daya mereka secara online, dan menawarkan keahlian mereka untuk upaya masyarakat, dan tentunya akan bermanfaat bagi masyarakat. Teacherpreneur senantiasa berinovasi, dimana ketika melihat kebutuhan yang belum terpenuhi dalam institusi mereka, ketimbang meratapi tentang hal itu atau meninggalkan kelas untuk mengatasi masalah itu, mereka menggunakan apa yang mereka miliki untuk membuat inovasi, melahirkan perbedaan yang positif. Teacherpreneur tahu apa yang mereka lakukan dengan baik dan apa yang tidak. Tidak membatasi jangkauan proyek mereka dengan keterampilan dan keahlian mereka sendiri, merekrut rekan, mahasiswa dan/atau profesional yang dapat membantu. Misalnya bermitra dengan rekan di luar negeri untuk memberikan murid-muridnya pengalaman belajar kehidupan nyata. Hal ini akan membangun hubungan yang luas, tidak ada batasan. Teacherpreneur terus mengajar, tidak hanya di ruang kelas, juga melalui alat teknologi seperti menggunakan blog dan akun lainnya. Teacherpreneur merupakan panutan bagi generasi muda. Pendidik bekerjasama dengan siswa dalam usaha kewirausahaan. Akan banyak sekali guru yang berinovasi, berbagi, bekerja sama, dan menciptakan jalan mereka menuju sistem yang lebih baik dalam pendidikan. Karena itu, teachrpreneurship akan sangat dibutuhkan dimasa yang akan datang. Para teacherpreneur memotivasi keinginan kuat mereka untuk memelihara dan mengeluarkan potensi peserta didik bangsa ini. Teacherpreneur akan berdampak pada perubahan yang lebih baik, perubahan positif bangsa ini, bahkan mampu mengubah dunia.

4. Uraikan ciri-ciri guru efiektif kini dan yang akan datang dengan tantangan-tantangan yang dihadapinya ! Jawab :

Setiap guru tidak luput dari persoalan. Guru efektif tidak akan terbelenggu oleh persoalan dan tantangan yang akan dihadapinya baik kini dan di masa yang akan datang, tetapi ia akan selalu berupaya mengubah persoalan menjadi tantangan dan peluang. Ia berupaya menjadi pengendali terhadap keadaan yang tidak menyenangkan dan bukan dikendalikan oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Ada beberapa hal yang seharusnya selalu menjadi cerminan para guru, yaitu senantiasa untuk tidak lupa memberikan pendidikan, bukan hanya sekedar memberikan pengajaran. Seringkali masalah mendidik

kadang terlupakan oleh sebagian guru, karena mayoritas yang tercermin saat kegiatan belajar mengajar guru hanya mengajar dan terpaku pada materi kurikulum. Berikut ini ciri-ciri guru efektif : Guru efektif Berpikir Pro Aktif Ciri utama seseorang dikatakan pro aktif adalah dia tidak menyerah pada suatu keadaan. Manusia efektif tidak terbelenggu oleh suatu kesulitan, ia mengubah kesulitan menjadi sebuah peluang baik dalam berkarir. Demikian juga halnya dengan profesi guru. Guru efektif tidak akan terbelenggu oleh persoalan, tetapi ia selalu berupaya mengubah persoalan menjadi tantangan dan peluang dalam berkarya. Guru Efketif Memiliki Tujuan yang Jelas Layang-layang yang putus dari benangnya akan teroambang ambing oleh tiupan angin dan pergi tanpa arah yang jelas tujuannya. Demikian juga halnya dengan manusia, ia akan terombang ambing kehidupannya jika tidak memiliki tujuan hidup. Kehidupannya tidak akan bermakna dan mereka yang tidak mempunyai tujuan, tidak bersemangat dalam menjalani hidup, mereka tidak lebih hanya menjalani hidup ada adanya. Guru Efektif Pandai Membuat dan Menentukan Prioritas Manusia yang efektif bertindak dengan skala prioritas. Dia bertindak tidak sembarangan dan asal bertindak. Tindakannya selalu diarahkan pada tujuantujuan yang jelas dan mulia. Dengan skala prioritas, kegiatan manusia lebih terencana dan terarah sehingga tujuan hidupnya dapat tercapai dengan baik sesuai keinginan. Sebaliknya, manusia yang tidak bisa menggunakan skala prioritas tidak akan efektif, targetnya tidak akan tercapai karena mereka tidak dapat menentukan skala prioritas. Guru efektif Berpikir Menang-menang (Win-win)Seorang guru haruslah memiliki pola win-win (menang-menang). Guru harus optimis terhadap keberhasilannya dalam mendidik. Guru efektif memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam mengemban tugas dan meraih prestasi terbaik bagi siswanya. Namun sikap win-win tersebut tetap mengedepankan kepentingan umum yang berarti tidak menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan pendidikan tanpa mempertimbangan orang lain. Guru Efektif Selalu Bekerjasama Guru efektif memiliki prinsip kemitraan dalam melaksanakan tugasnya. Ia tidak memandang dirinya sebagai guru yang paling pinter dan super hebat. Guru efektif selalu berupaya menjalin kerjasama yang baik dengan sesama guru dan sekaligus dengan siswanya. Siswa dipandang sebagai anak yang memiliki potensi dan siswa tidak dipandang sebagai anak yang lemah.

Guru Efektif Memperhatikan Orang Lain Guru efektif memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa dan profesinya sebagai guru. Seorang guru efektif selalu berupaya semaksimal mungkin mencurahkan perhatiannya terhadap perkembanan belajar siswa. Demikian juga halnya dengan profesinya, guru efektif tak henti-hentinya selalu berupaya mengembangkan pola pembelajarannya dengan tetap menjalin hubungan baik dengan pimpinan dan rekan kerjanya.

Guru Efektif Belajar Sepanjang Waktu Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berubah dan berkembang dengan pesat. Guru yang efektif harus selalu berupaya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang. Belajar sepanjang waktu adalah salah satu upaya guru efketif dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Anda mungkin juga menyukai