Anda di halaman 1dari 4

Konsep dasar pendidikan kesehatan Ada beberapa konsep dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu : 1.

Pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education). Usaha pendidikan dimulai dari manusia lahir sampai tutup usia. Pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. 3. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karensa dengan pendidikan manusia memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. (H.Burhanuddin Salam, 1996: 4 & 5) Pendidikan membimbing generasi baru menjadi generasi yang lebih baik, demikan halnya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan agar masyarakat dapat hidup lebih sehat dan produktif. Pendidikan kesehatan harus dilakukan terus menerus kepada masyarakat agar derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. Berbicara masalah generasi muda berarti terkait dengan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia menyangkut kemampuan bekerja, berpikir, dan ketrampilan lainnya. Untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan melaluli program kesehatan dan gizi, sedangkan non fisik ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:3) Derajat kesehatan masyarakat Upaya mendapatkan generasi yang lebih baik dan sehat, dalam bidang kesehatan sangat diperlukan pendidikan. Secara umum derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni keturunan/herediter, lingkungan, perilakum, pelayanan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:v). Dengan demikian upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarkat harus ditujukan pada keempat faktor utama tersebut secara bersama-sama. 1. Faktor Keturunan (herediter) Derajat kesehatan dipengaruhi juga oleh faktor keturunan. Pola hidup orang tua sangat menentukan status kesehatan anak-anaknya, misalnya pola makan, pola tidur, kebersihan, dan lain-lain. Orang tua yang berperilaku sehat diharapkan dapat mendidik anak-anaknya untuk mewariskan pola hidup sehat. Contoh : a. Orangtua, khususnya ibu berperan sangat penting dalam mewariskan status kesehatan pada anak-anaknya b. Rendahnya kesehatan orang tua bukan hanya karena status sosial ekonomi tetapi juga karena kurangnya pengetahuan dalam memelihara kesehatan keluarga c. Banyak penyakit yang diturunkan orang tua pada anak-anaknya (asma, rematik, jantung, diabetes mellitus, dll) Orangtua yang sehat dan gizinya baik, akan mewariskan kesehatan yang baik pula pada anaknya. Pendidikan Kesehatan diperlukan agar orangtua dan masyarakat dapat mewariskan kesehatan yang baik bagi keturunannya.

2. Faktor Lingkungan Manusia dan lingkungan adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia lahir dan berkembang di lingkungannya, sebaliknya keberadaan lingkungan dikarenakan ulah manusia. Oleh karena itu keduanya saling mempengaruhi. Lingkungan yang sehat akan melahirkan manusia yang sehat, sebaliknya orang yang sehat (dalam arti luas) akan menghasilkan orang yang sehat pula. Contoh : a. Banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun pemerintah swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Mandi Cuci Kakus (MCK), tempat sampah, dll. b. Masyarakat kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dan kurang mampung memelihara fasilitas kesehatan yang ada. c. Lingkungan non fisik, masalah sosisal membuat masyarakat stress/ gangguan jiwa. 3. Faktor Perilaku Di samping faktor lingkungan, perilaku manusia dapat dipengaruhi faktor dari dalam manusia sendiri yang disebut kepribadian. Perilaku manusia cenderung bersifat holistik, mencakup 3 aspek yaitu : fisiologi, psikologi, dan sosial. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti: keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, sikap dan lain-lain. a. Pendidikan kesehatan bagi masyarakat sangat perlu untuk menambah pengetahuaan, merubah sikap dan tindakan ke arah yang lebih baik. b. Masyarakat harus melek kesehatan (health literacy). c. Kesehatan bukan hanya diketahui/disadari (knowledge) dan disikapi (attitude) melainkan harus dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (practice) sehingga dicapai perilaku kesehatan (healthy behavior). 4. Faktor Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Semakin baik pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Semakin baik pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, semakin tinggi kesadaran masyarakat di dalam memelihara kesehatan. Pemerintah sudah membangun lebih dari 7.000 Puskesmas tersebar di seleruh Indonesia untuk masyarakat namun pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat masih belum optimal. Begitupula pelayanan kesehatan di rumah sakit dan termasuk pelayanan gizinya. Dalam pencapaian kesehatan masyarakat diperlukan beberapa hal yang penting, di antaranya komunikasi kesehatan masyarakat. Ada tiga disiplin ilmu yang penting dan berpengaruh dalam komunikasi kesehatan masyarakat yaitu pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antropologi. Artinya dalam penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat diperlukan komunikasi yang tepat sehingga dapat diterima secara sadar oleh masyarakat. Untuk mempermudah, sebaiknya mengenal masyarakat secara khusus dilihat dari aspek sosial, budaya, dan perilaku yang ditunjukkan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini memudahkan dalam penyampaian pesan kesehatan masyarakat. Adapu

tujuan komunikasi kesehatan masyarakat adlaah menumbuhkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan pada saatnya nanti ada perubahan derajat kesehatan yang lebih baik. Kesehatan dan lingkup kesehatan Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, tercantum kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini menunjukkan kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tapi yang diukur dari produktivitasnya. Kesehatan bersifat holistik/menyeluruh, meliputi : 1. Kesehatan fisik, terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal. 2. Kesehatan mental (jiwa), mencakup 3 komponen yaitu: a. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir seseorang, yakni mampu berpikir logis (masuk akal) dan runtut (coherent). b. Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawati, sedih, dsb. c. Spritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan pada Sang Pencipta. Dapat juga dilihat dari praktek keagamaan atau kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-noram yang berlaku di masyarakat. 3. Kesehatan tgerwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dsb. 4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang dewasa dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial. Bagi anak, remaja, misalnya dapat mengikuti pendidikan di sekolah atau kuliah yang dapat membantunya mencapai cita-cita. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:4). Fashel dan Bush (1970) menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan, yaitu : 1. Well being (sehat sempurna): sehat secara fisik, mental, sosial, dan ekonomi. 2. Dissatifaction (kurang memuaskan): ada penyimpangan ringan, misalnya karies gigi ringan. 3. Discomfort (tidak nyaman): tetap mampu melakukan aktivitas, walaupun gejala mulai tampak, misalnya agak pusing. 4. Minor disability (ketidakmampuan minor): aktivitas sehari-hari dapat dilakukan, namun berkurang secara bermakna. 5. Mayor disability (ketidakmampuan mayor): aktivitas rutin dapat dilakukan, namun berkurang secara bermakna. 6. Disabled (cacat): individu tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, tetapi masih bisa bergerak bebas dalam masyarakat. 7. Confirned (terbatas): individu berada di tempat tidur, tetapi tidak masuk rumah sakit. 8. Confined + bedridden (tinggal di tempat tidur): ketidakmampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya. 9. Isolated (terisolasi): individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat)

10. Coma (koma): individu hampir meninggal, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan jadi lebih sehat lagi. 11. Meninggal: individu tidak mampu sama sekali. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:5) Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan Peningkatan kesehatan baik secara pribadi dan atau masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan dapat dilihat dari 2 aspek yaitu: pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Yang diwujudkan dalam wadah pelayanan kesehatan, disebut jugas sarana kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dibedakan atas tiga : a. Saran pemeliharaan kesehatan primer (primary care), sarana yang paling dekat dengan masyarakat, biasanya untuk kasus ringan, misalnya: Puskesmas, Poliklinik, Praktek dokter, dsb. b. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care), pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus/penyakit dari pelayanan kesehatan primer. Misalnya : Puskesmas rawat inap, rumah sakit kabupaten dll. c. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiggi (tertiary care, sarana pelayanan kesehatan bagi kasus yang tidak dapat ditangain pelayanan kesehatan primer dan sekunder. Misalnya rumah sakit provinsi, rumah sakit tope B dan A. Sarana pelayanan kesehatan primer di samping melakukan pelayanan kuratif juga pelayanan rehabilitatif, preventif, dan promotif.

Anda mungkin juga menyukai